Anda di halaman 1dari 48

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,
taufiq, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
Teknik Sipil “MEKANIKA TANAH I”.

Dalam penyusunan laporan praktikum ini kami menyadari masih banyak


kekurangan baik pada teknis disaat praktek lapangan maupun materi. Oleh karena
itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan praktikum “MEKANIKA TANAH I” ini kami


tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
memberikan dorongan, motivasi, dan semangat, khususnya kepada:

1. Ibu Anis Suryaningrum,ST.,MT. selaku Kepala Program Studi Teknik


Sipil Universitas Bhayangkara Surabaya.
2. Ibu Anik Budiati,ST.,MT. selaku Kepala Laboratorium Teknik Sipil yang
telah membimbing dan memberikan tutorial praktikum “MEKANIKA
TANAH I” kepada kami.
3. Bpk Bagus Dwipurwanto,ST.,MT. Selaku Dosen Asistensi dan
pembimbing kelompok kami.
4. Serta senior-senior yang memberikan ilmunya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini.

Akhirnya saya berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang


setimpal kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, Terima Kasih

Wassalamu,alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Surabaya, 28 Desember 2019

Tim Penyusun

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………… 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 3


1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………………. 3
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………… 3
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ………………………………… 4
BAB II DASAR TEORI
2.2 Pengujian Kadar Air ……………………………………………… 5
2.2 Pengujian Berat Jenis Tanah (Specific Gravity) …………………. 6
2.3 Pengujian Berat Volume Tanah (Bulk Density) …………………. 7
2.4 Pengujian Batas Cair Tanah (Liquid Limit) ……………………… 8
2.5 Pengujian Batas Plastis Tanah (Plastic Limit) …………………… 8
2.6 Pengujian Pemadatan Tanah (Standard Proctor) ………………… 10
2.7 Pengujian Konsolidasi Tanah ……………………………………… 12
2.8 Pengujian Analisis Butiran Tanah ………………………………… 12
2.9 Pengujian California Bearing Ratio (CBR) ………………………... 19

BAB III PRAKTIKUM

3.1 Pengujian Kadar Air ……………………………………………… 22


3.2 Pengujian Berat Jenis Tanah (Specific Gravity) …………………. 25
3.3 Pengujian Berat Volume Tanah (Bulk Density) …………………. 27
3.4 Pengujian Batas Cair Tanah (Liquid Limit) ……………………… 30
3.5 Pengujian Batas Plastis Tanah (Plastic Limit) …………………… 33
3.6 Pengujian Pemadatan Tanah (Standard Proctor) ………………… 35
3.7 Pengujian Konsolidasi Tanah ……………………………………… 39
3.8 Pengujian Analisis Butiran Tanah ………………………………… 44

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 46
4.2 Kritik dan Saran ……………………………………………………. 46

LAMPIRAN …………………………………………………………….. 47

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 2


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mekanika Tanah merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur
dan susunan tanah. Secara umum tanah terdiri dari dari bahan yaitu butiran
tanahnya sendiri, air dan udara yang terdapat didalam ruangan antara butiran
– butiran tanah. Ruangan tersebut dinamakan ruangan pori, apabila tanah
dalam keadaan kering maka sudah tidak ada air dalam porinya, namun
keadaan ini jarang sekali di temukan. Menurut Braja M. Das (1995) kadar air
(wc) yang juga disebut sebagai water content didefinisikan sebagai
perbandinganantara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang
diselidiki.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan praktikum MEKANIKA TANAH I ini
adalah:
Maksud:
1. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi mengenai sifat-sifat tanah berupa
bentuk maupun struktur yang menyusun dan terdapat pada tanah
2. Agar mahasiswa mampu menghitung dan memperkirakan kekuatan dan
struktur tanah baik dalam skala laboratorium maupun lapangan
Tujuan:
1. Memahami dasar-dasar mekanika tanah 1
2. Mengenal macam-macam jenis tanah
3. Mengenal karakteristik tanah
4. Menghitung Kadar air tanah, berat jenis,berat volume, batas cair tanah,
pemadatan tanah, konsolidasi, analisis butiran tanah, dan Pengujian CBR
suatu tanah.
1.3 Rumusan dan Batasan Masalah
1. Apa yang dimaksud Mekanika Tanah?

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 3


2. Apa saja jenis jenis tanah?
3. Apa saja yang perlu dihitung untuk menentukan struktur tanah?
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : 7-8 Desember 2019
Waktu : 09.00-17.00
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Bhayangkara Surabaya

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 4


BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengujian Kadar Air Tanah

Secara umum tanah terdiri dari dari bahan yaitu butiran tanahnya
sendiri, air dan udara yang terdapat didalam ruangan antara butiran – butiran
tanah. Ruangan tersebut dinamakan ruangan pori, apabila tanah dalam
keadaan kering maka sudah tidak ada air dalam porinya, namun keadaan ini
jarang sekali di temukan. Menurut Braja M. Das (1995) kadar air (w c) yang
juga disebut sebagai water content didefinisikan sebagai perbandinganantara
berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki.

Untuk mengetahi jenis tanah, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1. Jenis Tanah berdasarkan Kadar Air


Jenis tanah Kadar air (%)
Pasir lepas dengan butiran seragam 30
Pasir padat dengan butiran seragam 16
Pasir berlanau yang lepas dengan butiran bersudut 25
Pasir berlanau yang padat dengan butiran bersudut 15
Lempung kaku 21
Lempung lembek 30 – 50
Tanah 25
Lempung organik lembek 90 – 120
Glacial till 10

Rumus dalam mencari kadar air (water content )yang terkandung dalam
tanah asli adalah :
b−c
ωc = × 100%
c−a
Dimana :
a = Berat cawan kosong (gram)
b = Berat cawan + tanah asli (gram)
c = Berat cawan + tanah kering oven (gram)
2.2 Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity)

Berat jenis (specific gravity) tanah adalah angka perbandingan antara


berat isi butir tanah dengan berat air suling pada volume yang sama dan

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 5


suhu tertentu. Berat jenis tanah sangat penting diketahui yang selanjutnya
digunakan dalam perhitungan-perhitungan mekanika tanah. Sebagian besar
dari mineral-mineral tersebut mempunyai berat spesifik berkisar 2,6 – 2,9.
Berat spesifik dari bagian padat tanah pasir yang berwarna terang umunya
sebagai besar terdiri dari quartz, dapat diperkirakan sebesar 2,65 ; untuk
tanah berlempung atau berlumut harga tersebut berkisar antara 2,6 - 2,9
(BrajaM. Das,1995). Untuk mineral tanah lempung yang lain dapat dilihat di
Tabel 1.5.

