Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lapisan Perkerasan Lentur ( Flexible Pavement )


Perkerasan lentur ( flexible pavement ) merupakan perkerasan yang biasanya
memakai bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir
sebagai lapisan di bawahnya. Sehingga lapisan perkerasan tersebut memiliki
flexibilitas/kelenturan yang bisa menghasilkan kenyaman saat kendaraan melintas
diatasnya. Perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan perkerasan yang memakai
aspal sebagai bahan pengikatnya. Ada pula jenis - jenis perkerasan lentur adalah
sebagai berikut :

2.1.1 Lapisan Aspal Beton ( LASTON )


Lapis Aspal Beton (LASTON) merupakan suatu lapisan pada konstruksi
jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler serta aspal keras, yang
dicampur, dihampar serta dipadatkan dalam kondisi panas pada suhu tertentu.
Menurut Sukirman, S (2003) menjelaskan bahwa lapis aspal beton (Laston)
digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat, laston juga dikenal
dengan nama AC (Asphalt Concrete). Ada tujuh karakteristik campuran yang harus
dimiliki oleh aspal beton sebagai berikut :
1. Tahan tehadap tekanan (stability)
Tahan tehadap tekanan merupakan kemampuan dari suatu perkerasan jalan
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti
gelombang, alur serta bleeding. Jalan yang melayani volume lalu lintas yang
tinggi dan dominan terdiri dari kendaraan berat membutuhkan suatu
perkerasan jalan dengan stabilitas yang tinggi. Faktor yang dapat
mempengaruhi nilai stabilitas aspal beton adalah gesekan internal dan
kohesi.
2. Keawetan (durabilty)
Keawetan merupakan kemampuan beton aspal untuk menerima repetisi
beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan

5
6

dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan
iklim, seperti udara, air atau perubahan temperatur. Durabilitas beton aspal
dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam
campuran, kepadatan dan kedap airnya campuran. Semakin tebal film aspal
akan mengakibatkan mudah terjadi bleeding yang akan menyebabkan jalan
menjadi licin.
3. Kelenturan (flexibility)
Kelenturan merupakan kemapuan dari beton aspal untuk menyesuaikan diri
akibat penurunan (konsolidasi/settlement) serta pergerakan dari pondasi
atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat repetisi beban
lalu lintas, maupun penurunan akibat berat sendiri tanah timbunan yang
dibuat di atas tanah dasar. Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan
mempergunakan agregat yang bergradasi terbuka dengan kadar aspal yang
tinggi.
4. Ketahanan terhadap kelelehan (fatigue resistance)
Ketahanan terhadap kelelehan merupakan suatu kemampuan dari beton
aspal untuk menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa
terjadinya penurunan berupa alur dan retak.
5. Kekesatan atau tahanan geser (skid resistance)
Kekesatan atau tahanan geser merupakan kemampuan permukaan beton
aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda
kendaraan sehingga roda kendaraan tidak tergelincir.. Selain itu agregat
yang digunakan tidak saja harus mempunyai permukaan yang kasar, tetapi
juga harus mempunyai daya tahan pada permukaannya agar tidak mudah
menjadi licin akibat repetisi beban roda kendaraan.
6. Kedap air (impermeable)
Kedap air merupakan kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki
oleh genangan air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara
dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan aspal, dan
pengelupasan film/selimut aspal dari permukaan agregat. Tingkat
7

impermeabilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat


durabilitasnya.
7. Mudah dilaksanakan (workability)
Workability merupakan kemampuan campuran beton aspal untuk mudah
dihamparkan dan dipadatkan. Faktor yang mempengaruhi tingkat
kemudahan dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah ketahanan
aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur gradasi serta kondisi
agregat.
Secara umum ada 3 macam lapisan aspal beton yang dikenal, yaitu :
a. AC – WC ( Lapis Permukaan atau Aus )
b. AC – BC ( Lapis Permukaan Antara )
c. AC – Base ( Lapis Fondasi )

