Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

PRATIKUM ILMU UKUR TANAH

DOSEN PEMBIMBING
M. Ridwan ST, MT
DISUSUN OLEH
1. Kamiludin Bias (1914221028)
2. Fristian Fajar Ramadhan (1914221030)
3. Avan Fitrah Herian (1914221031)
4. Moch. Rizky Eka Pradana (1914221032)
5. Hafid Asari (1914221034)
6. Moch. Mirza Kurniawan (1914221035)

Teknik Sipil Malam


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufiq, dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Teknik Sipil “ILMU
UKUR TANAH”

Dalam penyusunan laporan praktikum ini kami menyadari masih banyak kekurangan
baik pada teknis disaat praktek lapangan maupun materi. Hal ini tidak lain karena
keterbatasan akan kemampuan dan ilmu yang kami miliki. Oleh karena itu, kami berharap
adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
laporan ini.

Dalam penyusunan laporan praktikum “ILMU UKUR TANAH” ini kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan
dorongan, motivasi, dan semangat, khususnya kepada:

1. Ir. Tri Wardoyo, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas
Bhayangkara Surabaya.
2. Anik Budiatist., MT selaku Ketua Tim Pelaksana Praktikum Ilmu Ukur Tanah yang
membimbing dan memberikan tutorial penggunaan alat “Waterpass” dan
“Theodolith” kepada kami.
3. M. Ridwan SST, MT Selaku Dosen Asistensi dan pembimbing kelompok kami.
4. Serta senior-senior yang memberikan ilmunya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini.

Akhirnya saya berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal
kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat, Terima Kasih

Wassalamu,alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Surabaya, 05 September 2020

Tim Penyusun

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Bekalang .................................................................................................. iii
1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................................................... iii
1.3 Rumusan dan Batasan Masalah ....................................................................... iv
1.4 Manfaat .............................................................................................................. iv
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..................................................................... iv

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Ilmu Ukur Tanah ........................................................................... 1


2.2 Macam-Macam Pengukuran
A. Theodolit ....................................................................................................... 1
B. Waterpass ..................................................................................................... 6

BAB III METODE PENGUKURAN

3.1 Waterpass ........................................................................................................... 8


3.2 Theodolit ............................................................................................................. 15

BAB IV LAPORAN PENGUKURAN

4.1 Denah Pratikum Waterpass & Theodolit .......................................................... 23


4.2 Data Waterpass
A. Perhitungan Waterpass (Pergi) .................................................................. 23
B. Perhitungan Waterpass (Pulang) ............................................................... 24
C. Perhitungan Waterpass (Rata-Rata) ......................................................... 25
D. Sketsa Waterpass Memanjang .................................................................. 25
E. Perhitungan Waterpass Melintang ........................................................... 26
F. Sketsa Waterpass Melintang ............................................................……… 26
4.3 Data Theodolit
A. Input Data Pengukuran Theodolit ............................................................. 27
B. Sketsa Pengukuran Theodolit .................................................................... 28

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 29


5.2 Saran ................................................................................................................... 29

BAB VI DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 30

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau
absolut titik-titik pada permukaan tanah, diatasnya atau dibawahnya, dalam memenuhi
kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

Sebelum memulai membangun suatu bangunan, baik bangunan besar, sedang,


maupun kecil sekalipun memerlukan terlebih dahulu suatu perencanaan yang matang. Salah
satunya yaitu perencanaan peta bangunan. Tidak mungkin dapat dibuat suatu rencana yang
baik tanpa tersedia peta yang baik pula. Untuk mendapatkan peta yang baik tersebut harus
didasarkan atas hasil pengukuran yang benar dan cara pengukuran yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pengukuran-pengukuran yang dimaksud adalah ukur tanah. Imu
ukur tanah merupakan ilmu yang mempelajari masalah kulit bumi yang berupa situasi atas
permukaan kulit bumi, perbedaan ketinggian, jarak, dan luas.

Pada ilmu ikur tanah, sudut dan jarak menjadi unsur terpenting. Oleh karena itu
pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan pada pengukuran keduanya.
Dalam hal ini alat yang digunakan yaitu Theodolith dan Waterpass dengan merk Sokkia
buatan Jepang. Hasil pengukuran dengan menggunakan kedua alat tersebut akan
mendapatkan data-data yang akan dipakai untuk menggambarkan situasi dan kondisi suatu
lokasi pengukuran, seperti gedung, tanaman, saluran air, dan jalan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan ilmu ukur tanah ini adalah:
Maksud:
1. Agar mahasiswa dapat mengenal mengenai ilmu ukur tanah.
2. Agar mahasiswa bisa memahami, mengolah, serta menghitung data hasil
pengukuran.

Tujuan:

1. Memahami dasar-dasar ilmu ukur tanah


2. Mengenal alat-alat yang digunakan dalam ilmu ukur tanah
3. Mengerti cara kerja dan penggunaan dari alat-alat dalam ilmu ukur tanah
4. Menguasai perhitungan dalam ilmu ukur tanah

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


1.3 Rumusan dan Batasan Masalah
1. Pengertian dari Ilmu Ukur Tanah?
2. Apa saja alat yang digunakan untuk ukur tanah?
3. Apa saja bagian-bagian dari waterpass dan theodolit?
4. Bagaimana cara mengoperasikan Waterpass dan Theodolit?
5. Bagaimana cara menghitung beda tinggi tanah?

1.4 Manfaat
1. Dapat memahami dasar-dasar Ilmu Ukur Tanah.
2. Dapat menginformasikan cara mengoperasikan Theodolit dan Waterpass.
3. Dapat menginformasikan peralatan dan prosedur dalam pengukuran
menggunakan Theodolit dan waterpass.
4. Dapat menginformasikan cara menghitung jarak, dan sudut.
5. Lebih pandai dalam menghindari kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pratikum


Hari/Tanggal : Minggu, 22 Agustus 2020
Waktu : 08.30 WIB s/d 15.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Universitas Bhayangkara Surabaya

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu geodesi rendah yang bertujuan untuk
membuat gambar permukaan bumi diatas bidang datar. Bisa juga disebut Ilmu
Pemetaan, karena dalam pelaksanaannya kita akan memetakan keadaan di lapangan
keatas kertas (topografi) dan kemudian dari data yang diperoleh akan kembali
dilaksanakan di lapangan.

Pada dasarnya pengukuran dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Pengukuran Mendatar
Pengukuran untuk mendapatkan hubungan horizontal antara titik-titik
yang diukur diatas permukaan bumi, yaitu untuk menentukan jarak titik satu
dengan titik lainnya.
2. Pengukuran Tegak
Pengukuran untuk mendapatkan hubungan tegak antara titik-titik yang
diukur diatas permukaan bumi, yaitu menentukan beda tinggi.

2.2 Macam-Macam Pengukuran


Pada praktikum ini kami menggunakan dua macam alat dalam melakukan
pengukuran dilapangan. Kedua alat ini mempunyai cara kerja yang hampir sama, hanya
saja memiliki fungsi yang berbeda, sedangkan untuk ketelitian penentuan ukuran
tergantung pada alat yang digunakan serta pada ketelitian penentuan ukuran tergantung
pada alat yang digunakan serta pada ketelitian pengukuran yang dilaksanakan. Alat
yang kami gunakan adalah Theodolith dan Waterpass.

A. Theodolith
Theodolith adalah salah satu alat ukut tanah yang digunakan untuk
mengukur jarak dan sudut, baik sudut vertikal maupun horizontal. Yang dimaksud
dengan sudut vertikal adalah sudut yang diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan
sudut horizontal adalah sudut yang diukur pada skala mendatar yang dibentuk
oleh dua titik polygon. Di dalam theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai
pada satuan sekon (detik). sudut yang terbaca merupakan nilai dimana Theodolith
itu ditempatkan.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Berbagai rencana dalam bidang teknik seperti pembangunan jalan raya, kereta api, irigasi,
daerah industri, dan perumahan memerlukan refrensi berupa berbagai data, seperti lokasi,
karakteristik lokasi, dan sebagainya. Dalam pekerjaan bangunan gedung, Theodolit sering
digunakan untuk menentukan sudut siku-siku. Pada perencanaan / pekerjaan pondasi,
theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat. Hal-
hal yang berhubungan dengan lokasi tentu memiliki hubungan dengan luas yang hendak
dikelola.

Penentuan luas lokasi dilakukan dengan mengadakan pengukuran. Pada dasarnya, untuk
skala pengukuran pada wilayah yang tidak luas, pengukuran bisa dilakukan hanya
bermodalkan patok dan meteran. Namun, jika pengukuran yang hendak dilakukan mencapai
jarak tersebut dan biasanya alat tersebut
sudah termasuk canggih. Contohnya
Theodolit.

Metode pengukuran juga penting


diperhatikan ketika hendak melakukan
pengukuran. Metode pengukuran
disesuaikan dengan kebutuhan pengukur.
Salah satu metode pengukuran dalam ilmu
ukur wilayah atau tanah adalah metode
poligon.

Pengenalan instrumen Theodolith dan


fungsinya berdasarkan bentuknya,
Theodolith dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:

1. Bagian dasar

Bagian bawah tidak dapat bergerak, memiliki plat yang


dihubungkan atau dipasang pada statif berkaki tiga dan horizontal
dengan nivo kotak. Pada bawah ini juga dipasang lingkaran horizontal
berkala.