Tabel 1.2. Berat Spesifik Mineral Penting


2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Sumber : (Braja M. Das,1995)

Rumus dasar untuk mengetahui atau mencari nilai specific gravity adalah :
c−a
Gs =
( b−a ) T 1−(d−c) T 2
Dimana :
Gs = Berat jenis butir tanah
a = Berat piknometer kosong (gram)
b = Berat piknometer + aquades jenuh (gram)
c = Berat piknometer + sampel kering (gram)
d = Berat piknometer + sampel + aquades (gram)
T1 = Faktor koreksi pada suhu t1 (℃)
T2 = Faktor koreksi pada suhu t2 (℃)

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 6


2.3 Pengujian Berat Volume Tanah (Bulk Density)

Berat volume (γ) merupakan perbandingan berat tanah dengan volume.


Berat volume dapat juga dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air,
dan volume total. Para ahli tanah terkadang menyebut perbandingan berat
per satuan volume sebagai berat volume basah. Terkadang juga perlu
mengetahui berat kering per satuan volume tanah. Perbandingan tersebut
dinamakan berat volume kering (γd). Untuk mengetahui jenis tanah, dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.3. Jenis Tanah Berdasarkan Berat Volume


Berat Volume Kering
Tipe Tanah
(lb/ft³) (kN/m³)
Pasir keras butiran seragam 92 14,5
Pasir padat butiran seragam 115 18
Pasir berlanau yang lepas dengan butiran
102 16
bersudut
Pasir berlanau yang padat dengan butiran
121 19
bersudut
Lempung kaku 108 17
Lempung lembek 73-93 11,5-14,5
Tanah 86 13,5
Lempung organik lembek 38-51 6-8 
Glacial till 134  21

Untuk mendapatkan harga berat volume basah (γ b) maka digunakan rumus-


rumus:
a. Mencari volume air raksa yang tumpah (d gram)
c−a
d=
13.6
Dimana :
a = Berat cawan kosong (gram)
c = Berat cawan + air raksa yang tumpah (gram)
d = volume air raksa yang tumpah (cm3)

b. Mencari berat volume basah (γ b)

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 7


b−a
γb =
d
Dimana :
γb = Berat volume basah (gr/cm3)
a = Berat cawan kosong (gram)
c = Berat cawan + air raksa yang tumpah (gram)
d = volume air raksa yang tumpah (cm3)

2.4 Pengujian Batas Cair Tanah (Liquit Limit)

Batas cair adalah keadaan air bebas dimana pada suatu tanah berubah
dari keadaan plastis ke keadaan cair.

Untuk melakukan uji batas cair, tanah diletakkan kedalam mangkuk


kemudian digores ditengahnya dengan alat penggores standart, kemudian
putar alat pemutar mangkuk. Mangkuk akan bergerak naik dan turun. Kadar
air dinyatakan dalam persen(%) dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup
goresan yang bergerak 0,5 in (12,7 mm) sepanjang dasar contoh didalam
mangkuk. Sesudah 25 pukulan didefinisikan sebagai batas cair (liquid limit).
Untuk mengetahui tingkat keplastisitasan tanah, Unified Soil Classification
System (USCS) menyatakan jika nilai batas cair < 50 maka termasuk
plastisitas rendah (low plasticity) dan plastisitas tinggi (high plasticity )jika
batas cair >50.

2.5 Pengujian Batas Plastis Tanah (Plastic Limit)

Batas plastis merupakan transisi kadar air dari keadaan semi-padat ke


keadaan plastis. Batas ini juga merupakan batas terendah dari tingkat
keplastisan suatu tanah. Batas plastis dapat dihitung dengan membandingkan
berat air dan tanah kering, dikalikan 100% serta dinyatakan dalam persen.
Secara matematis dirumuskan sebagai:
wc = ¿ ¿
Dimana :
W1 = Berat cawan kosong.
W2 = Berat cawan + tanah basah.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 8


W3 = Berat cawan + tanah kering.
Indeks plastisitas (IP) yaitu perbedaan antara batas cair dan batas
plastis suatu tanah (Hardiyatmo, 2002). Karena itu , indeks plastisitas
menunjukkan sifat keplastisan tanah. Jika tanah mempunyai IP >17%, maka
tanah mengandung banyak butiran lempung. Sedangkan untuk IP <17%,
seperti lanau sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering.
Secara matematis nilai IP dirumuskan dalam persamaan 2.2.
IP = LL – PL
Dimana LL: Batas cair
PL: Batas plastis
Untuk mengidentifikasi tanah, para ahli teknik sipil menggunakan
batas cair dan batas plastis secara ekstensif. Salah satu ahli teknik sipil,
Cassagrande (1932) telah mempelajari hubungan antara batas cair dan
indeks plastisitas dari bermacam-macam tanah asli. Berdasarkan
pengujiannya, Cassagrande mengusulkan suatu bagan plastisitas yang
ditunjukkan dalam Gambar 1. Garis empiris A memisahkan tanahlempung
anorganik dan lanau anorganik. Dalam penggunaan garis empiris A, nilai
indeks plastisitas dihitung berdasarkan persamaan 2.3. Sedangkan untuk
garis empiris U merupakan batas perkiraan dan hubungan indeks plastisitas
dan batas cair untuk semua jenis tanah yang telah ditemukan selama ini.
Nilai IP untuk garis empiris U dirumuskan dalam persamaan 2.4.
IP = 0,73 (Batas cair – 20IP) = 0,90 (Batas cair – 8)

Gambar 1.Bagan Platisitas

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 9


2.6 Pengujian Pemadatan Tanah (Standard Proctor)

Didalam pemadatan yang menggunakan silinder berukuran tertentu


dan dalam penulisan penggunaan alat penumbuk 2,5 kg dengan tinggi 30
cm, Hal ini dilakukan secara mekanis untuk memadatkan tanah untuk setiap
gaya pemadatan tertentu, kepadatan yang dicapai tergantuang kepadatan air
dalam tanah tersebut.
Kepadatan tanah biasanya diukur dengan menentukan berat inti
keringnya, bukan dengan angka porinya. Lebih tinggi berat kering berarti
lebih kecil angka porinya dan lebih tinggi derajat kepadatannya. Jadi untuk
menentukan kadar optimum biasanya dibuat grafik isi kering terhadap air
dan dilakukan dilaboratorium, disini juga menentukan berat volume kering
maksimum dan kadar air optimum proctor compation test. Perhitungan dari
hasil percobaan ini menggunakan rumus sebagai berikut:
W 2−W 1
Berat tanah basah, t =
V
γt
Berat volume kering, d = w(%)
1+
100
Untuk suatu kadar air tertentu, berat volume kering maksimum secara
teoritis di dapat pada pori-pori sudah tidak ada udaranya lagi,yaitu pada saat
dimana derajat kejenuhan tanah = 100%. Jadi berat volume kering
maksimum (teoritis) pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi “zero air
voids” yaitu kondisi dimana pori-pori tanah tidak mengandung udara sama
sekali dapat di hitung dengan persamaan 2.7 (Braja M. Das,1995)
γt
Berat volume kering (ZAV), dZAV = w(% ) 1 Dimana :
+
100 Gs
w= Kadar air. (%)
W1 = Berat cawan
W2 = Berat cawan + berat tanah basah.
V = Volume cetakan.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 10


Gs = Specific gravity dari butir – butir air.
Lee & Sued Kamp (1972) telah mempelajari kurva pemadatan dari 35
jenis tanah. Mereka menyimpulkan bahwa kurva pemadatan tanah tersebut
dibedakan hanya menjadi empat (4) tipe umum yang digambarkan pada
gambar2.