2.1.2 Lapisan Tipis Aspal Pasir ( Latasir )


Latasir atau lapis tipis aspal pasir merupakan lapis penutup permukaan
perkerasan yang terdiri atas agregat halus atau pasir dengan aspal keras yang
dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu.
Latasir terdiri atas 2 kelas: Latasir kelas A atau SS-1 (Sand Sheet-1) dengan ukuran
nominal butir agregat atau pasir 9,5 mm, dan Latasir kelas B atau SS-2 (Sand Sheet-
2) dengan ukuran nominal butir agregat atau pasir 2,36 mm.
Pada umumnya tebal nominal minimum untuk Latasir A dan Latasir B
masing-masing 2,0 cm dan 1,5 cm dengan toleransi ± 2,0 mm. Latasir pada
umumnya digunakan untuk perencanaan jalan dengan lalu lintas tidak terlalu tinggi
(≤ 500.000 SST), tetapi dapat pula digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan atau
perbaikan sementara pada lalu lintas yang lebih tinggi. ( SNI 6749:2008 )

2.1.3 Lapisan Tipis Aspal Beton ( Lataston )


Lataston merupakan campuran aspal padat dengan gradasi tidak menerus
untuk jalan yang lalu lintasnya ringan, diletakkan sebagai lapis permukaan di atas
dasar yang dipersiapkan dari permukaan perkerasan yang direkonstruksi.
8

Campuran ini terdiri dari agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas.

2.1.4 Asphalt Treated Base ( ATB )


Departemen Pekerjaan Umum (1983) disebutkan bahwa konstruksi beton
aspal dapat digunakan sebagai wearing course, binder course, base course dan
subbase course. Untuk beton aspal yang digunakan pada lapisan base course
berdasarkan spesifikasi Bina Marga. ATB merupakan pondasi perkerasan lentur
yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu. ATB
mempunyai fungsi sebagai perkerasan yang meneruskan dan menyebarkan beban
lalu lintas kebagian lapisan di bawahnya. Lapis aspal beton pondasi atas memiliki
sifat-sifat seperti open grade dan kurang kedap air.

2.2 Lapisan Permukaan ( Surface Course )


Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas dan merupakan
penutup dari semua lapis konstruksi perkerasan. Fungsi lapis permukaan antara
lain:
1. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan gaya dari beban roda
2. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan
akibat cuaca.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course) dan (binder course), yang merupakan
lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan.
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk
lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan aspal dibutuhkan
agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan
bantuan tegangan tarik, yang membuat daya dukung lapisan terhadap beban roda
lalu lintas menjadi tinggi. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu
dipertimbangkan kegunaan dan umur rencana, agar dicapai hasil yang
direncanakan.
9

Lapis permukaan harus memberikan suatu konstruksi jalan yang dapat


dilalui dengan nyaman dan aman, untuk itu konstruksi harus memenuhi syarat
seperti kuat, kedap air, dan tidak licin.

2.3 Lapisan Pondasi Atas ( Base Course )


Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis
permukaan dengan lapis pondasi bawah, yang berfungsi untuk :
1. Lapisan perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan bawahnya.
2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
3. Sebagai penahan untuk lapisan permukaan.
Material yang digunakan untuk lapisan pondasi atas adalah material yang
cukup kuat, seperti batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen
atau kapur yang sebelumnya telah dilakukan penyelidikan dan pertimbangan
sehubungan dengan persyaratan teknik. Jenis pondasi atas yang umum digunakan
antara lain :
1. Agregat bergradasi baik, dapat dibagi atas :
a. Agregat kelas A
b. Agregat kelas B
c. Agregat kelas C
2. Pondasi macadam, yaitu kontruksi yang terdiri dari batu pecah juga
kontruksi ditambah kan pasir atau hasil – hasil saringan batuan yang
selanjutnya diisikan kedalam susunan tersebut diatasnya.
3. Lapis Penetrasi Macadam merupakan suatu lapis perkerasan yang terdiri
dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan
seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya
dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan digunakan sebagai lapis
permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.
4. Lapisan Telford merupakan lapisan Pondasi Bawah yang terdiri atas batu
belah yang beralaskan hamparan pasir di atas lapisan tanah dasar. Rongga-
rongga diantara batu belah ini diisi dengan batu pengunci yang lebih kecil
10

