Anda di halaman 1dari 6

Nama : TITAN DANI ERNANDI

NIM/KELAS : 2110611114/STRUKTUR BANGUNAN (C)

Komponen-Komponen Jalan Aspal

1. Sebutkan macam-macam kelas jalan dan fungsi kelas jalan


Kelas jalan diatur dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan. Pengelompokan jalan menurut kelas jalan terdiri dari:
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 18 m, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 18
m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan kurang dari 10 ton. Jalan kelas II ini
merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak
melebihi 18 m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan kurang dari 8 ton;
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 12
m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi 8 ton;
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1 m, ukuran panjang
tidak melebihi 9 m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan kurang dari 8 ton.
2. Sebutkan komponen-komponen atau kelengkapan struktur jalan aspal (badan jalan, saluran
samping, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dll)

3. Sebutkan dan jelaskan lapisan struktur jalan aspal (pondasi bawah, pondasi, lapisan aus)
a. Lapisan aspal beton pondasi bawah (laston bawah)
Lapisan aspal beton pondasi bawah pada umumnya merupakan lapisan perkerasan yang
terletak antara lapisan pondasi dan tanah dasar jalan yang terdiri dari campuran agregat dan
aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan pada temperatur tertentu.
b. Lapisan pondasi (base course)
Lapisan pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapisan permukaan dengan
lapisan pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapisan pondasi
bawah)
c. Lapisan aus (wearing course)
Wearing cours merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi
sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah daya tahan
perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan menamba masa
pelayanan dari kontruksi perkerasan.

4. Apa yang dimaksud “kontruksi jalan aspal dengan sistem telfrod” jelaskan dengan gambar
Pencipta / penemu perkerasan jalan telford adalah Thomas Telford (1757-1834) adalah
seorang insinyur Skotlandia yang ahli dalam pembuatan jembatan lengkung dari batu,
menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya seperti jembatan lengkung.
Prinsip tersebut yaitu menyusun batu-batu belah yang dipasang berdiri secara berdesakan, dan
pemasangannya menggunakan tangan. Konstruksi ini sangat berhasil dan kemudian disebut
Sistem Telford. Sistem telford banyak dimanfaatkan di Indonesia, khususnya pada jalan-jalan
pedesaan. Konstruksi perkerasan dengan telpord menggunakan Konstruksi Telford yaitu
susunan batu pecah berukuran besar (10/15 dan 15/20) disusun berdiri dengan batu pecah yang
lebih kecil mengisi rongga diatasnya sehingga rata, kemudian dipadatkan/digilas dengan mesin
gilas, selanjutnya ditabur sirtu diseluruh permukaan untuk dibabar basah.
Pada umumnya mempunyai ketentuan sbb. :
 Lebar minimal lebih dari 2,5 m - 3,0 m
 Untuk tanah keras dipakai tebal konstruksi 15 cm
batu tepi ukuran 15 – 20 cm
batu kunci 3 – 5 cm
 Untuk tanah sedang dipakai tebal konstruksi 20 cm
batu tepi ukuran 20 – 30 cm
batu kunci 5 – 7 cm

5. Bagaimana filosofi struktur lapisan jalan bila dihubungkan dengan dimensi bahan batu yang
digunakan dati atas berbahan halus dan semakin kebawah berbahan lebih besar. Hubungan
dengan beban yang bekerja?
Semakin kecil dimensi bahan maka rongga yang diciptakan akan lebih kecil, maka dari
hal itu lapisan maka semakin padat. Ketika jalan diberi beban maka lapisan yang berkontak
langsung dengan beban yaitu lapisan atas. Lapisan atas pada jalan memerlukan daya dukung
yang tinggi untuk menahan beban tersebut. Jika dimensi bahan yang besar berada diatas maka
yang terjadi adalah jalan tidak rata karena adanya rongga yang tidak terisi, dan daya ikat antar
bahan yang lemah jika batu berdimans besar ada diatas. Tetapi batu yang besar sebainya
digunakan pada pondasi jalan yaiitu sebagai penyokong lapisan atas.
6. Apa yang dimaksud dengan Hotmix?
Campuran aspal panas (Hotmix) merupakan campuran agregat dan aspal yang
dicampur pada kondisi panas di dalam AMP (Asphalt Mixing Plant) secara terus menerus
sampai pada batas-batas suhu pencampuran aspal dengan komposisi yang sudah ditentukan
oleh spesifikasi teknis.

