Disusun oleh :
Kelompok 10
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
poligon terbuka dengan lancar. Laporan hasil praktikum ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Survei Terestis II pada semester 2 tahun
ajaran 2023. Penyelesaian laporan praktikum ini tidak lepas dari kerjasama
beberapa pihak yang telah membantu kami. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Edy Meidarto selaku dosen mata kuliah Praktikum Survei Terestis atas
bimbingan dan ilmu yang diberikan.
2. Bapak Ir. Fauzan Murdapa, M.T. dan Ibu Atika selaku dosen pengampu mata
kuliah Survei Terestis II atas bimbingan dan ilmu yang diberikan.
3. Semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan laporan praktikum ini.
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran adalah suatu kegiatan dalam penentuan besaran, dimensi,
atau kapasitas yang belum diketahui nilainya, biasanya terhadap suatu standar
atau satuan ukur. Alat untuk mendapatkan informasi data tersebut disebut alat ukur
dan hasil dari pengukuran dapat berupa informasi-informasi atau data yang
dinyatakan dalam berntuk angka ataupun uraian yang sangat berguna dalam
pengambilan keputusan, oleh karena itu mutu informasi haruslah akurat.
Salah satu ilmu dari bidang geodesi adalah ilmu ukur tanah. Dalam ilmu
ukur tanah ini akan mempelajari cara pengukuran di permukaan bumi dan
bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau koordinat titik-titik pada
permukaan tanah baik di atasnya ataupun di bawahnya, dalam memenuhi
kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah. Menurut
Helmert dan Torge (1880), “geodesi adalah ilmu untuk mengukur dan memetakan
permukaan bumi yang juga mencakup permukaan lain dari dasar laut, termasuk
medan gravitasi masing-masing, dalam ruang tiga dimensi yang berubah seiring
waktu”.
Selain ilmu ukur tanah terdapat ilmu lain dalam bidang geodesi yaitu,
Pemetaan (surveying). Pemetaan (surveying) adalah suatu proses penyajian
informasi muka bumi yang fakta (dunia nyata), baik bentuk permukaan buminya
maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-
simbol dari unsur muka bumi yang disajikan (Jatmiko, 2011). Untuk penentuan
lokasi diperlukan adanya suatu kerangka referensi, yang direpresentasikan dengan
menggunakan bench mark (alam maupun buatan manusia). Bench mark ini
digunakan sebagai titik awal pengukuran. Untuk pengukuran poligon ini Bench
mark menggunakan arah utara sebagai titik awal.
4
antara titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi) dan pengukuran kerangka
dasar vertikal (pengukuran tegak/vertikal untuk mendapatkan jarak, sudut, dan
koordinat tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).
Titik-titik yang telah diperoleh kerangka dasar horizontal dan vertikal inilah yang
akan membentuk sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya garis-garis yang
menghubungkan titik-titik tersebut.
5
1.4 Manfaat
Makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi para pembaca yang
membutuhkann atau ingin memperdalam bidang ilmu ukur tanah dan
pemetaan(surveying) dalam mengukur polygon tertutup sehingga mengetahui
pengertian, cara kerja, dan langkah-langkah dalam perhitungan data.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Peta Topografi
Peta topografi adalah salah satu jenis peta yang mempunyai ciri-ciri khusus
yang memperlihatkan keadaan bentuk, penyebaran roman muka bumi dan
dimensinya dengan ditandai dengan adanya skala besar dan lebih detail. Sebuah
peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk
membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua
segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik
elevasi pada peta topografi. Peta topografi biasanya menggunakan garis kontur
dalam pemetaan modern.
Peta topografi juga merupakan representasi grafis dari bagian permukaan
bumi yang ditarik ke skala, seperti yang terlihat dari atas. Menggunakan warna,
simbol, dan label untuk mewakili fitur yang ditemukan pada permukaan bumi.
Representasi yang ideal akan terwujud jika setiap fitur dari daerah yang dipetakan
dapat ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat dimengerti, peta harus
diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada peta skala 1:250.000, simbol
yang ditentukan untuk membangun mencakup areal seluas 500 meter persegi di atas
tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan lebar jalan sekitar 520 kaki di
tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah setara dengan rel kereta api sekitar
1.000 kaki pada tanah. Pemilihan fitur yang akan ditampilkan, serta penggambaran
legenda harus sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Badan Pemetaan.