sehingga permukaannya rata dengan permukaan batu belah. Penggunaan


konstruksi ini cocok untuk daerah-daerah dimana peralatan dan segala
keperluannya susah tersedia sehingga perlu penerapan teknologi tepat guna
yang dikerjakan secara padat karya dan peralatan yang sederhana.
5. Stabilisasi yang terdiri dari :
a. Stabilisasi agregat dengan semen ( Cement Treated Sub Base )
b. Stabilisasi agregat dengan kapur ( Lime Treated Sub Base )
c. Stabilisasi tanah dengan aspal ( Aspal Treated Base )

2.4 Klasifikasi Aspal Beton


1. Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsinya aspal beton campuran panas dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Sebagai lapisan permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser dan
tekanan roda serta memberikan lapisan kedap air yang dapat melindungi
lapisan dibawahnya dari resapan air.
b. Sebagai lapis permukaan atas.
c. Sebagai lapis pembentukan pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharan jalan.
Sesuai dengan fungsinya maka lapis aspal beton mempunyai kandungan
agregat dan aspal yang berbeda. Sebagai lapis aus, maka kadar aspal yang
dikandungnya haruslah cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air.
Agregat yang dipergunakan lebih halus dibandingkan dengan aspal beton yang
berfungsi sebagai lapis pondasi (Silvia Sukirman, 1995).
2. Berdasarkan Metode Pencampuran
Berdasarkan metode pencampurannya, aspal beton dapat dibedakan atas :
a. Aspal beton Amerika, yang bersumber kepada Asphalt Institut.
b. Aspal beton durabilitas tinggi, yang bersumber pada BS 594, Inggris dan
dikembangkan oleh CQCMU ( Central Quality Control and Monitoring
Unit ), Bina Marga, Indonesia
11

2.5 Bahan Anti Pengelupasan ( Anti Stripping Agent )


Wetfix-be adalah bahan kimia anti striping yang berguna untuk
meningkatkan ikatan dan menstabilkan campuran antara agregat dan aspal terutama
pada musim hujan. Zat aditif kelekatan dan anti pengelupasan dapat ditambahkan
ke dalam aspal dan prosentase aditif yang diperlukan serta waktu pencampurannya
harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Manfaat penggunaan zat aditif
wetfix-be pada perkerasan jalan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pelapisan dan daya lekat.
b. Meningkatkan kelekatan dengan mengurangi tegangan permukaan aspal
dan agregat.
c. Kekuatan perekat sangat meningkat melalui pembentukan ikatan kimia.
d. Ikatan kimia yang dihasilkan jauh lebih kuat dan tahan terhadap stripping
e. Mudah dipadatkan (easier to compact)
f. Efek Anti-Penuaan (Anti Aging)
g. Memungkinkan pilihan agregat yang lebih luas agregat
Spesifikasi yang dimiliki oleh wetfix-be seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 2.1. Spesifikasi yang dimiliki oleh Wetfix-Be ( Akzo Nobel,2003 )
Parameter Batas Metode

Asam Nilai <10 mg KOH/g VE/2.013


Jumlah Amina Nomor 160-185 mg HCI/g VE/2.018
Kimia dan Data Fisik Khas Nilai
Penampilan Coklat, cairan kental pada suhu 20℃
pH 11 ( 5% dalam air )
Kepadatan 980 Kg/m3 pada suhu 20℃
Titik Nyala >218℃
Titik Lebur <-20℃
Kelekatan 800 mPa.s pada 20℃
Kelarutan Khas Nilai
Etanol Larut
Air Emulsifiable
12

Kemasan dan Penyimpanan


Penyimpanan Produk ini stabil selama minimal dua tahun dalam
wadah aslinya
Penanganan Tertutup pada suhu kamar

