Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TEKNIK PEMELIHARAAN

PRASARANA BANDAR UDARA


“PERKERASAN LENTUR”

OLEH :

RISKY JARIMA. (C1022110400)

D-III TEKNOLOGI BANDAR UDARA

POLITEKNIK PENERBANGAN MAKASSAR

2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala hikmat dan Anugerah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Ilmu Bahan Teknik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang “Perkerasan Lentur” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Dandi Ruhmana Nawir, S.T selaku
dosen mata kuliah Teknik Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara yang memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya.

Saya menyadari makalah yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saya sangat menantikan kritik dan saran dari kita semua yang telah membaca isi makalah ini.

Makassar, 27 Maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkerasan lentur merupakan lapisan yang terdiri lapisan aspal beton (Surface Course),
lapisan pondasi (Base Course), dan lapis tanah dasar (Subgrade). Dalam merencanakan tebal
perkerasan akan didesain sesuai umur rencana yang direncanakan. Namun dalam kondisi
lapangan tidak menutup kemungkinan jalan tersebut setelah dibuka untuk melayani lalulintas
mengalami kerusakan yang lebih cepat. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, diantaranya
terdapat faktor cuaca, kesalahan dalam pelaksanaan konstruksi, beban kendaraan yang berlebih.
Akibat dari beberapa faktor tersebut dapat berupa kerusakan yang dapat memperngaruhi kinerja
perkerasan.
Bina Marga (2017) mendefinisikan bahwa kinerja yang terjadi pada perkerasan lentur
berupa retak lelah dan deformasi permanen (alur). Retak lelah pada perkerasan jalan merupakan
jenis kerusakan yang disebabkan kelelahan pada permukaan hot mix karena lalu lintas berulang.
Dimana tegangan tarik yang terjadi cukup besar lalu menjalar kepermukaan yang mengakibatkan
bentuk retakan. Sedangkan rutting atau alur merupakan salah satu kerusakan yang terjadi pada
perkerasan lentur yang diakibatkan karena permasalahan pada saat pemadatan atau desain
campuran sehingga akibat yang dapat terjadi karena permasalahan tersebut adalah deformasi
permanen pada suatu lapisan yang berbentuk alur jejak roda yang dilalui kendaraan.
Pada dasarnya terdapat metode dalam mengetahui kinerja perkerasan jalan, yaitu dengan
menggunakan metode empiris. Metode empiris merupakan perhitungan yang didasarkan pada
karakteristik material, beban roda, struktur perkerasan dan memperoleh keluaran berupa kinerja
perkerasan terhadap beban roda seperti tegangan, regangan atau lendutan. Dengan menggunakan
data dari respon kinerja perkerasan tersebut dapat digunakan sebagai kontrol dalam hal
deformasi permanen dan retak kelelahan yang terjadi pada perkerasan lentur.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perkerasan lentur?


2. Apa saja bahan penyusun perkerasan lentur?
3. Bagaimana kriteria konstruksi perkerasan jalan?
4. Bagaimana konstruksi dari perkerasan lentur?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang perkerasan lentur;
2. Mengetahui bahan penyusun dari perkerasan lentur;
3. Mengetahui kriteria konstruksi perkerasan jalan;
4. Mengetahui konstruksi dari perkerasan lentur.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Menurut Sukirman (1999:4) Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement), yaitu


perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasan bersifat
memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakan diatas tanah dasar
yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan
menyebarkannya ke lapisan dibawahnya. Pada gambar 2.1 terlihat bahwa beban kendaraan
dilimpahkan keperkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata po. Beban
tersebut diterima oleh lapisan permukaan dan disebarkan ketanah dasar menjadi p1 yang lebih
kecil dari daya dukung tanah dasar.

Lapisan Permukaan adalah lapisan yang terletak paling atas yang berfungsi sebagai : lapis
aus (wearing course), lapis perkerasan penahan beban roda, lapisan kedap air, dan lapisan yang
menyebarkan beban ke lapisan bawah.

