Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1.Pengertian Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur
atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi
itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu
memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal
kerjanya.
1.2. Jenis Jenis Pondasi
1. Pondasi Telapak Atau Umpak (Untuk Rumah Panggung )

2. Pondasi Rollag Bata ( Untuk Penahan Lantai )

Gb.2 Pondasi Rollag


Bata
3. Pondasi Batu Kali ( Untuk Bangunan Sederhana 1-2 Lantai )
4. Pondasi Batu Bata ( Untuk Bangunan Sederhana)

5. Pondasi Tapak Atau Ceker Ayam ( Untuk Bangunan Bertingkat 2-3 Lantai )

6. Pondasi Sumuran ( Untuk Bangunan Bertingkat )

7. Pondasi Bored Pile Atau Strauss Pile ( Untuk Bangunanbertingkat)

8. Pondasi Tiang Pancang Atau Paku Bumi (Untuk Bangunan Bertingkat )


1.3. Syarat Pondasi

Sebelum merencanakan pembangunan pondasi bangunan kita harus


memperhatikan hal berikut agar nantinya tidak akan timbul kekhawatiran akan
kekuatan dan keamanan pondasi tersebut, hal tersebut adalah :

 Jenis tanah dimana pondasi dibuat


 Bentuk dimensi pondasi
 Jenis pondasi yang akan digunakan / dibuat
 Apakah daerah tersebut rawan gempa atau tidak
 Beban – beban yang mungkin dipikul pondasi selain beban bangunan

Jenis tanah salah satu syarat berdirinya sebuah pondasi, perencanaan pondasi pada
tempat tersebut dapat dilakukan dengan mengetahui jenis tanah pada daerah
tersebut. Ada beberapa kasus dimana bangunan yang dibuat terjadi penurunan
karena tidak menyelidiki lebih dahulu jenis tanah pada tempat tersebut.

Bentuk dimensi pondasi juga akan berpengaruh terhadap kekuatan pada pondasi
yang suatu bangunan. Walaupun jenis tanah sudah diuji, namun bila bentuk dimensi
pondasi tidak memadai maka juga dapat menyebabkan robohnya bangunan.

Jenis pondasi yang digunakan, sebelum jenis pondasi suatu bangunan akan dibuat
maka terlebih dahulu harus mengetahui struktur atau konstruksi apa yang akan
dibangun. Hal ini akan dapat menentukan jenis pondasi apa yang akan dibangun.

Daerah atau wilayah gempa, hal ini juga penting untuk diketahui karena percuma
saja bila kita sudah merencanakan pembuatan pondasi dengan baik namun ternyata
daerah tersebut rawan gempa. Gempa yang terjadi juga dapat merusak struktur
pondasi bangunan.

Beban yang dipikul, Sebelum pondasi dibuat juga perlu menghitung beban – beban
yang akan dipikul oleh pondasi tersebut. Beban ini tidak hanya beban bangunan saja,
namun juga beban secara keseluruhan agar kekuatan pondasi dapat menahan gaya –
gaya yang akan menimpa pondasi.

1.4.Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah adalah kegiatan untuk mengetahui daya dukung dan


karateristik tanah serta kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan
tanah/sifat tanah, mengetahui kekuata lapisan tanah dalam rangka penyelidikan
tanah dasar untuk keperluan pondasi bangunan, jalan, dll, kepadatan dan daya
dukung tanah serta mengetahui sifat korosivitas tanah.
Penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui jenis pondasi yang akan
digunakan untuk konstruksi bangunan, selain itu dari hasil penyelidikan tanah dapat
ditentukan perlakuan terhadap tanah agar daya dukung dapat mendukung konstruksi
yang akan dibangun, Dari hasil penyelidikan tanah ini akan dipilih alternatif /jenis ,
kedalaman serta dimensi pondasi yang paling ekonomis tetapi masih aman. Jadi
penyelidikan tanah sangat penting dan mutlak dilakukan sebelum struktur itu mulai
dikerjakan. Dengan mengetahui kondisi daya dukung tanah kita bisa merencanakan
suatu struktur yang kokoh dan tahan gempa, yang pada akhirnya akan memberi rasa
kenyamanan dan keamanan bila berada didalam gedung. Penyelidikan tanah yang
dilakukan dilapangan yaitu bisa Sondir (DCP), Uji Boring, Uji Penetrasi Test
(SPT) dan lain-lain. Dari sampel tanah yang diambil dilapangan untuk mengetahui
sifat-sifat dan karakteristik tanah maka dilakukan uji laboratorium. dengan
menggunakan Test.