2.6 Laston Lapis Antara ( AC – BC )


Laston lapis antara merupakan lapisan permukaan atas perkerasan lentur
jalan raya yang mengandung lapisan penutup (surface course) yang terletak di
bawah lapisan aus (wearing course) dan di atas lapisan pondasi (base course),
lapisan ini juga berfungsi meningkatkan daya dukung terhadap beban lalu lintas
yang lewat diatasnya.
Laston lapis antara digolongkan sebagai lapisan permukaan dengan bahan
pengikat ( Boud ) yang menggunakan aspal berkisar antara 4.0 % - 6,0 % penambah
aspal disini berfungsi sebagai bahan pengikat ( boud material ), agar campuran
menjadi satu kesatuan yang kuat dan stabil. Kandungan aspal dalam campuran
dengan baik agar dapat memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Aspal harus menutupi tiap – tiap butiran batuan sehingga butir – butir batuan
tersebut terselimuti oleh lapisan aspal yang tipis.
b. Aspal harus mengisi sebagian rongga antara butir sebagai persediaan bila
selaput aspal tersebut kurang atau sudah tidak berfungsi. Rongga – rongga
ini tidak boleh terisi penuh seluruhnya oleh aspal, dengan maksud menjaga
apabila aspal tersebut mengembang karena roda kendaraan masih terdapat
persediaan ruangan cukup.
Komposisi perbandingannya direncanakan sedemikian rupa dengan tata
cara yang telah ditentukan atau menurut standar yang telah ada, sehingga dengan
demikian dapat menjamin bahwa asumsi – asumsi rencana mengenai efektif kadar
aspal ( Asphalt Contend), air voids, stability sampai batas kelelehan plastis ( flow )
benar – benar terpenuhi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Pemeriksaan campuran Laston lapis antara ( AC - BC ) yang perlu dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan raya
( General Spesification ) antara lain ( Direktorat Bina Marga ) :
13

- Stability Min 800 K


- Marshall Quotent Min 300
- Flow Min.3
- Absortion Max 1,2%
- Kadar Aspal Efektif 5,5 %
- VIM 3.5 – 5.5

2.7 Material Penyusun Laston Lapis Antara ( AC – BC )


Mutu dari aspal beton sebagian besar ditentukan oleh mutu materialnya
yaitu agregat, aspal semen, dan filler. Material hanya boleh digunakan apabila telah
dilakukan pengujian dan memenuhi persyaratan. Sebelum memulai pekerjaan
terlebih dahulu harus disiapkan persediaan bahan dalam jumlah yang cukup untuk
menjamin hasil dari pekerjaan. Untuk menjamin keseragaman campuran, sebaiknya
menggunakan bahan dari sumber yang tetap.

2.7.1 Agregat Kasar


Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi dari batuan alami
atau berupa batu pecah/belah yang dihasilkan dari quarry pemecah batu, dengan
bentuk ukurannya antara 4,76 mm — 150 mm. Agregat kasar ini dipakai secara
bersama-sama dengan bahan pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidraulik atau adukan.
Agregat kasar ini adalah komponen beton yang paling berperan dalam
menentukan hasilnya. Sama seperti halnya agregat halus, agregat kasar berdasarkan
asalnya juga dibagi menjadi dua yaitu agregat alami yang diperoleh dari sumber
alam dan agregat buatan yang diperoleh dari hasil industri pemecah batu.
Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan bersih,
kuat awet dan bebas dari bahan lainnya yang mengganggu serta memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Keausan pada 500 putaran maksimum 40 % ( PB.0206-76 Manual
Pemeriksaan Jalan ).
b. Kelekatan dengan aspal minimum 95 %( PB.0205-76 MPB ).
14

c. Jumlah berat butiran tertahan saringan No. 4 yang mempunyai paling sedikit
dua bidang pecah ( Visual ) minimum 50 % ( khusus untuk kerikil pecah ).
d. Indeks kepipihan atau kelonjongan butiran tertahan 9,5 mm atau 3/8 ‘‘
maksimum 25 % ( British Standars-812 ).
e. Penyerapan air maksimum 3 % ( PB.0202-76 MPBJ ).
f. Berat jenis curah ( Bulk ) maksimum 2,5/ khusus untuk retak ( PB.0202 –76
MPBJ ).
g. Bagian yang lunak maksimum 5 % ( AASHTO T-189 ).