Gambar 2.Bentuk umum kurva pemadatan untuk empat jenis tanah

2.7 Pengujian Konsolidasi

Konsolidasi adalah proses mengalirnya air pori dari lapisan tanah yang
jenuh air dan disertai dengan mengecilnya volume tanah akibat adanya
penambahan beban vertical diatasnya. Pada kenyataannya konsolidasi bisa
diartikan pula sebagai penurunan atau settlement. Konsolidasi terjadi apabila
mmenuhi syarat-syarat:

a. Tanah dalam keadaan jenuh air.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 11


b. Adanya beban diatasnya.
c. Adanya air yang mengalir.

Pengujian ini merupakan pengujian satu dimensi, dimana beban yang


bekerja hanya satu arah yaitu vertical. Adapun tujuan dari pengujian ini
adalah untuk menentukan parameter-parameter konsolidasi, yaitu koefisien
konsolidasi (Cw) dan koefisien komperensi (Cc) yang terjadi akibat adanya
tekanan yang bekerja pada tanah tersebut.

2.8 Pengujian Analisis Butiran (Grain Size Analysis)

Analisis ayakan adalah proses menganalisa butiran tanah dengan cara


mengayak dan menggetarkan tanah dalam satu set ayakan, dimana lubang-
lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Untuk standar ayakan
di Amerika Serikat, nomor ayakan dan ukuran lubang diberikan dalam Tabel
1.4.

Tabel 1.4 Ukuran Ayakan Standard di Amerika

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 12


Sumber : (Braja M. Das,1995)

Gradasi baik apabila tidak ada partikel yang menyolok dalam suatu
perentang distribusi, gradasi tanah buruk jika partikel tanah yang berbutir
besar terhadap keloncatan ukuran yang mencolok dan gradasi tanah sebagian
jika partikel tanah tersebut mempunyai ukuran yang seragam antara satu
dengan yang lain. Untuk menentukan gradasi tanah kita dapat mencari
dengan rumus :

D60
Cu=
D10

D302
Cc =
D60 X D10

Dimana :

Cu = Koefisien keseragaman, Cc = Koefisien gradasi

D60 = Diameter yang sesuai dengan 60 % lolos

D30 = Diameter yang sesuai dengan 30 % lolos

D10 = Diameter yang sesuai dengan 10 % lolos

Tanah dikatakan bergradasi baik apabila tanah tersebut mempunyai


kooefisien tersebut mempunyai kooefisien gradasi kelengkungan ( C c )
antara 1 sampai dengan 3.Jenis butiran tanah dikatakan baik apabila tanah
tersebut mempunyai kooefisien tersebut mempunyai kooefisien
keseragaman ( Cu ) > 6.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 13


Selain mengetahui jenis gradasi, analisa ayakan juga dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan jenis. Saat iniada dua sistem klasifikasi tanah
yang selalu dipakai oleh para ahli teknik sipil. Kedua sistem tersebut
memperhitungkan distribusi ukuran butir dan batas-batas atterberg. Sistem-
sistem tersebut adalah: Sistem Klasifikasi AASHTO dan Sistem Klasifikasi
Unified. Sistem klasifikasi AASHTO pada umumnya dipakai oleh
departemen jalan raya di semua negara bagian di Amerika Serikat.
Sedangkan sistem klasifikasi Unified pada umumnya lebih disukai oleh para
ahli geoteknik untuk keperluan-keperluan teknik yang lain.

1. Sistem Klasifikasi AASHTO


Sistem klasifikasi ini dikembangkan dalam tahun 1929 sebagai
Public Road Administration Classification System. Sistem ini sudah
mengalami beberapa perbaikan versi yang saat ini berlaku adalah yang
diajukan oleh Committee on Classification of Materials for Subgrade
and Granular Type Road of the Highway Research Board dalam tahun
1945 (ASTM Standard no D-3282, AASHTO metode M145). Untuk
mengetahui jenis tanah berdasarkan sistem klasifikasi tanah, data hasil
uji lab dicocokkan dengan angka-angka di Tabel 1.5.

Tabel 1.5. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya
( Sistem AASHTO).

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 14


2. Sistem Klasifikasi Unified
Sistem ini pada mulanya diperkenalkan oleh Casagrande dalam
tahun 1942 untuk dipergunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan
terbang yang dilaksanakan oleh The Army Corps of Engineers selama
Perang Dunia II. Dalam rangka kerja sama dengan United States
Bureau of Reclamation tahun 1952, sistem ini disempurnakan. Pada
masa kini, sistem klasifikasi tersebut digunakan secara luas oleh para
ahli teknik. Sistem Klasifikasi Unified diberikan dalam Tabel 1.6.
Tabel 1.6 Sistem Klasifikasi Unified

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 15


Tabel 1.7Sistem Klasifikasi Unified (lanjutan)

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 16


Klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol ML, CL, OL,
MH, CH, dan OH didapat dengan cara menggamb ar batas cair dan
indeks plastisitas tanah yang bersangkutan pada bagan plastisitas
(Casagrande, 1948) yang diberikan dalam Tabel1.7. Garis diagonal
pada bagan plastisitas dinamakan garis A (sebelumnya sudah
diperkenalkan dalam Gambar 1.), dan garis A tersebut diberikan dalam
persamaan 2.3.
Dalam sistem Unified, tanah berkerikil dan berpasir dipisahkan
dengan jelas, tapi dalamsistem AASHTO tidak. Kelompok A-2 berisi

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 17


tanah-tanah yang bervariasi. Tanda-tanda seperti GW, SM, CH, dan
lain-lain yang digunakan dalam sistem Unified menerangkan sifat-sifat
tanah lebih jelas daripada simbol yang digunakan dalam sistem
AASHTO. Klasifikasi tanah organik seperti OL, OH, dan PT telah
diberikan dalam sistem Unified, tapi sistem AASHTO tidak
memberikan tempat untuk tanah organik. Liu (1967) telah membuat
suatu perbandingan antara sistem AASHTO dan Unified. Hasil dari
studinya diberikan dalam Tabel 1.8 dan 1.9.

