Oleh :
NAMA : ABDUL
RAHMAN
NPM : 19222010021
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanah merupakan dasar sebuah konstruksi yang berperan sebagai pendukung
fondasi pada sebuah konstruksi bangunan. Dalam merencanakan suatu sub structure
tentunya membutuhkan data-data tentang parameter tanah yang didapat dari hasil
1
penyelidikan tanah baik di lapangan maupun di laboratorium guna memperkirakan
daya dukung lapisan tanah pada lokasi konstruksi. Untuk mendapatkan data yang
cukup teliti dan lengkap harus dilakukan penyelidikan tanah yang terperinci, yang
berarti tidak hanya berdasarkan satu jenis percobaan saja. Guna memperoleh
gambaran yang memadai tentang sistematis penyelidikan tanah maka seorang teknisi
harus mampu mengidentifikasi karakteristik tanah yang nantinya akan dipergunakan
sebagai data perancangan fondasi. Karena parameter-parameter tanah tersebut yang
akan sangat dieprlukan sebagai data perencanaan awal desain stabilisasi tanah.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyelidikan tanah?
2. Tujuan dan sasaran dari penyelidikan tanah?
3. Apa saja tahapan dan batasan penyelidikan tanah?
4. Bagaimana metode penyelidikan tanah?
3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian penyelidikan tanah.
2. Mengetahui tujuan dan sasaran dari penyelidikan tanah.
3. Mengetahui tahapan dan batasan penyelidikan tanah.
4. Mengetahui metode penyelidikan tanah.
BAB II
PEMBAHASAN
2
tanah dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menganalisis kapasitas dukung dan penurunan.
1. Struktur baru :
Pemilihan jenis dan dalamnya fondasi;
Penentuan daya dukung (bearing capacity) fondasi;
Untuk meramalkan penurunan fondasi;
Untuk mengetahui muka air tanah;
Untuk mengevaluasi tekanan tanah pada dinding, “abutment” jembatan;
Untuk mengatasi masalah-masalah konstruksi;
3
Untuk menentukan derajat kepadatan dari urugan (“fill”) di bawah pelat,
“pavement” dan dinding penahan tanah.
2. Struktur yang sudah ada (“existing structures”) :
Penyelidikan keamanan suatu struktur;
Meramalkan penurunan;
Menentukan cara-cara perbaikan jika struktur tersebut, tidak aman dan
mengalami penurunan berlebihan.
3. “Highway” (jalan) dan lapangan terbang (“airfield”)
Penentuan lokasi jalan;
Penentuan dan penelitian material untuk urugan dan perawatan
“subgrade” jalan;
Perencanaan drainase, “culvert” (terowongan air);
Perencanaan potongan melintang jalan;
Perbaikan “subgrade” jalan;
Lokasi sumber material untuk pengurugan “base course” dan “wearing
course” jalan.
4
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk penyelidikan tanah yaitu dengan
lubang uji( Test-pit), Bor tangan (Hand Auger), Bor Cuci ( Wash Boring),
Penyelidikan dengan pencucian (Wash Probing), dan Bor Putar (Rotary Drill).
Penyelidikan dengan lubang uji bertujuan untuk mengetahu kondisi lapisan
tanah dengan teliti. Cara ini memungkinkan untuk mengidentifikasi tanah secara
langsung, mengetahui dengan jelas kepadatan dan kondisi air tanah di lapangan.
Pengujian lubang uji biasanya dilakukan pada tempat-tempat penting suatu bangunan,
seperti pada letak kolom.
Bor tangan adalah pengujian sederhana dan relatif mudah dilakukan.
Penyelidikan dengan bor tangan sering digunakan pada proyek pembangunan jalan
raya, rel kereta apai, dan lapangan terbanga. Namun alat ini tidak dapat dilakukan
pada tanah pasir. Bor tangan dapat digunakan untuk penyelidikan maksimum
mencapai kedalaman 10 meter.
Bor cuci dilakukan dengan penyemprotkan air sambil memutar-mutar pipa
selubung. Alat ini digunakan untuk mengambil sampel terganggu, dan tidak dapat
digunakan pada jenis tanah berbatuan. Penyelidikan dengan pencucian pada dasarnya
sama dengan bor cuci, namun tujuannya adalah untuk mengetahui pertemuan antara
tanah lunak dengan tanah padat. Penyelidikan seperti ini sering dilakuakan pada
proyek pembangunan pelabuhan.
Bor putar atau alat yang sering disebut rotary drill ini dapat digunakan pada
jenis tanah apa saja. Alat ini dapat menyelidiki tanah padat dan berbatu hingga
kedalaman 40 meter. Alat ini juga dapat digunakan pada tanah berpasir. Cara kerja
alat ini yaitu dapat digunakan dengan tanpa menggunakan pipa selubung (casing).
