Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH

PLANIMETER

DISUSUN OLEH:
SYAFIA AMANDA
210308025

PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH


PROGRAM STUDIN TEKNIN PERTANIAN DAN
BISOSISTEM
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH
PLANIMETER

Diketahui Oleh: Diketahui Oleh:


Asisten Laboratorium Asisten Laboratorium

Amardani Syahputra Suhilda putri


tanjong (190308023) (190308027)

PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH


PROGRAM STUDIN TEKNIN PERTANIAN DAN
BISOSISTEM
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Planimeter” yang merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian pada mata kuliah
Praktikum Ilmu Ukur Wilayah Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepadaDelima Lailan Sari Nasution S.TP, M.Sc selaku dosen penanggung jawab
Mata kuliah Praktikum Ilmu Ukur Wilayah kepada abang kakak Asisten
Laboratorium Ilmu Ukur Wilayah yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................2
Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Planimeter....................................................................................................3
Metode Planimeter.......................................................................................4
Langkah Pengukuran Alat Planimeter.........................................................9
Pembuatan Peta dalam Alat Planimeter.....................................................10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................12
Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iv
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peta geomorfologi masih belum dianggap penting dalam bidang geologi
secara umum. Walaupun demikian, dalam geologi kerekayasaan dan lingkungan,
peta geomorfologi sudah mulai dipertimbangkan sebagai peta acuan, khususnya
ketika menyangkut permasalahan proses geologi eksogen yang bersifat dinamis.
Sejarah pembuatan peta geomorfologi di Indonesia – khususnya di kalangan
perguruan tinggi – tidak mengacu pada satu sistem manapun (Bandono dan
Brahmantyo, 1992), walaupun akhir-akhir ini terdapat kecenderungan
menggunakan sistem ITC (van Zuidam, 1985). Sistem ini di kalangan mahasiswa
tugas akhir umumnya hanya dimanfaatkan dalam tata cara penamaan satuan
geomorfologi karena memberikan “kotak-kotak” yang jelas dalam penamaannya.
Hal ini menjadi alternatif pengganti acuan dari Lobeck (1939) yang masih
memberikan penamaan deskriptif yang panjang. Konsep dasar yang menjelaskan
metode pengukuran luas lahan pada peta dengan metode planimetri dalam
menentukan luas menggunakan alat planimeter. Planimeter adalah suatu alat yang
digunakan untuk menghitung luas dengan cara mekanis. Metode ini merupakan
metode pengukuran luas dengan menggunakan alat planimeter pada peta yang
datar. Daerah yang diukur harus merupakan polygon atau area tertutup.
Planimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung luas dengan cara
mekanis. Planimeter ada dua macam, yaitu planimeter manual dan planimeter
digital
Namun demikian, di kalangan mahasiswa geologi masih banyak kesulitan
penggunaan satuan-satuan geomorfologi dari klasifikasi yang ada baik dari ITC
(van Zuidam, 1985), 72 apalagi Lobeck (1939). Hambatan pertama dari sistem
ITC sebenarnya bermula karena sistem ini mendasarkan klasifikasinya pada
pengamatan dan interpretasi dari foto udara. Kesulitan pertama dari sistem ITC
juga muncul pada penamaan dengan kode D1 sampai D3 dan S1 sampai S3 yang
sangat deskriptif dengan kalimat panjang dan tidak memberikan penamaan yang
praktis. Selain itu penamaan “denudational origin” agak sulit diterima mengingat
pada dasarnya semua bentuk muka bumi telah atau sedang mengalami proses
1
denudasional. Hal lain adalah tidak jelasnya kontrol geologis pada pembentukan
morfologi, karena beberapa penamaan menggunakan kriteria persen lereng.
Planimeter merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur
suatu luasan dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta.
Alat ini dapat digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak
terlalu rumit. Jika daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis
karena membutuhkan banyak waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam
penggunaan planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah dengan jarum
jam merupakan faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering
menjadi masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun
yang tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan
tempat pengukuran telah dibuat rata dan halus.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimkasud dengan Planimeter?
2. Apa saja metode yang terdapat pada Planimeter?
3. Bagaimanakah Langkah pengukuran pada alat Planimeter?
4. Bagaimanakah penyusunan cara pembuatan peta dalam alat planimeter?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami maksud dari Planimeter.
2. Mengetahui dan memahami metode yang terdapat pada planimeter.
3. Mengetahui dan memahami Langkah pengukuran pada alat planimeter.
4. Mengetahui dan memahami cara pembuatan peta dalam alat planimeter.

