Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTIKUM THEODOLIT

DOSEN : FAUZAN A SANGADJI, S.T., M.T

DISUSUN OLEH :

ANGGOTA KELOMPOK 4 :

1. PIER PETRUS CANISIUS MANGSOMBE NIM : 202173025


2. WILFREDO RIVERA LATUHERU NIM : 202173027
3. RAHMADINI LUKMAN NIM : 202173028
4. MEGAMEI POLATU NIM : 202173032
5. SAKINAH AULIA URYAAN NIM : 202173033
6. SINDI FABANYO NIM : 202173034
7. TRI SUCI RAMADANI NIM : 202173035

KELAS :A

MATA KULIAH : PERPETAAN DAN SIG

PRODI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PATTIMURA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur patut kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena-Nya
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktunya. Tak lupa juga kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah serta kakak-kakak pembimbing yang telah
mengarahkan dan membimbing kelompok kami dalam menyusun dan menyelesaikan praktikum dan
laporan praktikum ini.

Adapun lapouran ini merupakan lapooran praktikum Theodolit dalam mata kuliah Perpetaan
dan SIG. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan kepada para
pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam laporan ini. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Ambon, 17 Mei 2022

Penulils
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………..


1.2. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………………………….
1.3. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………………………….
1.4. Sistematika Penulisan………………………………………………………………………………………..

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………………………………………………….

2.1. Definisi theodolit……………………………………………………………………………………………

2.2. Bagian-bagian theodolit………………………………………………………………………………...

2.3. Macam-macam theodolit……………………………………………………………………………….

2.4. Kegunaan theodolit………………………………………………………………………………………..

2.5. Definisi Poligon………………………………………………………………………………………………

2.6. Bentuk-bentuk poligon………………………………………………………………………………….

2.7. Pengukuran poligon………………………………………………………………………………………

BAB III PELAKSANAAN PENGUKURAN…………………………………………………………………………..

3.1. Waktu dan Lokasi Pengukuran………………………………………………………………………

3.2. Alat-alat yang digunakan………………………………………………………………………………

3.3. Prosedur Praktikum………………………………………………………………………………………

BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………….

4.1. Perhitungan Data………………………………………………………………………………………….

4.2. Perhitungan Poligon……………………………………………………………………………………..

4.3. Perhitungan Spot height dan titik bangunan…………………………………………………

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………..

5.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………

5.2. Saran……………………………………………………………………………………………………………..

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Ilmu ukur tanah merupakan ilmu atau teknologi yang menggambarkan tentang keadaan fisik
sebagian permukaan bumi yang menyerupai keadaan sebenarnya permukaan bumi di lapangan.
Biasanya digunakan untuk membuat peta potografi. Selain itu dapat digunakan untuk mengukur jarak
antara dua titik, mengukur panjang dan lebar atau sisi-sisi sebidang lahan, mengukur lereng dan
menggambarkan bentuk sebidang lahan. Dalam kegiatan teknik sipil pada umumnya, pemetaan
menggunakan kawasan yang tidak luas, jadi bumi masih dianggap bidang datar.

Dengan menentukan titik-titik koordinat dan ketinggian yang tersebar merata dalam kawasan
terlebih dahulu sehingga memudahkan untuk penggunaan selanjutnya. Terdapat pengukuran kerangka
dasar horizontal (pengukuran mendatar untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur diatas
permukaan bumi) dan pengukuran kerangka dasar vertikal (untuk mendapat hubungan tegak antara
titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).

Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran dilapangan. Pengukuran tersebut dapat
dilakukan dengan sistem poligon yang dilanjutkan dengan pengukuran detail situasi. Dengan poligon kita
dapat memperoleh serangkaian garis yang menghubungkan titik-titik sehingga membentuk kerangka
kerja pyang terletak dipermukaan bumi atau tanah. Metode poligon adalah salah satu cara penentuan
posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).

Pemetaan situasi adalah pekerjaan pengukuran dan penggambaran sebagian permukaan bumi
(suatu daerah dengan lebih rinci, yang pada umumnya digambarkan pada skala besar pada kertas
gambar yang disebut peta). Pemetaan situasi adalah salah satu aplikasi secara komrehensif dan dasar-
dasar pengukuran teritis yang sangat diperlukan untuk perencanaan dan pekerjaan teknik sipil atau
keperluan rekayasa lainnya yanng menggunakan peta sebagai acuannya.