Tahapan lainnya dari penyelidikan tanah antara lain :
1. Penyelidikan awal : jarak titik 100 s/d 200m untuk tanah normal dan 50 s/d 100m
untuk tanah lunak.
2. Penyelidikan detil : jarak titik 15 s/d 25m untuk bangunan persegi dan 25 s/d 50m
untuk konstruksi memanjang.
3. Minimum titik penyelidikan pada tahap detil : 3 sampai 5 lokasi diatur pada pola
teratur.
5
4. Selalu tempatkan titik penyelidikan pada posisi bangunan yang berat dan penting.
5. Sifat-sifat tanah dapat diperoleh dari uji coba didalam lubang bor atau melalui uji
laboratorium pada contoh tanah yang diperoleh dari pengeboran.Pengeboran untuk
penyelidikan tanah harus dilakukan dengan hati-hati dan sedapat mungkin
menjaga struktur asli tanah. Hasil uji didalam bor dan uji laboratorium sangat
tergantung dari kwalitas lubang bor atau contoh tanah yang diperoleh.
6
mempunyai tangkai (handle) yang dipakai untuk memutar alat tersebut. Dalam
beberapa hal sering dipakai tripod (kaki tiga) dengan katrol dan tali yang dipakai
untuk mencabut kembali stang-stang dan auger-nya dari lubang bor tersebut. Dengan
mempergunakan tripod pemboran tangan mungkin dapat mencapai kedalaman sampai
15 meter. Tanpa menggunakan tripod biasanya pemboran-tangan hanya mencapai
kedalaman 8 sampai 10 meter. Bor tangan hanya dapat dilakukan dalam bahan-bahan
yang cukup lunak, terutama dalam lempung lunak (soft clay) sampai teguh) firm
clay).
Adalah tidak mungkin untuk melakukan pemboran tangan dalam batuan lunak
(soft rock) atau dalam kerikil padat (dense gravel) dan sebagainya. Gambar L.1
menunjukkan bermacam-macam auger yang dipakai untuk melakukan pemboran-
tangan. Auger type "iwan" adalah yang paling umum.
Casing tidak biasa dipakai dalam pemboran-tangan, tetapi dapat juga dipakai
bila dipandang perlu. Misalnya untuk pemboran dalam bahan-bahan yang amat lunak
atau bahan-bahan yang lepas, yang akan mengalami keruntuhan, bila kita tidak
menggunakan casing. Juga apabila muka-air-tanah (water table) di tempat tersebut
amat tinggi, kita memerlukan pemakaian casing.
Contoh pekerjaan menggunakan bor manual seperti gambar dibawah ini :
7
Gambar : pekerjaan menggunakan sondir ringan 2,5 ton
8
wash boring tidak dianjurkan untuk dilakukan manakala kita membutuhkan catatan-
catatan yang tepat mengenai bahan-bahan yang dibor tersebut.
3. Flight Auger dan Core Cutters.
Untuk pemboran menembus bahan-bahan yang lunak atau bahan yang lepas,
seperti lempung lanau (silt), dan pasir kelanauan (silty sands), dipakai bermacam-
macam flight auger dan core cutters. Flight auger teristimewa baik dipakai bilamana
dibutuhkan kemajuan yang cepat. Walaupun tanah didapatkan tidak asli (disturbed),
tetapi tanah tersebut masih menunjukkan kadar air sebagaimana aslinya, karena pada
pemboran tersebut tidak dipakai pengaliran air. Core cutters dapat dipakai untuk
mendapatkan inti (core) yang sambung-menyambung dan dalam keadaan hampir asli
(undisturbed). Dalam bahan yang lunak core cutter dapat dengan mudah ditekan
langsung kedalam tanah tanpa diputar. Dalam bahan- bahan yang lebih keras
mungkin kedua-duanya harus dilakukan, yaitu dalam waktu yang bersamaan harus
ditekan sambil diputar.
9
bermacam lapisan tanah yang dijumpai tersebut. Sambil melakukan pengeboran atau
penggalian, dibuat catatan yang teliti tentang lapisan-lapisan yang dijumpai.
Catatan ini sebaiknya dibuat oleh orang yang terlatih dan berpengalaman dalam
cara-cara pembuatan catatan hasil pemboran (soil logging).
10
airnya tidak akan berubah. Bilamana tidak ada kebutuhan untuk mempertahankan
contoh-contoh tersebut pada kadar airnya yang asli, maka contoh-contoh ini dapat
diambil terbuka. Contoh tidak asli ini dapat dipakai untuk segala penyelidikan
yang tidak memerlukan contoh asli (undistrubed samples), seperti ukuran butiran,
Batas-batas Atterberg, pemadatan, berat jenis dan sebagainya.
b. Contoh asli (Undisturbed Samples).