Tabel 1.8 Perbandingan sistem AASHTO dengan Sistem Unified

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 18


Tabel 1.9 Perbandingan sistem Unified dengan Sistem AASHTO

2.9 Pengujian California Bearing Ratio (CBR)


CBR (California Bearing Ratio) merupakan parameter kekuatan telatif
yang paling sering digunakan dalam desain perkerasan. Metode pengujian
CBR dikembngkan pada tahun 1930 oleh California division of highways
dan kemudian diikuti dan disesuaikan oleh berbagai institusi dan Negara di
dunia. Pengujian CBR pada dasarnya dilakukan engan mengukur beban
yang diperlukan oleh batang penekan. Dengan demikian, CBR adalah

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 19


perbandingan antara beban yang diperlukan untuk mendorong batang masuk
ke dalam tanah dengan beban yang diperlukan untuk mendorong batang
masuk ke dalam batu pecah sampai kedalaman tertentu.
C.B.R. dikembangkan sebagai cara menilai kekuatan tanah dasar jalan.
Dengan ini kita dapat mengetahui bahan yang hendak dipakai untuk
pembuatan perkerasan. Harga C.B.R. dihitung pada harga penetrasi 0,1 dan
0,2 dengan membagi bahan penetrasi masing-masing sebesar 3000 dan 4500
pound beban standart yang diperoleh dari percobaan terhadap macam batuh
pecah yang dianggap mempunyai C.B.R. 100%. Percobaan C.B.R. dapat
dilakukan pada contoh tanah asli atau tanah yang dipadatkan atau dilakukan
dilapangan langsung pada tanah yang akan dicoba dengan menggunakan
rumus(Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga,
2006). Secara matematis, nilai CBR dinyatakan sebagai:
CBR0.1” = Beban Pada Penetrasi 0.1 } over {3000 } x 100 % ¿
CBR0.2” = BebanPada Penetrasi 0.2 } over { 4500} x 100 % ¿
Untuk perhitungan beban dapat digunakan persamaan berikut:
Y = ( 0,72 x X ) – 8,5
Dimana:
Y = Beban standart ( lb )
X = Pembacaan Arloji ( Atas/ Bawah )
Nilai CBR biasanya perbandinganbeban pada penterasi 2,54 mm (0,10
in). Apabila perbandingan beban pada penetrasi 5,08 mm (0,20 in) ternyata
lebih besar daripada perbandingan penetrasi pada2,54 mm (0,10 in), maka
pengujian perlu diulang.
Apabila hasil pengulangan tersebut adalah sama, maka CBR merupakan
perbandingam pada 5,08 mm (0,20 in).(Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006)

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 20


BAB III
PRAKTIKUM
3.1. Pengujian Kadar Air Tanah
A. Tujuan
Untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam tanah.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian kadar air tanah / water
content (ω) adalah:
a. Timbangan
b. Cawan
c. Oven Listrik
d. 500gr Tanah Boring
C. Prosedur Praktikum
a. Menimbang cawan kosong dengan neraca (agram)
b. Contoh tanah diambil sedikit, kemudian diletakan pada cawan dan
ditimbang dengan neraca. Berat cawan + tanah basah (bgram)
c. Cawan+contohtanahdimasukkandalamovenselama24jam.Setelah
kering lalu ditimbang. Berat cawan + tanah kering (cgram)
d. Langkah (a-c) diulang lagi untuk contoh tanah yang lain. Tiap contoh
tanah diambil 3cawan.
D. Gambar Proses Kerja Pengujian Kadar Air Tanah
Langkah 1

Berat Cawan
Diperoleh
Cawan Kosong

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 21


Langkah 2

Cawan Kosong
Cawan +
Tanah Basah

Berat Cawan +
Tanah Basah
Diperoleh

Langkah 3

Cawan +
Tanah setelah
di Oven

Cawan +
Tanah Basah

Berat Cawan
+ Tanah
setelah di
Oven

Langkah 4
Langkah (1 → 3) diulangi untuk contoh tanah yang lain
Tiap contoh tanah diambil sampel 3 cawan
E. Data dan Perhitungan

Untuk menetukan besarnya kadar air (water content) yang terkandung


dalam tanah asli digunakan rumus :

b−c
ωc = × 100%
c−a

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 22


dimana:w = kadar air(%)

a = berat cawan kosong (gram)

b = berat cawan + tanah asli (gram)

c = berat cawan + tanah kering oven (gram)

Tabel 1.10 Data Pengujian Kadar Air


Sampel 1 2 3
Berat cawan kosong (a) gram 7 8 7
Berat cawan + tanah asli (b) gram 57 48 37
Berat cawan + tanah kering oven (c) gram 53 45 35
Berat air (b-c) gram 4 3 2
Berta tanah kering (c-a) gram 46 37 28
WaterContent b−c
ω= ×100 % 8,696 8,108 7,143
c−a
 rata-rata (%) 7,982

F. Kesimpulan

Sesuai hasil

percobaan tanah yang di tes termasuk jenis tanah pasir, karena kadar air

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 23


tanah yang diperoleh sebesar 8.696%, 8.108%, 7.143%. Test ini
digunakan untuk perencanaan suatu pondasi bangunan karena dalam
merencanakan pondasi harus mengetahui jenis tanah yang ditempati
pondasi.

3.2. Pengujian Berat Jenis Tanah (Specific Grafity)


A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah mencari berat jenis butir tanah (Gs).
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut:
a. Piknometer
b. Cawan
c. Landasan
d. Neraca
e. Termometer
f. Palu Karet
g. Saringan no. 40
h. Contoh tanah asli boring yang telah dioven selama 24 jam
i. Aquades
j. Oven Listrik Piknometer
C. Prosedur Praktikum
a. Membersihkan dengan lap dan menimbang 3 buah piknometer dalam
keadaan kosong dan kering (agram).
b. Piknometer diisi aquades sampai penuh lalu ditimbang dan suhunya
diukur. Berat masing-masing piknometer dan aquades jenuh adalah b
gram.
c. Piknometer diisi contoh tanah kering yang telah dioven selama 24
jam sebanyak 3 buah (tanah yang dimasukkan piknometer 1/3
volume piknometer)
d. Piknometer yang berisi tanah kering ditimbang (cgram)

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 24


e. Piknometer yang berisi contoh tanah kering diberi aquades sampai
batas bawah leher piknometer dan didiamkan selama 24 jam dalam
keadaantertutup.
f. Selanjutnya piknometer diketuk-ketuk sampai gelembung udara
tidak ada dalam air di atas tanah, aquades kelihatan jernih kemudian
diisi aquades sampai penuh dan ditimbang (gram).
g. Mengukur suhu aquades dalam piknometer.
D. Gambar Proses Kerja Pengujian Berat Jenis Tanah
Langkah 1

