TINJAUAN PUSTAKA
5
6
1. Stabilitas
Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti
gelombang, alur ataupun bleeding.
Kebutuhan stabilitas setingkat dengan jumlah lalu lintas dan beban
kendaraan yang memakai jalan tersebut. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi
dan Sebagian besar merupakan kendaraan berat menurut stabilitas yang lebih
besar dibandingkan dengan jalan volume lalu lintas yang hanya terdiri dari
kendaraan penumpang saja.
Kestabilitasan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan itu menjadi kaku
dan cepat mengalami retak, disamping itu karena volume antar aggregat kurang,
mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan pun rendah. Hal ini menghasilakan
film aspal tipis dan mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga
durabilitasnya rendah.
Stabilitas terjadi dari hasil gesekan antar butir, penguncian antar partikel
dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Dengan demikian stabilitas yang tinggi
dapat diperoleh dengan mengusahakan penggunaan :
a. Agregat dengan gradasi yang rapat
b. Agregat dengan permukaan yang kasar
c. Agregat berbentuk kubus
d. Aspal dengan penetrasi rendah
e. Aspal dengan jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir
Agregat bergradasi baik, bergradasi rapat memberikan rongga antar butir
agregat ( Void In Mineral Agregat ) yang kecil. Keadaan ini menghasilkan
stabilitas yang tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal yang rendah untuk
mengikat agregat.
VMA yang kecil mengakibatkan asphalt yang dapat menyelimuti agregat
terbatas dan menghasilkan film aspal yang tipis. Film aspal yang tipis mudah
lepas yang mengakibatkan lapis tidak lagi kedap air, oksidasi mudah terjadi dan
lapis perkerasan mejadi rusak. Pemakaian aspal yang banyak mengakibatkan aspal
tidak lagi dapat menyelimuti agregat dengan baik karena VMA kecil dan juga
7
menghasilkan rongga antar campuran ( Voids In Mix ) yang kecil. Adanya beban
lalu lintas yang menambah pemadatan lapisan asphal akan terjadi penguapan yang
dinamakan bleeding ( Silvia Sukirman, 1993 )
3. Kelenturan ( fleksibilitas )
Kelenturan pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk
dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa
timbulnya retak dan perubahan volume. Kelenturan ( fleksibilitas ) yang tinggi
dapat diperoleh dengan :
a. Penggunaan agregat yang terjadi sepanjang sehingga diperoleh VMA yang
besar.
b. Penggunaan asphal yang lunak ( asphal dengan penetrasi yang tinggi ).
c. Penggunaan asphal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang
kecil.
8
2.3.4 Aspal
Aspal didefenisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai
temperature tertentu aspal akan menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus
agregat pada waktu pembuatan Asphalt Concrete Binder Course. Jika temperature
mulai turun aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya. Aspal
untuk AC BC harus terdiri dari salah satu aspal keras penetrasi 60/70 atau 80/100
yang seragam, tidak mengandung air, bila dipanaskan sampai dengan 175° C tidak
berbusa dan memenuhi persyaratan.
2.4 Campuran
12
Kadar aspal dalam campuran yaitu persentase berat aspal terhadap berat
campuran berkisar antara 5 % sampai 7 %. Kadar aspal yang tepat harus
ditentukan berdasarkan pengujian cara marshall ( PC > 0207 – 76 MPBJ )
sehingga didapatkan campuran yang memenuhi persyaratan seragam.
%
Bj Efektif Agregat = ,-- % '( ) ……………… (3)
*.. ! '( ) (*+)
5
p=6
12 3 4 1 73
= 100 x 12 3 4 0 1 73
x Bj Aspal ……………… (8)
permukaan menanggung beban roda yang berat. Laston (AC) yang umum dikenal
ada tiga, yaitu:
1. AC Base (untuk lapis fondasi)
2. AC-BC (untuk lapis permukaan anatara)
3. AC-WC (untuk lapis Permukaan Atas atau Aus)
d. Pondasi Talford, ialah pondasi yang di buat dari batu – batu besar ( 15
sampai 20 cm ) disusun diatas alas pasir secara vertical, di isi dengan
pecahan batu dan di kunci dengan batuan yang lebih kecil.
e. Stabilisasi yang terdiri dari :
1. Stabilisasi agregat dengan semen ( Cement Treated Sub Base )
2. Stabilisasi agregat dengan kapur ( Lime Treated Sub Base )
3. Stabilisasi tanah dengan aspal ( Aspal Treated Base )
Sebagai lapisan permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser dan tekanan
roda serta memberikan lapisan kedap air yang dapat melindungi lapisan
dibawahnya dari rembesan air.
a. Sebagai lapis permukaan atas
b. Sebagai lapis pembentukan pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharan.
Sesuai dengan fungsinya maka lapis aspal beton mempunyai kandungan agregat
dan aspal yang berbeda. Sebagai lapis aus, maka kadar aspal yang dikandungnya
haruslah cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air, Agregat yang
dipergunakan lebih halus dibandingkan dengan aspal beton yang berfungsi
sebagai lapis pondasi (Silvia Sukirman, 1995).
2. Berdasarkan Metode Pencampuran
Berdasarkan metode pencampurannya, aspal beton dapat dibedakan atas :
a. Aspal beton Amerika, yang bersumber kepada Asphalt Institut.
b. Aspal beton durabilitas tinggi, yang bersumber pada BS 594, Inggris dan
dikembangkan oleh CQCMU ( Central Quality Control and Monitoring
Unit ), Bina Marga, Indonesia
a. Aspal harus membalut tiap – tiap butiran batuan sehingga butir – butir
batuan tersebut terselimuti oleh lapisan aspal yang tipis.
b. Aspal harus mengisi sebagian rongga antara butir sebagai persediaan bila
selaput aspal tersebut kurang atau tidak berfungsi lagi ( misalnya menjadi
kering ). Rongga – rongga ini tidak boleh terisi penuh seluruhnya oleh
aspal, dengan maksud menjaga apabila aspal tersebut mengembang karena
roda kendaraan masih terdapat persediaan ruangan cukup.
Komposisi perbandingannya direncanakan sedemikian rupa dengan tata
cara yang telah ditentukan atau menurut standar yang telah ada, sehingga dengan
demikian dapat menjamin bahwa asumsi – asumsi recana mengenai efektif kadar
aspal ( Asphalt Contend), air voids, stability sampai batas kelelehan plastis ( flow
) benar – benar terpenuhi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Pemeriksaan campuran Asphalt Concrete Binder Course ( AC - BC ) yang perlu
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan pelaksanaan pembangunan
jalan raya ( General Spesification ) antara lain sebagai ( Direktorat Bina Marga ) :
- Stability Min 800 K
- Marshall Quotent Min 300
- Flow Min.3
- Absortion Max 1,2%
- Kadar Aspal Efektif 5,5 %
- VIM 3.5 – 5.5
pelapisan non structural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana untuk
perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20 tahun dan untuk peningkatan
jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebuh besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis
karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan
ketelitian yang memadai ( tambahan tebal lapisan perkerasan ) menyebabkan
biaya awal yang cukup tinggi.