Contoh asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah
yang ada padanya. Contoh-contoh ini tidak mengalami perubahan dalam struktur,
kadar air (water content), atau susunan kimia. Contoh yang benar-benar asli (truly
undistrubed samples) tidaklah mungkin diperoleh, akan tetapi dengan teknik
pelaksanaan sebagaimana mestinya dan cara pengamatan yang tepat, maka
kerusakan-kerusakan terhadap contoh bisa dibatasi sekecil mungkin. Contoh asli
dapat diambil dengan memakai tabung-tabung contoh (sample tubes), core
barrels, atau dengan mengambilnya secara langsung dengan tangan, sebagai
contoh dalam bentuk bongkah-bongkah (block samples)
c. Tabung Contoh (Sample Tubes)
Alat ini berupa silinder berdinding tipis yang disambung dengan stang-stang bor
dengan suatu alat yang disebut pemegang tabung contoh (sample tube holding
device). Alat ini terutama dipakai untuk lempung, yang lunak sampai yang sedang.
Tabung contoh ini dimasukkan ke dalam dasar lubang bor, dan kemudian ditekan
atau dipukul kedalam tanah asli yang akan diambil contohnya pada dasar lubang
bor. Tabung-tabung contoh yang biasanya dipakai di sini mempunyai diameter
dalam antara 6 sampai 7 cm.
11
Derajat kerusakan contoh-contoh tanah yang diambil dengan menggunakan
tabung-tabung contoh ini tergantung pada beberapa hal berikut :
1. Keadaan dan ukuran tabung contoh.
a. Tebal dinding harus setipis mungkin.
Perbandingan luasnya jangan lebih dari 10%, yaitu :
(D0 2 – D1 2 )/ D1 2 < 10%
Di mana D1 = diameter dalam tabung, D0 = diameter luar tabung
b. Permukaan dalam dan luar dari tabung harus licin.
c. Ujung-pemotong tabung harus cukup terpelihara, serta mempunyai bentuk
dan ukuran tertentu.
2. Cara Pelaksanaan.
Tabung dan contoh sebaiknya ditekan kedalam tanah secara langsung, dan
jangan dipukul. Ini biasanya hanya mungkin bila tersedia alat bor mesin
(drilling rig).
3. Cara membuat dan membersihkan lubang bor.
Tanah pada dasar lubang bor harus betul-betul asli, dan sebelum tabung di-
masukkan, kotoran-kotoran serta lumpur yang ada harus terlebih dahulu di-
keluarkan dari lubang bor.
Setelah tabung contoh ditekan ke dalam tanah, hendaknya dibiarkan dulu
selama beberapa menit, dengan maksud untuk memberi kesempatan bagi
terjadinya pelekatan antara tanah dengan permukaan dinding tabung. Kemudian
tabung contoh ini diputar kira-kira 180°, untuk memotong tanah pada dasar
tabung, sebelum mencabutnya kembali. Setelah contoh diambil dari lubang bor,
kemudian tabung contoh tersebut ditutup dengan parafin pada kedua ujungnya,
untuk mencegah terjadinya pengeringan, dan kemudian dibawa ke laboratorium
untuk diselidiki.
12
menentukan dalamnya berbagai lapisan yang berbeda, dan mendapatkan indikasi
mengenai kekuatannya. Penyelidikan semacam ini disebut percobaan penetrasi, dan
alat yang dipakai disebut penetrometer. Karena hai ini tidak memberikan keterangan-
keterangan tentang jenis tanah, maka dalam pemakaiannya sebaiknya selalu dihu-
bungkan dengan lubang bor. Panyelidikan semacam ini terutama dipakai untuk
mendapatkan keterangan pada titik-titik atau tempat-tempat di antara lubang-lubang
bor.
Penetrometer dapat dibagi menjadi dua macam utama, yaitu p penampang 10
cm2, dan untuk kedua macam ini ujung ditekan ke bawah dengan suatu rangkaian
stang dalam dan casing luar. Pada macam standard, yang diukur hanya perlawanan
ujung (nilai konis). Ini dilakukan dengan menekan hanya pada stang dalam, yang
segera akan menekan konis tersebut ke bawah. Seluruh tabung luar tinggal diam.
Gaya yang dibutuhkan untuk menekan kerucut tersebut ke bawah diukur dengan
suatu alat pengukur (gauge) yang ditempatkan pada kerangka dongkrak dipermukaan
tanah. Setelah pengukuran dilakukan, konis, stang-stang dan casing luar dimajukan
sampai ke titik (kedalaman) di mana pengukuran berikutnya dilakukan dengan hanya
menekan casing luarnya saja. Hal ini secara otomatis akan mengembalikan konis
tersebut pada posisi yang siap untuk pengukuran berikutnya.
Pada penggunaan macam "friction sleeve", nilai konis dan hambatan pelekat
kedua-duanya diukur. Ini dilakukan dengan menekan stang dalam seperti yang telah
diterangkan dimuka. Pada permulaan hanya konis yang ditekan ke bawah, dan dengan
demikian hanya nilai konis yang diukur. Bila konis telah digerakkan sejauh 4 cm
maka dengan sendirinya ia akan mengait "friction sleeve", dan konis beserta friction
sleeve kemudian ditekankan ke bawah bersama-sama sedalam 4 cm. Jadi nilai konis
dan hambatan pelekat diukur bersama-sama. Nilai hambatan pelekat didapatkan
kemudian dengan mengurangkan besarnya nilai konis dari nilai jumlah keseluruhan.
Kemudian dengan menekan hanya casing (selubung) luarnya saja, konis, friction
sleeve, dan stang-stang secara keseluruhan akan tertekan ke bawah samppai suatu
kedalaman dimana dilakukan pembacaan berikutnya. Hal ini secara otomatis akan
13
mengembalikan konis dan friction sleeve pada posisi yang siap untuk pengukuran
berikutnya. Pembacaan biasanya dilakukan setiap 20 cm.
Dengan alat sondir adalah mungkin untuk mencapai kedalaman 30 meter atau
lebih, bila tanah yang diselidiki benar-benar lunak. Ada dua macam kerangka yang
dipakai untuk menekan stang-siang ke bawah, yaitu alat yang setengah-berat
(medium weight) dan alat yang berat (heavyweight device).
Alat yang setengah berat dapat dipakai untuk pengukuran nilai konis sampai
150 kg/cm2. Alat yang berat dapat mengukur besaran sampai 400 kg/cm2.Nilai konis
digambar dalam kg/cm2 dan hambatan pelekat (skin friction) digambar sebagai
jumlah untuk kedalaman yang bersangkutan per cm keliling, yaitu dalam kg/cm.
Hambatan pelekat setempat kemudian diperoleh dari kemiringan (gradien) dari kurva
ini terhadap sumbu vertikal. Hasil alat sondor memberikan gambaran yang baik
mengenai kondisi tanah, walaupun tidak memberikan keterangan mengenai terdiri
dari apa sajakah tanah tersebut.
Dalam hal ini adalah mungkin untuk sekalian menentukan secara tepat
kedalaman dari bermacam-macam lapisan tanah yang dijumpai dengan alat tersebut.
Alat sondir ini sangat cocok untuk keadaan di Indonesia, karena di sini terdapat
banyak lapisan lempung yang dalam dengan kekuatan yang rendah sehingga tidak
sulit ditembus dengan alat ini.
Sebaiknya dapat dimengerti dengan jelas bahwa nilai konis yang diperoleh
dengan alat sondir ini tidak dapat disamakan dengan daya dukung tanah yang
bersangkutan, Nilai konis merupakan suatu angka empiris, yang mungkin dapat
dihubungkan secara empiris dengan sifat-sifat lain daripada tanah tersebut. Misalnya
nilai sondir pada lapisan pasir dapat dipakai sebagai petunjuk mengenai kepadatan
relatif (relative density) pasir tersebut.
a. Standard Penetration Test
Percobaan ini adalah suatu macam percobaan dinamis yang berasal dari
Amerika Serikat. Suatu alat yang dinamakan "split spoon sampler" dimasukkan ke
dalam tanah pada dasar lubang bor dengan memakai suatu beban penumbuk (drive
weight) seberat 140 pound (63 kg) yang dijatuhkan dari ketinggian 30 in (75 cm).
14
Setelah "split spoon" ini dimasukkan 6 ini. (15 cm) jumlah pukulan ditentukan untuk
memasukannya 12 in. (30 cm.) berikutnya. Jumlah pukulan ini disebut nilai N (N
number or N value) dengan satuan pukulan/kaki (blows per foot). Setelah percobaan
selesai, split spoon dikeluarkan dari lubang bor dan dibuka untuk mengambil contoh
tanah yang tertahan di dalamnya. Contoh ini dapat dipakai untuk percobaan
klasifikasi semacam Batas Atterberg dan ukuran butir, tetapi kurang sesuai untuk
percobaan lain karena diameter terlampau kecil dan tidak dapat dianggap sungguh-
sungguh asli.
Nilai "N" yang diperoleh dengan percobaan Standard Penetration Test dapat
dihubungkan secara empiris dengan beberapa sifat lain daripada tanah yang
bersangkutan. Hubungan-hubungan semacam ini dapat dilihat dalam buku Soil
Mechanic in Engineering Practice oleh Terzaghi dan Peck.
Umumnya hasil percobaan penetrasi statis seperti alat sondir lebih dapat
dipercaya daripada hasil percobaan dinamis seperti Standard Penetration Test.
15
Gambar : Vane shear test machine
BAB III
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
17