Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan suatu
struktur atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang
tujuannya untuk menjamin keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya
dipusatkan pada bagian-bagian struktur yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan tingkat
keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan hasil pengamatan.
Uji pembebanan biasanya perlu dilakukan untuk kondisi-kondisi seperti berikut ini :
Pemilihan jenis uji pembebanan ini tergantung pada situasi dan kondisi tetapi biasanya cara
kedua dipilih jika cara pertama tidak praktis atau tidak mungkin untuk dilaksanakan. Selain itu
pemilihan jenis pengujian bergantung pada tujuan diadakannya load test. Jika tujuannya hanya
ingin mengetahun tingkat layanan struktur, maka pilihan pertama adalah pilihan terbaik. Tetapi
jika ingin mengetahui kekuatan batas dari suatu bagian struktur yang nantinya akan digunakan
sebagai kalibrasi untuk bagian-bagian struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang sama,
maka cara kedua yang paling tepat.
ACI-318’89 mensyaratkan bahwa uji pembebanan hanya bisa dilakukan jika struktur beton
berumur lebih dari 56 hari. Pemilihan bagian struktur yang akan diuji dilakukan dengan
memperhitungkan :
Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan diuji dan beban ujinya juga harus
dipertimbangkan atau dilihat apakah kondisinya baik dan kuat. Selain itu “scaffolding” juga
harus dipersiapkan jika terjadi keruntuhan bagian struktur yang diuji.
Beban pengujian haru direncanakan sedemikian rupa sehingga bagian struktur yang dimaksud
benar-benar mendapatkan beban yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini kadang sulit
direncanakan, terutama untuk pengujian struktur lantai karena adanya keterkaitan antara bagian
struktur yang diuji dengan bagian struktur lain disekitarnya sehingga timbul pengaruh pembagian
pembebanan (load sharing effect). Pengaruh ini juga bisa ditimbulkan oleh elemen-elemen non
struktural yang menempel pada bagian struktur yang akan diuji. Sebagai contoh : “ceiling
board”, elemen non struktural ini dapat berfungsi mendistribusikan beban pada komponen-
komponen struktur dibawahnya yang sebenarnya tidak saling berhubungan. Untuk menghindari
terjadinya distribusi beban yang akan diinginkan, maka bagian struktur yang akan diuji
sebaiknya diisolasikan dari bagian struktur yang ada disekitarnya.
b. Teknik Pembebanan
Pembebanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga laju distribusi pembebanan dapat
dikontrol (Gambar 1). Beban yang bisa digunakan diantaranya air, bata / batako, kantong semen /
pasir, pemberat baja dan lain-lain. Pemilihan beban yang akan digunakan tergantung dengan
distribusi pembebanan yang diinginkan, besarnya total beban yang dibutuhkan dan kemudahan
pemindahannya.
c. Parameter yang biasanya diukur dalam load test adalah lendutan, lebar retak dan regangan.
Gambar 2 memperlihatkan aplikasi beberapa jenis alat ukur dalam “load test”. Lebar retak yang
terjadi biasanya diukur dengan mikroskop tangan yang dilengkapi denagn lampu dan mempunyai
lensa yang diberi garis-garis berskala yang ketebalannya berbeda-beda (gambar 3). Cara
pengukuran adalah dengan membandingkan lebar retak yang terjadi lewat peneropongan dengan
mikroskop dengan lebar garis-garis berskala tersebut. Pola retak-retak yang terjadi biasanya
ditandai dengan menggambarkan garis-garis yang mengikuti pola retak yang ada dengan
menggunakan spidol berwarna (diujung garis-garis tersebut dituliskan informasi mengenai
tingkat pembebanan dan lebar retak yang sudah terjadi).
Gambar 1. Teknik Pembebanan
Gambar 2. Teknik Pengukuran
2. Uji Merusak
Uji merusak biasanya dilakukan jika pengujian ditempat tidak mungkin dilakukan atau jika
tujuan utama pengujian adalah untuk mengetahui kapasitas suatu bagian struktur yang nantinya
akan dijadikan sebagai acuan dalam menilai bagian-bagian struktur lainnya yang identik dengan
bagian yang diuji. Pengujian jenis ini biasanya memakan waktu dan biaya yang besar terutama
untuk pemindahan dan penggantian bagian struktur yang akan diuji di laboratorium. Walaupun
begitu, hasil yang bisa diharapkan dari pengujian ini tergolong sangat akurat dan informatif.
Mengenai teknik pelaksanaan dalam pengukuran untuk pengujian jenis ini sama dengan teknik-
teknik yang sudah diuraikan sebelumnya.
Pengertian
Uji beban pelat (plate load test ) uji yang di lakukan untuk mengetahui daya dukung tanah dalam
memikul beban diatas nya tampa terjadi keruntuhan . sangat cocok dilakukan pada pondasi
dangkal seperti untuk penyediaan tanah timbunan atau tanah yang mengandung banyak kerikil
atau batuan, dimana uji-uji lapangan yang sulit dilaksanakan.
Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan merupakan tanah dasar yang akan digunakan sebagai tumpuan
pondasi sedangkan bahan beban merupakan profil baja, karung berisi pasir, tiang angker baja,
atau beton tangki berisi air.
g. Penggambaran
1) Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1:1.000.
2) Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
3) Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y) nya.
4) Pada setiap lembar gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
5) Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis.
6) Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X, Y, Z nya dan diberi tanda khusus.
h. Pelaporan
Laporan topografi yang mencakup sekurang--‐kurangnya pembahasan mengenai hal-hal
berikut:
1) Data proyek.
2) Peta situasi proyek.
3) Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
4) Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
5) Kegiatan pengukuran titik kontrol vertical.
6) Kegiatan pengukuran situasi.
7) Kegiatan pengukuran penampang melintang.
8) Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
9) Perhitungan dan penggambaran.
10) Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya.
11) Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi termasuk kegiatan
pencetakan dan pemasangan Bench Mark (BM), pengamatan matahari, dan semua obyek yang
dianggap penting untuk keperluan perencanaan jalan.
i. Survei Geologi
Meliputi pemetaan jenis batuan dilakukan secara visual, dengan bantuan loupe dan alat
lainnya untuk menentukan penyebaran tanah/batuan dasar dan kisaran tebal tanah pelapukan.
Beberapa hal yang dilakukan pada saat survey geologi sebagai berikut:
1) Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail pada peta dasar topografi skala
1:250.000 s/d skala 1:25.000. Pencatatan kondisi geoteknik disepanjang rencana trase jalan untuk
setiap jarak 500 – 1000 m.
2) Pekerjaan penyelidikan lapangan dilakukan dengan menggunakan peralatan:
a. Palu geologi untuk mengambil contoh batuan.
b. Kompas geologi untuk menentukan jurus dan kemiringan lapisan batuan.
c. Loupe (kaca pembesar) untuk mengidentifikasi jenis mineral yang ada.
3) Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia, kemudian hasilnya diplot di
atas peta geologi teknik termasuk di dalamnya pengamatan tentang:
a. Gerakan tanah.
b. Tebal pelapukan tanah dasar.
c. Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air tanah.
4) Tata guna lahan.
5) Kedalaman.
6) Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang ada, jenis dan
karakteristik batuan, kondisi lereng serta kekerasan batuan.
j. Lokasi Quarry
1) Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan maupun untuk bahan timbunan (borrow pit)
diutamakan yang ada disekitar badan jalan/atau dekat dengan badan jalan.
2) Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke
lokasi rencana trase jalan, serta kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam proses
penambangannya.
Bangunan gedung
Dinding penahan tanah
Bendungan
Jalan
Dermaga
dll
Dari data yang diperoleh, sifat-sifat teknis tanah dipelajari kemudian dijadikan pertimbangan
dalam menganalisis penurunan dan kapasitas dukung.
1. Menetukan sifat-sifat tanah yang terkait dengan perancangan struktur yang dibangun
diatasnya
2. Menentukan kapasitas dukung tanah menurut tipe fondasi yang dipilih
3. Menentukan tipe dan kedalaman fondasi
4. Untuk mengetahui posisi muka air tanah
5. Untuk memprediksi besarnya penurunan
6. Menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan tanah atau pangkal
jembatan
7. Menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada bangunan yang
telah ada sebelumnya
8. Pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk menentukan letak-
letak ssaluran, gorong-gorong, penentuan lokasi dan macam bahan timbunan.
Pengujian pemboran maupun tes pit memberikan informaasi kondisi tanah dasar fondasi.
Penyelidikan detail pengeboran diikuti dengan pengujian dilaboratoriun dan dilapangan.
Penyelidikan tanah untuk perancangan fondasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
Laporan hasil pengeboran harus dibuat jelas dan tepat. Hal-hal kecil yang berkaitan dengan
pelaksanaan perlu dicatat seperti pergantian alat dan tipenya, kedalaman lubang dan
metode penahan lubang bor. Hasil pengeboran dicatat dalam suatu boring log yang berisi :
Pengujian dilaboratorium
Pengujian dilaboratorium dilakukan pada sampel tanah yang diperoleh dari hasil pemboran yang
digunakan untuk analisis kapasitas dukung dan penurunan. Pengujian yang sering digunakan
dalam perancangan fondasi adalah :
1. Pendahuluan
2. Deskripsi lokasi proyek
3. Kondisi geologi lokasi proyek
4. Deskripsi lapisan tanah yang diperoleh dari hasil pengeboran
5. Hasil pengujian laboratorium
6. Pembahasan
7. Kesimpulan