Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Job Mix Formula


Job mix formula adalah suatu rumusan perbandingan campuran yang
didesain dengan kebutuhan dan spesifikasinya. Kemudahan untuk memperoleh
fleksibilitas yang tinggi telah menempatkan aspal pada job mix formula
alternative yang paling dipilah untuk lapisan course. Sesuai dengan fungsinya
sebagai surface course sebagai ragam tekanan pembebanan. Untuk memastikan ke
fleksibilitas yang tinggi, sedang atau rendah maka kepada campuran diadakan uji
coba ( Test ) yang nantinya akan berpengaruh pada kekuatan aspal tersebut.
Secara umum dapat dipastikan bahwa aspal beton job mix formula adalah
suatu bahan konstruksi yang terdiri dari campuran batu – batuan berbutir yang
tidak seragam seperti split, kerkil pasir dan debu mineral ( filler ) dan campuran
aspal sebagai ahan pengikatnya. Hasil dari campuran bahan – bahan tertentu
tersebut di atas akan menghasilkan suatu lapisan permukaan yang disebut dengan
lapisan aspal beton. Lapisan permukaan itu diperoleh setelah melalui proses
pengolahan, penghamparan dan pemadatan. Maka dihasilkan suatu lapisan
permukaan yang memiliki sifat fleksibilitas.Dari pembahasan mengenai
pengertian job mix formula diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa job mix
formula itu hanya dapat diperoleh dari campuran dalam perbandingan tertentu dari
dua bahan pokok yaitu :
1. Material agregat berbutir
2. Bahan pengikat aspal

2.2 Karakteristik Campuran


Karekteristik yang dimiliki oleh campuran aspal beton campuran panas
adalah :

5
6

1. Stabilitas
Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti
gelombang, alur ataupun bleeding.
Kebutuhan stabilitas setingkat dengan jumlah lalu lintas dan beban
kendaraan yang memakai jalan tersebut. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi
dan Sebagian besar merupakan kendaraan berat menurut stabilitas yang lebih
besar dibandingkan dengan jalan volume lalu lintas yang hanya terdiri dari
kendaraan penumpang saja.
Kestabilitasan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan itu menjadi kaku
dan cepat mengalami retak, disamping itu karena volume antar aggregat kurang,
mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan pun rendah. Hal ini menghasilakan
film aspal tipis dan mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga
durabilitasnya rendah.
Stabilitas terjadi dari hasil gesekan antar butir, penguncian antar partikel
dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Dengan demikian stabilitas yang tinggi
dapat diperoleh dengan mengusahakan penggunaan :
a. Agregat dengan gradasi yang rapat
b. Agregat dengan permukaan yang kasar
c. Agregat berbentuk kubus
d. Aspal dengan penetrasi rendah
e. Aspal dengan jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir
Agregat bergradasi baik, bergradasi rapat memberikan rongga antar butir
agregat ( Void In Mineral Agregat ) yang kecil. Keadaan ini menghasilkan
stabilitas yang tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal yang rendah untuk
mengikat agregat.
VMA yang kecil mengakibatkan asphalt yang dapat menyelimuti agregat
terbatas dan menghasilkan film aspal yang tipis. Film aspal yang tipis mudah
lepas yang mengakibatkan lapis tidak lagi kedap air, oksidasi mudah terjadi dan
lapis perkerasan mejadi rusak. Pemakaian aspal yang banyak mengakibatkan aspal
tidak lagi dapat menyelimuti agregat dengan baik karena VMA kecil dan juga
7

menghasilkan rongga antar campuran ( Voids In Mix ) yang kecil. Adanya beban
lalu lintas yang menambah pemadatan lapisan asphal akan terjadi penguapan yang
dinamakan bleeding ( Silvia Sukirman, 1993 )

2. Daya tahan ( Durabilitas )


Daya tahan diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan dapat
menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu ataupun keausan
gesekan roda kendaraan. Factor – factor yang mempengaruhi daya tahan (
durabilitas ) lapisan ialah :
a. Film aspal atau selimut aspal, film aspal yang tebal dapat menghasilkan
lapisan aspal yang berdurabilitas tinggi, tetapi kemungkinan terjadinya
bleeding menjadi tinggi.
b. Ronga antar campuran ( VIM ) kecil sehingga lapisan kedap air dan udara
tidak masuk kedalam campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi
dan aspal menjadi rapuh/getas.
c. Rongga antar butir agregat ( VMA ) besar, sehingga film asphal dapat
dibuat tebal. Jika VMA dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi
kemungkinan terjadinya bleeding besar. Untuk mencapai VMA yang besar
ini dipergunakan agregat bergradasi senjang.