2.7.2 Agregat Halus


Agregat halus adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos
saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus berasal dari hasil
disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat
pemecah batu (stone crusher). Agregat harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Agregat halus harus terdiri dari pasir alam,pasir buatan,pasir terak ataupun
gabungan dari pada bahan – bahan tersebut.
2. Agregat halus harus bersih, kering, dan bebas dari gumpalan – gumpalan
lempung dan bahan – bahan lain yang tidak diperlukan serta terdiri dari
butiran – butiran yang bersudut tajam dan mempunyai permukaan yang
kasar.
3. Agregat halus yang berasal dari batu kapur pecah hanya boleh digunakan
apabila dicampur dengan pasir alam dalam perbandingan yang sama.
4. Agregat halus yang berasal dari hasil pemecahan batu, harus berasal dari
batuan induk yang memenuhi persyaratan agregat kasar.
5. Agregat halus harus mempunyai ekivalen pasir minimum 50 %( AASHTO
T 0179 ).
6. Bahan Pengisi, Apabila diperlukan bahan pengisi harus terdiri dari abu batu
,kapur, kapur padam, semen Portland ( PC ) atau bahan non plastis lainnya.
Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain yang tidak diperlukan
15

dan apabila dilakukan pemeriksaan analisa saringan secara basah, harus


memenuhi gradasi sebagai berikut :

Tabel 2.2. Gradasi Bahan Pengisi


Ukuran Saringan Persentase Berat yang Lolos
No. 30 ( 0,590 mm ) 100

No. 50 ( 0,279 mm ) 95 – 100

No. 100 ( 0,149 mm ) 90 – 100

No. 200 ( 0,074 mm ) 65 – 100

Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( Laston Permukaan / AC – BC )

2.7.3 Agregat Campuran


1. Agregat campuran harus mempunyai gradasi yang menerus dari butir yang
kasar sampai yang halus dan apabila diperiksa dengan cara PB-0201 – 76
MPBJ
2. Harus memenuhi salah satu gradasi dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2.3. Batas – batas Gradasi Menerus Agregat Campuran
No. Campuran I II
Gradasi / Tekstur Kasar Rapat
Tebal Padat ( mm ) 25 – 50 40 – 65
Ukuran Saringan % Berat yang Lolos Saringan
1” 100
3/4” 100 80 – 100
1/2” 75 – 100 -
3/8” 60 – 85 60 – 80
No. 4 35 – 55 48 – 65
No. 8 20 – 35 35 – 50
No. 30 10 – 22 19 – 30
16

No. 50 6 – 16 13 – 23
No. 100 4 – 12 7 – 15
No. 200 2–8 1-8
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( Laston Permukaan / AC – BC )
3. Agregat campuran yang diperoleh melalui pencampuran menurut proporsi
yang diperlukan untuk rumusan campuran kerja, harus mempunyai ekivalen
pasir yang tidak kurang dari 50 % ( AASHTO T – 176 )

2.7.4 Aspal
Aspal adalah bahan hidrokarbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam yang memiliki kilau atau resin yang bersinar, tahan terhadap air, dan
viskoelastis. . Jika dipanaskan sampai temperatur tertentu aspal akan menjadi lunak
/ cair sehingga dapat menyelimuti agregat pada waktu pembuatan laston lapis
antara. Jika temperatur mulai turun aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada
tempatnya. Aspal untuk laston lapis antara harus terdiri dari salah satu aspal keras
penetrasi 60/70 atau 80/100 yang seragam, tidak mengandung air, bila dipanaskan
sampai dengan 175° C tidak berbusa dan memenuhi persyaratan.