Bagian bawah terdiri dari:

a. Plat Datar
Fungsi: Sebagai landasan instrumen yang sifatnya selalu
mendatar

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


b. Tiga Buah Sekrup Menyetel A, B, dan C
Fungsi: Untuk membuat bidang horizontal dengan menyetel
sumbu II atau garis tegak lurus dengan sumbu I sehingga
Theodolith tegak lurus dan dapat diamati dengan nivo tabung.
c. Nivo Kotak
Fungsi: Sebagai pedoman untuk melihat apakah theodolith
dalam keadaan datar atau tidak dengan menyetel sumbu I tegak
lurus sumbu II.
d. Kunci Bagian Bawah Instrumen
Fungsi: Sebagai pengunci instrumen dengan statif.
e. Klem Sumbu I Bagian Bawah
Fungsi: Untuk mengunci Theodolith dari gerakan mendatar.
f. Penggerak Halus Sumbu I Bawah
Fungsi: Untuk menggerakkan teropong dalam gerakan
mendatar pada posisi tembak yang tepat.

2. Bagian Tengah

Bagian tengah digunakan untuk membidik teropong ke arah


sasaran secara horizontal.

Bagian tengah terdiri dari:

a. Klem Sumbu I
Fungsi: Untuk mengunci sumbu I bila sudah mendapatkan
bidikan secara horizontal.
b. Penggerak Halus Sumbu I (Mendatar)
Fungsi: Menyetel sasaran bidikan secara sempurna dengan
membantu menempatkan sasaran secara perlahan-lahan dalam
gerakan horizontal.
c. Teropong Sentring
Fungsi: Untuk mengamati apakah Theodolith sudah tepat
berada pada titik patok.
d. Nivo Tabung
Fungsi: Untuk mengamati apakah Theodolith sumbu I sudah
tegak lurus sumbu II.
e. Alhidale
Fungsi: Untuk mengunci sumbu I ke segala arah dalam
membidik sasaran.
f. Mikrometer

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Fungsi: Sebagai alat penyetel pada saat pembacaan sudut.

g. Sekrup Koreksi Index


Fungsi: Untuk menyetel kesalahan indexs agas sama dengan
nol.
h. Cermin Pemantul Cahaya
Fungsi: untuk menerangkan pada saat pembacaan sudut.

3. Bagian Atas

Bagian atas digunakan untuk membidik teropong ke arah sasaran


secara horizontal.

Bagian ini terdiri dari:

a. Teropong
Fungsi: Untuk melihat objek yang jauh dengan jelas.
b. Lensa Objektif
Fungsi: Untuk membuat bayangan sejati, diperkecil dan
terbalik.
c. Lensa Pembalik
Fungsi: Untuk membalik bayangan sejati yang dibentuk oleh
lensa objektif.
d. Lensa Okuler
Fungsi: Untuk mendapatkan bayangan semu, diperbesar, dan
terbalik.
e. Pembidik Kasar
Fungsi: Untuk mendapatkan bidik secara kasar.
f. Pengatur Fokus
Fungsi: Untuk membuat bayangan agar jauh pada diafragma
sehingga object yang dibidik terlihat kasar.
g. Pengatur Lensa Okuler
Fungsi: Untuk memperjelas benang diafragma didalam
teropong pada pembacaan bak ukur.
h. Teropong Sudut
Fungsi: Untuk membaca sudut vertical dan horizontal.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Theodolith begitu sebutannya mempunyai fungsi untuk mengukur sudut
dari satu titik ke titik yang lain atau lebih.

h

A
t
HP

P1 d

Keterangan:

θ = Jarak Kemiringan

HP = Elevasi Titik P = Jarak Vertikal dari titik P ke MSL (Mean Seal


Level)

P1 = Letak Pesawat Theodolith

d = Jarak Antara Pesawat dan Bak Ukur

h = Jarak Vertikal

A = Titik Koordinat yang diukur

∆t = Beda Tinggi

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


B. Waterpass
Perhitungan waterpass dimaksud untuk mengetahui ketinggian suatu titik
di atas permukaan tanah. Disini adalah perbedaan vertikal antara dua titik atau
jarak dari bidang referensi yang telah ditetapkan ke suatu titik tertentu sepanjang
garis vertikal.

a. Fungsi Bagian-Bagian Alat Waterpass


1. Cermin nivo : untuk memantulkan bayangan nivo
2. Nivo : Untuk mengetahui kedataran alat
3. Visir Bidikan : Untuk mengarahkan arah bidikan
4. Teropong Sekrup Fokus Benang : Untuk menfokuskan benang bidikan
5. Lensa Bidik : Untuk melihat bidikan
6. Sekrup Peggerak Horizontal : Untuk menggerakkan secara halus arah
bidikan horizontal teropong
7. Sekrup Leveling : Untuk melevel kan (mendatarkan) alat
8. Plat Dasar : Untuk landasan alat ke tripot
9. Body Teropong : Badan Teropong
10. Sekrup Fokus Obyek : Untuk memfokuskan objek bidikan
11. Rumah Lensa Depan : Untuk tempat Lensa depan
12. Skala Gerakan Sudut Horizontal : Untuk mengetahui besar gerakan sudut
horizontal
13. No Seri Alat : Nomor seri untuk identifikasi alat

b. Prinsip Kerja Alat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Prinsip kerja alat ini sama dengan alat penyipat datar lainnya, yaitu
garis bidik kesemua arah harus dalam keadaan mendatar sehingga
membentuk bidang datar atau bidang horizontal, diana titik-titik pada bidang
tersebut akan menunjukkan ketingian yang sama.

c. Kegunaan Alat
Sesuai kontruksi alat yang dipersiapkan dengan prinsip penyipat
datar, maka alat ini dapat digunakan untuk:

1. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapatkan garis bidikan yang


sama tinggi, sehingga titik-titik yang tepat dengan garis bidik / bidikan
akanmempunyau ketinggian yang sama.
2. Dengan pandangan mendatar ini dan diketahuinya jarak dari garis bidik
yang dapat dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik-titik
tertentu, maka akan diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian
dari titik-titik tersebut.

Kedua hal diatas adalah kehunaan utama dari alat ukur waterpass
sesuai dengan fungsinya sebagai sifat ukur datar dan minimal bagian-bagian
alat yang semestinya ada, yaitu sumbu satu, teropong dengan garis bidiknya
dan nivo. Alat ini dapat ditambah fungsi atau kegunaannya dengan
menambah bagian alat lainnya.

Umumnya alat ukur waterpass ditambah bagian alat lain, seperti:

1. Benang Stadia, yaitu dua buah benang yang berada diatas dan dibawah
serta sejajar dan dengan jarak yang sama dari benang diafragma
mendatar. Dengan adanya benang stadia ini dan bantuan kelengkapan alat
ukur waterpas berupa rambu ukur atau bak ukur, alat ini dapat digunakan
atau difungsikan sebagai alat ukur jarak horizontal atau jarak mendata.
Pengukuran jarak seperti ini dikenal dengan jarak optik.
2. Lingkaran Berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi dengan
skala ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang
dinyatakan dengan bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh
benang diafragma tegak dapat ditentukan atau diketahui, sehingga bila
dibidikkan ke dua buah titik sudut antara kedua titik tersebut dengan alat
dapat ditentukan atau dengan kata lain alat ukur waterpass ini dapat pula
difungsikan sebagai alat pengukur sudut horizontal.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


BAB III
METODE PENGUKURAN
3.1 Waterpass

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


a. Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik

Blk muka

HA
HB

H HB = HB – HA

Selisih tinggi antara titik a dan b adalah sebesar H. Arah bidikan ke


titik Adisebut pembacaan baak belakang dan titik B disebut baak muka
dan untuk mengurangi kesalahan diusahakan letak instrumen di tengah-
tengah antara titik A dan B.
Selisih tinggi besarnya adalah :
ΔH= BT belakang – BT Muka
Dimana:
BT Muka = Pembacaan benang tengah pada baak muka.
BT Belakang = Pembacaan benang tengah pada baak muka

Jika hasil ΔH positif maka kondisi permukaan tanah dari titik A ke


titik B naik, Sebaliknya bila ΔH negatif maka titik A ke B turun.
Pembacaan dilakukan melalui rambu-rambu ukur yang dapat dilihat dari
teropong. Pembacaan mana terlihat dalam suatu bidang diafragma di mana
benang atas (BA), benang tengah (BT), benang bawah (BB), di mana:
ΔH = BT Belakang – BT Muka
Dan untuk mencari jarak:
D = 100 x (BA-BB)
Angka yang tercantum menunjukkan jarak antara angka tersebut dengan alas
mistar.

HB

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


HA H

Cara lain untuk menentukan beda tinggi, seperti terlihat pada


gambar diatas. Instrumen ditempatkan di sebelah kanan titik B atau di
sebelah kiri titik A. Selisih Tinggi (ΔH) besarnya:
ΔH = HA – HB
Dimana:
ΔH = Selisih tinggi
HB = Pembacaan benang tengah di titik B
HA = Pembacaan benang tengah di titik A

Pembacaan pada rambu di titik B bisa dianggap pembacaan muka,


sedangkan pada rambu di titik A adalah pembacaan belakang.
b. Pegukuran Tinggi Dengan Garis Titik Bidik

Apabila selisih tinggi (ΔH) telah diketahui, maka suatu titik dapat
dicari, bila tinggi titik lainnya diketahui.
BT

Tp TA

Tinggi garis vizir / bidik(tgv) adalah:

t . g . v = Tp + TA

Dimana:

t.g.v = Garis tinggi vizir

Tp = Tinggi Pesawat

TA = Tinggi titik A

Tinggi titik B dapat dicari, yaitu:

TB = t . g . v – BT

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Pengukuran cara ini dipakai untuk pengukuran titik detail / kipas
yang akan diuraikan kemudian. Cara lain untuk mencari garis vizir adalah:

t.g.v = BT + TA
BT dimana, tgv = tinggi garis
vizir BT = benang tengah
TA = tinggi titik A

c. Waterpass Memanjang
Waterpass memanjang / berantai dimaksud untuk memperoleh
suatu rangkaian / jaring-jaring.

H1 H2 H3 H4 H5

b3 m3 b4 m4 b5 m5

b1 m1 b2 m2
5
4
3
A 1 2

Untuk menentukan (h) antara titik A dan B dibagi dalam jarak-


jarak yang lebih kecil. Jarak-jarak tersebut 1 slag, sehingga pengukuran
dapat dilakukan dengan mudah dan teliti.

Δh1 = b1 – m1
Δh2 = b2 – m2
Δh3 = b3 – m3

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Δh4 = b4 – m4

1n h = (b + b + …+ b) – (m + m + …+ m)
n1 h = n1 b - n1 m

Dimana:
h = Jumlah beda tinggi
b = Jumlah pembacaan benang tengah belakang
m = Jumlah pembacaan benang tengah muka

Untuk memberikan hasil yang teliti maka dilakukan pengukuran


pergi pulang dimana apabila hasil antara pengukuran mempunyau selisih
terhadap rata-rata antara dua pengukuran tersebut, maka harganya harus
memenuhi toleransi yang disyaratkan. Toleransi tersebut dinyatakan dalam
rumus:

E=ks

Dimana:

E = Nilai konstanta

K = Konstanta

S = Jarak

Tabel berikut adalah toleransi kesalahan pada berbagai tingkat


pengukuran.

Tingkat Tingkat Tingkat Catatan


pertama kedua ketiga
Ketelitian Perbedaan 2.5 5 mms 10 mms S adalah
dua mms jarak satu
pembacaan arah.
(kedepan
S dalam
dan
Km.
kebelakang)
.
Kesalahan 5 mms 10 mms
penutup. 2 mms

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Dalam praktikum ini tingkat pengukuran waterpass dikategorikan pada tingkat ketiga.

d. Waterpass Lapangan
Yang dimaksud dengan waterpass lapangan adalah untuk
menentukan ketinggian dari titik-titik di lapangan sehingga mendapatkan
gambaran lengkap tentang kedudukan tinggi dari lapangan tersebut.
Metode ini disebut metode koordinat kutub.
Titik di lapangan diukur sudut horizontal dan vertikalnya serta
jarak optisnya dengan menggunakan theodolit. Dengan cara ini semua
titik-titik dilapangan dapat ditentukan letak situasi maupun tingginya.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


N N Perbedaan tinggi N Salah
menengah
O O Pukul Tinggi o
tiap Km
rata thd titik
Panjang sejalan
nol
seksi p=s2/D2n
S T Pergi Pulang meter T
(D)
PG PL
E I meter I Ket
meter meter
Koreksi
K T T
S S2
S I I
K
I K
A 345.15
0
76.28 2.036 -2.034 2.038
1 -0.002
347.18
84.90 -1.606 1.605 -1.606
6
2
92.80 1.900 -1.897 1.902
345.50
3 -0.002 0

72.66 2.039 -2.037 2.041


4 0.002 347.48
0

349.51
9

326.64 4.369 4.363 4.375

Selisih pengukuran 6mm

Toleransi pengukuran ntuk tingkat ketiga 10s = 10 0.32 = 5.7mm


(6mm diulangi) kesalahan lebih besar dari toleransi yang disyaratkan.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


3.2 Theodolit

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Theodolit digital biasanya terdiri dari teleskop kecil yang terhubung ke dua
mekanisme pengukur sudut. Satu untuk mengukur sudut horizontal dan satu untuk
mengukur sudut vertikal. Theodolit duduk diatas dasar yang dapat diputar dengan
mekanisme leveling pada tripod. Setelah Theodolit diatur, teleskop diarahkan untuk
menemukan titik yang diinginkan dan kemudian sudut dari titik dimana theodolit
ditempatkan ke titik yang terlihat di teleskopnya dapat dibaca melalui lensa mata dari
ruang lingkup.

Sebelum alat theodolit digunakan, terlebih dahulu harus diperiksa dan


dilakukan pengaturan, meliputi:

1. Bagian-bagian alat pada theodolit apakah berfungsi dengan baik.


2. Memenuhi syarat utama, yaitu:
 Garis jurusan nivo skala utama mendatar tegak lurus sumbu I.
 Sumbu II telah tegak lurus sumbu I.
 Garis bidik telah tegak lurus sumbu II (jika belum ada kesalahan
kolimasi / kesalahan garis bidik).
 Garis jurusan nivo skala tegak telah sejajar dengan garis indexs skala
tegak, apabila belum, alat tersebut mempunyai salah indexs.
3. Pengaturan Tetap
 Mengatur sumbu I menjadi Vertikal:
 Letakkan theodolit diatas statif, usahakan kepala statif kira-kira
mendatar.
 Letakkan nivo tabung skala mendatar sejajar dengan dua skrup kiap,
dengan kedua skrup kiap, gelembung nivo ditengahkan.
 Dengan sumbu I sebagai sumbu putar, putar nivo 180°.
 Bila gelembung nivo tetap berada ditengah, putar nivo 90° dan
ketengahkan gelembung nivo dengan skrup kiap ketiga, usahakan
gelembung nivo tetap ditengah-tengah walaupun teropong diputar ke
segala arah.
 Mengatur garis bidik (kolimasi) tegak lurus sumbu II:
 Tempatkan di depan theodolit (Setelah sumbu I diatur tegak) sejauh ±
25m unting-unting yang digantungkan dengan benang (memakai
statif). Arahkan teropong ke benang unting-unting dan perhatikan
apakah benang diafragma tegak berimpit dengan benang unting, nila
tidak putarlah seluruh diafragma sehingga benang diafragma tegak
berhimpit dengan benang unting-unting.
 Tegakkan sebuah rambu jarak / bak ukur ± 75m di depan theodolit.
Dalam posisi teropong biasa dan kira-kira mendatar arahkan teropong
ke rambu (benang diafragma tegak tepat di tengah rambu). Kunci
gerakan tegak teropong tengahkan gelembung nivo skala tegak dan
catat bacaan sudut tegak dan bacaan benang mendatar pada rambu.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


4. Persyaratan Theodolit
Suatu alat theodolit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II.
b. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.
c. Garis jurusan nivo skala tegak harus sejajar garis indeks skala tegak.
d. Garis nivo skala mendatar harus tegak lurus sumbu I

Syarat pertama dapat dipenuhi dengan mengusahakan agar:

 Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar


ditengah-tengah gelembung nivo akan tetap ditengah-tengah
meskipun theodolit diputar-putar mengelilingi sumbu tegak.

Syarat kedua dan ketiga dipenuhi dengan menguji alat theodolit secara:

 Gantungkan unting-unting pada dinding, benang tergantung bebas


(tidak menyentuh dinding atau lantai).
 Setelah sumbu tegak diatur, sehingga benar-benar tegak, garis bidik
diarahkan ke bagian atas benang. Kunci skrup pengunci sumbu tegak
dan lingkaran skala mendatar, kemudian gerakkan garis bidik
perlahan-lahan kebawah.
 Bila sumbu datar tegak lurus dengan sumbu tegak, dan garis bidik
tegak lurus dengan sumbu mendatar, maka garis bidik akan bergerak
sepanjang benang unting-unting.

Syarat keempat dipenuhi dengan menguji alat secara:

 Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi, maka arahkan


garis bidik ke titik yang agak jauh, ketengahkan gelembung nivo
lingkaran skala tegak.
 Baca lingkaran skala tegak, misalnya didapat sudut zenith (Z)
 Putar teropong 180° kemudian dikembalikan garis bidik ke titik yang
sama, periksa gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan
bila belum terletak di tengah.
 Baca lingkaran skala tegak, misal z’, bila bacaan z’= 360-z, maka
salah indekx adalah NOL (0)

Pada theodolit terdapat 2(dua) nivo yang harus diatur, yaitu piringan
bawah dan nivo piringan atas.

a. Menyetel alat theodolit


1. Dirikan statif diatas titik/ patok sehingga kaki statif membentuk segitiga
sama sisi (apabila medannya datar). Ketinggian tempat alat usahakan
sesuai dengan ketinggian si pembidik.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


2. Pasang alat ukur theodolit, usahakan piringan sedatar mungkin dan kunci
secukupnya sehingga masih bisa / mudah digeser-geser.
3. Pasang unting unting kira-kira 0,50cm diatas titik/ patok di bawah laut.
4. Atur unting-unting dengan menggeser alat ukur theodolit diatas pelat
levelstatif sampai betul-betul centering.
5. Atur nivo baeah (kotak/Matahati) stabil ditengah-tengah, dengan cara
seimbangkan nivo tersebut antara kanan dan kiri dengan memutar skrup
kaki kanan – kiri bersama, memutar kedalam atau ke luar. Putar teropong
arah tegak lurus dua kaki awal, atur skrip ketiga untuk seimbangkan nivo
arah depan-belakang. Check lobang sentring apakah tepat di tengah. Kalau
belum kendorkan skrup alat dengan piringan, geser alat sambil melihat
dari lobang pengamatan centring dan diarahkan tanpa titik sentring.
6. Atur juga nivo atas (piringan atas) agar seimbang di tengah-tengah.
7. Setelah sentring, kencangkan pengunci piringan bawah.
8. Alat siap untuk diarahkan pada titik sasaran, kalau sudah dekat sasaran,
kunci piringan atas, tepatkan arah sasaran dengan skrup penggerak lembut.
Baca sudut vertikal, baca sudut horizontal, baca rambu/baak. Catat semua
pembacaan sudut -sudut. (BA, BT, BB).
9. Kendorkan/ buka skrup piringan atas, putar arahkan pada titik sarsaran
lain (searah jarum jam), lakukan pengamatan seperti no.8 catat semua
pengamatan dan bacaan-bacaan.
10. Arahkan ke sasaran lain (titik/patok lain), lakukan pengamatan dan
pembacaan seperti kegiatan diatas. Catat semua bacaan sudut dan bacaan
rambu/baak.
11. Pindahkan alat ke tempat lain (titik poligon lain), lakukan penyetelan alat,
pembacaan sudut dalam antar titik-titik poligon.
12. Lakukan berulang-uang pada lokasi titik-titik poligon lsin, drhinggs
kerangks titik-titik poligon tertutup.
b. Pengukuran Menggunakan Theodolit
1. Buka kunci penjepit horizontal atas dan putar theodolit hingga panah di
tempat yang kasar berbaris dengan titik yang ingin anda ukur, lalu kunci
klem. Gunakan adjuster horizontal atas (bukan klem) untuk
menyelaraskan objek antara dua lampu vertikal dalam penglihatan.
2. Lihatlah melalui lensa mata kecil dan gunakan tombol penyesuaian halus
untuk mendapatkan garis horizontal tepat dengan objek anda. Derajat dari
refrensi anda diukur pada skala derajat horizontal, menit, dan detik pada
skala penyesuaian halus.
3. Buka kunci penjepit vertikal dan lihat melalui penglihatan sambil
memindahkan theodolit naik turun untuk menemukan titik yang tepat
secara vertikal pada objek anda yang ingin anda ukur. Kunci klem dan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


gunakan tombol penyesuaian vertikal halus untuk mendapatkan perbaikan
tepat pada titik yang anda pilih.
4. Kemudian lihat melalui eyepiece kecil dan baca derajat, menit, dan detik
dari skala vertikal dan skala penyesuaian haus seperti yang anda lakukan
untuk slala horizontal. Jika objek anda tinggi, anda harus menlakuakn
penyesuaian horizontal kasar terlebih dahulu, lalu lakukan pengukuran
vertikal, kemudian sesuaikan untuk pengukuran horizontal akhir
5. Kedua koordinat ini memberikan sudut yang tepat antara refrensi anda dan
titik minat anda, tetapi anda juga dapat mengukur sudut antara dua titik
dengan membandingkan dua pengukuran mereka atau dengan menetapkan
titik pertama sebagai referensi.

CP 2

CP 3

CP 1

U
CP 4

BM

c. Perhitungan Hasil Pengukuran


1. Perhitungan Sudut
Sudut yang diperhitungkan meliputi sebagai berikut:
 Sudut yang diperoleh dalam pembacaan yang lebih lanut diterangkan
dalam bab pengukuran theodolit.
 Perhitungan sudut poligon
 Data yang diperoleh dari lapangan pad apoligon tertutup apabila
menggunakan sudut harus memenuhi syarat (n-2)x180° , bila
menggunakan sudut luar adalah (n-360)-(n-2)x180° dimana n=
jumlah titik pengukuran.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Dalam Poligon terbuka harus memenuhi syarat:

Yakhir – Yawal = n x 180º - K


Dimana  = jumlah sudut
K = koreksi
Kesalahan perhitungan sudut akan berpengaruh pada kesalahan
penutup poligon, atau kata lain poligon tidak akan menutup. Kesalahan
tersebut tergantung pada jarak, kedudukan titik, dan skala peta. Dalam
praktikum ini kesalahan tersebut diabaikan, biasanya toleransi kesalahan
adalah sebesat 20” n untuk jarak, rata-rata 100m-200m dan skala peta
1/1000-1/3000.
2. Perhitungan Azimuth
Perhitungan azimuth dapat dihitung bila sudut-sudut yang
diperhitungkan telah memenuhi syarat dan azimuth awal atau akhir
diketahui pada waktu pengukuran. Pada poligon tertutup perhitungan
bedasarkan azimuth awal (Yawal) sedangkan pada poligon terbuka
berdasarkan azimuth awal dan akhir. Sudut yang terpakai dalam
perhitungan tiap-tiap titik poligon seyogyanya dipakai sudut luar.
3. Perhitungan Koordinat
Syarat yang harus dipenuhi untuk perhitugan koordinat adalah:
 Sudut telah teroreksi untuk tiap titik.
 Jarak masing-masing titik pengukuran diketahui.
 Koordinat titik awal A (XA ; Ya) atau titil z (Xz ; Yz) diketahui.

Selanjutnya dengan diketahui koordinat awal, maka dapat dihitung


koordinat titik yang diukur dengan menggunakan rumus:

Absis Xn = Xm + D SinY atau


Ordinat Yn = Ym + D CosY

Dimana Xn/Xn = absis/ordinat yang akan dicari


Xm/Ym = absis/ordinat yang telah di ketahui
D = jarak antar titik (m)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Perhitungan poligon tertutup adalah sebagai berikut:

Dihitung AZIM Jarak D SinY D CosY Koordinat No Titik


oleh : UT (D) (DX) (DY)
X Y
(Y)
No Titik
BM 0 D1 D1SinY X1 D1CosY Xp Yp BM
X1
1 0 Xp+D1Sin Yp+D1C 1
Y+X1=X1 os
Y+Y1=
Y1
2 0 D2 D2SinY D2CosY
X2 X2
0 Xp+D2Sin Yp+D2Co 2
Y+X2=X2 s
Y+Y2=
Y2
(n-1) 0 DN DNSinY DNCosY XN-1 YN-1 n-1
X1 X1
n=BM 0 Xn-1+ Yn-1+ n=BM
DnSin DnCos
Y+Xn Y+Yn
=Xn=Xp =Yn=Yp
n N n

D DsinY DcosY
1 1 1

Syarat yang harus dipenuhi adalah:

S. Dsin Y = 0 dan S.Dcos Y=0

Oleh karena itu awal dan titiknya, apabila:

1n Dsin Y  0 dan 1n Dcos Y  0

Kesalahan yaitu:

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


Sebesar AX dan AY sehingga mempengaruhi kedudukan titik dan
mengakibatkan poligon X dan Y tidak tertutup. Kesalahan ini akibat
pengukuran sudut, jarak, dan azimuth.

BAB IV
LAPORAN PENGUKURAN
4.1 Denah Pratikum Waterpass & Theodolit

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


4.2 Data Waterpass
A. Perhitungan Waterpass (Pergi)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


B. Perhitungan Waterpass (Pulang)

C. Perhitungan Waterpass (Rata-Rata)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


D. Sketsa Waterpass Memanjang

E. Perhitungan Waterpass Melintang

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


F. Sketsa Waterpass Melintang

4.3 Data Theodolit

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


A.Input Data Pengukuran Theodolit

B.Sketsa Pengukuran Theodolit

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


BAB V

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan
antara lain :
1. Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif
atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, diatasnya atau dibawahnya, dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
2. Menyipat datar adalah menentukan/mengukur beda tinggi antara dua titik atau
lebih.
3. Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimana titik awal
dan titik akhirnya terletak pada titik yang sama.
4. Dari data praktikum poligon dapat diambil beberapa hal, yaitu : sudut, jarak dan
azimut dari suatu daerah.
5. Dari azimut yang didapatkan dapat diketahui koordinat titik – titik polygon yang
akan diplotkan ke kertas gambar.
6. Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu : faktor manusia, faktor
alat dan faktor alam.

5.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, harap pelajari dan pahami terlebih dahulu materi-
materi yang akan diterapkan dalam praktikum tersebut.
2. Perhatikan dengan benar penjelasan/pengarahan yang disampaikan oleh
Pembimbing atau Mentor agar tidak terjadi kesalahan saat praktikum.
3. Agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan, atau bacaan pada bak ukur, mohon
alat-alat yang digunakan untuk praktikum lebih diperhatikan, terutama theodolit
yang harus dicek dan dikalibrasi agar tidak terjadi kesalahan.

BAB VI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


DAFTAR PUSTAKA

https://www.kucari.com/cara-menggunakan-theodolite/
http://azmichober.blogspot.com/2014/02/alat-ukur-tanah-theodolit.html
share.its.ac.id/mod/resource/view.php?id=6712

http://fungsialat.blogspot.com/2016/06/fungsi-alat-ukur-waterpass.html

http://putrakfc.blogspot.com/2015/02/waterpass-fungsi-dari-bagian-bagian.html

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i


LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH i

Anda mungkin juga menyukai