3. Kelenturan ( fleksibilitas )
Kelenturan pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk
dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa
timbulnya retak dan perubahan volume. Kelenturan ( fleksibilitas ) yang tinggi
dapat diperoleh dengan :
a. Penggunaan agregat yang terjadi sepanjang sehingga diperoleh VMA yang
besar.
b. Penggunaan asphal yang lunak ( asphal dengan penetrasi yang tinggi ).
c. Penggunaan asphal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang
kecil.
8

4. Tahanan Geser ( Skid Resistance )


Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga
kendaraan tidak mengalami slip, baik diwaktu hujan atua basah maupun diwaktu
kering. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek antar permukaan jalan dan
ban kendaraan. Tahanan geser tinggi jika :
a. Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tidak terjadi bleeding.
b. Penggunaan agregat dengan permukaan kasar
c. Penggunaan agregat berbentuk kubus
d. Penggunaan agregat kasar yang cukup.

5. Ketahanan Kelelahan ( Fatique Resistance )


Ketahanan kelelahan adalah ketahanan dari lapisan aspal beton dalam
menerima beban berulang terjadinya kelelahan yang berupa alur ( ruting ) dan
retak. Faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap kelelehan asphal adalah :
a. VIM yang tinggi dari kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
lelelahan yang lebih cepat.
b. VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis
perkerasan menjadi fleksibel.

6. Kemudahan Pelaksanaan ( Workability )


Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk
dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan
yang diharapkan. Factor yang mempengaruhi kemudahan dalam pelaksanaan
adalah :
a. Gradasi agregat, agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan dari
pada agregat bergradasi lain.
b. Temperatur campuran, yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan pengikat
yang bersifat termoplastis.
c. Kandungan bahan pengisi ( Filler ) yang tinggi menyebabkan pelaksanaan
lebih sukar.
9

2.3 Penyusun Material Asphalt Concrete Binder Course ( AC-BC )


Mutu dari jalan aspal beton sebagian besar ditentukan oleh mutu bahan –
bahannya yaitu agregat, aspal semen, dan kadang – kadang mineral pengisi.
Bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi
persyaratan. Sebelum memulai pekerjaan terlebih dahulu harus disiapkan
persediaan bahan dalam jumlah yang cukup untuk menjamin kesinambungan
pekerjaan. Untuk menjamin keseragaman campuran, sebaiknya menggunakan
bahan dari sumber yang tetap.

2.3.1 Agregat Kasar


Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan bersih,
kuat awet dan bebas dari bahan lainnya yang mengganggu serta memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Keausan pada 500 putaran maksimum 40 % ( PB.0206-76 Manual
Pemeriksaan Jalan ).
b. Kelekatan dengan aspal minimum 95 %( PB.0205-76 MPB ).
c. Jumlah berat butiran tertahan saringan No. 4 yang mempunyai paling
sedikit dua bidang pecah ( Visual ) minimum 50 % ( khusus untuk kerikil
pecah ).
d. Indeks kepipihan atau kelonjongan butiran tertahan 9,5 mm atau 3/8 ‘‘
maksimum 25 % ( British Standars-812 ).
e. Penyerapan air maksimum 3 % ( PB.0202-76 MPBJ ).
f. Berat jenis curah ( Bulk ) maksimum 2,5/ khusus untuk retak ( PB.0202 –
76 MPBJ ).
g. Bagian yang lunak maksimum 5 % ( AASHTO T-189 ).