 Tujuan Dan Sasaran Penyelidikan Tanah


Tujuan Penyeledikan Tanah Secara umum mencakup hal-hal berikut :
1. Untuk menentukan kondisi alamiah dari lapisan-lapisan tanah dilokasi
yang ditinjau.
2. Untuk mendapatkan contoh tanah asli (undisturbed) dan tidak asli
(disturbed).
3. Untuk menentukan kedalaman lapisan tanah keras.
4. Untuk melakukan uji lapangan (in-situ field test).
5. Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah perilaku bangunan
yang sudah ada di sekitar lokasi yang ditinjau
6. Menentukan kapasitas daya dukung tanah.
7. Mengetahui kedalaman muka air tanah.
8. Memprediksi besar kecilnya penurunan yang akan terjadi.
9. Pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk
menentukan letak-letak saluran, gorong-gorong, penentuan lokasi dan
macam bahan timbunan

 Penggunaan Hasil Penyelidikan Tanah Di Lapangan.


Hasil penyelidikan tanah di lapangan digunakan untuk :
1. Struktur baru:
a) Pemilihan jenis dan dalamnya pondasi.
b) Penentuan daya dukung (bearing capacity) pondasi
c) Untuk meramalkan penurunan pondasi
d) Untuk mengetahui muka air tanah
e) Untuk mengevaluasi tekanan tanah pada dinding,"abutment”
jembatan.
f) Untuk mengatasi masalah-masalah konstruksi.
g) Untuk menentukan derajat kepadatan dari urugan("fill") di bawah
pelat,"pavement"dan dinding penahan tanah.
2. Struktur yang sudah ada("Existing structures")
a) Penyelidikan keamanan suatu struktur
b) Meramalkan penurunan
c) Menentukan cara-cara perbaikan jika struktur tersebut, tidak aman
dan mengalami penurunan berlebihan.
3. "Highway"(Jalan) dan lapangan terbang("airfield")
a) Penentuan lokasi jalan.
b) Penentuan dan pemeilihan material untuk urugan dan perawatan
"subgrade" jalan.
c) Perencanaan drainase, "culvert"(terowongan air).
d) Perencanaan potongan melintang jalan.
e) Perbaikan"subgrade"jalan.
f) Lokasi sumber material untuk pengurugan "base course" dan
"wearing course" jalan.

 Tahapan Penyelidikan Tanah


Penyelidikan tanah biasanya tebagi atas 3 (tiga) tahap, antara lain
pengeboran atau penggalian lubang uji, pengambilan contoh tanah, dan pengujian
contoh tanah. Pengujian pun dilakukan pada tanah terganggu (disturbed sample) dan
tanah tidak terganggu (undisturbed sample). Tanah yang diambil untuk sampel
pengujian merupakan tanah asli, yaitu bebas dari humus dan akar tumbuh-tumbuhan.
Ketelitian dalam pengujian tanah sangat diperlukan. Terutama dalam
menentukan muka air tanah, karena data yang diperoleh untuk merencanakan
pondasi sangatlah mempengaruhi perencanaan pondasi, dan dapat menyebabkan
kesalahan dalam menganalisa stabilitas tanah.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk penyelidikan tanah yaitu dengan
lubang uji( Test-pit), Bor tangan (Hand Auger), Bor Cuci ( Wash Boring),
Penyelidikan dengan pencucian (Wash Probing), dan Bor Putar (Rotary Drill).
Penyelidikan dengan lubang uji bertujuan untuk mengetahu kondisi lapisan
tanah dengan teliti. Cara ini memungkinkan untuk mengidentifikasi tanah secara
langsung, mengetahui dengan jelas kepadatan dan kondisi air tanah di lapangan.
Pengujian lubang uji biasanya dilakukan pada tempat-tempat penting suatu
bangunan, seperti pada letak kolom.
Bor tangan adalah pengujian sederhana dan relatif mudah dilakukan.
Penyelidikan dengan bor tangan sering digunakan pada proyek pembangunan jalan
raya, rel kereta apai, dan lapangan terbanga. Namun alat ini tidak dapat dilakukan
pada tanah pasir. Bor tangan dapat digunakan untuk penyelidikan maksimum
mencapai kedalaman 10 meter.
Bor cuci dilakukan dengan penyemprotkan air sambil memutar-mutar pipa
selubung. Alat ini digunakan untuk mengambil sampel terganggu, dan tidak dapat
digunakan pada jenis tanah berbatuan. Penyelidikan dengan pencucian pada
dasarnya sama dengan bor cuci, namun tujuannya adalah untuk mengetahui
pertemuan antara tanah lunak dengan tanah padat. Penyelidikan seperti ini sering
dilakuakan pada proyek pembangunan pelabuhan.
Bor putar atau alat yang sering disebut rotary drill ini dapat digunakan pada
jenis tanah apa saja. Alat ini dapat menyelidiki tanah padat dan berbatu hingga
kedalaman 40 meter. Alat ini juga dapat digunakan pada tanah berpasir. Cara kerja
alat ini yaitu dapat digunakan dengan tanpa menggunakan pipa selubung (casing).