Theodolit merupakan suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur sudut horizontal
serta sudut vertikal. Berbeda dengan waterpass yang hanya bisa mengukur sudut horizontal saja.

1.2.TUJUAN PENULISAN
1. Sebagai bukti tertulis bahwa penyusun telah selesai melakukan praktikum pengukuran kerangka
dasar horizontal melalui poligon
2. Dapat melakukan pengukuran situasi jalan dan bangunan dengan menggunakan metode
pengukuran poligon
3. Dapat melakukan perhitungan dan mengolah data dari hasil pengukuran di lapangan dengan
program bantu Microsoft Excel
4. Mampu dan terampil menggunakan alat ukur theodolit
5. Dapat menggambar peta situasi hasil pengukuran dengan program bantu Auto-cad
6. Untuk melaporkan segala kegiatan penyusun selama melakukan praktek ilmu ukur tanah yang
berupa pengukuran dan pemetaan poligon.

1.3.MANFAAT PENULISAN

Manfaat penlisan laporan ini, yaitu :

1. Dapat menggunakan alat ukur theodolit dengan baik di lapangan


2. Dapat memahami dan mengerti cara menghitung hasil pengukuran
3. Dapat mengukur beda tinggi dengan menggunakan alat theodolit
4. Dapat mengelola data di lapangan dengan baik.

1.4.SISTEMATIKA PENULISAN
1) BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.

2) BAB II LANDASAN TEORI

Membahas tentang definisi theodolit, komponen theodolit, kegunaan theodolit, teori polygon,
bentuk-bentuk polygon, dan pengukuran polygon.

3) BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Membahas tentang waktu dan lokasi pelaksanaan pengukuran, alat-alat yang digunakan dan
prosedur praktikum.

4) BAB IV PEMBAHASAN

Membahas tentang perhitungan data

5) BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. DEFINISI THEODOLIT

Theodolit merupakan salah satu alat ukur tanah dalam ilmu geodesi yang digunakan untuk
menentukan tiggi tanah dengan sudut mendatar ataupun sudut tegak dan jarak optis.

Berbeda dengan waterpass yang merupakan sama-sama alat ukur untuk mengukur elevasi bidang,
theodolit banyak dipilih oleh para surveyor lapangan karena kemampuannya membaca tingkat elevasi
dan menentukan koordinat suatu titik. Sudut yang dibaca dalam theodolit adalah sampai pada satuan
sekon (detik).

Pada dasarnya prinsip kerja polygon menggunakan theodolit ini mirip dengan sebuah
perlengkapan teleskop. Yaitu teleskop yang ditempatkan pada piringan berbetuk bulat sehingga
surveyor dapat memutarnya mengelilingi sumbu vertikal. Pemakaian alat ini mempermudah pengguna
untuk dapat membaca sudut horizontal.

Terdapat juga piringan yang kedua dimana teleskop juga dipasang. Pemasangan teleskop
membuat alat tersebut dapat diputar mengelilingi sumbu polygon. Sehingga mampu membaca sudut
vertical.

Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk membaca tangkapan dari theodolit ini. Sebaiknya alat iini
digunakan untuk hanya tempat atau situs-situs yang luas, cukup sulit untuk diukur, dan situs-situs
dengan relief atau perbedaan ketinggian yang besar.

Jenis theodolit dapat di kelompokkan atas dasar beberapa hal, antara lain :

1) Atas dasar piranti bacaannya


2) Atas dasar tingkat ketelitiannya
3) Atas dasar senteringnya
4) Atas dasar konstruksi sumbu I-nya (sumbu vertical)
5) Atas dasar bacaan lingkaran
6) Atas dasar kegunaan
7) Atas dasar ada atau tidak adanya boussole/kompas.

2.2. BAGIAN-BAGIAN THEODOLIT

Bagian-bagian dari theodolit beserta fungsinya di antaranya adalah sebagai berikut :


1.  Pengarah kasar, berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu membantu mengarahkan
teropong ke target secara kasar.
2. Klem pengunci vertikal, untuk mengunci teropong agar tidak dapat digerakkan secara vertikal.
3. Penggerak halus vertikal, untuk menggerakkan teropong secara vertikal ke arah rambu ukur
(objek) secara halus.
4. Tempat baterai, berjumlah 4 buah dengan jenis baterai A2.
5. Klem pengunci lingkaran horizontal, untuk mengunci badan pesawat agar tidak dapat diputar
secara horizontal.
6. Penggerak halus lingkaran horizontal, untuk menggerakkan teropong horizontal ke arah rambu
ukur (objek) secara halus.
7. Sekrup pengatur nivo, untuk mengatur posisi gelembung nivo berada pada titik tengah.
8. Handle, untuk pegangan tangan pada alat.
9. Pengatur fokus lensa okuler, untuk fokus lensa okuler ke objek.
10. Nivo tabung, untuk menyetel posisi sumbu II pesawat secara horizontal, dan dapat diatur
dengan 3 sekrup penyama rata.
11. Display dan papan tombol, untuk pembacaan skala lingkaran vertikal dan horizontal.
12. Nivo kotak, berfungsi untuk menyetel posisi sumbu I berada pada posisi vertikal.
13. Plat dasar, untuk bertumpunya pesawat theodolite.
14. Lensa verticalizing, untuk melihat dan memosisikan sumbu I berimpit dengan titik berdiri
pesawat atau titik tertentu di bumi.
15. Klem pengatur fokus benang, untuk memperjelas benang pada lensa (benang atas, benang
tengah, benang bawah).

Gambar 2.2.1. bagian-bagian theodolit


2.3. MACAM-MACAM THEODOLIT

Macam-macam theodolit berdasarkan konsruksinya dikenal dengan 2 macam, yaitu :

1. Theodolit reiterasi (theodolit sumbu tunggal)

Dalam theodolit ini, lingkaran skah mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan skala
mendatarnya tidak bisa diatur. Theodolit yang dimaksud adalah theodolit tipe to (wild) dan tipe DKM-2A
(KEM).

2. Theodolit repitisi

Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat diatur
dan dapat mengelilingi sumbu tegak (sosrodarsono, 1983).

2.4.KEGUNAAN THEODOLIT

Di dalam pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran tanah, theodolit sering


digunakan sebagai alat pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.

Selain itu, apabila sudut vertikalnya dibuat 90˚ maka alatnya berubah fungsinya menjadi seperti
pesawat penyimpas datar, yaitu untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di permukaan bumi.

Sementara itu untuk pekerjaan bangunan, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut
siku-siku pada saat pekerjaan bomplank sehingga sudut ruangan nantinya tampak lebih indah dan
berkualitas.

Pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian suatu bangunan bertingkat. Setiap pekerjaan pemetaan dengan menggunakan alat theodolit
ini tentunya tidak terlepas dari kesalahan yang dapat terjadi dikarenakan kondisi alat itu sendiri. Untuk
itu diperlukan kalibrasi alat secara berskala agar pengukuran dapat dilakukan dengan tepat.

2.5.DEFINISI POLIGON

Polygon merupakan kumpulan titik-titik yang terhubung dalam suatu garis khayal. Dalam
penentuan koordinat titik satu ke titik lain, pekerjaan pengukuran harus meliputi :

1. Koordinat titik awal/akhir

Koordinat ini bisa diketahui dari pengukuran-pengukuran sebelumnya atau ditentukan


sembarang.

2. Azimut awal/akhir

Azimut dapat ditentukan dari perhitungan koordinat yang sudah ada, pengamatan astronomi
(bintang/matahari) ataupun pengukuran dengan menggunakan theodolit kompas.

3. Jarak
Pengukuran jarak merupakan data yang diperoleh dari lapangan, dapat di lakukan dengan cara
manual (menggunakan pita ukur) ataupun dengan menggunakan theodolit. Dalam pengukuran
jarak, dibuat seluruh mungkin antar titik polygon dan juga jika kondisi tanah miring, usahakan dalam
pengukuran jarak, pita ukur dalam posisi sedatar mungkin.

4. Sudut dalam

Sudut juga di tentukan berdasarkan hasil pengukuran sudut ini menggunakan alat ukur theodolit
dengan arah putaran alat sebaliknya searah dengan jarum jam.

Gambar 2.5.1. contoh poligon

2.6.BENTUK- BENTUK POLIGON


1. Bentuk polygon terbuka

Gambar 2.6.1. poligon terbuka


2. Bentuk polygon tertutup

Gambar 2.6.2. poligon tertutup

3. Bentuk polygon bercabang

Gambar 2.6.3. poligon bercabang

4. Bentuk poligon kombinasi

Gambar 2.6.4. poligon kombinasi


2.7.PENGUKURAN POLIGON

Cara membuat suatu poligon adalah cara pertama untuk menentukan tempat lebih dari satu titik.
Penentuan titik dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a. Penentuan poligon dengan menempatkan beberapa titik yang terletak diatas satu garis lurus,
maka empat titik-titik itu dapat dinyatakan dengan jejak dari suatu titik yang terletak diatas garis
lurus itu pula. Titik-titik yang diambil sebagai dasar untuk menghitung jarak-jarak dinamakan
titik nol. Karena titik-titik dapat terletak disebelah kiri dan kanan titik nol (0) maka kepada titik
yang terletak disebelah kanan titik nol (0) diberi jarak dengan titik (t) dan titik yang terletak di
sebelah kiri titik nol diberi jarak dengan tanda poligon negative (-). Buat skala dengan bagian
yang sama (kekiri poligon kanan) dengan satuan jarak 1 m, 10 m, atau 100 m. tergantung pada
jarak-jarak harus dinyatakan.
b. Penentuan dengan koordinat kartesian (salib sumbu). Hal ini digunakan apabila cara diatas titik
tidak dapat dilakukan, karena titik-titik tidak terdapat di suatu garis lurus. Sebagian besar
penentuan tempat titik-titik. Ialah dua garis lurus yang saling tegak lurus (salib sumbu) n =
bilangan bulat (belum tentu sama dengan banyaknya titik, harganya harus dicari dengan
memisahkan F β = 0 dan harga n di ambil bilangan bulat yang paling dekat dengan n yang
menghasilkan perumusan untuk poligon tertutup. Rumus peraturannya adalah :

⅀ β=( n−2 ) 180˚ + Fβ … … … … … … … … … … … … … … ( pers 2.1 )

⅀d sin α =( x a −xb )+ Fx … … … … … … … … … … … …..( pers 2.2)

⅀d cos a=( y a − y b ) + Fx … … … … … … … … … … … … ..( pers 2.3)


BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. WAKTU DAN LOKASI PENGUKURAN

Hari/tanggal : Rabu /12 Mei 2022

Pukul : 10.00 WIT - selesai

Lokasi :
3.2. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN

1. THEODOLIT

2. TRIPOD / KAKI TIGA

3. BAK UKUR
4. PAKU

5. ALAT TULIS

6. PAYUNG
3.3. PROSEDUR PRAKTIKUM

Prosedur yang perlu dilakukan dalam praktikum ini yaitu :

1. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapan


2. Survey tempat dan menentukan titik poligon
3. Mendirikan statif/tripod dengan aman sesuai dengan keadaan setempat
4. Memasang alat ukur theodolit diatas tripod dan eratkan dengan sekrup pengunci hingga aman
5. Mensejajarkan dengan titik poligon yang telah ditentukan
6. Mengantur gelembung nivo kotak ketengah dengan sekrup A,B, dan C
7. Dengan cara yang sama seperti halnya mengatur nivo kotak, atur nivo tabung sedemikian rupa
sehingga posisinya tepat berada di tengah
8. Mengatr kedudukan alat ukur theodolit, apakah tepat vertical di atas titik
9. Jika kedudukan alat ukur tidak dapat vertical diatas titik, membuka sekrup pengait alat ukur ke
tripod dan geserkan theodolit tersebut secara hati-hati sehingga posisinya tepat vertical di atas
titik.
10. Arahkan theodolit ke utara kemudian reset nol
11. Putar theodolit searah jarum jam ke titik poligon yang dituju
12. Bidik bak ukur, kemudian membaca benang atas dan benang tengah
13. Membaca sudut vertical dan horizontal, azimuth, dan koordinat x, y, dan z.
14. Arahkan ke titik-titik height sport dan titik-titik bangunan
15. Baca benang tengah,benang atas, dan benang bawah juga sudut horizontal dan sudut vertical
16. Mengukur tinggi alat
17. Mencatat semua hasil pembacaan alat serta mengisi table isian
18. Lakukan langkah-langkah pada urutan ketiga sampai ke tujuh belas pada setiap titik poligon,
kecuali pembacaan azimuth dan koordinat x, y, dan z.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.PERHITUNGAN DATA

Tahapan perhitungan data-data poligon tertutup adalah :

1. Mengubah data sudut dalam ( β ) dari bacaan derajat, menit, dan detik kedalam bentuk bacaan
sudut.

menit detik
Derajat + + ………………………………………………………………………… (pers 4.1.1)
60 3600

2. Mencari nilai rata-rata dari sudut dalam ( β ), karena terdapat delapan titik poligon maka jumlah
sudut yang terbentuk akan berjumlah 1.080. Kemudian kurangkan jumlah sudut yang terbentuk
dengan jumlah sudut dalam dan dibagi dengan jumlah poligon.

sudut yang terbentuk – sudut titik poligon


Koreksi sudut = .........(pers 4.1.2)
jumlah titik poligon

3. Koreksi sudut kemudian dijumlahkan dengan sudut yang terbentuk pada titik poligon sebagai
sudut dalam terkoreksi ( β ̍). Untuk memastikan hasilnya benar, jumlahkan semua sudut
terkoreksi pada titik poligon dan hasilnya harus 1.080 sesuai dengan jumlah sudut terbentuk.
4. Ubah koreksi sudut dalam bacaan derajat, menit, dan detik. Caranya ;
 INT ( β ̍), untuk mengubah kedalam bentuk derajat
 (INT ( β ̍- derajat)*60) untuk mengubah dalam bentuk menit
meni t
 ( β ˚ −¿derajat - )*3600, untuk mengubah dalam bentuk detik
60
5. Ubah azimuth (φ ¿ dalam bentuk bacaan sudut dan bacaan derajat, menit, dan detik.
6. Mencari azimuth tiap titik kecuali pada titik pertama poligon yang sudah diketahui di lapangan
7. Mencari benang tengah

benang a t as – benang bawah


Benang tengah = ………………………. (pers 4.1.3)
2

8. Sudut vertical (a ) diubah menjadi bacaan sudut


9. Perhitungan heling (90 – α )
10. Mencari jarak

Jarak = (ba – bb) x 100 ……………………………………………………………... (pers 4.1.4)

11. Mencari jarak datar

π
Jarak datar = (cos (90-a ) x )x jarak ……………………………………… (pers 4.1.5)
180
12. Mencari beda tinggi

π
Beda tinggi = sin sin ((90 – a )x )x jarak datar + ta – bt ……………. (pers 4.1.6)
180

Keterangan :

- ta = tinggi alat
- bt = benang tengah
13. Cari fx d sin dan fx d cos
 fx d sin sin = jarak datar x sin (φ ) ………………………………………………………. (pers 4.1.7)
 fx d cos = jarak datar x cos (φ ) ………………………………………………………….. (pers 4.1.8)
14. Cari jumlah jarak, jarak datar, beda tinggi, fx d sin dan fx d cos dan titik poligon
15. Cari ∆ x i dan ∆ y i
jarak t it ik
 ∆ xi = x ⅀ (fx d sin sin) + ( fx d sin)t it ik …………………………... (pers 4.1.9)
jarak
jarak t it ik
 ∆ yi = x ⅀ (fx d cos cos) + (fx d cos )t i t ik …………………………. (pers 4.1.10)
jarak
16. Mencari koordinat x, y, dan z, kecuali pada titik pertama yang sudah diketahui di lapangan
4.2. PERHITUNGAN POLIGON

Tahapan perhitungan poligon :

1. Mencari sudut dalam horizontal kedalam bentuk bacaan sudut

Patok ˚ ̍ ̎ ◦
P1 80 09 39 80.16
P2 89 43 05 89.72
P3 101 15 49 101.26
P4 89 16 47 89.28
Table 4.2.1. bacaan sudut dalam horizontal ( β )

2. Mencari koreksi sudut dalam ( β ̍)

⅀ sudut patok = 1077,2

Koreksi = (1080 – 1077,2)

= 0,35

Setiap sudut ditambahkan dengan 0,35 untuk mendapat koreksi.

Patok ◦ ◦ ̍ ̎ Rad
P1 116.08 116.00 04 35.00 2.03
P2 125.63 125.00 38 1.00 2.19
P3 137.18 137.00 10 45.00 2.40
P4 125.20 125.00 11 43.00 2.19
3. Cara mencari rad dari sudut dalam terkoreksi

sudu t dalam horizont al 22


Rad = x
180 7

4. Ubah koreksi sudut dalam bacaan derajat, menit, dan detik.


5. Mencari azimut pada titik kedua bergantung pada titik pertama, azimut titik ketiga bergantung
azimut titik kedua patok, dan seterusnya.