Berat
Piknometer +
Air

Langkah 2

Berat
Tanah Piknometer +
Kering Tanah Kering

Langkah 3

Berisi Air + Piknometer


Tanah Kering diketuk – Suhu Air
ketuk, dalam
diamkan 15 Piknometer
menit

E. Data dan Perhitungan

Untuk mendapatkan harga berat jenis butir tanah (specific gravity)


dipergunakan rumus :

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 25


c−a
Gs =
( b−a ) T 1−(d−c) T 2
Dimana :
Gs = Berat jenis butir tanah
a = Berat piknometer kosong (gram)
b = Berat piknometer + aquades jenuh (gram)
c = Berat piknometer + sampel kering (gram)
d = Berat piknometer + sampel + aquades (gram)
T1 = Faktor koreksi pada suhu t1 (℃)
T2 = Faktor koreksi pada suhu t2 (℃)
Tabel 1.11 Data Pengujian Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)
Sampel 1 2 3
Berat piknometer kosong (a) 244 248 250
Berat piknometer + aquades (b) 1235 1239 1241
Berat piknometer + sampel kering (c) 744 748 750
Berat piknometer + sampel + aquades (d) 1552 1550 1551
Temperatur b ( t 1) 28 28 29
Temperatur d ( t 2) 30 30 30
Faktor Koreksi Suhu (T 1) 0,9992 0,9992 0,9986
Faktor Koreksi Suhu (T 2) 0,9986 0,9986 0,9986
Berat jenis butir tanah c−a
Gs= 2,727 2,641 2,631
( b−a ) T 1− ( d−c ) T 2
Gs rata-rata 2,666
F. Kesimpulan
Dari 3 kali percobaan dapat disimpulkan bahwa berat jenis tanah
tersebut adalah 2,66.

3.3. Pengujian Berat Volume Tanah (Bulk Density)


A. Tujuan
Untuk menetukan berat volume tanah asli atau berat pasir tanah sampel.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut:
a. Pisau
b. Mangkuk

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 26


c. Cawan Kaca
d. Neraca
e. Air Raksa
f. Tanah asli boring yang dipotong berbentuk kubus 1x1x1 cm 3
C. Prosedur Praktikum
a. Contoh tanah undisturbed (hasil boring) dipotong berbentuk kubus
1x1x1 cm3, tiap contoh tanah dibuat 3 buah kubus.
b. Menimbang cawan kosong (a gram).
c. Menimbang cawan + contoh tanah (b gram).
d. Menuangkan air raksa dalam mangkuk, kemudian permukaannya
diratakan dengan cara menekan cawan kaca perlahan.
e. Memasukkan contoh tanah dalam mangkuk, kemudian meratakannya
dengan kaca penahan, maka sebagian air raksa akan tumpah dari
mangkuk, lalu tumpahan dimasukkan pada cawan kemudian
ditimbang berat cawan + air raksa yang tumpah.
f. Selanjutnya contoh tanah yang lain dikerjakan seperti langkah-
langkah atas.
D. Cara Proses Kerja Pengujian Berat Volume Tanah
Langkah 1

Tanah Bentuk Tanah Kubus


Basah dengan Ukuran 1x1x1 cm

Langkah 2

Timbang Cawan
Kosong

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 27


Langkah 3

Timbang Cawan
Kosong dan Tanah

+ yang sudah
dibentuk

Langkah 4
Tuangkan Air
Raksa ke Ratakan dengan
Cawan

Langkah 5
Yang Sudah di
Isi Air Raksa

masukan Ratakan dengan

Langkah 6

Air Raksa yang


Tumpah

E. Data dan Perhitungan


Untuk mendapatkan harga berat volume basah (γ b) maka digunakan
rumus- rumus:
a) Mencari volume air raksa yang tumpah (d gram)
c−a
d=
13.6
Dimana :
a = Berat cawan kosong (gram)
c = Berat cawan + air raksa yang tumpah (gram)

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 28


d = volume air raksa yang tumpah (cm3)

b) Mencari berat volume basah (γ b)


b−a
γb =
d
Dimana :
γb = Berat volume basah (gr/cm3)
a = Berat cawan kosong (gram)
c = Berat cawan + air raksa yang tumpah (gram)

d = volume air raksa yang tumpah (cm3)


Tabel 1.12 Data Pengujian Berat Volume Tanah (Bulk Density)
Sampel 1 2 3
Berat cawan kosong (a) gram 20 20 20
Berat cawan+ tanah asli (b) gram 21 22 22
Berat cawan + air raksa yang tumpah(c) gram 76 80 71
Volume air raksa yang tumpah
c −a 4,118 4,412 3,750
d=
13,6
Berat volume basah
b−a 0,243 0,453 0,533
γ b=
d

γ b rata-rata (gram/cm3) 0,410


F. Kesimpulan
Dari hasil percobaan menentukan berat volume tanah, diperoleh
hasil rata-rata berat volume tanah dari sampel kubus ukuran 1x1x1 yaitu
0,41 gr/cm3.

3.4. Pengujian Batas Cair Tanah (Liquit Limit)


A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mencari kadar air pada batas
antara kadaan cair dan plastis.

B. Alat dan Bahan

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 29


Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut:
a. Cawan
b. Solet
c. Neraca
d. Oven
e. Cassagrande
f. Aquades
g. Mangkuk
h. Pisau Cassagrande
i. Pisau
C. Prosedur Praktikum
a. Menimbang berat cawan dan meletakan sampel asli hasil boring
dalam cawan
b. Menambahkan air ke dalam sampel lalu mengaduknya hingga merata
c. Meletakan sampel ke dalam mangkuk, mengaduk, dan meratkannya
dengan solet.
d. Membelah sampel pada Cassagrande dengan solet hingga terpisah
menjadi 2 bagian yangsama.
e. Memutar stang Cassagrande sehingga terketuk hingga alur
menutup kembali sepanjang 1cm.
f. Mencatat jumlah ketukan
g. Mengambil tanah dari Cassagrande menjadi 3 bagian lalu
menimbangnya.
h. Melakukan percobaan 3 kali dan mengusahakan agar jumlah ketukan
dibawah 25 kali sebanyak 2 kali dan di atas 25 ketukan sebanyak 2
kali juga.
i. Memasukkan sampel yang telah ditimbang dalam oven kemudian
menimbangnya kembali.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 30