7. Apa yang dimaksud dengan pengaspalan lapen?


Lapis PenetrasiMakadam (lapen) sebagai lapis aus/permukaan merupakan lapis
perkerasan yang terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup yang diikat
oleh aspal yang disemprotkan dan dipadatkan lapis demi lapis. Lapis Penetrasi Makadam
(lapen) ini merupakan lapis permukaan/lapis aus yang diletakan diatas lapis pondasi
jalan seperti telford atau lapis pondasi lainnya. Lapenjuga dapat digunakan untuk lapisan
ulang perkerasan lama.

8. Apa yang dimaksud denagan jalan Makadam, jelaskan dengan gambar

John Loudon McAdam adalah penggagas dari teknik konstruksi jalan makadam, pria kelahiran
21 Desember 1756 itu mencetuskan teknik tersebut untuk merevolusi pembangunan jalan di
daerahnya yaitu di Skotlandia dan Inggris karena banyak yang rusak dan tidak rata sehingga
bisa membahayakan keselamatan penggunanya.

9. Bagaimana syarat kemiringan jalan, jalan lurus maupun tikungan

a. Kemiringan jalan raya


Kemiringan jalan raya menurut aturan rumaja atau ruang manfaat jalan adalah berkisar 1-
3% untuk kemiringan jalur lalu lintas, dan 3-5% untuk bahu jalan. Namun kemiringan yang
sering di pakai di perguruan tinggi untuk menyelesaikan tugas mata kuliah adalah
kemiringan 2% untuk jalur lalu lintas dan 4% untuk bahu jalan.
b. Kemiringan jalan lurus
Untuk bagian jalan lurus, jalan mempunyai kemiringan melintang yang biasa disebut lereng
normal atau normal trawn yaitu diambil 2 baik sebelah kiri maupun sebelah kanan AS jalan.
c. Jalan tikungan
Alinemen sebaiknya sependek dan selangsung mungkin tapi serasi dengan keadaan
topografi (mengikuti kontur yang ada) namun juga jangan terlalu berkelok-kelok trasenya
(jumlah tikungan diusahakan seminimal mungkin). Jari-jari tikungan yang digunakan
diusahakan lebih besar dari jari-jari minimum (batas standar). Alinemen sebaliknya
konsisten, jangan memberikan perubahan tiba-tiba (misalnya tikungan tajam diakhiri
bagian lurus). Perencanaan alinemen horisontal sebaiknya dikoordinasikan dengan
alinemen vertikal.

10. Apa yang dimaksud dengan kontruksi perkerasan lentur (flexible pavement)
Perkerasan jalan lentur atau flexible pavement merupakan jenis perkerasan yang
bahan pengikatnya berupa aspal yang tersusun dari agregat kasar dan agregat halus, serta
bahan pengisi yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas, tentunya dengan
perbandingan tertentu. Dimana bahan-bahan tersebut nantinya akan saling menyatu, dan
saling mendukung membentuk konstruksi jalan dalam keadaan panas.

11. Apa yang dimaksud kontruksi perkerasan kaku (rigid pavement)


perkerasan jalan kaku atau rigid pavement merupakan jenis perkerasan yang bahan
pengikatnya adalah semen, dan bahan baku utamanya agregat atau sering disebut juga sebagai
jalan beton, itulah kenapa perkerasan ini disebut perkerasan kaku, karena memiliki tingkat
kekuatan yang relatif cukup tinggi dibandingkan dengan perkerasan lentur.