Tahapan lainnya dari penyelidikan tanah antara lain :


1. Penyelidikan awal : jarak titik 100 s/d 200m untuk tanah normal dan 50 s/d 100m
untuk tanah lunak.
2. Penyelidikan detil : jarak titik 15 s/d 25m untuk bangunan persegi dan 25 s/d 50m
untuk konstruksi memanjang.
3. Minimum titik penyelidikan pada tahap detil : 3 sampai 5 lokasi diatur pada pola
teratur.
4. Selalu tempatkan titik penyelidikan pada posisi bangunan yang berat dan penting.
5. Sifat-sifat tanah dapat diperoleh dari uji coba didalam lubang bor atau melalui uji
laboratorium pada contoh tanah yang diperoleh dari pengeboran.Pengeboran
untuk penyelidikan tanah harus dilakukan dengan hati-hati dan sedapat mungkin
menjaga struktur asli tanah. Hasil uji didalam bor dan uji laboratorium sangat
tergantung dari kwalitas lubang bor atau contoh tanah yang diperoleh.

 Batasan Penyelidikan Tanah


Batasan penyelidikan tanah tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
a) Jenis Tanah Pendukung.
b) Variasi Lapisan Tanah
c) Kondisi Air Tanah
d) Jenis Proyek.
 Metode penyelidikan tanah yang dipergunakan:
1. Pemboran ("drilling")
2. Sumur Percobaan ("Test Pits")
3. Pengambilan contoh tanah("sampling")
4. Percobaan penetrasi ("Penetration Test")
5. Vane test.

1. Pemboran (Drilling)
Lubang-lubang bor (boreholes) hampir selalu merupakan bagian yang utama
dari setiap penyelidikan tanah. Ada bermacam-macam jalan untuk membuat lubang-
lubang bor, yang prinsip-prinsipnya dapat diutarakan sebagai berikut :

a) Bor Tangan (Hand Bores).


Bor tangan mempergunakan berbagai macam "auger" pada ujung
bagian bawah dari serangkaian setang-setang (rods) bor. Bagian atas dari
rangkaian stang bor ini mempunyai tangkai (handle) yang dipakai untuk
memutar alat tersebut. Dalam beberapa hal sering dipakai tripod (kaki tiga)
dengan katrol dan tali yang dipakai untuk mencabut kembali stang-stang dan
auger-nya dari lubang bor tersebut. Dengan mempergunakan tripod
pemboran tangan mungkin dapat mencapai kedalaman sampai 15 meter.
Tanpa menggunakan tripod biasanya pemboran-tangan hanya mencapai
kedalaman 8 sampai 10 meter. Bor tangan hanya dapat dilakukan dalam
bahan-bahan yang cukup lunak, terutama dalam lempung lunak (soft clay)
sampai teguh) firm clay).
Adalah tidak mungkin untuk melakukan pemboran tangan dalam
batuan lunak (soft rock) atau dalam kerikil padat (dense gravel) dan
sebagainya. Gambar L.1 menunjukkan bermacam-macam auger yang
dipakai untuk melakukan pemboran- tangan. Auger type "iwan" adalah yang
paling umum.
Casing tidak biasa dipakai dalam pemboran-tangan, tetapi dapat juga
dipakai bila dipandang perlu. Misalnya untuk pemboran dalam bahan-bahan
yang amat lunak atau bahan-bahan yang lepas, yang akan mengalami
keruntuhan, bila kita tidak menggunakan casing. Juga apabila muka-air-
tanah (water table) di tempat tersebut amat tinggi, kita memerlukan
pemakaian casing.