2.8 Job Mix Formula


Job Mix Formula atau Formula Campuran kerja merupakan formula yang
dipakai sebagai acuan untuk pembuatan campuran. Formula tersebut harus sesuai
dan memenuhi persyaratan. Proses pembuatannya telah melalui beberapa tahapan
yaitu dari mulai rancangan formula kerja, kemudian uji pencampuran di unit
pencampur aspal, uji penghamparan dan pemadatan di lapangan.
Secara umum dapat dipastikan bahwa aspal beton job mix formula adalah
suatu bahan konstruksi yang terdiri dari campuran batu – batuan berbutir yang tidak
seragam seperti batu split, kerkil pasir dan debu mineral ( filler ) dan campuran
aspal sebagai bahan pengikatnya. Hasil dari campuran bahan – bahan tersebut akan
menghasilkan suatu lapisan permukaan yang disebut dengan lapisan aspal beton.
Lapisan permukaan itu diperoleh setelah melalui proses pengolahan, penghamparan
dan pemadatan. Maka dihasilkan suatu lapisan permukaan yang memiliki sifat
17

fleksibilitas. Job mix formula itu dapat diperoleh dari campuran dalam
perbandingan tertentu dari dua bahan pokok yaitu :
1. Material agregat berbutir
2. Bahan pengikat aspal

2.9 Campuran
2.9.1 Komposisi Campuran
Campuran untuk Laston Lapis Antara pada umumnya terdiri dari agregat
kasar, agregat halus, dan aspal. Masing – masing fraksi agregat terlebih dahulu
harus diperiksa gradasinya dan selanjutnya digabungkan menurut perbandingan
yang akan menghasilkan agregat campuran yang memenuhi gradasi pada tabel.
Bahan - bahan tersebut ditambahkan aspal secukupnya sehingga diperoleh
campuran yang memenuhi persyaratan seragam.
Tabel 2.4. Persyaratan Aspal Keras
Cara Persyaratan Satuan
Pemeriksaan
Jenis ( MPBJ ) Pen.60 Pen.80
Pemeriksaan
Min Max Min Max
1. Penetrasi PA.0301-76 60 79 80 99 0.1 mm
( 125℃ 5 detik )
2. Titik Lembek PA.0302-76 48 58 46 54 ℃
( Ring Ball )
3. Titik Nyala PA.0303-76 200 - 225 - ℃
( Clev Open Cup )
4. Kehilangan - 0.8 - 0.1 % Berat
Berat
( 163℃ 5 jam )
5. Kelarutan PA.0305-7600 99 - 99 - % Berat
( C2HCL3 )
18

6. Daktilitas PA.0306-76 100 - 100 - Cm


( 25℃ 5 cm/menit )
7. Persentase setelah PA.0301-76 54 - 50 -
kehilangan berat
8. Daktilitas setelah PA.0306-76 50 - 75 - CH
kehilangan berat
9. Berat Jenis PA.0307-76 1 - 1 -
( 25º )
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( Laston AC – BC )

2.9.2 Kadar Aspal dalam Campuran


Kadar aspal dalam campuran yaitu persentase berat aspal terhadap berat
campuran berkisar antara 5 % sampai 7 %. Kadar aspal yang tepat harus ditentukan
berdasarkan pengujian cara marshall ( PC > 0207 – 76 MPBJ ) sehingga didapatkan
campuran yang memenuhi persyaratan.

2.9.3 Bahan Anti Pengelupasan pada Campuran AC – BC


Bahan anti pengelupasan atau anti stripping agent merupakan bahan kimia
yang digunakan untuk meningkatkan ikatan dan menstabilkan campuran antara
agregat dan aspal terutama pada musim hujan. Bahan anti pengelupasan ini dapat
ditambahkan ke dalam aspal dan pemakaian zat additive ini dalam rentang 0,2 % -
0,4 % terhadap pemakaian aspal sesuai dengan spesifikasi teknik tahun 2010.
Adapun keuntungan dari penggunaan bahan anti pengelupasan pada pekerasan
jalan adalah :
1. Sebagai modifier aspal untuk meningkatkan ikatan agregat dan aspal
2. Dapat digunakan untuk berbagai macam jenis agregat
3. Pemeliharaan rutin menjadi berkurang
4. Dapat memperpanjang umur rencana jalan
19