2.3.2 Agregat Halus


1. Agregat halus harus terdiri dari pasir alam atau pasir buatan atau pasir
terak atau gabungan dari pada bahan – bahan tersebut.
2. Agregat halus harus bersih, kering kuat bebas dari gumpalan – gumpalan
lempung dan bahan – bahan lain yang mengganggu serta terdiri dari
10

butiran – butiran yang bersudut tajam dan mempunyai permukaan yang


kasar.
3. Agregat halus yang berasal dari batu kapur pecah hanya boleh digunakan
apabila dicampur dengan pasir alam dalam perbandingan yang sama
kecuali apabila pengalaman telah menunjukkan bukti bahwa bahan
tersebut tidak mudah licin oleh lalu lintas.
4. Agregat halus yang berasal dari hasil pemecahan batu, harus berasal dari
batuan induk yang memenuhi persyaratan agregat kasar.
5. Agregat halus harus mempunyai ekivalen pasir minimum 50 %( AASHTO
T 0179 ).
6. Bahan Pengisi, Apabila diperlukan bahan pengisi harus terdiri dari abu
batu , kapur, kapur padam, semen Portland ( PC ) atau bahan non plastis
lainnya. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain yang
mengganggu dan apabila dilakukan pemeriksaan analisa saringan secara
basah, harus memenuhi gradasi sebagai berikut :

Tabel 2.1. Gradasi Bahan Pengisi


Ukuran Saringan Persentase Berat yang Lolos
No. 30 ( 0,590 mm ) 100

No. 50 ( 0,279 mm ) 95 – 100

No. 100 ( 0,149 mm ) 90 – 100

No. 200 ( 0,074 mm ) 65 – 100

Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( Laston Permukaan / AC – BC ), PU

2.3.3 Agregat Campuran


1. Agregat campuran harus mempunyai gradasi yang menerus dari butir yang
kasar sampai yang halus dan apabila diperiksa dengan cara PB-0201 – 76
MPBJ
2. Harus memenuhi salah satu gradasi dalam tabel dibawah ini :
11

Tabel 2.2. Batas – batas Gradasi Menerus Agregat Campuran


No. Campuran I II
Gradasi / Tekstur Kasar Rapat
Tebal Padat ( mm ) 25 – 50 40 – 65
Ukuran Saringan % Berat yang Lolos Saringan
1” 100
3/4” 100 80 – 100
1/2” 75 – 100 -
3/8” 60 – 85 60 – 80
No. 4 35 – 55 48 – 65
No. 8 20 – 35 35 – 50
No. 30 10 – 22 19 – 30
No. 50 6 – 16 13 – 23
No. 100 4 – 12 7 – 15
No. 200 2–8 1-8
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( Laston Permukaan / AC – BC ), PU
3. Agregat campuran yang diperoleh melalui pencampuran menurut proporsi
yang diperlukan untuk rumusan campuran kerja, harus mempunyai
ekivalen pasir yang tidak kurang dari 50 % ( AASHTO T – 176 )

2.3.4 Aspal
Aspal didefenisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai
temperature tertentu aspal akan menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus
agregat pada waktu pembuatan Asphalt Concrete Binder Course. Jika temperature
mulai turun aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya. Aspal
untuk AC BC harus terdiri dari salah satu aspal keras penetrasi 60/70 atau 80/100
yang seragam, tidak mengandung air, bila dipanaskan sampai dengan 175° C tidak
berbusa dan memenuhi persyaratan.

2.4 Campuran
12

2.4.1 Komposisi Umum Campuran


Campuran untuk Asphalt Binder Course pada dasarnya terdiri dari agregat
kasar, agregat halus, dan aspal. Masing – masing fraksi agregat terlebih dahulu
haurs diperiksa gradasinya dan selanjutnya digabungkan menurut perbandingan
yang akan menghasilkan agregat campuran yang memenuhi gradasi pada table.
Kedalam agregat campuran tersebut ditambahkan aspal secukupnya sehingga
diperoleh campuran yang memenuhi persyaratan seragam.
Tabel 2.3. Persyaratan Aspal Keras
Cara Pemeriksaan Persyaratan Satuan
Jenis Pemeriksaan ( MPBJ ) Pen.60 Pen.80
Min Max Min Max
1. Penetrasi PA.0301-76 60 79 80 99 0.1 mm
( 125℃ 5 detik )
2. Titik Lembek PA.0302-76 48 58 46 54 ℃
( Ring Ball )
3. Titik Nyala PA.0303-76 200 - 225 - ℃
( Clev Open Cup )
4. Kehilangan Berat - 0.8 - 0.1 % Berat
( 163℃ 5 jam )
5. Kelarutan PA.0305-7600 99 - 99 - % Berat
( C2HCL3 )
6. Daktilitas PA.0306-76 100 - 100 - Cm
( 25℃ 5 cm/menit )
7. Persentase setelah PA.0301-76 54 - 50 -
kehilangan berat
8. Daktilitas setelah PA.0306-76 50 - 75 - CH
kehilangan berat
9. Berat Jenis ( 25º ) PA.0307-76 1 - 1 -
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( Laston AC – BC )