2.2 Poligon
Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak.
Rangkaian titik tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik
tersebut dapat dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil dari
pengukuran sudut dan jarak. Posisi titik-titik dilapangan dapat ditentukan dengan
mengukur jarak dan sudut ke arah titik kontrol. Posisi titik-titik kontrol harus
mempunyai ketelitian yang tinggi dan distribusinya dapat menjangkau semua titik.
7
bentuk rangkaian poligon tertutup bila memiliki dua titik tetap biasa dinamakan
dengan poligon tertutup terikat sempurna.
Keterangan:
β1, β2, β3, ..., βn : sudut Syarat geometris dari poligon tertutup
sebagai berikut.:
5. Σ ( D . sin α ) = ΣΔX = 0
6. Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = 0
7. Σ ( D . sin α ) + ƒ(x) = 0
8. Σ ( D . cos α ) + ƒ(y) = 0
Keterangan :
Σδ : Jumlah sudut
Σd Sin α : Jumlah ∆x
Σd Cos α : Jumlah ∆y
8
ΣΔY : Jumlah selisih ordinat ( Y )
3. Pemindai Laser 3D
Pemindai laser 3D digunakan untuk melakukan pengukuran detail yang
sangat presisi pada objek atau bangunan. Pemindai ini menghasilkan awan
titik 3D yang mencakup setiap detail permukaan objek, termasuk
permukaan kompleks atau tekstur halus. Data yang dihasilkan dapat
digunakan untuk pemodelan 3D, dokumentasi, pengendalian kualitas, atau
perencanaan proyek.
9
4. Pemetaan Arkeologi
Dalam konteks arkeologi, pengukuran detail digunakan untuk mengukur
dan merekam situs arkeologi dengan akurat. Ini melibatkan pengukuran
detail artefak, struktur bawah tanah, kontur permukaan, dan elemen penting
lainnya yang terkait dengan penelitian dan pelestarian warisan budaya.
Pengukuran detail memainkan peran penting dalam berbagai industri dan
disiplin ilmu. Dengan menggunakan teknologi dan peralatan yang tepat,
pengukuran detail dapat menghasilkan data yang akurat dan mendetail, yang dapat
digunakan untuk analisis, perencanaan, atau pemodelan dalam berbagai aplikasi.
2.4 Kontur
A. Pengertian Kontur
1. Satu garis kontur mewakili suatu ketinggian tertentu. 2. Garis kontur berharga
lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi. 3. Garis kontur tidak
berpotongan dan tidak bercabang 4. Kontur mempunyai interval tertentu. 5.
Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yangcuram/terjal,
sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai. 6. Rangkaian
garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan Gunung. 7.
Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu
lembah/jurang. 8.Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol (0), atau pun negatif
(-). 9. Pada jalan yang lurus dan menurun, maka kontur cembung ke arah turun. 10.
Pasa sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung ke arah turun. 11. Kontur
tidak memotong bangunan atau melewati tungan di dalam bangun.
Penarikan antara kontur yang satu dengan kontur yang lain didasarkan pada
besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur yang berdekatan dan
perbedaan ketinggian tersebut disebut dengan interval kontur (contour interval).
Untuk menentukan besarnya interval kontur tersebut ada rumus umum yang
digunakan yaitu : Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).
10
Untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian
yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau
ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Cara penarikan
kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai titik
ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua
titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur
yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Dengan demikian, dari peta kontur
tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan
dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung),
bergelombang, landai atau datar.
C. Penggunaan Kontur
11
mengukur jarak, luas dan kemiringan, total station juga dapat digunakan untuk
mengukur sudut dan koordinat dengan nilai yang diketahui.
2. Waterpass
Prisma polygon dan tibrach adalah suatu alat penunjang dalam melakukan
pengukuran polygon yang dimana pancaran sinar merah pada alat total station
dipantulka pada prisma untuk membaca jarak dan juga kemiringan.