b) Pemboran dengan mesin (Machine Drilling)


Motor penggerak alat bor pada umumnya terdiri dari bagian-bagian
berikut :
1. Alat yang dapat memutar stang-stang bor dengan kecepatan yang bisa di-
tur, dan dapat memberikan gaya ke bawah.
2. Pompa. untuk memompakan air pencuci (wash water) ke bawah, melalui
bagian dalam stang bor.
3. Roda pemutar (winches) dan derrick atau tripod untuk menaik dan
menurunkan stang-stang dan alat-alat bor ke dalam lubang.
Ada bermacam-macam alat bor (tools) yang dapat dipasang pada
ujung ke bel roda pemutar atau stang-stang bor. Dalam setiap hal, macam
alat yang dipergunakan disesuaikan dengan macam tanah dan maksud
pembuatan lubang bor tersebut. Cara-cara, dan macam alat-alat yang dipakai
pada penggunaan alat-alat bor dengan motor penggerak, dapat diutarakan
secara ringkas seperti berikut :
1. Pemboran tumbuk (Percussion Drilling).
Pemboran-tumbuk dilakukan dengan memakai bermacarn-macam
auger dan alat-alat yang biasanya dikenal sebagai "cable tools". "Cable
tools" ini diikatkan pada ujung kabel dan diturunkan atau dijatuhkan ke
bawah ke dalam lubang bor dengan memakai roda pemutar dan tripod atau
derrick. Pemboran tumbuk biasanya dilakukan terhadap kerikil (gravels) dan
pasir (sands) di mana tidak mungkin dipakai auger atau core barrels.
2. Pemboran dengan air (Wash Boring).
Dalam bahan-bahan lunak atau yang lepas, kadang-kadang dilakukan
wash boring. Dalam hal ini, air dipompakan ke bawah melalui stang-stang
bor ke alat pemotong (cutting tools) atau pahat pemotong (cutting bit), dan
air pemboran ini mengangkut potongan-potongan atau hancuran tanah
tersebut kembali keatas permukaan tanah. Bahan-bahan -yang didapatkan ini
bercampur dengan air, dan hal ini tidak memungkinkan kita untuk
mendapatkan-keterangan-keterangan yang dapat dipercaya tentang keadaan
asli dari hahan-bahan tersebut di dalam tanah. Karena itu, wash boring tidak
dianjurkan untuk dilakukan manakala kita membutuhkan catatan-catatan
yang tepat mengenai bahan-bahan yang dibor tersebut.

3. Flight Auger dan Core Cutters.


Untuk pemboran menembus bahan-bahan yang lunak atau bahan
yang lepas, seperti lempung lanau (silt), dan pasir kelanauan (silty sands),
dipakai bermacam- macam flight auger dan core cutters. Flight auger
teristimewa baik dipakai bilamana dibutuhkan kemajuan yang cepat.
Walaupun tanah didapatkan tidak asli (disturbed), tetapi tanah tersebut masih
menunjukkan kadar air sebagaimana aslinya, karena pada pemboran tersebut
tidak dipakai pengaliran air. Core cutters dapat dipakai untuk mendapatkan
inti (core) yang sambung-menyambung dan dalam keadaan hampir asli
(undisturbed). Dalam bahan yang lunak core cutter dapat dengan mudah
ditekan langsung kedalam tanah tanpa diputar. Dalam bahan- bahan yang
lebih keras mungkin kedua-duanya harus dilakukan, yaitu dalam waktu yang
bersamaan harus ditekan sambil diputar.