12. Apa yang dimaksud kontruksi perkerasan komposit (composite pavement)


Kombinasi antara perkerasan kaku dengan perkerasan lentur. Perkerasan lentur di atas
perkerasan kaku, atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur. Supaya perkerasan
mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi tetap ekonomis, maka perkerasan
jalan raya dibuat berlapis-lapis.
13. SNI yang mengatur jalan dan jembatan, termasuk uji bahan

TAHUN 1994
1 SNI 03-3399-1994 Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium
2 SNI 03-3400-1994 Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di Laboratorium
3 SNI 03-3403-1994 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran
4 SNI 03-3407-1994 Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
5 SNI 03-3416-1994 Metode Pengujian Partikel Ringan Dalam Agregat
6 SNI 03-3418-1994 Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton Segar
7 SNI 03-3420-1994 Metode Pengukuran Kuat Geser Langsung
8 SNI 03-3423-1994 Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah
9 SNI 03-3426-1994 Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan Dengan Naasra
10 SNI 03-3437-1994 Stabilisasi Tanah Dengan Kapur Untuk Jalan
11 SNI 03-3438-1994 Stabilisasi Tanah Dengan Semen Portland Untuk Jalan
12 SNI 03-3440-1994 Pelaksanaan Stabilisasi Tanah Dengan Semen Portland Untuk Jalan
13 SNI 03-3448-1994 Penyambungan Tiang Pancang Beton Pracetak Penampang Persegi
14 SNI 03-3637-1994 Berat Isi Tanah Berbutir Halus Dengan Cetakan Benda Uji
15 SNI 03-3638-1994 Metode Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah Kohesif
16 SNI 03-3640-1994 Metode Pengujian Kadar Beraspal Dengan Cara Ekstraksi
17 SNI 03-3641-1994 Metode Pengujian Kadar Air Aspal Emulsi
18 SNI 03-3642-1994 Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi Dengan Penyulingan
19 SNI 03-3643-1994 Metode Pengujian Aspal Emulsi Tertahan Saringan No. 20
20 SNI 03-3644-1994 Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspal Emulsi
21 SNI 03-3645-1994 Metode Pengujian Pelekatan & Ketahanan Aspal Emulsi

Tahun 2002
1 SNI 03-2491-2002 Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
2 SNI 03-3967-2002 Spesifikasi Perletakan Elastomer Jembatan Tipe Polos & Laminasi
3 SNI 03-6723-2002 Spesifikasi Bahan Pengisi Untuk Campuran Beraspal
4 SNI 03-6750-2002 Spesifikasi Laburan Aspal Satu Lapis & Laburan Aspal Dua Lapis
5 SNI 03-6751-2002 Spesifikasi Bahan Lapis Penetrasi Makadam
6 SNI 03-6752-2002 Metode Pengujian Kadar Air Dan Kadar Fraksi Ringan
7 SNI 03-6753-2002 Metode uji Pengaruh Air Terhadap Kuat Tekan Campuran Beraspal
8 SNI 03-6758-2002 Metode Pengujian Kuat Tekan Campuran Beraspal
9 SNI 03-6795-2002 Metode Pengujian Menentukan Tanah Ekspansif
10 SNI 03-6797-2002 Tata Cara Klasifikasi Tanah Dan Campuran Tanah Agregat
11 SNI 03-6817-2002 Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton
12 SNI 03-6819-2002 Spesifikasi Agregat Halus Untuk Campuran Perkerasan Beraspal
13 SNI 03-6822-2002 Metode Pengujian Analisis Saringan Agregat Hasil Ekstraksi
14 SNI 03-6825-2002 Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen portland
15 SNI 03-6828-2002 Metode Pengujian Pengendapan Aspal Emulsi
16 SNI 03-6829-2002 Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi Dengan Penguapan
17 SNI 03-6832-2002 Spesifikasi Aspal Emulsi
18 SNI 03-6882-2002 Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan
19 SNI 03-6887-2002 Metode Pengujian Kuat Tekan Bebas Campuran Tanah Semen
20 SNI 03-6893-2002 Metode Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal
21 SNI 03-6894-2002 Metode Pengujian Kadar Aspal Dari Campuran Beraspal
22 SNI 06-6721-2002 Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair Dan Aspal Emulsi

Anda mungkin juga menyukai