φ 2=φ1−180+ β ̍ 2 ………………………………………………………….. (pers 4.2.1)

φ 3=φ2 −180+ β ̍ 3 ………………………………………………………….. (pers 4.2.2)

φ 4=φ3−180+ β ̍ 4…………………………………….…………………….. (pers 4.2.3)

φ 5=φ 4−180+ β ̍ 5 ………………………………………………………….. (pers 4.2.4)

φ 6=φ 5−180+ β ̍ 6 ………………………………………………………….. (pers 4.2.5)

φ 7=φ 6−180+ β ̍ 7 ………………………………………………………….. (pers 4.2.6)

φ 8=φ 7−180+ β ̍ 8 ………………………………………………………….. (pers 4.2.7)

6. Ubah azimut ф dalam bentuk bacaan sudut dan bacaan derajat, menit, dan detik.
7. Mencari benang tengah

ba+bb
Benang tengah = ……………………………………….……….…… (pers 4.2.8)
2

8. Sudut vertical (a ) diubah menjadi bacaan sudut

Tinggi alat Benang Sudut vertical

Bt Ba ˚ ̍ ̎ ◦
Bb
1.36 1.97 2.152 90 00 47 90.013
1.788
1.425 0.941 1.055 90 01 02 90.017
0.827
1.44 1.212 1.375 90 05 27 90.091
1.049
1.474 0.275 0.422 92 23 51 92.398
0.128
9. Mencari jarak dengan rumus :

Jarak = (ba-bb) x 100……………………………………………………………. (pers 4.2.9)

Benang Sudut vertical 90-a Jarak optis


a
Bt Ba ˚ ̍ ̎ ◦ ◦ Meter
Bb
1.97 2.125 90 00 47 90.013 -0.013 36.400
1.788
0.941 1.055 90 01 02 90.017 -0.017 22.800
0.827
1.212 1.375 90 05 27 90.091 -0.091 32.600
1.049
0.275 0.422 92 23 51 92.398 -2.398 29.349
0.128

10. Perhitungan 90-a

Sudut vertical 90-a


˚ ̍ ̎ ◦ ◦
90 00 47 90.013 -0.013
90 01 02 90.017 -0.017
90 05 27 90.091 -0.091
92 23 51 92.398 -2.398

11. Jarak datar

π
Jarak datar = (cos (90 –a ) x x jarak …………………………………………………… (pers 4.2.11)
180

12. Beda tinggi

π
Beda tinggi = sin ((90-a )x ) x jarak datar + t . a – bt …………….…….……….. (pers.4.2.12)
180

Tinggi benang Sudut vertical a 90-a Jarak Jarak Beda


alat optis proyeksi tinggi
Bt Ba ˚ ̍ ̎ ◦ ◦ Meter Meter Meter
bb
1.36 1.97 2.152 90 00 47 90.013 -0.013 36.400 36.400 -0.621
1.788
1.394 0.941 1.055 90 01 02 90.017 -0.017 22.800 22.800 0.446
0.827
1.421 1.212 1.375 90 05 27 90.091 -0.091 32.600 32.600 0.157
1.049
1.446 0.275 0.422 92 23 51 92.398 -2.398 29.400 29.349 -0.058
0.128
Kemudian cari nilai rata-rata dari jarak dan beda tinggi untuk digunakan dalam mencari nilai ∆ x dan ∆ y

13. Mencari f x dan f y


i i

f x d 1 sin ϕ 1 f y d 1 cos ϕ 1
5.309 -36.011
20.270 -10.438
31.403 8.753
9.855 27.644
Kemudian cari nilai rata-rata dari fx d sin dan fx d cos untuk digunakan dalam mencari nilai ∆ x dan ∆ y

14. Mencari nilai ∆ x dan ∆ y

Jarak optis Jarak Beda tinggi f x d 1 sin ϕ1 f y d 1 cos ϕ 1 ∆ xi ∆ yi


proyeksi
Meter Meter Meter
36.400 36.400 -0.621 5.309 -36.011 -20.082 3.0201245
22.800 22.800 0.446 20.270 -10.438 -12.579 1.8917262
32.600 32.600 0.157 31.403 8.753 -17.985 2.7048301
29.400 29.349 -0.058 9.855 27.644 -16.192 2.4350628

15. Koordinat

Koordinat didapat tergantung pada koordinat patok pertama yang diketahui di lapangan

Patok/target x Y Z
P1 410740.031 9596177.183 10.000
P2 410725.258 9596144.193 9.401
P3 410732.950 9596135.646 9.862
P4 410746.367 9596147.104 10.039

4.3.PERHITUNGAN SPOT HEIGHT DAN TITIK BANGUNAN


1. Spot height

Patok/target Sudut dalam


β
˚ ̍ ̎ ◦
SH1 0 31 53 0.52
SH2 37 26 32 37.44
SH3 70 37 08 70.62
SH4 87 22 04 87.37
SH5 31 01 30 31.03
SH6 76 05 40 76.09
SH7 88 02 03 88.03416667
SH8 67 03 47 67.06305556
SH9 87 48 46 87.81277778
SH10 100 46 22 100.77
SH11 70 42 05 70.70
SH12 75 11 04 75.18444444
SH13 104 22 03 104.37
2. Titik bangunan

Patok/target Sudut dalam


β
˚ ̍ ̎ ◦
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4
BG1 62 35 38 62.59
BG2 17 52 16 17.87
BG3 23 55 04 23.92
BG4 50 12 59 50.22
BG5 67 24 27 67.41
BG6 14 19 16 14.32
BG7 37 22 19 37.37
BG8 69 02 38 69.04
BG9 59 29 27 59.49
BG10 82 35 32 82.59

3. Mencari azimut spot height dan titik bangunan. Azimut spot height dan titik bangunan
berdasarkan azimut pada titik pertama yang diketahui di lapangan.
a. Azimut spot height dan titik bangunan dibawah titik 1.
4. Mencari benanng tengah

benang atas+benang bawah


Benang tengah = ………………………………. (pers 4.3.41)
2

5. Perhitungan heling (90 - a )


6. Mencari jarak

Jarak = (ba – bb) x 100 …………………………………………………………………………… (pers 4.3.42)

7. Mencari jarak datar

π
Jarak datar = (cos (90 – a ) x ) x jarak ……………………..…………………….…… (pers 4.3.43)
180

8. Mencari beda tinggi

π
Beda tinggi = sin sin (90 – a ) x ) x jarak datar + ta – bt ………………..……. (pers 4.3.44)
180

9. Cari fx d sin dan fx d cos


 fx d sin sin = jarak datar x sin (φ ) ……………………………………………………. (pers 4.3.45)
 fx d cos = jarak datar x cos (φ ) ……………………………………………………….. (pers 4.3.46)
10. Cari ∆ x i dan ∆ y i
jarak t it ik
 ∆ xi = x ⅀ (fx d sin sin) + ( fx d sin)t it ik ………………….. (pers 4.3.47)
jarak
jarak t it ik
 ∆ yi = x ⅀ (fx d cos cos) + (fx d cos )t i t ik …………………. (pers 4.3.48)
jarak
11. Mencari koordinat x, y, dan z, mengacu pada titik pertama yang sudah diketahui di lapangan
 Xm = Xn + Fx d sinm
 Ym = Yn + Fx d sinm
 Zm = Zn + Fx d sinm
BAB V

PENUTUP

5.1.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan pada pengukuran theodolit sebagai berikut :

1. Theodolit merupakan salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah
dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut
mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan sekon.
2. Data pemetaan yang dilakukan berupa orientasi lapangan, pengukuran, pemetaan kerangka,
dan pengukuran titik detail.
3. Factor yang mempengaruhi korelasi perhivungan adalah ketidakakuratan dalam pengamatan
serta ketinggian tempat pada saat digitasi letak lokasi pengukuran.
4. Sebelum pengukuran dilakukan (menembak target, theodolit harus di sentring terlebih dahulu).

5.2.SARAN

Pada saat melakukan praktikum sebaiknya dilakukan secara serius dan tepat serta cekatan agar
meniadakan kemungknan terjadi kesalahan dalam pengambilan data. Kami menyarankan agar sentring
dilakukan dengan benar dan teliti agar data yang didapat benar.
LAMPIRAN

12000000.000

10000000.000 patok
bg1
bg2
bg3
8000000.000
bg4
bg5
bg6
6000000.000 bg7
bg8
bg9
4000000.000 bg10
bg11
bg12
bangunan
2000000.000

0.000
0.000 50000.000 100000.000 150000.000 200000.000 250000.000 300000.000 350000.000 400000.000 450000.000

Anda mungkin juga menyukai