2. Sumur - Sumur Percobaan ( Trial Pits)


Sumur-sumur percobaan (trial pits) atau sumur-sumur penyelidikan adalah
lubang-lubang hasil penggalian dengan tangan dengan ukuran diameter kira-kira 1
sampai 1,5 meter, ini dapat dilakukan, sampai suatu kedalaman tertentu, asalkan
kohesi bahan yang digali masih memungkinkan, dan permukaan air tanah di tempat
tersebut masih lebih dalam daripada dasar penggalian.
Dalam lapisan yang sangat tidak rembes air (impermeable) mungkin kita dapat
menggali sampai di bawah ketinggian muka air tanah setempat.
Lubang-lubang percobaan mempunyai keuntungan, yaitu bahwa lubang-lubang ini
akan bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang susunan lapisan tanah, dan
juga kita dapat mengambil contoh yang berupa potongan-potongan yang besar dari
dasar atau dinding lubang galian tersebut.
Tujuan utama dari pembuatan lobang bor dan penggalian sumur percobaan ini
adalah untuk mengetahui apa sajakah jenis tanah yang ada, dan berapa tebal dari
bermacam lapisan tanah yang dijumpai tersebut. Sambil melakukan pengeboran atau
penggalian, dibuat catatan yang teliti tentang lapisan-lapisan yang dijumpai.
Catatan ini sebaiknya dibuat oleh orang yang terlatih dan berpengalaman
dalam cara-cara pembuatan catatan hasil pemboran (soil logging).

3. Pengambilan Contoh Tanah ( Soil Sampling ).


Sebagai lanjutan dari catatan-catatan yang teliti tentang lapisan-lapisan tanah ini,
biasanya kita perlu melakukan penyelidikan-penyelidikan lanjutan mengenai sifat-
sifat dari lapisan tersebut, misalnya mengenai kadar airnya (water content), kekuatan
(strength), daya rembesan air, dan sebagainya. Penyelidikan ini biasanya dilakukan
di laboratorium, dan untuk kepentingan ini kita perlu mendapatkan contoh dari
lubang bor atau lubang-lubang percobaan, dan membawanya kembali ke
laboratorium.
Contoh-contoh ini ada dua macam, contoh tidak asli (disturbed) dan contoh asli
(undisturbed).

a. Contoh tidak asli (Disturbed Samples).


Contoh tidak asli diambil tanpa adanya usaha usaha yang dilakukan
untuk melindungi struktur asli dari tanah tersebut. Contoh-contoh ini biasanya
dibawa ke laboratorium dalam tempat tertutup (kaleng atau kantong plastik)
sehingga kadar airnya tidak akan berubah. Bilamana tidak ada kebutuhan untuk
mempertahankan contoh-contoh tersebut pada kadar airnya yang asli, maka
contoh-contoh ini dapat diambil terbuka. Contoh tidak asli ini dapat dipakai
untuk segala penyelidikan yang tidak memerlukan contoh asli (undistrubed
samples), seperti ukuran butiran, Batas-batas Atterberg, pemadatan, berat jenis
dan sebagainya.
b. Contoh asli (Undisturbed Samples).
Contoh asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat asli
dari tanah yang ada padanya. Contoh-contoh ini tidak mengalami perubahan
dalam struktur, kadar air (water content), atau susunan kimia. Contoh yang
benar-benar asli (truly undistrubed samples) tidaklah mungkin diperoleh, akan
tetapi dengan teknik pelaksanaan sebagaimana mestinya dan cara pengamatan
yang tepat, maka kerusakan-kerusakan terhadap contoh bisa dibatasi sekecil
mungkin. Contoh asli dapat diambil dengan memakai tabung-tabung contoh
(sample tubes), core barrels, atau dengan mengambilnya secara langsung
dengan tangan, sebagai contoh dalam bentuk bongkah-bongkah (block
samples).
c. Tabung Contoh (Sample Tubes)
Alat ini berupa silinder berdinding tipis yang disambung dengan stang-stang
bor dengan suatu alat yang disebut pemegang tabung contoh (sample tube
holding device). Alat ini terutama dipakai untuk lempung, yang lunak sampai
yang sedang. Tabung contoh ini dimasukkan ke dalam dasar lubang bor, dan
kemudian ditekan atau dipukul kedalam tanah asli yang akan diambil contohnya
pada dasar lubang bor. Tabung-tabung contoh yang biasanya dipakai di sini
mempunyai diameter dalam antara 6 sampai 7 cm.
Derajat kerusakan contoh-contoh tanah yang diambil dengan menggunakan
tabung-tabung contoh ini tergantung pada beberapa hal berikut :
1. Keadaan dan ukuran tabung contoh.
a. Tebal dinding harus setipis mungkin.
Perbandingan luasnya jangan lebih dari 10%, yaitu :
(D0 2 – D1 2 )/ D1 2 < 10%
Di mana D1 = diameter dalam tabung, D0 = diameter luar tabung
b. Permukaan dalam dan luar dari tabung harus licin.
c. Ujung-pemotong tabung harus cukup terpelihara, serta mempunyai
bentuk dan ukuran tertentu.
2. Cara Pelaksanaan.
Tabung dan contoh sebaiknya ditekan kedalam tanah secara langsung, dan
jangan dipukul. Ini biasanya hanya mungkin bila tersedia alat bor mesin
(drilling rig).
3. Cara membuat dan membersihkan lubang bor.
Tanah pada dasar lubang bor harus betul-betul asli, dan sebelum tabung
dimasukkan, kotoran-kotoran serta lumpur yang ada harus terlebih dahulu
dikeluarkan dari lubang bor.
Setelah tabung contoh ditekan ke dalam tanah, hendaknya dibiarkan dulu
selama beberapa menit, dengan maksud untuk memberi kesempatan bagi
terjadinya pelekatan antara tanah dengan permukaan dinding tabung.
Kemudian tabung contoh ini diputar kira-kira 180°, untuk memotong
tanah pada dasar tabung, sebelum mencabutnya kembali. Setelah contoh
diambil dari lubang bor, kemudian tabung contoh tersebut ditutup dengan
parafin pada kedua ujungnya, untuk mencegah terjadinya pengeringan,
dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk diselidiki.