4. Patok
Patok BM merupakan patok permanen yang terbuat dari beton yang berada
di suatu tempat dengan koordinat global dan elevasi yang tetap atau sudah diketahui
nilai X,Y,Z. Penentuan koordinat dan elevasi patok BM tersebut menggunakan alat
GPS dengan akurasi yang tinggi. Fungsi patok MB ini sebagai referensi atau acuan
dalam pengukuran disekitar titik BM.
12
B. Patok Poligon
Patok poligon adalah sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik-
titik, dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y. Poligon memiliki
beberapa jenis dipandang dari benntuk dan titik referensi yang digunakan sebagai
sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon.
5. Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat berbentuk mistar ukur yang besar terbuat dari
aluminimum yang kuat dan ringan dan diberi skala pembacaan dari rambu ini
diperoleh data bacaan bersang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb).
Selanjutnya data bacaan ini diolah secara matematis sehingga dapat memperoleh
informasi jarak dan tinggi. Rambu Ukur berfungsi sebagai alat bantu dalam
menentukan beda tinggi dengan menggunakan pesawat sipat datar, rambu ukur
biasanya terdiri dari beberapa jenis antara lain seperti rambu interval 5 mm dan
rambu interval 10 mm.
6. Statif
Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti
waterpass, total station, prisma polygon dan theodolit. Alat ini mempunyai 3 kaki
yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran ketinggiannya.
a) Basis poligon meliputi medan ukur yang akan dipetakan. Poligon tersebut
merupakan jaring-jaring tertutup (closed loop) dan diikatkan ke titik triangulasi
yang ada atau ke titik tetap poligon. Kaki-kaki poligon harus sepanjang mungkin
dan sistem statif tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan di bawah ini akan
dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang disyaratkan.
b) Apabila mungkin titik-titik triangulasi yang ada akan digunakan sebagai azimut
awal dan azimut akhitik triangulasi yang digunakan harus saling berhubungan
dengan titik triangulasi yang lainnya.
13
c) Untuk mengontrol orientasinya, akan diadakan pengamatan azimuth matahari,
jika titik-titik triangulasi yang sudah ada tidak terlihat lagi, atau pada interval titik
di sepanjang masing-masing poligon.
d) Statif harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh hasil
pengamatan sudut horizontal yang teliti. Poligon yang melalui daerah sawah harus
diikuti secara hati-hati untuk menghindari lokasi sulit di daerah genangan sawah
atau pada pematang yang tidak stabil.
e) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelahnya akan diperiksa terus
selama pengamatan berlangsung.
h) Kedudukan Nivo kotak (circular buble), dan pengunting optik (optical plummet)
harus sering diperiksa dengan bantuan unting-unting gantung (plump bob), dan
penyesuaian-penyesuaian dilakukan sebelum pengamatan dilakukan theodolit
harus disetel sebaik-baiknya, pengukuran sudut horizontal dilakukan minimum dua
kali pengamatan untuk poligon utama, satu kali pengamatan untuk poligon cabang.
1. Semua BM dan titik Triangulasi (titik pengikat) yang ada di lapangan harus
digambar dengan legenda yang telah ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi dan
koordinat.
2. Pada tiap interval 5 (lima) garis kontur dibuat tebal dan ditulis angka elevasinya.
3. Pencatuman legenda pada gambar harus sesuai dengan apa yang ada di lapangan.
4. Penarikan kontur lembah/alur atau sadel bukit harus ada data elevasinya.
14
6. Titik pengikat/referensi peta harus tercantum pada peta dan ditulis di bawah
legenda.
7. Gambar kampung ,sungai dan rawa harus diberi nama & garis batas yang jelas
8. Pada peta ikhtisar harus tercantum nama kampung, nama sungai, BM, jalan,
jembatan, rencana bendung dan laing-lain tampakan yang ada di daerah
pengukuran.
8. Format gambar etiket peta harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
titik poligon utama, poligon cabang dan poligon raai digambar dengan system
koordinat (tidak diperkenankan digambar dengan cara grafis)
9. Apabila ada 2 kantor atau lebih, yang berdekatan dan hampir berimpit (misalnya
batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran) kontur digambarkan dengan garis-
garis putus yang diperbesar.