2.4.2 Kadar Aspal Dalam Campuran


13

Kadar aspal dalam campuran yaitu persentase berat aspal terhadap berat
campuran berkisar antara 5 % sampai 7 %. Kadar aspal yang tepat harus
ditentukan berdasarkan pengujian cara marshall ( PC > 0207 – 76 MPBJ )
sehingga didapatkan campuran yang memenuhi persyaratan seragam.

2.4.3 Zat Tambahan Bahan Anti Pengelupasan pada Campuran AC – BC


Merupakan bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan ikatan dan
menstabilkan campuran antara agregat dan aspal terutama pada musim hujan. Zat
additive anti pengelupasan ini dapat ditambahkan ke dalam aspal dan pemakaian
zat additive ini dalam rentang 0,2 % - 0,4 % terhadap pemakaian aspal sesuai
dengan spesifikasi teknik tahun 2010. Adapun keuntungan dari penggunaan zat
additive anti pengelupasan pada pekerasan jalan adalah :
1. Sebagai modifier aspal untuk meningkatkan ikatan agregat dan aspal
2. Dapat digunakan untuk berbagai macam jenis agregat
3. Pemeliharaan rutin menjadi berkurang
4. Dapat memperpanjang umur jalan 3 – 4 tahun.
5. Jalan selalu baik terpelihara dan nyaman

2.4.4 Rumusan Campuran Kerja ( Job Mix Formula )


Sebelum pelaksanaan dimulai, terlebih dahulu harus dibuat rumusan
campuran kerja ( Job Mix Formula ) yang akan dijadikan dasar dalam
memproduksi campuran seragam. Rumusan campuran kerja tersebut harus
menunjukan hal – hal sebagai berikut :
a. Nilai pasti persentase berat agregat yang lolos pada setiap saringan yang
telah ditetapkan
b. Nilai pasti kadar aspal dalam campuran
c. Nilai pasti suhu pada saat campuran keluar dari pusat campuran
d. Nilai pasti suhu pada saat campuran tiba dilapangan.
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian
berat isi dan berat jenis untuk dapat menghitung kadar rongga di dalam campuran.
1. % aspal terhadap agregat (a)
14

% Aspal Terhadap Agregat = % Aspal x Kadar Campuran


2. % aspal terhadap campuran (b)
%
= (% )
100 ……………… (1)

3. Berat contoh kering (c)


4. Berat contoh dalam keadaan jenuh (gr) (d)
5. Berat contoh dalam air (g) (e)
6. Isi contoh (ml) (f)
f=(d–e)
7. Berat isi (g)
g=

8. BJ Maksimum campuran ( teoritis ) (h)


Gmm = % % ……………… (2)
&
! "# $ %# ! '( ) (*+)

%
Bj Efektif Agregat = ,-- % '( ) ……………… (3)
*.. ! '( ) (*+)

Gmm : Berat jenis max dari campuran (tanpa pori)


9. % rongga diantara agregat (i)
( /) 0
VMA = 12 3 4
……………… (4)

10. % rongga terhadap campuran (j)


VIM =100 – (100 x )……………… (5)

11. % rongga terisi aspal (k)


(4 1)
VFB =100 - 4
……………… (6)

12. Pembacaan arloji stabilitas (l)


13. Stabilitas ( dengan kalibrasi alat ) (m)
m = l x Kalibrasi profil ring
14. Stabilitas ( dengan kalibrasi benda uji ) (n)
n = m x Kalibrasi benda uji
15. Kelelehan (o)
16. Hasil bagi Marshall (p)
15

5
p=6

12 3 4 1 73
= 100 x 12 3 4 0 1 73
x Bj Aspal ……………… (8)

17. Kadar aspal efektif (q)


/ ( /)
q=b- ……………… (8)