2
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Planimeter
Planimeter adalah alat ukur yang digunakan untuk menentukan
wilayah dimana bentuk dua dimensi sewenang-wenang. Ada beberapa
jenis planimeters, tetapi semua beroperasi dengan cara yang sama. Cara
tepat di mana mereka dibangun bervariasi, dengan jenis utama planimeter
mekanis yang planimeters "kapak" polar, linear dan Prytz atau. Swiss
matematika Jakob Amsler-Laffonmembangun planimeter modern pertama
pada 1854, konsep yang telah dirintis oleh Johann Martin Hermann pada
tahun 1814. Banyak perkembangan diikuti planimeter Amsler terkenal,
termasuk versi elektronik.
Pengukuran luasan dengan menggunakan alat Planimeter
merupakan metode yang sudah cukup familliar di kalangan surveyor yang
bergelut dibidang pemetaan dan perencanaan. Metode ini merupakan
metode perhitungan luasan dengan menggunakan alat planimeter yang
dijalan kan di sepanjang garis yang membatasi daerah yang akan dihitung
luasan nya. Metode ini cukup efektif untuk menentukan luasan yang tidak
terlalu besar dan bentuknya tidak teraturan.

Gambar 1. Planimeter Mekanik Gambar2.Planimeter Digital

Alat planimetri terdiri dari dari dua tangkai (batang) yang dihubungkan
oleh sendi yang memungkinkan kedua tangkai tersebut bergerak bebas pada
meja gambar. Tangkai yang pertama disebut tangkai jarum tetap atau tangkai
batang (kutub), dibagian ujung lain dari tangkai tetap terdapat jarum pelacak
tetap yang disebut dengan kutub planimeter. Tangkai yang kedua disebut
tangkai pelacak.
3
Pada ujung-ujung tangkai pelacak terdapat sebuah roda (roda ukur) dan jarum
pelacak untuk menelusuri batas daerah yang diukur. Roda ukur dapat berputar
bersamaan dengan gerakan dari jarum pelacak. Banyaknya putaran dapat dibaca
pada piringan berskala yang dihubungkan dengan roda ukur.

Gambar 3. Contoh Alat Planimeter


Keterangan:

1. Batang kutub
2. Batang pelacak
3. Kutub planimeter (tetap)
4. Sendi (engsel)
5. Jarum pelacak
6. Roda ukur berskala
7. Piringan berskala
8. Klem (untuk mengatur panjang batang pelacak)
9. Skala Nonius

B. Metode Planimeter
Metode yang digunakan dalam pemetaan planimetris adalah :
1) Pengukuran Jarak Optis
Pengukuran jarak optis merupakan pengukuran jarak secara tidak
langsung, karena dalam pelaksanaannya digunakan alat bantu berupa teropong
pada alat ukur teodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dapat dilakukan karena
pada teropong teodolit dilengkapi dengan garis bidik (benang silang) dan benang
stadia yang diarsir pada diafragma. Garis bidik adalah garis khayal yang

