Dosen Pembimbing
M. Ridwan ST, MT
Disusun Oleh :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,
taufiq, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
Teknik Sipil “ILMU UKUR TANAH”
Tim Penyusun
Mengetahui,
Dosen Pembimbing : Kepala Lab. Sipil :
BAB V……………………………………………………………………………28
PENUTUP…………………………………………………………………….…28
5.1 Kesimpulan………………………………………………………......…….28
5.2 Saran…………………...……………………………………………..……28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…..29
LAMPIRAN…………………………………………………………….……….30
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-
cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi
relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, diatasnya atau dibawahnya,
dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu
daerah.
Pada ilmu ikur tanah, sudut dan jarak menjadi unsur terpenting. Oleh
karena itu pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan pada
pengukuran keduanya. Dalam hal ini alat yang digunakan yaitu Theodolitdan
Waterpass dengan merk Sokkia buatan Jepang. Hasil pengukuran dengan
menggunakan kedua alat tersebut akan mendapatkan data-data yang akan dipakai
untuk menggambarkan situasi dan kondisi suatu lokasi pengukuran, seperti
gedung, tanaman, saluran air, dan jalan.
1. Maksud:
1. Agar mahasiswa dapat mengenal mengenai ilmu ukur tanah.
2. Agar mahasiswa bisa memahami, mengolah, serta menghitung data
hasil pengukuran.
1.4 Manfaat
1. Dapat memahami dasar-dasar Ilmu Ukur Tanah.
2. Dapat menginformasikan cara mengoperasikan Theodolit dan
Waterpass.
3. Dapat menginformasikan peralatan dan prosedur dalam pengukuran
menggunakan Theodolit dan Waterpass.
4. Dapat menginformasikan cara menghitung jarak, dan sudut.
5. Lebih pandai dalam menghindari kesalahan-kesalahan dalam
pengukuran.
DASAR TEORI
1) Pengukuran Mendatar
Pengukuran untuk mendapatkan hubungan horizontal antara titik-titik yang
diukur diatas permukaan bumi, yaitu untuk menentukan jarak titik satu dengan
titik lainnya.
2) Pengukuran Tegak
Pengukuran untuk mendapatkan hubungan tegak antara titik-titik yang diukur
diatas permukaan bumi, yaitu menentukan beda tinggi.
1) Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukut tanah yang digunakan untuk mengukur jarak
dan sudut, baik sudut vertikal maupun horizontal. Yang dimaksud dengan sudut
vertikal adalah sudut yang diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan sudut
horizontal adalah sudut yang diukur pada skala mendatar yang dibentuk oleh dua
titik polygon. Di dalam theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan
Berbagai rencana dalam bidang teknik seperti pembangunan jalan raya, kereta
api, irigasi, daerah industri, dan perumahan memerlukan refrensi berupa berbagai
data, seperti lokasi, karakteristik lokasi, dan sebagainya. Dalam pekerjaan
bangunan gedung, Theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku.
Pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat. Hal-hal yang berhubungan
dengan lokasi tentu memiliki hubungan dengan luas yang hendak dikelola.
i. Plat Datar
Fungsi: Sebagai landasan instrumen yang sifatnya selalu mendatar
B. Bagian Tengah
Bagian tengah digunakan untuk membidik teropong ke arah sasaran secara
horizontal.
i. Klem Sumbu I
Fungsi: Untuk mengunci sumbu I bila sudah mendapatkan bidikan secara
horizontal.
v. Alhidale
Fungsi: Untuk mengunci sumbu I ke segala arah dalam membidik sasaran.
vi. Mikrometer
Fungsi: Sebagai alat penyetel pada saat pembacaan sudut.
C. Bagian Atas
Bagian atas digunakan untuk membidik teropong ke arah sasaran secara
horizontal.
i. Teropong
Fungsi: Untuk melihat objek yang jauh dengan jelas.
v. Pembidik Kasar
Theodolith mempunyai fungsi untuk mengukur sudut dari satu titik ke titik
yang lain atau lebih.
h
A
t
HP
P1 d
Keterangan:
θ = Jarak Kemiringan
h = Jarak Vertikal
∆t = Beda Tinggi
\
Gambar 1.3 Gambar alat Waterpass
C. Kegunaan Alat
Sesuai kontruksi alat yang dipersiapkan dengan prinsip penyipat datar,
maka alat ini dapat digunakan untuk:
a. Benang Stadia, yaitu dua buah benang yang berada diatas dan dibawah
serta sejajar dan dengan jarak yang sama dari benang diafragma
mendatar. Dengan adanya benang stadia ini dan bantuan kelengkapan
alat ukur waterpas berupa rambu ukur atau bak ukur, alat ini dapat
digunakan atau difungsikan sebagai alat ukur jarak horizontal atau
jarak mendata. Pengukuran jarak seperti ini dikenal dengan jarak
optik.
b. Lingkaran Berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi
dengan skala ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah
yang dinyatakan dengan bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan
oleh benang diafragma tegak dapat ditentukan atau diketahui, sehingga
METODE PENGUKURAN
3.1 Waterpass
MENYIAPKAN ALAT :
1. PESAWAT WATERPASS / LEVEL
2. TRIPOD / STATIF
3. BAK UKUR
4. METERAN
ATUR POSISI PIRNGAN
TRIPOD SEDATAR MUNGKIN
TENTUKAN TITIK / PATOK LETAK DITARIK TRIPOD DIATAS TITIK / PASANG PESAWAT
PESAWAT PATOK YANG SUDAH DI TENTUKAN WATERPASS PADA TRIPOD
APAKAH INGIN
YA MENGARAHKAN PESAWAT KE
TITIK SASARAN LAINNYA?
TIDAK
YA APAKAH INGIN
MEMINDAHKAN PESAWAT KE
TITIK/PATOK SELANJUTNYA?
TIDAK
END
HA
HB
H HB = HB – HA
Selisih tinggi antara titik a dan b adalah sebesar H. Arah bidikan ke titik
Adisebut pembacaan bak belakang dan titik B disebut bak muka dan untuk
mengurangi kesalahan diusahakan letak instrumen di tengah-tengah antara titik A
dan B.
Dimana:
Jika hasil ΔH positif maka kondisi permukaan tanah dari titik A ke titik B
naik, Sebaliknya bila ΔH negatif maka titik A ke B turun. Pembacaan dilakukan
melalui rambu-rambu ukur yang dapat dilihat dari teropong. Pembacaan mana
terlihat dalam suatu bidang diafragma di mana benang atas (BA), benang tengah
(BT), benang bawah (BB), di mana:
ΔH = BT Belakang – BT Muka
D = 100 x (BA-BB)
Angka yang tercantum menunjukkan jarak antara angka tersebut dengan alas mistar.
HA H
Cara lain untuk menentukan beda tinggi, seperti terlihat pada gambar diatas.
Instrumen ditempatkan di sebelah kanan titik B atau di sebelah kiri titik A.
Selisih Tinggi (ΔH) besarnya:
ΔH = HA – HB
Dimana:
ΔH = Selisih tinggi
BT
Tp TA
t . g . v = Tp + TA
Dimana:
TA = Tinggi titik A
Tinggi titik B dapat dicari, yaitu:
TB = t . g . v – BT
Pengukuran cara ini dipakai untuk pengukuran titik detail / kipas yang akan
diuraikan kemudian. Cara lain untuk mencari garis vizir adalah:
BT
vizir
t.g.v = BT + TA
dimana :
tgv = tinggi garis
BT = benang tengah
TA = tinggi titik A
C. Waterpass Memanjang
Waterpass memanjang / berantai dimaksud untuk memperoleh suatu
rangkaian / jaring-jaring.
b3 m3 b4 m4 b5 m5
b1 m1 b2 m2
A 1 2 3
Δh1 = b1 – m1
Δh2 = b2 – m2
Δh3 = b3 – m3
Δh4 = b4 – m4
1n h = (b + b + …+ b) – (m + m + …+ m)
Dimana:
h = Jumlah beda tinggi
b = Jumlah pembacaan benang tengah belakang
m = Jumlah pembacaan benang tengah muka
E=ks
Dimana:
E = Nilai konstanta
K = Konstanta
S = Jarak
D. Waterpass Lapangan
Yang dimaksud dengan waterpass lapangan adalah untuk menentukan
ketinggian dari titik-titik di lapangan sehingga mendapatkan gambaran lengkap
tentang kedudukan tinggi dari lapangan tersebut. Metode ini disebut metode
koordinat kutub.
1 -0.002 347.186 - - -
1.606
2 345.500 - - -
3 -0.002 347.480 - - -
4 0.002 349.519 - - -
START
MENYIAPKAN ALAT :
5. PESAWAT THEODOLIT
6. TRIPOD / STATIF
7. RAMBU/BAK UKUR
ATUR POSISI PIRNGAN
8. METERAN
TRIPOD SEDATAR MUNGKIN
9. UNTING-UNTING
10. KOMPAS
ARAHKAN PESAWAT
PADA TITIK SASARAN, LETAKKAN RAMBU UKUR PADA
KEMUDIAN KUNCI SET SUDUT VERTIKAL PESAWAT SET SUDUT HORIZONTAL KE
TITIK SASARAN YANG AKAN DI
PENGGERAK TEMBAK THEODOLIT 90 DERAJAT TITIK 0 DERAJAT
HORIZONTALNYA
TIDAK
APAKAH INGIN
YA MEMINDAHKAN PESAWAT KE
TITIK/PATOK LAINNYA?
TIDAK
END
Sebelum alat theodolit digunakan, terlebih dahulu harus diperiksa dan dilakukan
pengaturan, meliputi:
Syarat kedua dan ketiga dipenuhi dengan menguji alat theodolit secara:
a. Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi, maka arahkan garis bidik ke
titik yang agak jauh, ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak.
b. Baca lingkaran skala tegak, misalnya didapat sudut zenith (Z)
Pada theodolit terdapat 2(dua) nivo yang harus diatur, yaitu piringan bawah dan
nivo piringan atas.
CP 3
CP 1
U
CP 4
BM
i. Sudut yang diperoleh dalam pembacaan yang lebih lanut diterangkan dalam
bab pengukuran theodolit.
ii. Perhitungan sudut poligon
iii. Data yang diperoleh dari lapangan pad apoligon tertutup apabila
menggunakan sudut harus memenuhi syarat (n-2)x180° , bila menggunakan
sudut luar adalah (n-360)-(n-2)x180° dimana n= jumlah titik pengukuran.
K = koreksi
D. Perhitungan Azimuth
Perhitungan azimuth dapat dihitung bila sudut-sudut yang diperhitungkan
telah memenuhi syarat dan azimuth awal atau akhir diketahui pada waktu
pengukuran. Pada poligon tertutup perhitungan bedasarkan azimuth awal
(Yawal)sedangkan pada poligon terbuka berdasarkan azimuth awal dan akhir. Sudut
yang terpakai dalam perhitungan tiap-tiap titik poligon seyogyanya dipakai sudut
luar.
a. Perhitungan Koordinat
Syarat yang harus dipenuhi untuk perhitugan koordinat adalah:
i. Sudut telah teroreksi untuk tiap titik.
ii. Jarak masing-masing titik pengukuran diketahui.
iii. Koordinat titik awal A (X A ; Ya) atau titil z (Xz ; Yz) diketahui.
Selanjutnya dengan diketahui koordinat awal, maka dapat dihitung koordinat titik
yang diukur dengan menggunakan rumus:
Absis Xn = Xm + D SinY
atau
Ordinat Yn = Ym + D CosY
Kesalahan yaitu:
BEDA
JARAK RATA-RATA ELEVASI
TINGGI
5.00
12700.00 0.00
5.00
5.00
63200.00 0.00
5.00
5.00
112600.00 0.00
5.00
5.00
86700.00 0.00
5.00
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarikkesimpulan
antara lain :
1. Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif
atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, diatasnya atau dibawahnya, dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
2. Menyipat datar adalah menentukan/mengukur beda tinggi antara dua titik atau
lebih.
3. Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimanatitik awal
dan titik akhirnya terletak pada titik yang sama.
4. Dari data praktikum poligon dapat diambil beberapa hal, yaitu : sudut,jarak dan
azimut dari suatu daerah.
5. Dari azimut yang didapatkan dapat diketahui koordinat titik – titik polygon yang
akan diplotkan ke kertas gambar.
6. Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu :faktor manusia, faktor
alat dan faktor alam.
5.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, harap pelajari dan pahami terlebih dahulu materi-
materi yang akan diterapkan dalam praktikum tersebut.
2. Perhatikan dengan benar penjelasan/pengarahan yang disampaikan oleh
Pembimbing atau Mentor agar tidak terjadi kesalahan saat praktikum.
3. Agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan, atau bacaan pada bak ukur, mohon
alat-alat yang digunakan untuk praktikum lebih diperhatikan, terutama theodolit
yang harus dicek dan dikalibrasi agar tidak terjadi kesalahan.
GEDUNG
REKTORAT
FAK.
DENAH PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH HUKUM GAZEBO GAZEBO GAZEBO
(THEODOLIT)
PARKIR MOBIL
SKALA : 15
PARKIR
SEPEDA
AREA PENGUKURAN BANK
THEODOLIT MOTOR
BCA
SPORT
GEDUNG ORMAWA CENTER MUSHOLA PARKIR SEPEDA MOTOR POS SECURITY
GEDUNG
REKTORAT
DENAH PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH
(WATERPASS)
FAK.
SKALA : 15 HUKUM GAZEBO GAZEBO GAZEBO
PARKIR MOBIL
PARKIR
PANJANG AREA SEPEDA
PENGUKURAN WATERPASS MOTOR BANK
BCA
0 1 2 3 4
275.20
12.70 63.20 112.60 86.70
4 8 12
16
20
3 7 11 15 19
P0
P1 P2 P3 P4 A
1 5 9 17
2 13
6 10 18
14
275.20
12.70 63.20 112.60 86.70
P0 P1 P2 P3 P4
4 3 P0 1 2
POTONGAN SKETSA MELINTANG (POTONGAN 0)
SKALA : 1
8 7 P1 5 6
POTONGAN SKETSA MELINTANG (POTONGAN 1)
SKALA : 1
12 11 P2 9 10
POTONGAN SKETSA MELINTANG (POTONGAN 2)
SKALA : 1
5.90 3.10 4.20 7.10
16 15 P3 13 14
POTONGAN SKETSA MELINTANG (POTONGAN 3)
SKALA : 1
20 19 P4 17 18
POTONGAN SKETSA MELINTANG (POTONGAN 4)
SKALA : 1
P2 P1 10
P1
10
9
11
8
12 7 P0
P3
GEDUNG FISIP
16 17
18 2 1 P1
19 3
4
P3 20
P0
SKETSA PENGUKURAN THEODOLIT
SKALA : 15