18. Marshall Quotient


= 102 x Stabilitas ( dengan kalibrasi benda uji )

2.4.5 Penerapan Rumusan Campuran Kerja Dan Toleransi


Semua campuran yang dihasilkan harus memenuhi rumusan campuran
kerja yang telah ditetapkan dengan toleransi sebagai berikut :
1. Berat agregat yang lolos saringan No. 8 dan yang > K.L 5 % berat agregat
2. Berat agregat yang lolos saringan No. 30, No 100, K,L 5 % berat agregat
3. Berat agregat yang lolos saringan No. 200, K,L 1 % berat agregat
4. Toleransi kadar aspal : K,L 0,3 berat agregat
5. Toleransi suhu
6. Campuran keluar dari pusat pencampuran : K,L 10° C
7. Campuran tiba dilapangan : K,L 10° C
Batas – batas kendali kerja ( Job Controller ) gradasi dan suhu masing –
masing tidak boleh keluar dari batas – batas umum gradasi.
Persyaratan campuran
Apabila dilakukan cara Marshall campuran harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
Tabel 2.4 Kriteria Perencanaan Campuran Laston
Klasifikasi Lalu Lintas Berat Sedang Ringan
Jumlah Tumbukan 2 x 75 2 x 50 2 x 35
Pemeriksaan Min Max Min Max Min Max
Stability (kg) 550 - 450 - 350 -
Kelelehan (mm) 2,0 4,0 2,0 4,5 2,0 5,0
16

Stability/Kelelehan (kg/mm) 200 350 200 350 200 350


Rongga dalam Campuran (%) 3 5 3 5 3 5
Indeks Perendaman (%) 75 - 75 - 75 -
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( Laston AC – BC )

2.5 Lapisan Perkerasan Lentur


Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan perkerasan yang
menggunakan asphalt sebagai bahan pengikatnya. Adapun jenis - jenis perkerasan
lentur adalah :
2.5.1 Latasir ( Lapisan Tipis Aspal Pasir ) HRSS Kelas A dan B
Campuran-campuran ini ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas jalan
ringan, khususnya pada daerah dimana aggregat kasar tidak tersedia. Pemilihan
kelas A atau kelas B tergantung pada gradasi pasir yang digunakan. Campuran
latasir biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan
sifatsifat yang disyaratkan. Campuran-campuran ini khusus mempunyai ketahanan
rutting yang rendah oleh sebab itu tidak boleh digunakan dengan lapisan yang
tebal, pada jalan-jalan lalu lintas berat dan pada daerah tanjakan.

2.5.2 Lataston ( Lapisan Tipis Aspal Beton ) HRS


Hot Rolled Sheet setara dengan lataston (Spesifikasi Bina Marga
12/PT/b/1983) dan ditujukan untuk dipergunakan pada jalan yang memikul lalu
lintas ringan atau sedang. Hal-hal dengan karakteristik yang paling penting adalah
keawetan, fleksibilitas dan ketahanan kelelahan yang tinggi, sedangkan
pertimbangan kekuatan hanya kepentingan kedua, asalkan batas-batas terendah
dari spesifikasi ini dilampaui.

2.5.3 Laston AC ( Lapisan Aspal Beton )


Laston yang direncanakan menurut spesifikasi ini setara dengan
(Spesifikasi Bina Marga 12/PT/b/1983) dan digunakan untuk jalan-jalan dengan
lalu lintas berat, tanjakan, pertemuan jalan dan daerah-daerah lainnya dimana
17

permukaan menanggung beban roda yang berat. Laston (AC) yang umum dikenal
ada tiga, yaitu:
1. AC Base (untuk lapis fondasi)
2. AC-BC (untuk lapis permukaan anatara)
3. AC-WC (untuk lapis Permukaan Atas atau Aus)