Lapis Pondasi Atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan pondasi
bawah dan lapisan permukaan, yang berfungsi sebagai : bagian perkerasan yang menahan gaya
lintang dari beban roda dan menyebarkan beban kelapisan bawahnya, lapisan peresapan untuk
lapisan pondasi bawah, dan bantalan terhadap lapisan permukaan.
Lapis Pondasi Bawah adalah lapisan yang terletak diantara lapisan pondasi atas dan tanah
dasar, yang berfungsi sebagai : bagian dari kontruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda
ke dasar tanah, efisiensi penggunaan material karena meterial pondasi bawah lebih murah,
mengurangi tebal lapisan di atasnya, dan lapisan peresapan agar air tanah tidak berkumpul di
pondasi.

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang terletak di bawah lapisan pondasi bawah,
yang kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai
berikut : Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban
lalu lintas, Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air, Daya
dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah dengan macam
tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, Lendutan dan lendutan balik selama dan
sesudah pembebanan lalu lintas dari macam tanah tertentu, Tambahan pemadatan akibat
pembebanan lalu lintas dan penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar
(granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.

Perkerasan lentur akan mempunyai kinerja yang baik, bila perencanaan dilakukan dengan
baik dan seluruh komponen-komponen utama dalam sistem perkerasan berfungsi dengan baik.
Peranan komponen-komponen perkerasan lentur (Federal Highway Adsministration,2006) :

a. Lapisan aus (wearing course) yang memberikan cukup kekesatan, tahan gesek, dan
penutup kedap air atau drainase air permukaan.
b. Lapisan perkerasan terikat atau tersementasi yang memberikan daya dukung yang cukup,
sekaligus sebagai penghalang air yang masuk ke dalam material tak terlihat dibawahnya.
c. Lapis pondasi (base course) dan Pondasi bawah (subbase course) tak terikat yang
memberikan tambahan kekuatan, dan ketahanan 6 terhadap pengaruh air yang merusak
struktur perkerasan serta pengaruh degradasi yang lain. (erosi dan intrusi butiran halus).
d. Tanah dasar (subgrade) yang memberikan cukup kekakuan, kekuatan yang seragam dan
merupakan landasan yang stabil bagi lapisan material perkerasan diatasnya.
e. Sistem drainase yang dapat membuang air dengan cepat dari sistem perkerasan, sebelum
air menurunkan kualitas lapisan material granuler tak terikat dan tanah dasar.
B. Material Penyusun Perkerasan Lentur

Material yang akan digunakan dalam pekerasan lentur jalan terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, aspal, dan dapat ditambahkan bahan tambah lainnya sesuai dengan jenis campuran
aspal yang digunakan. Berikut adalah penjabaran tentang material penyusun perkerasan jalan
lentur.

1. Agregat

ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat,
berupa masa berukuran besar ataupun fragmen-fragmen agregat/batuan merupakan unsur
komponen utama dari lapisan pekerasan jalan yaitu mengandung 90-95% agregat berdasarkan
presentase berat atau 75%-85% agregat berdasarkan presentase volume. Dengan demikian daya
dukung, keawetan, dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil
campuran agregat dengan material lain (Sukirman,1993). Berdasarkan besar pratikel-pratikel
agregat, agregat dapat dibedakan atas sebagai berikut.

a. Agregat kasar, yaitu agregat yang tertahan ayakan no.8 (diameter 2,36 mm).
b. Agregat halus, yaitu agregat yang harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu
pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan no.8 (2,36 mm) dan tertahan saringan
no.200 (diameter 0,0075 mm).
c. Bahan pengisi (filler), yaitu bahan pengisi yang lolos ayakan no.200 (0,075 mm), dan
tidak kurang dari 95% terhadap beratnya.

2. Gradasi Agregat

Sukirman (1993) menyatakan gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran


agregat merupakan hal yang penting untuk menentukan stabilitas pekerasan/ gradasi
agregat mempengaruhi besarnya rongga diantara butir yang akan menentukan stabilitas
dan kemudahan dalam proses pelaksanaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada saya.

Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena saya
juga manusia yang tak luput dari kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai