Anda di halaman 1dari 17

Uji pembebanan (load test) adalah suatu metode pengujian yang bersifat setengah merusak atau

merusak secara keseluruhan komponen-komponen bangunan yang diuji. Pengujian yang


dimaksud dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya adalah metode uji beban (load
test).

Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan suatu
struktur atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang
tujuannya untuk menjamin keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya
dipusatkan pada bagian-bagian struktur yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan tingkat
keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan hasil pengamatan.

PEMAKAIAN UJI PEMBEBANAN

Uji pembebanan biasanya perlu dilakukan untuk kondisi-kondisi seperti berikut ini :

1. Perhitungan analitis tidak memungkinkan untuk dilakukan karena keterbatasan informasi


mengenai detail dan geometri struktur.
2. Kinerja struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kualitas bahan, akibat
serangan zat kimia, ataupun karena adanya kerusakan fisik yang dialami bagian-bagian
struktur akibat kebakaran, gempa, pembebanan yang berlebihan dan lain-lain.
3. Tingkat kemanan struktur yang rendah akibat jeleknya kualitas pelaksanaan ataupun
akibat adanya kesalahan pada perencanaan yang sebelumnya tidak terdeteksi.
4. Struktur direncanakan dengan metode-metode yang non standard sehingga menimbulkan
kekhawatiran mengenai tingkat keamanan struktur tersebut.
5. Perubahan fungsi struktur sehingga menimbulkan pembebanan tambahan yang belum
diperhitungkan dalam perencanaan.
6. Diperlukannya pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang baru saja di renovasi.

JENIS-JENIS LOAD TEST

Uji pembebanan dikategorikan dalam dua kelompok yaitu

1. Pengujian ditempat yang biasanya bersifat non destructive


2. Pengujian bagian-bagian struktrur yang diambil dari struktur utamanya. Pengujian
biasanya dilakukan dilaboratorium dan sifat merusak.

Pemilihan jenis uji pembebanan ini tergantung pada situasi dan kondisi tetapi biasanya cara
kedua dipilih jika cara pertama tidak praktis atau tidak mungkin untuk dilaksanakan. Selain itu
pemilihan jenis pengujian bergantung pada tujuan diadakannya load test. Jika tujuannya hanya
ingin mengetahun tingkat layanan struktur, maka pilihan pertama adalah pilihan terbaik. Tetapi
jika ingin mengetahui kekuatan batas dari suatu bagian struktur yang nantinya akan digunakan
sebagai kalibrasi untuk bagian-bagian struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang sama,
maka cara kedua yang paling tepat.

1. Pengujian Pembebanan di Tempat


Tujuan utama dari pembebanan ini adalah untuk memperhatikan apakah perilaku suatu struktur
pada saat diberi beban kerja (working load) memenuhi persyaratan bangunan yang ada pada
dasarnya dibuat agar keamanan untuk penghuni bangunan tersebut terjamin. Perilaku struktur
tersebut dinilai berdasarkan pengukuruan lendutan yang terjadi. Selain itu penampakan struktur
pada saat retak-retak yang terjadi selama pengujian masih dalam batas-batas yang wajar.
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam pelaksanaan loading test adalah sebagai
berikut :

a. Persiapan dan tata cara pengujian

ACI-318’89 mensyaratkan bahwa uji pembebanan hanya bisa dilakukan jika struktur beton
berumur lebih dari 56 hari. Pemilihan bagian struktur yang akan diuji dilakukan dengan
memperhitungkan :

 Permasalahan yang ada


 Tingkat keutamaan bagian struktur yang akan diuji
 Kemudahan pelaksanaan

Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan diuji dan beban ujinya juga harus
dipertimbangkan atau dilihat apakah kondisinya baik dan kuat. Selain itu “scaffolding” juga
harus dipersiapkan jika terjadi keruntuhan bagian struktur yang diuji.

Beban pengujian haru direncanakan sedemikian rupa sehingga bagian struktur yang dimaksud
benar-benar mendapatkan beban yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini kadang sulit
direncanakan, terutama untuk pengujian struktur lantai karena adanya keterkaitan antara bagian
struktur yang diuji dengan bagian struktur lain disekitarnya sehingga timbul pengaruh pembagian
pembebanan (load sharing effect). Pengaruh ini juga bisa ditimbulkan oleh elemen-elemen non
struktural yang menempel pada bagian struktur yang akan diuji. Sebagai contoh : “ceiling
board”, elemen non struktural ini dapat berfungsi mendistribusikan beban pada komponen-
komponen struktur dibawahnya yang sebenarnya tidak saling berhubungan. Untuk menghindari
terjadinya distribusi beban yang akan diinginkan, maka bagian struktur yang akan diuji
sebaiknya diisolasikan dari bagian struktur yang ada disekitarnya.

b. Teknik Pembebanan

Pembebanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga laju distribusi pembebanan dapat
dikontrol (Gambar 1). Beban yang bisa digunakan diantaranya air, bata / batako, kantong semen /
pasir, pemberat baja dan lain-lain. Pemilihan beban yang akan digunakan tergantung dengan
distribusi pembebanan yang diinginkan, besarnya total beban yang dibutuhkan dan kemudahan
pemindahannya.

c. Parameter yang biasanya diukur dalam load test adalah lendutan, lebar retak dan regangan.
Gambar 2 memperlihatkan aplikasi beberapa jenis alat ukur dalam “load test”. Lebar retak yang
terjadi biasanya diukur dengan mikroskop tangan yang dilengkapi denagn lampu dan mempunyai
lensa yang diberi garis-garis berskala yang ketebalannya berbeda-beda (gambar 3). Cara
pengukuran adalah dengan membandingkan lebar retak yang terjadi lewat peneropongan dengan
mikroskop dengan lebar garis-garis berskala tersebut. Pola retak-retak yang terjadi biasanya
ditandai dengan menggambarkan garis-garis yang mengikuti pola retak yang ada dengan
menggunakan spidol berwarna (diujung garis-garis tersebut dituliskan informasi mengenai
tingkat pembebanan dan lebar retak yang sudah terjadi).
Gambar 1. Teknik Pembebanan
Gambar 2. Teknik Pengukuran

Gambar 3. Mikroskop untuk Pemeriksaan retak-


retak pada beton

2. Uji Merusak
Uji merusak biasanya dilakukan jika pengujian ditempat tidak mungkin dilakukan atau jika
tujuan utama pengujian adalah untuk mengetahui kapasitas suatu bagian struktur yang nantinya
akan dijadikan sebagai acuan dalam menilai bagian-bagian struktur lainnya yang identik dengan
bagian yang diuji. Pengujian jenis ini biasanya memakan waktu dan biaya yang besar terutama
untuk pemindahan dan penggantian bagian struktur yang akan diuji di laboratorium. Walaupun
begitu, hasil yang bisa diharapkan dari pengujian ini tergolong sangat akurat dan informatif.
Mengenai teknik pelaksanaan dalam pengukuran untuk pengujian jenis ini sama dengan teknik-
teknik yang sudah diuraikan sebelumnya.
Pengertian
Uji beban pelat (plate load test ) uji yang di lakukan untuk mengetahui daya dukung tanah dalam
memikul beban diatas nya tampa terjadi keruntuhan . sangat cocok dilakukan pada pondasi
dangkal seperti untuk penyediaan tanah timbunan atau tanah yang mengandung banyak kerikil
atau batuan, dimana uji-uji lapangan yang sulit dilaksanakan.

Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan merupakan tanah dasar yang akan digunakan sebagai tumpuan
pondasi sedangkan bahan beban merupakan profil baja, karung berisi pasir, tiang angker baja,
atau beton tangki berisi air.

Peralatan yang digunakan pada uji PLT


1.Meja beban
2.Dongkrak
3.Pelat dukung
4. Arloji ukur penurunan yang sudah di kalibrasi
5. Arloji ukur beban yang sudah dikalibrasi
6.Serta alat penunjang lain nya
PENYELIDIKAN TANAH
A. Pengertian
Penyelidikan tanah merupakan suatu upaya memperoleh informasi bawah tanah untuk
perencanaan pondasi bangunan sipil. Penyelidikan tanah harus mencapai kedalaman dimana
tanah memberikan daya dukungnya atau mengkontribusi penurunan akibat struktur yang akan
dibangun.
Penyelidikan tanah mencakup antara lain, pengeboran tanah, pengambilan contoh tanah,
pengujian lapangan, pengujian laboratorium dan observasi air tanah. Kedalaman penyelidikan
tergantung pada Jenis Struktur, Jenis Tanah, Prakiraan awal jenis pondasi yang akan dipakai.

B. Tujuan Dan Sasaran Penyelidikan Tanah


Tujuan Penyeledikan Tanah Secara umum mencakup hal-hal berikut :
1. Untuk menentukan kondisi alamiah dari lapisan-lapisan tanah dilokasi yang ditinjau.
2. Untuk mendapatkan contoh tanah asli (undisturbed) dan tidak asli (disturbed).
3. Untuk menentukan kedalaman lapisan tanah keras.
4. Untuk melakukan uji lapangan (in-situ field test).
5. Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah perilaku bangunan yang sudah ada di
sekitar lokasi yang ditinjau.
6. Menentukan kapasitas daya dukung tanah.
7. Mengetahui kedalaman muka air tanah.
8. Memprediksi besar kecilnya penurunan yang akan terjadi.

Sedangkan Sasaran dari penyelidikan Tanah adalah sebagai berikut:


1. Stratifikasi lapisan tanah di proyek.
2. Sifat indeks pada setiap lapisan tanah.
3. Sifat mekanis pada setiap lapisan tanah.
4. Kondisi air tanah.
5. Komposisi kimia air tanah.
6. Jenis pondasi bangunan yang sudah ada disekitarnya.
C. Tahapan Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah biasanya tebagi atas 3 (tiga) tahap, antara lain pengeboran atau
penggalian lubang uji, pengambilan contoh tanah, dan pengujian contoh tanah. Pengujian pun
dilakukan pada tanah terganggu (disturbed sample) dan tanah tidak terganggu (undisturbed
sample). Tanah yang diambil untuk sampel pengujian merupakan tanah asli, yaitu bebas dari
humus dan akar tumbuh-tumbuhan.
Ketelitian dalam pengujian tanah sangat diperlukan. Terutama dalam menentukan muka air
tanah, karena data yang diperoleh untuk merencanakan pondasi sangatlah mempengaruhi
perencanaan pondasi, dan dapat menyebabkan kesalahan dalam menganalisa stabilitas tanah.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk penyelidikan tanah yaitu dengan lubang uji(
Test-pit), Bor tangan (Hand Auger), Bor Cuci ( Wash Boring), Penyelidikan dengan pencucian
(Wash Probing), dan Bor Putar (Rotary Drill).
Penyelidikan dengan lubang uji bertujuan untuk mengetahu kondisi lapisan tanah dengan
teliti. Cara ini memungkinkan untuk mengidentifikasi tanah secara langsung, mengetahui dengan
jelas kepadatan dan kondisi air tanah di lapangan. Pengujian lubang uji biasanya dilakukan pada
tempat-tempat penting suatu bangunan, seperti pada letak kolom.
Bor tangan adalah pengujian sederhana dan relatif mudah dilakukan. Penyelidikan dengan
bor tangan sering digunakan pada proyek pembangunan jalan raya, rel kereta apai, dan lapangan
terbanga. Namun alat ini tidak dapat dilakukan pada tanah pasir. Bor tangan dapat digunakan
untuk penyelidikan maksimum mencapai kedalaman 10 meter.
Bor cuci dilakukan dengan penyemprotkan air sambil memutar-mutar pipa selubung. Alat
ini digunakan untuk mengambil sampel terganggu, dan tidak dapat digunakan pada jenis tanah
berbatuan. Penyelidikan dengan pencucian pada dasarnya sama dengan bor cuci, namun
tujuannya adalah untuk mengetahui pertemuan antara tanah lunak dengan tanah padat.
Penyelidikan seperti ini sering dilakuakan pada proyek pembangunan pelabuhan.
Bor putar atau alat yang sering disebut rotary drill ini dapat digunakan pada jenis tanah apa
saja. Alat ini dapat menyelidiki tanah padat dan berbatu hingga kedalaman 40 meter. Alat ini
juga dapat digunakan pada tanah berpasir. Cara kerja alat ini yaitu dapat digunakan dengan tanpa
menggunakan pipa selubung (casing).
Tahapan lainnya dari penyelidikan tanah antara lain :
1. Penyelidikan awal : jarak titik 100 s/d 200m untuk tanah normal dan 50 s/d 100m untuk tanah
lunak.
2. Penyelidikan detil : jarak titik 15 s/d 25m untuk bangunan persegi dan 25 s/d 50m untuk
konstruksi memanjang.
3. Minimum titik penyelidikan pada tahap detil : 3 sampai 5 lokasi diatur pada pola teratur.
4. Selalu tempatkan titik penyelidikan pada posisi bangunan yang berat dan penting.
Sifat-sifat tanah dapat diperoleh dari uji coba didalam lubang bor atau melalui uji laboratorium
pada contoh tanah yang diperoleh dari pengeboran.Pengeboran untuk penyelidikan tanah harus
dilakukan dengan hati-hati dan sedapat mungkin menjaga struktur asli tanah. Hasil uji didalam
bor dan uji laboratorium sangat tergantung dari kwalitas lubang bor atau contoh tanah yang
diperoleh.

D. Batasan Penyelidikan Tanah


Batasan penyelidikan tanah tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
1. Jenis Tanah Pendukung.
2. Variasi Lapisan Tanah.
3. Kondisi Air Tanah.
4. Jenis Proyek.
5. Informasi Lain yang tersedia.
Penyelidikan tanah yang lebih teliti dibutuhkan apabila :
1. Lapisan Tanah Pendukung Sangat Bervariasi.
2. Bangunan yang penting dan besar.
3. Bangunan yang memberi dampak lingkungan besar bila terjadi kegagalan pondasi.
4. Tidak terdapat informasi awal pada lokasi proyek.

2. Penyelidikan Tanah Dalam Sebuah Proyek

A. Metode Penyelidikan Tanah Pada Jalan Raya


Didalam metode penyelidikan tanah untuk jalan raya harus melalui beberapa tahap survey
yang dilakukan , diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Survei Tofografi
Tujuan survai topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan bumi sepanjang rencana trase jalan didalam koridor yang ditetapkan untuk
penyiapan peta topografi dengan skala 1:1000, yang akan digunakan untuk perencanaan
geometrik jalan. Adapun prosedur pekerjaan pengukuran sebagai berikut :
a. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur
1) Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa dan
dikoreksi.
2) Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
b. Pemasangan Patok-patok
1) Patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa paralon ukuran 4 inci,
ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan
pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang 3 buah patok.
2) Untuk setiap titik poligon dan sipat datar harus digunakan patok.
c. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal
1) Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon tertutup.
2) Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100m.
3) Sudut‐sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit, dalam detik, dan tingkat ketelitian
pengukuran untuk sudut horizontal dengan kesalahan tidak lebih dari 10 detik kali akar jumlah
titik poligon, serta kesalahan azimuth tidak lebih dari 5 detik, disarankan untuk menggunakan
theodolit jenis T2 atau yang setingkat.
4) Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran dan untuk setiap
interval 5km.
d. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal
1) Pengukuran titik kontrol vertikal memakai alat ukur automatic level dengan tingkat ketelitian
kesalahan pengukuran tidak lebih besar dari 10 milimeter akar panjang Km.
2) Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/pembacaan (double stand).
3) Pengukuran sipat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon, sifat datar dan
potongan melintang) dan titik BM.
4) Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar, jelas dan sama.
e. Pengukuran situasi
1) Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri.
2) Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan kerapatan titik yang
cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.
3) Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
f. Pengukuran Penampang Melintang
1) Persyaratan:
Tabel 1 :Persyaratan Pengukuran Penampang Melintang