D. Cara Proses Kerja Pengujian Batas Cair Tanah
Langkah 1

Berat Cawan
Diperoleh
Cawan Kosong

Langkah 2

Lakukan 2
Percobaan dengan
Cawan + mencampurkan air
Tanah Kering 45 ml dan 55 ml

Berat Cawan +
Tanah Basah
Diperoleh

Langkah 3

Meratakan Tanah
Basah di
Cassagrande

Langkah 4
Membelah tanah pada Cassagrande dengan solet hingga terpisah
menjadi 2 bagian yang sama.
Langkah 5
Memutar stang pada Cassagrande sehingga terketuk hingga alur
menutup kembali.
Langkah 6
Mencatat jumlah ketukan pada alat Cassagrande.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 31


Langkah 7
Catat Berat
Cawan +
Tanah setelah
di Oven
Cawan + Oven Selama
Setelah Tanah
Tanah Basah 24 Jam
yang Dibelah
Menutup
Pindahkan ke
Dalam Cawan

E. Data dan Perhitungan

Tabel 1.13 Data Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)


15-25 ketukan
Satua
Jumlah Ketukan 15-25
n
Berat Cawan kosong (a) gr 7 7 11
Berat Cawan + Tanah
gr 17 21 21
Basah (b)
Berat Cawan + Tanah
gr 15 17 18
Kering (c)
Kadar Air () % 25,000 40,000 42,857
Kadar Air Rata-rata % 35,952
25-40 ketukan
Satua
Jumlah Ketukan 25-40
n
Berat Cawan kosong (a) gr 7 7 7
Berat Cawan + Tanah
gr 18 17 19
Basah (b)
Berat Cawan + Tanah
gr 15 14 15
Kering (c)
Kadar Air () % 37,500 42,857 50,000
Kadar Air Rata-rata % 43,452

3.5. Pengujian Batas Plastis Tanah (Plastic Limit)


Tujuan
Untuk mengetahui kadar air tanah pada batas atas pada daerah plastis.
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut:

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 32


a. Cawan
b. Solet
c. Neraca
d. Oven
e. Mangkuk
f. Lempengan Kaca
C. Prosedur Praktikum
a. Menimbang cawan kosong.
b. Menambahkan sampel tanah dengan aquades dan mengaduknya
sampai rata.
c. Meletakan sampel di atas kaca dan menggelintirnya sampai
berdiameter 3 mm dan mulai retak.
d. Jika sampai diameter 3 mm dan belum retak berarti tanah terlalu
banyak mengandung air. Maka dicari bagian tanah yang tidak terlalu
banyak airnya.
e. Jika sampai diameter 3 mm dan mulai retak lalu memasukkanya ke
dalam oven selama 24 jam pada suhu 110ºC dengan
menimbanyakembali.
D. Cara Proses Kerja Pengujian Batas Plastis Tanah
Langkah 1

Timbang Cawan
Kosong

Langkah 2
Buat tanah diameter 3 mm dengan
panjang minimal 5 cm

Langkah 3

Timbang cawan
dengan tanah
yang telah
dibentuk

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 33


Langkah 4

Oven tanah
selama 24 jam

E. Data dan Perhitungan

Tabel 1.14 Data Pengujian Batas Platis Tanah (Plastic Limit)


e−f
w= Percobaan
×100 % 1 2 3
f −d (d) gram
Berat Cawan Kosong 7 7 7
Berat Cawan + Tanah Basah (e) gram
9 9 10
Berat
Cawan + Tanah Kering (f) gram 8 8 9
Plastic Limit (w)%
100 100 50

Plastic Limit Rata-rata % 83,333

Perhitungan nilai indeks plastisitas (IP)


 IP = LL – PL
= 100 – 83,333= 16,667 %
F. Kesimpulan
Jadi batas plastis tanah tersebut adalah 83,3% dan Indeks Plastisitas
nya adalah 16,7%.

3.6. Pengujian Pemadatan Tanah (Standard Proctor)


A. Tujuan
a. Untuk mengetahui kadar air optimum pada suatu pemadatan dengan
gaya tertentu.
b. Untuk mengetahui angka pori dan porositastanah.
c. Untuk mengetahui berat isi tanah basah dilapangan.
d. Untuk mengetahui berat isi tanah kering dilapangan.
B. Alat dan Bahan

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 34


Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut:

a. Mould untuk memadatkan, diameter ± 5cm.

b. Palu besi, tinggi jatuh = 30 cm, berat = 2,5kg

c. Strain egne / pengikirsendok

d. Neraca analitis dan anaktimbangan

e. Cawan

f. Gelas ukur

g. Ovenlistrik

h. Piknometer dan termometer

i. Dongkrak

j. Kantongplastik

k. Air

l. Contoh tanah
C. Prosedur Praktikum
a. Contoh tanah dilapangan ditumbuk lalu disaring.
b. Contoh tanah dibagi menjadi 6 bagian dan masing-masing
ditambahkan dengan air yang kadarnya berbeda (100 ml, 200 ml,
300 ml, 400 ml, 500 ml, 600 ml).

c. Contoh tanah dicampur dan diaduk secara merata. Kemudian ditaruh


dalam plastik dan didiamkan selama 12 jam agar homogen.

d. Contoh tanah yang telah homogen dimasukkan ke dalam mouldkira-


kira
1/3 bagian, lalu ditumbuk 25 kali. Ditambah 1/3 bagian lagi,
ditumbuk merata sebanyak 25 kali. Kemudian ditambah 1/3 bagian
lagi, sampai mould terisi penuh dan ditumbuk 25 kali.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 35


e. Contoh tanah yang berada dalam mould diratakan permukaannya
sesuai dengan volume mould, kemudianditimbang.
f. Menyiapkan 3 (tiga) buah cawan yang telah diketahuiberatnya.

g. Contoh tanah dikeluarkan dari mould dengan dongkrak, kemudian


dibagi menjadi 3 bagian. Pada masing-masing bagian diambil
contohnya, ditimbang dengan cawan yang telah disiapkan
sebelumnya, kemudian dioven selama 24jam.
h. Kemudian cawan dan tanah yang telah dioven 24 jam ditimbang
untuk mendapatkan kadar airnya.
i. Hal yang sama dilakukan untuk sampel-sampel dengan kadar air yang
berbeda.
D. Cara Proses Kerja Pengujian Pemadatan Tanah
Langkah 1

Tanah Tanah 2,5 kg campur


Kering dengan Air 600ml

Langkah 2

Tumbuk 25 kali
Tanah
per 1/3 Tanah
Adonan
yang dimasukan

Masukan 1/3
Tanah 3x

Dongkrak Hingga
AdonanTanah Keluar

Langkah 3

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 36


Oven Hingga 24 Jam

Langkah 4

Tanah yang sudah di


Oven Selama 24 Jam di
Timbang Kembali

E. Data dan Perhitungan


Rumus-rumus yang digunakan :
a. Berat isi basah ( γ wet)
γ wet = Berat volume basah/volume tanah basah
b. Berat isi kering ( γ dry)
γ wet
γ dry =
1+w
c. Angka Pori

G .w. (1 w)
e  w
wet
d. Porositas
e
n=
e+1
e. Berat isi tanah jenuh ( γ sat)
γ sat = γ wet ( 1 – n) + n

Tabel 1.15 Data Pengujian Pemadatan Tanah (Standart Proctor)


Sampel 1 2 3 4 5
Berat cawan kosong (d) gram 7 7 7 7 7
Berat cawan + tanah basah (e)
1387 1465 1499 1506 1526
gram
Berat cawan + tanah kering (f)
1190 1311 1212 1144 1200
gram
Kadar Air (w) 17 12 24 32 27
w rata-rata (%) 22,289

F. Kesimpulan

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 37


Pada pemadatan tanah, kadar air mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kepadatan yang dapat dicapai oleh suatu tanah. Disamping
kadar air, faktor-faktor lain juga mempengaruhi pemadatan adalah jenis
tanah dan usaha pemadatan.

3.7. Pengujian Konsolidasi


A. Tujuan
Pengujian ini merupakan pengujian satu dimensi, dimana beba yang
bekerja hanya satu arah yaitu arah vertikal. Adapun tujuan dari
pengujian ini adalah untuk menentukan parameter-parameter
konsolidasi, yaitu Koefisien Konsolidasi (Cv) dan Koefisien Kompresi
(Cc) yang terjadi akibat adanya tekanan yang bekerja pada tanah
tersebut.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut:

1. Satu set alat konsolidasi (Odo Meter) yang terdiri dari alat –alat
pembebanan dan selkonsolidasi
2. Arloji pengukur (ketelitian 0.01 dan panjang gerak tangkai minimal
1.0cm)

3. Beban - beban (0.25 kg, 0.8 kg, 1.6 kg, 3.2kg)

4. Alat pengeluar contoh dalam tabung(extruder)

5. Pemotong yaitu pisau tipis dan tajam serta pisau kawat

6. Pemegang cicinkawat

7. Neraca

8. Oven listrik yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk


memanasisampai 100º C

9. Stopwatch
C. Prosedur Praktikum

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 38


a. Persiapan BendaUji
Cincin (bagian dari sel konsolidasi) dibersihkan dan dikeringkan
kemudian ditimbang sampaiketelitian 0.1 gr. Sebelum contoh
dikeluarkan dari tabung ujungnya diratakan dahulu dengan jalan
mengeluarkan contoh tersebut 1 sampai dengan 2 cm. Kemudian
dipotong dengan pisau. Permukaan ujung contoh ini harus diratakan
dan tegak lurus terhadap sumbu contoh.Cincin dipasang pada
pemegangnya kemudian diatur sehingga bagian yang tajam berada
0.5 cm dari ujung tersebut. Contoh dikeluarkan dari tabung dan
langsung dimasukkan ke dalam cincin sepanjang kurang lebih 2 cm,
kemudian dipotong. Agar diperoleh ujung yang rata pemotongan
harus dilebihkan 0.5 cm kemudian diratakan dengan alat penentu
tebal. Pemotongan harus dilakukan sehingga pisau potong tidak
sampai menekan benda uji tersebut.
b. Percobaan
1. Benda uji dan cincin ditimbang dengan ketelitian 0.1gr
2. Menempatkan batu pori di bagian atas dan bawah dari cincin
sehingga benda uji yang sudah dilapisi kertas saring/filter terapit
kedua buah batu pori kemudian dimasukkan ke dalam
selkonsolidasi.
3. Memasukkan plat penumpu di atas batupori.
4. Meletakkan sel konsolidasi yang sudah terisi benda uji pada alat
konsolidasi sehingga bagian runcing dari plat penumpu
menyentuh tepat pada latpembebanan.
5. Mengatur kedudukan arloji (alat ini harus menunjukkan angka
nol) kemudian dibaca dan dicatat.
6. Memasang beban pertama sebesar 0.25 kg, kemudian diikuti
dengan pengaturan nivo agar seimbang.
7. Pada saat memasang beban 0.25 kg diamati pembacaan arloji
mulai (0, 0.25, 1,2.15, ... 480) menit.
8. Setelah langkah 7 selesai,makan beban ditambah sehingga
menjadi 0.8 kg.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 39


9. Demikian seterusnya untuk beban yang berbeda yaitu untuk
pembebanan 1.6 dan 3.2 diamati pembacaan arloji mulai menit 0,
0.25, 1,2.15, ... 480.
10. Setelah sampai pada pembebanan 3.2 kg maka dilakukan
unloading test dengan pengurangan beban sehingga pembebanan
menjadi 1.6 kg dan diamati pembacaan arloji mulai menit 0,
0.25, 1,2.15, ... 480.
11. Setelah percobaan berakhir maka dikeluarkan cincin dan benda
uji dari sel . konsolidasi, demikaian pula batu pori pada
permukaan atas danbawah.
12. Cincin dan benda uji dikeringkan dalam oven listrik selama 24
jam dengan temperatur 110ºC.
13. Setelah kering cincin dan benda uji ditimbang.
D. Data dan Perhitungan
a. Menghitung:
1. Berat tanah basah
2. Kadar air
3. Berat isi basah
4. Berat tanah kering
b. Ada dua cara menggambarkan hasil percobaan konsolidasi:
1. Dengan membuat grafik penurunan terhadap tekanan.
2. Dengan membuat grafik angka pori terhadap tekanan.

Pada kedua cara ini harga tekanan digunakan skala logaritma. Bila
dipakai cara II maka dilakukan perhitungan sebagai berikut:

1. Tinggi Efektif benda uji


Ht = Bk / (A xGs)
dimana :
Ht = tinggi efektif benda uji / tinggi butiran tanah (satu
kesatuan)
A = luas bendauji
Gs = berat jenis tanah
Bk = berat tanahkering

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 40


2. Besar penurunan total (∆H) yang terjadi padapembebanan
∆H = pembacaan arloji pada permulaan percobaan dikurangi
pembacaan arloji sesudah pembebanan tersebut
3. Angka pori semula (angka pori asli)
eo = (Ho - Ht) /Ht
dimana :
Ho = tinggi contoh semula.
4. Perubahan angka pori (∆e) pada setiap pembebanan
∆e = H / Ht
5. Angka pori ( e )pada setiappembebanan
e = eo - ∆e
6. Menggambarkan harga angka-angka pori tersebut pada grafik
angka pori terhadap tekanan dan dengan menggunakan skala
logaritma untuk tekanan.
c. Menghitung derajat Kejenuhan sebelum dan sesudahpercobaan
Sr = (w.Gs) /e
dimana :
Sr = derajat kejenuhan
W = kadarair
G = berat jenistanah
e = angkapori
d. Harga Koefisien Konsolidasi(Cv)
Cv = (0,848 Hm2 ) / t90
dimana :
Cv = Koefisien konsolidasi
Hm = Tinggi benda uji rata –rata
t90 = Waktu untuk mencapai konsolidasi 90 %
e. Menggambar grafik hubungan antara Cv dan beban(logaritma)
f. Langkah-langkah penggambarangrafik konsolidasi :
1. Absis = √ (waktu), ordinat =penurunan.
2. Titik koordinat hasil pembacaan dihubungkan sehingga didapat
grafik kecepatan penurunan yang berupa garis lengkung(kurva).