2.9.4 Rumusan Job Mix Formula


Sebelum melaksanakan suatu pekerjaan di lapangan terlebih dahulu harus
dibuat formula campuran kerja ( Job Mix Formula ) yang akan dijadikan acuan
dalam memproduksi campuran laston lapis antara. Rumusan campuran kerja
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Nilai pasti persentase berat agregat yang lolos pada setiap saringan yang
telah ditetapkan
b. Nilai pasti kadar aspal dalam campuran
c. Nilai pasti suhu pada saat campuran keluar dari pusat campuran
d. Nilai pasti suhu pada saat campuran tiba dilapangan.
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat
isi dan berat jenis untuk dapat menghitung kadar rongga di dalam campuran.
1. % aspal terhadap agregat (a)
% Aspal Terhadap Agregat = % Aspal x Kadar Campuran
2. % aspal terhadap campuran (b)
%
= (% )
100 ……………… (1)

3. Berat contoh kering (c)


4. Berat contoh dalam keadaan jenuh (gr) (d)
5. Berat contoh dalam air (g) (e)
6. Isi contoh (ml) (f)
f=(d–e)
7. Berat isi (g)
g=

8. BJ Maksimum campuran ( teoritis ) (h)


Gmm = % % ……………… (2)
&
! "# $ %# ! '( ) (*+)

%
Bj Efektif Agregat = ,-- % '( ) ……………… (3)
*.. ! '( ) (*+)

Gmm : Berat jenis max dari campuran (tanpa pori)


9. % rongga diantara agregat (i)
20

( /) 0
VMA = 12 3 4
……………… (4)

10. % rongga terhadap campuran (j)


VIM =100 – (100 x )……………… (5)

11. % rongga terisi aspal (k)


(4 1)
VFB =100 - 4
……………… (6)

12. Pembacaan arloji stabilitas (l)


13. Stabilitas ( dengan kalibrasi alat ) (m)
m = l x Kalibrasi profil ring
14. Stabilitas ( dengan kalibrasi benda uji ) (n)
n = m x Kalibrasi benda uji
15. Kelelehan (o)
16. Hasil bagi Marshall (p)
5
p=6

12 3 4 1 73
= 100 x x Bj Aspal ……………… (8)
12 3 4 0 1 73

17. Kadar aspal efektif (q)


/ ( /)
q=b- ……………… (8)

18. Marshall Quotient


= 102 x Stabilitas ( dengan kalibrasi benda uji )

2.9.5 Penerapan Job Mix Formula dan Toleransi


Semua campuran yang dihasilkan harus memenuhi job mix formula yang
telah ditetapkan dengan toleransi sebagai berikut :
1. Berat agregat yang lolos saringan No. 8 dan yang > K.L 5 % berat agregat
2. Berat agregat yang lolos saringan No. 30, No 100, K,L 5 % berat agregat
3. Berat agregat yang lolos saringan No. 200, K,L 1 % berat agregat
4. Toleransi kadar aspal : K,L 0,3 berat agregat
5. Toleransi suhu
6. Campuran keluar dari pusat pencampuran : K,L 10° C
21

7. Campuran tiba dilapangan : K,L 10° C


Batas – batas kendali kerja ( Job Controller ) gradasi dan suhu masing –
masing tidak boleh keluar dari batas – batas umum gradasi.
Persyaratan campuran
Apabila dilakukan cara Marshall campuran harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
Tabel 2.5. Kriteria Perencanaan Campuran Laston
Klasifikasi Lalu Lintas Berat Sedang Ringan
Jumlah Tumbukan 2 x 75 2 x 50 2 x 35
Pemeriksaan Min Max Min Max Min Max
Stability (kg) 550 - 450 - 350 -
Kelelehan (mm) 2,0 4,0 2,0 4,5 2,0 5,0
Stability/Kelelehan (kg/mm) 200 350 200 350 200 350
Rongga dalam Campuran (%) 3 5 3 5 3 5
Indeks Perendaman (%) 75 - 75 - 75 -
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( Laston AC – BC )

2.10 Umur Rencana


Umur rencana perkerasan jalan merupakan jumlah tahun dari awal jalan
tersebut open traffic sampai jalan tersebut membutuhkan suatu perbaikan yang
bersifat struktural ( sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan ). Selama umur
rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti
pelapisan non struktural yang berfungsi sebagai lapisan aus. Umur rencana untuk
perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 10 tahun dan untuk peningkatan
jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 10 tahun tidak lagi ekonomis
karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar.

Anda mungkin juga menyukai