4. Percobaan Penetrasi ( Penetration Test ).


Dengan menekan atau memukul berbagai macam alat ke dalam tanah, dan
mengukur besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan, kita dapat
menentukan dalamnya berbagai lapisan yang berbeda, dan mendapatkan indikasi
mengenai kekuatannya. Penyelidikan semacam ini disebut percobaan penetrasi,
dan alat yang dipakai disebut penetrometer. Karena hai ini tidak memberikan
keterangan- keterangan tentang jenis tanah, maka dalam pemakaiannya
sebaiknya selalu dihubungkan dengan lubang bor. Panyelidikan semacam ini
terutama dipakai untuk mendapatkan keterangan pada titik-titik atau tempat-
tempat di antara lubang-lubang bor.
Penetrometer dapat dibagi menjadi dua macam utama, yaitu p penampang
10 cm2, dan untuk kedua macam ini ujung ditekan ke bawah dengan suatu
rangkaian stang dalam dan casing luar. Pada macam standard, yang diukur hanya
perlawanan ujung (nilai konis). Ini dilakukan dengan menekan hanya pada stang
dalam, yang segera akan menekan konis tersebut ke bawah. Seluruh tabung luar
tinggal diam. Gaya yang dibutuhkan untuk menekan kerucut tersebut ke bawah
diukur dengan suatu alat pengukur (gauge) yang ditempatkan pada kerangka
dongkrak dipermukaan tanah. Setelah pengukuran dilakukan, konis, stang-stang
dan casing luar dimajukan sampai ke titik (kedalaman) di mana pengukuran
berikutnya dilakukan dengan hanya menekan casing luarnya saja. Hal ini secara
otomatis akan mengembalikan konis tersebut pada posisi yang siap untuk
pengukuran berikutnya.

5. Vane Test.
Percobaan yang disebut vane test adalah suatu cara untuk mengukur kekuatan
geser setempat pada tanah yang berbutir halus, yaitu lempung atau lanau. Alat vane
dipasang pada ujung stang-stang bor dan ditekan supaya masuk ke dalam tanah pada
dasar lubang bor. Setelah dimasukkan, vane diputar sehingga terjadi pergeseran pada
suatu bidang tanah yang berbentuk silinder.
Dengan alat pengukur ini kita dapat menentukan momen torsi yang bekerja
pada saat terjadi keruntuhan (failure). Dari momen torsi ini kita dapat menentukan
kekuatan geser dari tanah yang diperiksa, yaitu kekuatan geser "undrained".
Momen torsi dapat ditentukan dengan menghitung momen perlawanan dari
kekuatan geser tanah, yaitu :
Alat vane ini sangat baik untuk menentukan kekuatan geser pada lapisan
lempung yang lunak, karena pengambilan contoh asli dari tanah semacam ini sering
sangat sulit.
BAB II
PONDASI DANGKAL
2.1. Daya Dukung Tanah

Anda mungkin juga menyukai