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 41


3. Kurva diperpanjang hingga memotong sumbu Y (titikA).
4. Kemudian dibuat garis singgung yang berimpit dengan
permulaan kurva.
5. Dicari titik singgung akhir kurva dimana kurva dan garis
singgung mulai memisah (titik P).
6. Ditarik garis tegak lurus sumbu ordinat Y sampai memotong titik
P, diukurpanjangnya.
7. Kemudian dibuat garis himpit dengan garis nomor 6 (titikQ).
8. Dibuat garis A sampai memotong kurva di titik B.
9. Membuat garis tegak lurus absis melaluiB.
10. Didapatakart90= titik potong antara garis no. 9 dengan sumbu
absis X
g. Cara pengisian tabel:
1. Stress, beban yang diberikan pada loading test (kg/cm2).
2. Dial reading, bacaan yang diperoleh dari dial pengukur setelah
480 menit.
3. Deformasi dial reading, sewlisih sebelum dan sesudah diberi
beban.
4. Sampel deformasi (H), selisih deformasi dalam satuan cm
5. ∆e = ∆H /Ht
6. e = eo -∆e
7. Average deformation(cm)
8. (dt-1/2)
0,848 . Hm2
9. Cv = cm / dt
t 90

Tabel 1.16 Data Pengujian Konsolidasi Tanah


Beban
Total (kg) 2 4 8 16 8 2
No
Waktu Bacaan Dial (mm)
(menit)
0 0 17 41,5 109 203 192
1
0,25 10 26 88 176 201 192
2

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 42


1 11 29 90 182 201 192
3
2,25 12 32 93,5 185,5 201 192
4
4 13 32,5 96 188 201 192
5
6,25 14 33 97 190 201 192
6
9 15 34,9 99 191 201 192
7
12,25 15,25 35,1 100 192 201 192
8
16 15,75 35,8 102 193 201 190
9
20,25 16 37 103,5 194 201 190
10
36 16 38 105 197 201 190
11
60 16 38,25 106 198,5 200 190
12
120 16 39,5 107 201 200 190
13
240 17 41,5 109 203 200 190
14
480 17 41,5 109 203 192 192
15
1440 17 41,5 109 203 192 192
16

3.8. Pengujian Analisis Butiran (Grain Size Analysis)


A. Tujuan
Untuk mengetahui diameter butir tanah yang lebih besar dari 0,0074 mm
atau tertahan saringan no. 200.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut:

a. Satu set saringan (no. 8, 16, 20, 40, 80, 100, 120, 200).

b. Penggertar saringan (vibrator).

c. Neraca dan anak timbangan.

d. Ovenlistrik.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 43


e. Cawan alumunium.

f. Sampel tanah yang digunakan pada analisis hidrometer.


C. Prosedur Praktikum

a. Sampel tanah dari percobaan hidrometer dicuci dengan saringan no.


200 sampai bersih.
b. Penucian dinyatakan bersih apabila air bekas cucian telah jernih.

c. Sampel tanah yang tertahan dalam saringan no. 200 diletakan di


cawan dan di oven selama 24 jam.
d. Sampel tanah kering yang telah dioven selama 24 jam ditimbang
bersama cawannya.
e. Sampel tanah dimasukkan ke dalam susunan saringan kemudian
digetarkan dengan alat penggetar.
f. Sampel tanah yang tertinggal pada setiap saringan ditimbang.
D. Gambar Proses Kerja Percobaan Analisa Saringan
Langkah 1

Tanah kering
Tanah
Oven

Langkah 2

Tanah Tanah Kering

500gr

Langkah 3

Tanah Kering

500gr

Hasil Setiep Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH


ayakan, dihitung.
44
yang tertinggal di
E. Data dan Perhitungan

Tabel 1.17 Data Pengujian Analisis Butiran (Grain Size Analysis)

Berat Tertaha Lolos


Berat Tertahan
No. n
Tertaha Lolos Kumulati
Ayaka (%) Kumulatif
n f
n
(%)
(gr) (gr) (%)

4 9 9 1,8 1.8 98.2

8 77 86 15,4 17.2 82.8

10 40 126 8 25.2 74.8

12 17 143 3,4 28.6 71.4

16 34 177 6,8 35.4 64.6

30 96 273 19,2 54.6 45.4

40 45 318 9 63.6 36.4

50 30 348 6 69.6 30.4

100 41 389 8,2 77.8 22.2

200 59 448 11,8 89.6 10.4

pan 52 500 10,4 100 0

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 45


BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesalahan-Kesalahan Dalam Pengukuran

Dalam usaha untuk mengurangi atau menghilangkan kesalahan,


maka perlu memperhatikan sumber-sumber kesalahan tersebut, antara
lain :

a. Kesalahan acak ( kebetulan )

Yaitu kesalahan pengukuran yang terjadi secara kebetulan yang


tidak dapat diperkirakan seperti Listrik tiba-tiba padam yang
mengakibatkan pengovenan tanah kurang optimal. Kesalahan ini
dibuat sekecil-kecilnya dengan jalan mengadakan observasi yang
dilakukan beberapa kali dan dari observasi tersebut diambil rata-
ratanya.

b. Kesalahan sistematis

Yaitu kesalahan pengukuran yang terjadi pada setiap pengukuran.


Umumnya kesalahan ini berupa terlalu cepat atau lambatnya ketika
mengolah tanah baik mengoven maupun mencampur dengan cairan.

c. Kesalahan besar

Yaitu kesalahan pengukuran yang terjadi akibat kekeliruan dalam


pengukuran atau kurang pengalaman, dan pengetahuan. Sebagai
contoh angka seharusnya 58.20m tetapi yang ditulis 52.8m. bila terjadi
kesalahan yang cukup besar dalam hal ini melampaui batas toleransi
maka pengukuran harus di ulangi.

4.2 Kritik dan Saran

Kritik dan saran akan selalu kami harakan dari setiap pembaca laporan
ini, karena penulis sadar laporan ini masih jauh dari kata sempurna.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 46


LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 47
LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 48

Anda mungkin juga menyukai