2.5.4 Asphalt Treated Base ( ATB )


Asphalt Treated Base (ATB) adalah khusus diformulasikan untuk
meningkatkan keawetan dan ketahanan, kelelahan. Penting diketahui bahwa setiap
penyimpangan dari spesifikasi, khususnya pengurangan dalam kadar bitumen
memungkinkan tidak berlakunya rancangan untuk lapisan perkerasan pada suatu
proyek karena akan memerlukan pelapisan yang tebal.
2.6 Lapisan Pondasi Atas ( Base Course )
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis
pondasi bawah dengan lapis permukaan, yang berfungsi untuk :
1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan ke lapisan bawahnya.
2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
3. Sebagai bantalan untuk lapisan permukaan.
Material yang dipergunakan untuk lapisan pondasi atas adalah material
yang cukup kuat, seperti batu pecah, kerikil pecah. Jenis pondasi atas yang umum
dipergunakan di Indonesia antara lain :
a. Agregat bergradasi baik, dapat dibagi atas :
1. Batu pecah kelas A
2. Batu pecah kelas B
3. Batu pecah kelas C
b. Pondasi macadam, yaitu kontruksi yang terdiri dari batu – batu pecah juga
kontruksi ditambah kan pasir atau hasil – hasil saringan batuan yang
selanjutnya diisikan kedalam susunan tersebut diatas.
c. Penetrasi macadam, yaitu mempenetrasikan bahan – bahan aspal diatas
batu agar meresap ke dalam susunan tersebut.
18

d. Pondasi Talford, ialah pondasi yang di buat dari batu – batu besar ( 15
sampai 20 cm ) disusun diatas alas pasir secara vertical, di isi dengan
pecahan batu dan di kunci dengan batuan yang lebih kecil.
e. Stabilisasi yang terdiri dari :
1. Stabilisasi agregat dengan semen ( Cement Treated Sub Base )
2. Stabilisasi agregat dengan kapur ( Lime Treated Sub Base )
3. Stabilisasi tanah dengan aspal ( Aspal Treated Base )

2.7 Lapisan Permukaan ( Surface Course )


Lapisan permukaan ( Surface Course ) merupakan penutup dari semua
lapis kontruksi perkerasan. Lapisan permukaan ini berfungsi :
1. Bagian perkerasan untuk menehan gaya dari beban – beban roda
2. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan
akibat cuaca
3. Sebagai lapisan Permukaan ( Binder Course ), lapisan yang langsung
menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
Sebagai lapis permukaan yang tidak langsung menjadi korban akibat
gesekan roda – roda kendaraan yang semakin lama semakin tipis dan menjadi
rusak, maka pemakaian bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan
kegunaannya, umur rencana dan ketahanan kontruksinya agar mencapai manfaat
yang besar dari biaya yang dikeluarkan.
Lapis permukaan hendaknya memberikan suatu bidang jalan yang dapat
dilalui dengan menyenangkan dan ekonomis, untuk itu harus memenuhi syarat
seperti kuat, kedap, air, tidak licin mudah kelihatan dan menyilaukan.

2.8 Klasifikasi Aspal Beton


1. Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsinya aspal beton campuran panas dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
19

Sebagai lapisan permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser dan tekanan
roda serta memberikan lapisan kedap air yang dapat melindungi lapisan
dibawahnya dari rembesan air.
a. Sebagai lapis permukaan atas
b. Sebagai lapis pembentukan pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharan.
Sesuai dengan fungsinya maka lapis aspal beton mempunyai kandungan agregat
dan aspal yang berbeda. Sebagai lapis aus, maka kadar aspal yang dikandungnya
haruslah cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air, Agregat yang
dipergunakan lebih halus dibandingkan dengan aspal beton yang berfungsi
sebagai lapis pondasi (Silvia Sukirman, 1995).
2. Berdasarkan Metode Pencampuran
Berdasarkan metode pencampurannya, aspal beton dapat dibedakan atas :
a. Aspal beton Amerika, yang bersumber kepada Asphalt Institut.
b. Aspal beton durabilitas tinggi, yang bersumber pada BS 594, Inggris dan
dikembangkan oleh CQCMU ( Central Quality Control and Monitoring
Unit ), Bina Marga, Indonesia