4
menghubungkan titik benang silang dengan sumbu optis lensa obyektif
teropong. Benang stadia terdiri dari tiga macam, yakni benang atas, benang
tengah, dan benang bawah. Posisi suatu target diketahui dengan membaca
bacaan piringan vertikal teodolit dan angka pada rambu ukur yang ditunjukkan
dengan benang stadia yang dilihat dari teropong teodolit.
D = a (ba - bb) cos2h
D = jarak detil
a = konstanta = 100
ba = benang atas
bb = benang bawah
h = bacaan vertical
2) Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon yang diawali dan diakhiri pada titik yang
sama (berimpit). Unsur yang diperlukan dari bentuk poligon tersebut adalah:
a) Unsur sudut pada tiap titik.
b) Unsur jarak pada tiap sisi.
c) Azimut salah satu sisi, agar poligon tersebut terorientasi.
Dari unsur – unsur tersebut semua unsur sudut diukur, salah satu sisi
poligon perlu diukur atau diketahui azimutnya, karena untuk menghitung
koordinat titik poligon, yang diperlukan adalah azimut, bukan sudut sehingga
azimut sisi lainnya bias dicari dengan melihat hubungan antar sudut dan azimut
awal.
3) Pengukuran Azimut
Beda tinggi arah utara yang ditunjukkan oleh magnetis dan utara
geografis disebut dengan deklinasi magnet atau salah tunjuk jarum. Besar sudut
deklinasi magnet tidak sama dari satu tempat ke tempat lain, makin mendekat
kutub makin besar, serta dari waktu ke waktu tidak sama pula. Salah tunjuk
jarum magnet di suatu tempat selain dikarenakan deklinasi juga bisa disebabkan
karena adanya atraksi local yaitu adanya gangguan medan magnet setempat,
akibat adanya benda- benda yang terbuat dari besi baja, bangunan-bangunan
gedung dan lain- lain serta kemungkinan adanya kesalahan dari kontruksi alat itu
sendiri seperti halnya jarum magnet tidak sejajar sumbu datar (kesalahan
kolimasi). Sehingga alat-alat yang menggunakan pembacaan dengan kompas,
sebaiknya bila akan

5
digunakan untuk pengukuran di suatu tempat perlu diukur deklinasi magnet di
tempat tersebut dengan cara membandingkan suatu arah yang diukur dengan
pengamatan matahari.
Selisih arah yang didapat merupakan besaran koreksi yang harus
diberikan terhadap data hasil ukuran arah dengan kompas untuk mendapatkan
arah yang benar.
4) Pengukuran Jarak Langsung

Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan


cara membentangkan pita ukur sepanjang garis yang akan diukur dengan alat
utama berupa pita ukur. Apabila jarak tidak dapat diukur dengan sekali
bentangan pita ukur, maka perlu dilakukan pelurusan. Pelurusan dilakukan
dengan cara membuat penggalan-penggalan pada jarak yang akan diukur.
Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, yakni pengukuran pergi dan
pengukuran pulang.

Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan di medan mendatar dan


medan miring. Pengukuran pada medan mendatar dilakukan dengan pelurusan
terlebih dahulu. Kemudian mengukur langsung dengan menggunakan pita ukur.
Sedangkan pada medan miring perlu dilakukan beberapa tahapan tambahan.
Yang pertama adalah melakukan pelurusan seperti pada medan mendatar.
Kemudian melakukan pengukuran jarak dengan bantuan unting-unting. Di sini
pita ukur ditarik sehingga mendatar dan batas penggal jarak yang diukur di tanah
diperoleh dengan bantuan unting-unting yang digantung dengan benang dari pita
ukur yang direntangkan.

Namun, sering kali terdapat penghalang pada jarak yang akan diukur.
Pengukuran pada jarak terhalang dapat dilakukan dengan beberapa macam cara
sebagai berikut ;
a) Dengan perbandingan sisi segitiga siku-siku
b) Dengan mengukur titik tengah tali busur
c) Dengan bantuan cermin penyiku atau prisma penyiku.
5) Pengukuran Sudut
Prosedur penggunaan teodolit diawali dengan pendirian teodolit di atas
statif dan melakukan sentering dan mengatur sumbu I agar vertikal. Yang
dimaksud sentering adalah bahwa sumbu I (sumbu vertikal) teodolit segaris

6
dengan garis gaya berat yang melalui titik tempat berdiri alat. Sentering
dilakukan dengan medirikan teodolit sehingga ujung unting- unting berada tepat
di atas titik (patok). Sedangkan pengaturan sumbu I vertikal dilakukan dengan
cara mengatur posisi nivo kotak dan nivo tabung.
Salah satu alat yang didesain untuk mengukur sudut, dalam bidang
geodesi dan pengukuran tanah dikenal dengan nama teodolit. Teodolit memiliki
tiga bagian, bagian atas (teropong, lingkaran vertikal, sumbu mendatar, klem
teropong dan penggerak halus, aldehide vertikal dan nivo, nivo teropong),
bagian tengah (kaki penyangga, aldehide horizontal, piringan horizontal, klem
dan penggerak halus aldehide horizontal, klem dan penggerak halus nimbus,
nivo tabung, mikroskop pembacaan lingkaran horizontal), dan bagian bawah
(tribranch, nivo kotak, skrup penyetel ABC, plat dasar).
Pengaturan Nivo Kotak:
a) Putar teodolit pada sumbu I hingga nivo tabung sejajar dengan Putar
teodolit pada sumbu I hingga nivo tabung sejajar dengan skrup penyetel
A dan B. Seimbangkan gelembung nivo dengan skrup penyetel A dan B.
Seimbangkan gelembung nivo dengan memutar skrup penyetel A dan B.
b) Putar teodolit pada sumbu I 1800. Apabila gelembung bergeser, Putar
teodolit pada sumbu I 1800. Apabila gelembung bergeser, maka
seimbangkan gelembung dengan skrup A dan atau B. maka seimbangkan
gelembung dengan skrup A dan atau B.
Pengaturan Nivo Tabung:
a) Putar teodolit pada sumbu I ±900. Apabila gelembung Putar teodolit
pada sumbu I ±900. Apabila gelembung bergeser, bergeser, maka
seimbangkan dengan skrup C.
b) Putar teodolit pada sumbu I ke segala arah, apabila gelembung Putar
teodolit pada sumbu I ke segala arah, apabila gelembung bergeser,
bergeser, ulangi ulangi pengaturan pengaturan tersebut. tersebut. Apabila
Apabila gelembung gelembung tidak tidak bergeser, maka sumbu I telah
vertikal.
Setelah dilakukan pengaturan sumbu I vertikal, kemudian teropong
diarahkan pada titik yang yang akan dibidik. Pada saat melakukan pembidikan,
posisi garis bidik diarahkan pada benang yang digunakan untuk
menggantungkan

7
unting-unting. Posisi suatu target diketahui dengan skala yang terbaca pada
bacaan piringan teodolit. Pengukuran sudut dapat dilakukan dengan cara repetisi
atau reiterasi.
a) Cara Repetisi
Cara ini hanya dapat dilakukan dengan alat teodolit tipe Cara ini hanya
dapat dilakukan dengan alat teodolit tipe repetisi atau teodolit yang mempunyai
sumbu vertikal ganda.repetisi atau teodolit yang mempunyai sumbu vertika
ganda.
Pada cara ini cukup dicatat pembacaan awal p, pembacaan Pada cara ini
cukup dicatat pembacaan awal p, pembacaan kedua q, dan pembacaan terakhir r.
m merupakan berapa kali kedua q, dan pembacaan terakhir r. m merupakan bera
pa kali pembacaan melewati 3600.
α= ( r – p + m.3600 ) : nα
m = ( p + n ) : 3600
Cara reiterasi sebenarnya mirip dengan repetisi, yaitu Cara reiterasi
sebenarnya mirip dengan repetisi, yaitu setelah mengukur sudut , pembacaan q
ditambah dengan setelah mengukur sudut , pembacaan q ditambah dengan
besaran besaran ssudutβ tertentu, misal 300. Pembacaan ini kemudian dibawa ke
A dan klem limbus dimatikan lagi. Selanjutnya dibawa ke A dan klem limbus
dimatikan lagi. Selanjutnya klem horizontal dibuka dan teropong dibidikkan ke
C lagi klem horizontal dibuka dan teropong dibidikkan ke C lagi. Pekerjaan ini
diulang-ulang sampai n kali.
Pengukuran sudut dilakukan dengan sistem dua seri rangkap.
Pengukuran seri rangkap adalah pengukuran sudut rangkap. Pengukuran seri
rangkap adalah pengukuran sudut dengan kedudukan posisi teropong biasa dan
luar bia dengan kedudukan posisi teropong biasa dan luar biasa dari sa dari
sebuah sudut tunggal. Sedangkan pengukuran dua seri sebuah sudut tunggal.
Sedangkan pengukuran dua seri rangkap rangkap bila bila mengukur target
mengukur target posisi posisi biasa, biasa, biasa, biasa, luar luar biasa, biasa,
luar luar biasa.biasa.Bila jumlah seri pengukuran akan ditambah guna\
meningkatkan ketelitiannya, maka penempatan posisi pembagian pembagian
skala skala lingkaran lingkaran horizontal horizontal pada pada teodolit teodolit
repetisi repetisidapat diubah- ubah.

8
C. Langkah Pengukuran Pada Alat Pada Planimeter
1. Pengoprasian Planimeter
Langkah-langkah mempersiapkan alat planimeter sebelum digunakan
untuk menghitung luas :
a) Letakan Peta yang akan dgunakan di atas meja, dan usahakan agar
tidak bisa berpindah posisi
b) Mengeluarkan alat dari box alat
c) Mengatur panjang batang pelacak
d) Mencari posisi untuk kutub planimeter. Posisi kutub diusahakan agar
batang pelacak dapat menjangkau seluruh garis batas dengan sudut
antara batang pelacak dengan batang kutuk lebih kecil dari 180°
e) Setelah kutub terpasang, gerakkan mengelilingi area batas untuk
mengetahui ada tidaknya hambatan dari gerak roda
Langkah menghitung luas:
a) Lihat titik merah pada lensa alat, kemudian tepatkan titik tersebut
pada garis/ batas wilayah yang akan dicari luasannya.
b) Tempatkan jarum pelacak mulai dari titik awal (misal x 0), yang
telah ditentukan, kemudian putar roda ukur maju (searah jarum jam)
atau mundur (berlawanan arah jarum jam) melalui x1 sampai kembali
ketitik awal (x0).
Pada titik start awal sebelum mulai menyusuri garis batas, dilakukan
pembacaan terlebih dahulu pada titik start. Nilai didapat dari piringan
berskala dan skala nonius. Tahap ini juga dilakukan pada titik akhir (x ).
Syarat dari pengukuran luas dengan planimeter yang baik adalah
selisih antara bacaan di x0 dan x1 tidak lebih dari 20.
Dengan konversi tertentu, maka luas akan dapat dihitung. Ketelitian hasil
sangat bergantung pada besar atau kecilnya skala peta. Semakin besar skala
petanya, akan semakin teliti hasil luasannya.

9
D. Pembuatan Peta dalam Alat pelanimeter
Peta planimetris sampai saat ini dibuat dengan melakukan pengukuran
secara langsung di lapangan. Maksud dari pengukuran yang dilakukan pada
pembuatan peta ini adalah mengumpulkan data-data lapangan yang berupa
panjangan dari penggal-penggal garis pembentuk/penentu posisi dari objek-
objek yang diukur. Adapun langkah – langkah dalam proses pembuatan peta
planimetris ini yang sudah saya susun secara sistematis yakni:
a) Melakukan pengamatan lokasi yang dipetakan.
Pengamatan lokasi penting dilakukan agar dapat menentukan dimana
saja letak titik kontrol agar memudahkan penggambaran detil. Dicatat pula detil
mana saja yang perlu dipetakan. Detil yang terlalu kecil bisa tidak diukur karena
bila ukurannnya diubah dengan skala tertentu maka bentuknya akan tidak
nampak.
b) Melakukan koreksi alat.
Koreksi alat dilakukan hanya pada alat theodolite,koreksinya berupa
mencari konstanta pengali teropong (A),heling (h),kesalahan kolimasi,dan
kesalahan indeks vertical.
c) Membuat sketsa sederhana lokasi yang dipetakan.
Sketsa cukup digambar tangan tanpa berisi keterangan jarak,fungsinya
untuk memudahkan pengambaran hasil akhir. Sketsa nanti dibandingkan dengan
penggambaran akhir,apakah sebuah detil dengan hasil pengukuran sudah mirip
dengan yang disketsakan.
d) Mengukur jarak antar titik kontrol,azimuth disalah satu titik
kontrol, dan sudut di masing - masing titik kontrol.
Jarak antar titik kontrol diukur secara pulang pergi,azimuth diukur disatu
titik kontrol saja,sisanya bisa dicari dengan rumus,sedangkan sudut dimasing -
masing titik kontrol diukur secara seri rangkap.
e) Menggambar kerangka polygon menggunakan data pengukuran
pada poin 4.
Penggambaran dilakukan dengan terlebih dahulu mengubah jarak
sebenarnya ke dalam cm dengan skala yang telah ditentukan.

10
f) Melakukan pengukuran detil.
Pengukuran detil ini dapat menggunakan beberapa metode. Antara lain
metode offsetting yang terdiri dari metode penyikuan dan metode pengikatan.
Metode lain yang digunakan yakni metode polar. Dalam tugas akhir ini
terdapat ketentuan yakni pengukuran detil 70% harus menggunakan metode
offset dan 30% menggunakan metode polar.
g) Penggambaran detil (plotting)
Pengambaran detil ini yang agak lama bagi kelompok saya,begitu sebuah
detil digambarkan kadang bentuknya tidak sesuai keadaanya didunia nyata,jika
hal ini terjadi maka harus dilakukan pengukuran ulang terhadap detil yang
bersangkutan dan hal itu memerlukan waktu yang lama.
h) Penggabaran secara keseluruhan dilengkapi dengan atribut
peta.
Penggambaran secara keseluruhan menggunakan rapido atau bisa juga
drawing pen dan juga menggunakan pensil.

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Planimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung luas


dengan cara mekanis. Planimeter ada dua macam, yaitu planimeter manual dan
planimeter digital. Pada makalah ini akan dibahas tentang planimeter manual. Alat
planimetri terdiri dari dari dua tangkai (batang) yang dihubungkan oleh sendi
yang memungkinkan kedua tangkai tersebut bergerak bebas pada meja gambar.
gambar. Tangkai Tangkai yang pertama pertama disebut disebut tangkai tangkai
jarum tetap atau tangkai batang (kutub), dibagian ujung lain dari tangkai tetap
terdapat jarum pelacak pelacak tetap yang disebut disebut dengan kutub
planimeter. planimeter. Tangkai Tangkai yang kedua disebut tangkai pelacak.
Pada ujung-ujung tangkai pelacak terdapat sebuah roda (roda ukur) dan jarum
pelacak untuk menelusuri batas daerah yang diukur. Roda ukur dapat berputar
bersamaan dengan gerakan dari jarum pelacak. pelacak. Banyaknya Banyaknya
putaran putaran dapat dibaca pada piringan piringan berskala berskala yang
dihubungkan dengan roda ukur. Metode pengukuran planimeter terdiri dari
pengukuran jarak langsung pengukuran jarak langsung, pengukuran sudut (cara ,
pengukuran sudut (cara repetisi dan cara reiteras repetisi dan cara reiterasi),
pengukuran pengukuran jarak optis, poligon tertutup, dan jarak optis, poligon
tertutup, dan pengukuran azimu pengukuran azimut.

Peta planimetris Peta planimetris sampai saat sampai saat ini dib ini dibuat
dengan uat dengan melakukan melakukan pengukuran pengukuran secara
langsung di lapangan. Maksud dari pengukuran yang dilakukan pada pembuatan
pembuatan peta ini adalah mengumpulkan mengumpulkan data-data data-data
lapangan lapangan yang berupa panjangan panjangan dari penggal-penggal
penggal- penggal garis pembentuk/penentu pembentuk/penentu posisi dari
objekobjek yang diukur.

Saran

Sebaiknya memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud planimeter


beserta Langkah Langkah penggunaan alat planimeter pada peta.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pemetaan Lapangan (Land Surveying).

Bandono, dan Brahmantyo, B., 1992. Peta Geomorfologi, Masalah dan


Penggunaannya dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan di
Indonesia. Pros. PIT IAGI XXI, Yogyakarta, hal. 777-783.

Hadi, Sapta. (2013). Peta Planimetris Wilayah Tugu Teknik UGM. Hazzir. 2010.
Planimeter

Hidayat, Andi. 2010. Menghitung L Hidayat, Andi. 2010. Menghitung Luas


Wilayah Pada P uas Wilayah Pada Peta.

Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2008).Teknik Survei Teknik Survei dan Pemetaan


dan Pemetaan Jilid 2. Jakarta: Jakarta: Direktorat Direktorat Pembinaan
Pembinaan Sekolah Sekolah Menengah Menengah Kejuruan.

Yusuf, Kuswondo Dedi. 2011. Menghitung Luas Dengan Planimeter

13

Anda mungkin juga menyukai