15
BAB III
METODOLOGI PENGUKURAN
3.1 Pengukuran Poligon Tertutup
Pengukuran Poligon Tertutup ini dilaksanakan pada:
2. Statif
3. Prisma Target
4. Meteran
5. Rambu
6. Payung
7. Paku payung
8. Tribrach
16
Setelah memasang TS pada statif kencangkan sekrup pada kepala statif
supaya mengunci TS agar tidak jatuh
Setelah itu kita menyentring TS melalui lensa yang melihat patok dari bawah
statif
Gunakan kaki statif untuk menyentring TS sehingga gelembung yang ada di
nivo kotak berada di dalam lingkaran
Jika TS tidak tepat berada di atas patok polygon
mengendurkan TS dan menggeser TS supaya tepat berada di atas TS (tidak
boleh keluar dari bidang statif)
Setelah selesai menyentring masukkan baterai TS,lalu nyalakan TS dengan
menekan tombol power
Setelah TS menyala sejajarkan sumbu x dan y di setiap sisi sekrup TS
(dengan catatan angka pada sumbu tidak melebihi 0,05 ataupun -0,05)
Setelah sumbu sudah sejajar tekan f1 untuk mengunci dan TS siap
digunakan.
17
Kemudian isi data HT, PT, CD yang ada pada menu disc+coord dan jangan
lupa CD nya di Add terlebih dahulu
Setelah data ya sudah diisi semua arahkan TS ke prisma yang dijadikan
sebagai backsight, lalu pilih meas
Setelah itu klik stop dan pilih record, lalu add ke job yang sudah kita buat.
USB
T type
S type
USB
Save Data
Load known PT
Save code
Load code
5) Setelah File status
job sudah di download, cabut flashdisk dan data pun sudah
siap di transfer ke laptop.
2. Cara mentransfer data TS ke laptop
Pada langkah ini dibutuhkan applikasi Topcon Link
18
mengelola data pengukuran dengan mudah. Topcon Link memiliki berbagai fitur
dan fungsionalitas yang berguna, termasuk:
Pengelolaan Data
Topcon Link memungkinkan pengguna untuk mengimpor,
mengekspor, dan mengelola data pengukuran dari perangkat Topcon.
Pengguna dapat memindahkan data dari perangkat ke komputer,
memanipulasi data, dan mengatur proyek-proyek pengukuran.
Pengolahan Data
Perangkat lunak ini dilengkapi dengan alat pemrosesan data yang
kuat. Pengguna dapat melakukan koreksi, penyesuaian, dan perhitungan
data pengukuran untuk menghasilkan hasil yang akurat.
Konversi Format
Topcon Link mendukung berbagai format data pengukuran,
sehingga pengguna dapat mengonversi data dari format yang satu ke format
yang lain sesuai kebutuhan.
19
5) lalu copy ke excel dan untuk dirapikan dan dipilih data mana yang
diperlukan.
1. Water pass
2. Rambu ukur
3. Statif
4. Payung
Dirikan statif diantara kedua patok atau titik yang akan diukur,kemudian
centring waterpass menggunakan 3 sekrup penyetel.
Kemudian dirikan kedua rambu ukur di kedua patok dan pasang nivo tabung
di belakang rambu ukur. Pastikan gelembung nivo pada rambu ukur berada
ditengah disaat pembacaan rambu
Kemudian bidik kedua rambu dan pastikan BA (benang atas), BT (benang
tengah), BB (benang bawah) terbaca sempurna.
Setelah kedua titik sudah terbaca catat data BA, BT, dan BB untuk stand I
Kemudian geser waterpass ke kanan atau ke kiri untuk mengukur stand II
dan centering Kembali waterpass menggunakan 3 sekrup penyetel.
Setelah waterpass di centering bidik kedua rambu ukur,dan catat BA, BB,
dan BT untuk stand II waterpass
Ulangi langkah tersebut sampai titik akhir dan setelah sampai ke titik akhir
ukur Kembali alat sampai ke titik awal polygon.
1. Total Station
2. Statif
3. Stick
4. Meteran
5. Prisma Target
20
6. Payung
Dirikan statif dan alat total station di patok yang memiliki penglihatan yang
luas dan memungkinkan untuk memperoleh data yang banyak, contohnya
menggunakan patok R1 sebagai tempat TS berdiri dan menggunakan R2
sebagai backsight.