KONDISI LEBAR KORIDOR (m) INTERVAL (m)

Datar,Landai dan Lurus 75 + 75 50


Pegunungan 75 + 75 25
Tikungan 50 (Luar) + 100 (Dalam) 25

Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolit/sipat datar.

g. Penggambaran
1) Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1:1.000.
2) Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
3) Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y) nya.
4) Pada setiap lembar gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
5) Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis.
6) Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X, Y, Z nya dan diberi tanda khusus.
h. Pelaporan
Laporan topografi yang mencakup sekurang--‐kurangnya pembahasan mengenai hal-hal
berikut:
1) Data proyek.
2) Peta situasi proyek.
3) Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
4) Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
5) Kegiatan pengukuran titik kontrol vertical.
6) Kegiatan pengukuran situasi.
7) Kegiatan pengukuran penampang melintang.
8) Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
9) Perhitungan dan penggambaran.
10) Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya.
11) Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi termasuk kegiatan
pencetakan dan pemasangan Bench Mark (BM), pengamatan matahari, dan semua obyek yang
dianggap penting untuk keperluan perencanaan jalan.

i. Survei Geologi
Meliputi pemetaan jenis batuan dilakukan secara visual, dengan bantuan loupe dan alat
lainnya untuk menentukan penyebaran tanah/batuan dasar dan kisaran tebal tanah pelapukan.
Beberapa hal yang dilakukan pada saat survey geologi sebagai berikut:
1) Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail pada peta dasar topografi skala
1:250.000 s/d skala 1:25.000. Pencatatan kondisi geoteknik disepanjang rencana trase jalan untuk
setiap jarak 500 – 1000 m.
2) Pekerjaan penyelidikan lapangan dilakukan dengan menggunakan peralatan:
a. Palu geologi untuk mengambil contoh batuan.
b. Kompas geologi untuk menentukan jurus dan kemiringan lapisan batuan.
c. Loupe (kaca pembesar) untuk mengidentifikasi jenis mineral yang ada.
3) Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia, kemudian hasilnya diplot di
atas peta geologi teknik termasuk di dalamnya pengamatan tentang:
a. Gerakan tanah.
b. Tebal pelapukan tanah dasar.
c. Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air tanah.
4) Tata guna lahan.
5) Kedalaman.
6) Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang ada, jenis dan
karakteristik batuan, kondisi lereng serta kekerasan batuan.
j. Lokasi Quarry
1) Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan maupun untuk bahan timbunan (borrow pit)
diutamakan yang ada disekitar badan jalan/atau dekat dengan badan jalan.
2) Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke
lokasi rencana trase jalan, serta kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam proses
penambangannya.

k. Penyelidikan Tanah dan Bahan Jalan


Penyelidikan tanah dan bahan dilakukan dengan cara pengamatan langsung dilapangan
dan pengujian laboratorium.
1) Penyelidikan Lapangan Meliputi penyelidikan lapangan yang mencakup pengamatan visual,
pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed samples), dan pengambilan contoh tanah tak
terganggu (undisturbed samples).
a. Pengamatan visual. meliputi pengenalan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan
prosentase butiran kasar/halus).
b. Pengambilan contoh tanah terganggu dilakukan dari test pit (sumuran uji). Penggalian sumuran
uji dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda atau maksimum 5 km bila jenis tanah
sama, dengan kedalaman sekurang-kurangnya 2 m.
c. Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan menggunakan tabung
contoh tanah. Pemboran tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun
dengan lebih dari 4 m dan pada lokasi yang diperkirakan akan digali dengan kedalaman lebih
dari 6 m, dengan interval sekurang-kurangnya 1000m.
Penyelidikan tanah dilapangan dibutuhkan untuk perancangan fondasi bangunan seperti :

 Bangunan gedung
 Dinding penahan tanah
 Bendungan
 Jalan
 Dermaga
 dll

Cara penyelidikan tanah dilakukan dengan :

 Lubang uji (test pit)


 Pengeboran
 Insitu test (pengujian di lapangan)

Dari data yang diperoleh, sifat-sifat teknis tanah dipelajari kemudian dijadikan pertimbangan
dalam menganalisis penurunan dan kapasitas dukung.