2.9 Lapisan Asphalt Concrete Binder Course ( AC – BC )


Lapisan asphal concrete binder course adalah merupakan lapisan
permukaan atas perkerasan lentur jalan raya yang mengandung lapisan penutup (
surface course ) dan sekaligus berfungsi meningkatkan daya dukung terhadap
beban lalu lintas yang lewat diatasnya ( Departemen PU Direktorat Bina marga,
1990 ).
Asphalt Concrete Binder Course adalah digolongkan sebagai lapisan
permukaan dengan bahan pengikat ( Boud ) yang menggunakan aspal berkisar
antara 4.0 % - 6,0 % penambah aspal disini berfungsi sebagai bahan pengikat (
Boud material ), agar campuran menjadi satu kesatuan yang kuat dan stabil.
Kandungan aspal dalam campuran dengan baik agar dapat memenuhi syarat
sebagai berikut :
20

a. Aspal harus membalut tiap – tiap butiran batuan sehingga butir – butir
batuan tersebut terselimuti oleh lapisan aspal yang tipis.
b. Aspal harus mengisi sebagian rongga antara butir sebagai persediaan bila
selaput aspal tersebut kurang atau tidak berfungsi lagi ( misalnya menjadi
kering ). Rongga – rongga ini tidak boleh terisi penuh seluruhnya oleh
aspal, dengan maksud menjaga apabila aspal tersebut mengembang karena
roda kendaraan masih terdapat persediaan ruangan cukup.
Komposisi perbandingannya direncanakan sedemikian rupa dengan tata
cara yang telah ditentukan atau menurut standar yang telah ada, sehingga dengan
demikian dapat menjamin bahwa asumsi – asumsi recana mengenai efektif kadar
aspal ( Asphalt Contend), air voids, stability sampai batas kelelehan plastis ( flow
) benar – benar terpenuhi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Pemeriksaan campuran Asphalt Concrete Binder Course ( AC - BC ) yang perlu
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan pelaksanaan pembangunan
jalan raya ( General Spesification ) antara lain sebagai ( Direktorat Bina Marga ) :
- Stability Min 800 K
- Marshall Quotent Min 300
- Flow Min.3
- Absortion Max 1,2%
- Kadar Aspal Efektif 5,5 %
- VIM 3.5 – 5.5

2.10 Zat Additive Anti Pengelupasan


Wetfix-be adalah bahan kimia anti striping yang disarankan dosis
pemakaian yaitu 0,3% terhadap kadar aspal, berguna untuk meningkatkan ikatan
dan menstabilkan campuran antara agregat dan aspal terutama pada musim hujan.
Zat aditif kelekatan dan anti pengelupasan dapat ditambahkan ke dalam aspal dan
prosentase aditif yang diperlukan serta waktu pencampurannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Keuntungan lain menggunakan zat aditif
wetfix-be pada perkerasan jalan yaitu:
21

a. Sebagai modifier aspal untuk meningkatkan ikatan agregat dan aspal.


b. Dapat digunakan untuk berbagai macam jenis agregat.
c. Pemeliharaan rutin menjadi berkurang.
d. Dapat memperpanjang umur jalan 3-4 tahun.
e. Jalan selalu baik terpelihara dan nyaman.
Spesifikasi yang dimiliki oleh wetfix-be seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 2.5. Spesifikasi yang dimiliki oleh Wetfix-Be ( Akzo Nobel,2003 )
Parameter Batas Metode

Asam Nilai <10 mg KOH/g VE/2.013


Jumlah Amina Nomor 160-185 mg HCI/g VE/2.018
Kimia dan Data Fisik Khas Nilai
Penampilan Coklat, cairan kental pada suhu 20℃
pH 11 ( 5% dalam air )
Kepadatan 980 Kg/m3 pada suhu 20℃
Titik Nyala >218℃
Titik Lebur <-20℃
Kelekatan 800 mPa.s pada 20℃
Kelarutan Khas Nilai
Etanol Larut
Air Emulsifiable
Kemasan dan Penyimpanan
Penyimpanan Produk ini stabil selama minimal dua tahun dalam
wadah aslinya
Penanganan Tertutup pada suhu kamar

2.11 Umur Rencana


Umur rencana perkerasan jalan ialah jumlah tahun dari saat jalan tersebut
dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu paerbaikan yang
bersifat structural ( sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan ). Selam umur
rencana tersebut pemeriharaan perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti
22

pelapisan non structural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana untuk
perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20 tahun dan untuk peningkatan
jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebuh besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis
karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan
ketelitian yang memadai ( tambahan tebal lapisan perkerasan ) menyebabkan
biaya awal yang cukup tinggi.

Anda mungkin juga menyukai