Kemudian centering TS seperti langkah sebelumnya, pasang juga prisma
yang akan dijadikan backside dan pasang juga prisma ke stick untuk di
jadikan foresight.
Setelah semua alat selesai dicentring, bidik terlebih dahulu prisma yang
dipasang dan kemudian bidik stick prisma yang berada di jalan yang sudah
di pegang oleh kelompok (Prisma yang dipegang oleh tim harus sejajar dan
berada di ujung jalan)
Setelah titik nya sudah tidak bisa terlihat lagi cari lagi titik yang memiliki
penglihatan yang luas dan lakukan lagi seperti langkah sebelumnya
Jika stick berada di belokan atau tikungan usahakan pergerakan stick
berdekatan dari titik sebelumnya
Lakukan pengukuran tersebut hingga semua data lokasi yang diukur sudah
didapatkan semua
21
BAB IV
HASIL PENGUKURAN
X (m) Y (m)
BM 526656,204 9407072,950
CP 526665,352 9407113,603
Dengan menggunakan koordinat dari titik BM, maka dihitung koordinat dari titik-
titik polygon lainnya menggunakan formula berikut ini :
Xn = Xn-1 + dn-1* sin αn-1 + koreksi absis titik ke-n-1 (fxn-1) ….........
Yn = Yn-1 + dn-1* cos αn-1 + koreksi ordinat titik ke-n-1 (fyn-1) …......
22
Terlihat bahwa koordinat CP yang diperoleh dari perhitungan polygon
menggunakan rumus diatas menghasilkan nilai yang sama dengan koordinat awal
yang digunakan sebagai dasar penentuan koordinat tiap titik polygon, sehingga
mengindikasikan bahwa koreksi kesalahan-kesalahan dalam pengukuran baik itu
kesalahan sudut maupun kesalahan jarak/ linear telah dilakukam dengan benar.
23
4.4 Hasil Peta Menggunakan Autocad Civil 3D
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Poligon adalah rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak yang
dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik tersebut dapat dihitung
dengan memasukkan data yang merupakan hasil dari pengukuran sudut dan jarak.
Pengukuran dengan metode polygon sangat penting bagi kepentingan umum.
Dengan poligon kita bisa menggambar bentuk muka bumi atau keadaan yang di
sekitar, selain itu kita juga mendapatkan koordinat yang pasti untuk batas-batas
wilayah yang kita ukur.
Alat yang digunakan dalam mengukur polygon tertutup dan detail yang
dilakukan pada praktikum ini adalah Total Station berjenis Sokia dan Topcon, . Dari
ketiga data ini ( sudut horizontal, vertical dan jarak ) bisa didapatkan nilai koordinat
X,Y,Z serta beda tinggi. Data direkam dalam memori dan selanjutnya bisa
dipindahkan ke komputer / laptop untuk diolah. Selain itu, Waterpass juga
digunakan pada pengukuran polygon tertutup berikut yang dimana dengan metode
pulang pergi sehingga kita akan mendapat beda ketinggian dan jarak untuk wilayah
di sekitaran Lapangan Sepakbola Universitas Lampung.
25
5.2 Saran
Dalam praktikum yang dilakukan kelompok 10 yang berlokasi di sekitaran
area Lapangan Sepakbola Universitas Lampung disarankan untuk
1. Bekerja dengan baik dan benar serta ketelitian dan keseriusan masing-masing
anggota kelompok agar hasil pengukuran dapat sempurna dan memuaskan demi
meningkatkan kualitas dan kemampuan mahasiswa dalam praktikum.
26
DAFTAR PUSTAKA
(pengertian-cara-memasang-dan-menggunakan-prisma-polygon, n.d.)
(repositori.kemdikbud.go.id/PENGANTAR SURVEYDANPEMETAAN-2.pdf, n.d.)
(Ir. D. W. Hendro Kustarto & Ir. J Andy Hartanto, 2012)
Amir, Zulfahmi. 1998. Dasar-dasar Pengukuran Teristris dan Pemetaan
Situasi. Padang. Universitas Andalas
27
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
28