Tujuan penyelidikan tanah adalah :

1. Menetukan sifat-sifat tanah yang terkait dengan perancangan struktur yang dibangun
diatasnya
2. Menentukan kapasitas dukung tanah menurut tipe fondasi yang dipilih
3. Menentukan tipe dan kedalaman fondasi
4. Untuk mengetahui posisi muka air tanah
5. Untuk memprediksi besarnya penurunan
6. Menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan tanah atau pangkal
jembatan
7. Menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada bangunan yang
telah ada sebelumnya
8. Pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk menentukan letak-
letak ssaluran, gorong-gorong, penentuan lokasi dan macam bahan timbunan.

Cara penyelidikan tanah

Pengujian pemboran maupun tes pit memberikan informaasi kondisi tanah dasar fondasi.
Penyelidikan detail pengeboran diikuti dengan pengujian dilaboratoriun dan dilapangan.

Penyelidikan tanah untuk perancangan fondasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

1. Pengeboran atau penggalian lubang uji


2. Pengambilan contoh tanah ( setiap jarak 0.75 – 3 m)
3. Pengujian contoh tanah dilapangan atau dilaboratorium
4. Analisis hasil uji tanah untuk perancangan kapasitas dukung
Pengambilan sampel pada lapisan batuan yaitu core (inti batu) menggunakan alat bore putar
(rotary drill).

Alat-alat penyelidikan tanah Alat-alat penyelidikan tanah

Laporan hasil pengeboran

Laporan hasil pengeboran harus dibuat jelas dan tepat. Hal-hal kecil yang berkaitan dengan
pelaksanaan perlu dicatat seperti pergantian alat dan tipenya, kedalaman lubang dan
metode penahan lubang bor. Hasil pengeboran dicatat dalam suatu boring log yang berisi :

1. Kedalaman lapis tanah


2. Evaluasi permukaan titik bor, lapisan tanah dan muka air tanah
3. Simbol dan jenis tanah secara grafis
4. Deskripsi tanah
5. Posisi dan kedalaman pegambilan contoh. Sebutkan disturb atau undistrub
6. Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan pengeboran

Jenis penyelidikan dilapangan

Jenis-jenis penyelidikan tanah dilapangan :

1. Uji penetrasi standar atau SPT


2. Uji penetrasi kerucut statis (static cone penetration test) atau sondir
3. Uji beban pelat
4. Uji geser kipas
5. Uji pressuremeter

Pengujian dilaboratorium

Pengujian dilaboratorium dilakukan pada sampel tanah yang diperoleh dari hasil pemboran yang
digunakan untuk analisis kapasitas dukung dan penurunan. Pengujian yang sering digunakan
dalam perancangan fondasi adalah :

1. Pengujian dari pengamatan langsung


2. Kadar air
3. Analisis butiran
4. Batas attetberg
5. Triaxial,tekan bebas,geser langsung
6. Geser kipas
7. Konsolidasi
8. Permeabilitas
9. Analisa bahan kimia dll.

Laporan penyelidikan tanah untuk peracangan fondasi


Laporan penyelidikan tanah untuk perancangan fondasi dibuat dengan mempertimbangkan
seluruh data bor, lubang uji observasi lapangan dan pengujian dilapangan dan
dilaboratorium. Laporan penyelidikan tanah berisi :

1. Pendahuluan
2. Deskripsi lokasi proyek
3. Kondisi geologi lokasi proyek
4. Deskripsi lapisan tanah yang diperoleh dari hasil pengeboran
5. Hasil pengujian laboratorium
6. Pembahasan
7. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai