Disusun Oleh:
Rani Ardiansyah Ardjito (22035010041)
Maracania Putri Christianti (22035010045)
M. Yusril Inza Mahendra (22035010090)
Arby Risky Torano Syahli (22035010114)
Muhammad Aljabar (22035010123)
Faqih Muhammad Husain (22035010131)
Izdihar Abdul Hafiz (22035010135)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah”. Adapun tujuan dari penulisan
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan
selesai tanpa ada peran aktif dari semua pihak yang membantu dalam proses
penyelesaiannya. Penulis berterima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan
kelemahan dalam berbagai hal. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dalam menyempurnakan penulisan laporan ini. Semoga dapat
memberikan manfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Surabaya
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
HALAMAN ............................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Praktikum...............................................................................................6
1.4 Lokasi Pelaksanaan Praktikum..........................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................7
2.1 Definisi Waterpass ...........................................................................................7
2.2 Alat Ukur Sipat Datar/Waterpass.....................................................................8
BAB III PELAKSANAAN LAPANGAN ..........................................................12
3.1 Alat yang Digunakan.......................................................................................12
3.2 Cara Penyetelan Waterpass..............................................................................16
3.3 Langkah-langkah Pengukuran Waterpass........................................................16
3.4 Cara Pengukuran Profil Memanjang................................................................17
3.5 Cara Pengukuran Profil Melintang...................................................................18
3.6 Ketelitian Pengukuran......................................................................................19
BAB IV DATA PERHITUNGAN SURVEI.......................................................20
4.1 Perhitungan Waterpass.....................................................................................20
4.2 Perhitungan Profil Memanjang Pergi...............................................................20
4.3 Perhitungan Profil Memanjang Pulang............................................................28
4.4 Perhitungan Profil Melintang...........................................................................36
BAB V KESIMPULAN........................................................................................40
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Berdasarkan keperluan dari pekerjaan pengukuran, maka dapat
digolongkan menjadi :
1. Pengukuran Topografi (Topographic Survey)
Untuk memperoleh gambaran dari permukaan tanah
yang diukur yaitu keadaan medan (tinggi rendahnya), serta
semua benda-benda / bangunan-bangunan yang di atasnya.
2. Pengukuran Kadaster (Cadastral Survey)
Pengukuran yang ada hubungannya dengan
pemilikan tanah, hak tanah, dan batas tanah.
3. Pengukuran Teknik Sipil (Construction Survey)
Pengukuran yang ada hubungannya dengan
pelaksanaan pembuatan bangunan gedung, jalan raya,
bendungan dan bangunan-bangunan lainnya.
4. Photograommetry
Pengukuran dengan menggunakan foto udara.
5. Pengukuran Hidrografi (Hidrographic Survey)
Pengukuran untuk mendapatkan gambaran dari
dasar laut, dasar danau, sungai dan bentuk-bentuk
perairan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah,
yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud sipat datar (Waterpass) ?
2. Bagaimana pelaksanaan pengukuran menggunakan
waterpass di lapangan ?
3. Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan ?
4. Bagaimana cara perhitungan potongan memanjang dan
melintang dari pengukuran waterpass?
5. Bagaimana cara penggambaran potongan memanjang
dan melintang dari pengukuran waterpass?
5
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun Tujuan dari penulisan laporan Praktikum Ilmu Ukur
Tanah, yaitu sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari sipat datar
(waterpass).
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pelaksanaan waterpass
di lapangan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui semua alat dan bahan yang
digunakan saat melakukan pengukuran waterpass di
lapangan
4. Mahasiswa dapat menghitung dan mengolah data
pengukuran memanjang dan melintang waterpass.
5. Mahasiswa dapat menggambar secara detail dengan data
profil memanjang dan melintang yang telah ditentukan di
lokasi.
1.4 Lokasi Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dengan alat waterpass dilaksanakan pada
: Hari : Selasa
Tanggal : 3 Oktober 2023
Waktu : 07.00 WIB -
Selesai
Tempat : Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur, belakang Fakultas Kedokteran.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
7
e. Datum, adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi
untuk ketinggian, misalnya permukaan laut rata – rata..
f. Bench mark (mk), adalah titik yang tetap yang telah diketahui
elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman
pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
b. Benang Silang
Berada dekat dengan lensa okuler., benang –benang silang
akan tampak seperti gambar di bawah ini:
c. Garis Bidik
Garis yang menembus titik potong benang silang vertikal
dan horisontal serta titik tengah lensa objektif .
8
d. Sumbu Kesatu, Penggerakan Halus dan Klem Pengunci
Teropong yang dapat berputar keliling sumbu vertical
dinamakan sumbu kesatu. Garis bidik harus disetel agar lurus
horisontal, untuk itu maka dibagian atas teropong dipasang
nivo.
e. Nivo
Alat ini terdiri dari sebuah silinder dengan tutup berbentuk
cembung, yang merupakan suatu ruang uap. Gelembung uap
akan selalu bergerak kearah titik paling tinggi, apabila titik
tengah gelembung jatuh bersamaan dengan titik tengah tutup,
maka nivo berada dalam keadaan lurus horisontal.
f. Knop Focus
Alat ini terdiri dari sebuah silinder dengan tutup berbentuk
cembung, yang merupakan suatu ruang uap. Gelembung uap
akan selalu bergerak kearah titik paling tinggi, apabila titik
tengah gelembung jatuh bersamaan dengan titik tengah tutup,
maka Nivo berada dalam keadaan lurus horisontal alat-alat
pembaca sudut. Terletak dekat lensa okuler.
2.2.2 Cara Pembacaan Rambu Ukur
Teropong terdiri dari 4 macam benang, yaitu benang atas,
benang tengah, benang bawah dan benang tegak.
9
BA + BB = 2 BT
10
Pembacaan benang atas ditambah pembacaan benang bawah dibagi
dua = benang Tengah
BA+ BB
=BT
2
Keterangan :
BA = Benang atas
BB = Benang bawah
BT = Benang Tengah
2.2.3 Cara Mengukur Beda Tinggi
a. Pesawat didirikan pada salah satu titik
Pesawat ditempatkan di atas titik A, lalu diukur tinggi
pesawatnya dari permukaan tanah hingga lensa pesawat (TP).
Pada titik B didirikan rambu dan dilakukan pembacaan benang
tengahnya, maka beda tinggi antara titik A dan B= tinggi
pesawat – benang tengah.
BT = TP – bt
11
BT=Bt b
12
BAB III
PELAKSANAAN LAPANGAN
Gambar 3.1Waterpass
13
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat ukur waterpass
adalah :
1. Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo
2. Garis arah nivo harus tegak lurus dengan sumbu I
3. Garis mendatar diafragma harus tegak lurus dengan sumbu I
2. Unting-Unting
Untuk memastikani alat penyipat datar tepat diatas satu titik
(di atas tempat yang sudah ditandai dengan kapur).
14
4. Pita Ukur Fiber
Pita ukur fiber atau meteran berfungsi untuk memberi
tanda, mengukur jarak dan untuk mengukur ketinggian alat saat
di lapangan.
5. Statis
(Tripod)
Tripod/statif merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat
bertumpunya pesawat. Alat ini membantu agar pesawat dapat
berdiri tegak meskipun diletakkan pada suatu landasan yang
miring.
Keterangan :
a. Kepala statif berfungsi sebagai dudukan pesawat waterpass
b. Sekrup Kunci berfungsi untuk mengunci pesawat waterpass
pada statif agar kaku ditempat dan tidak bergeser.
c. Tali Pembawa berfungsi agar statif mudah diangkat pada saat
pemindahan.
d. Sekrup Penyetel berfungsi untuk mengunci kaki statif dan
mengatur tinggi rendah pesawat.
e. Kaki Statif berfungsi untuk menyangga statif, dibuat runcing
agar dapat masuk kedalam tanah.
15
6. Payung
Payung Berfungsi untuk melindungi alat waterpass dari
sinar matahari langsung dan hujan secara langsung yang dapat
menyebabkan pecahnya nivo dan berubahnya persyaratan pada
alat.
7. Buku Praktikum
Buku praktikum ini berguna untuk mencatat hasil
pembacaan rambu ukur saat pengukuran di lapangan.
16
5. Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sb. 1 (sekrup A
dan B) dan atur posisi gelembung nivo hingga dengan memutar
sekrup A dan B sehingga gelembung nivo tepat berada ditengah-
tengah lingkaran nivo.
6. Putar teropong ke arah 180° dan 90°, jika gelembung berubah-
ubah, setel kembali sekrup penyetel hingga gelembung ke tengah
kembali.
7. Lakukan berulang-ulang hingga gelembung nivo tetap di tengah
kemanapun teropong diarahkan, maka sumbu.1 vertikal instrumen
telah siap dipakai.
3.3 Langkah-Langkah Pengukuran Waterpass
1. Mempersiapkan alat – alat yang dibutuhkan pada pengukuran
menggunakan waterpass.
2. Menetapkan patok – patok dengan jarak antar patok satu dengan
patok yang lainnya ±25 m.
3. Tempelkan lakban untuk memberi tanda setiap titik yang telah
diukur.
4. Memasang waterpass pada statif, lalu mengikatkan schietlood pada
bagian statifnya dan pasang sampai schietlood tegak lurus dengan
titik pesawat berada. Kemudian menyetel nivonya sampai
gelembung nivo berada ditengah – tengah.
17
180° dan mencatat hasilnya.
10. Membaca dan mencatat Benang Atas, Benang Tengah dan Benang
Bawah.
19
5. Mengatur letak gelembung nivo supaya berada di tengah dengan
menggunkan 3 skrup klap.
6. Ukur tinggi alat diatas patok.
7. Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.
8. Hitung jarak optis dari alat ke rambu 1, d =(BA-BB).100
9. Lakukan hal yang sama pada titik-titik 2, 3, 4 dan
seterusnya sebagai titik-titik relief.
21
BAB IV
ANALISIS PERHITUNGAN
1.1. Perhitungan Profil Memanjang
a. Kontrol Benang Tengah
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung kontrol benang tengah pada
pengukuran memanjang menggunakan waterpass adalah : Keterangan :
BA = Benang Atas
BT = Benang Tengah
BB = Benang Bawah
Pengukuran Memanjang Pergi
P1 (Belakang)
Koreksi : 2BT = BA + BB
2(138,5) = 151+ 126
277 = 277 (OK)
Pengukuran Memanjang Pulang
P1 (Belakang)
Koreksi : 2BT = BA + BB
2(138) = 150,5 + 125,5
276 = 276(OK)
Tabel 4.1 Koreksi Benang Tengah Pengukuran Memanjang Pergi
22
Tabel 4.2 Koreksi Benang Tengah Pengukuran Memanjang Pulang
b. Jarak Optis
Keterangan : BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
Db = Jarak Belakang
Dm = Jarak Muka
Pengukuran Memanjang Pergi
Db = 100 x (BA.b – BB.b)
= 100 x (151 – 126)
= 2500 cm = 25 m
Dm = 100 x (BA.m – BB.m)
= 100 x (151 – 126)
= 2500 cm = 25 m
Pengukuran Memanjang Pulang
P1
Db = 100 x (BA.b – BB.b)
= 100 x (150,5 – 125,5)
= 2500 cm = 25 m
Dm = 100 x (BA.m – BB.m)
23
= 100 x (142 – 117)
= 2500 cm = 25 m
25
Tabel 4.6 Beda Tinggi Tunggal Pengukuran Memanjang Pulang
26
= 138,5 – 138,5
= 0 cm = 0 m
Pengukuran Memanjang Pulang
ΔHberantai TP1 = BTb – BTm
= 151,5 – 149,6
= 1,9 cm = 0,019 m
P4 0 0,0069 0,0069
P3 -0,008 0,0069 -0,0011
P2 -0,026 0,0069 -0,0191
P1 -0,1 0,0069 -0,0931
h. ΔH Terkoreksi Rata-Rata
Keterangan = ∆Hberantai terkoreksi = Beda Tinggi Berantai Terkoreksi
= ∆Hberantai terkoreksi = Rata-rata Benda Tinggi Berantai Terkoreksi
TP1
= ½ (∆Hberantai terkoreksi (pergi) + ∆Hberantai terkoreksi (pulang))
= ½ (0,795+ 0,912)
= 0,8535 m
29
P2 -0,0011 0,1069 0,0529
P3 -0,0191 -0,0051 -0,0121
P4 -0,0931 0,1969 0,0519
i. Elevasi
Keterangan :
TB = Titik Bantu
TP = Titik Utama/Titik Pesawat
TB1 = 1,03
=1,061 +(-0,008)
=1,053 m
=1,053 +0 = 1,053 m
30
Tabel 4.13 Elevasi Titik Profil Memanjang
∆̅ 𝐇 ̅ tunggal Elevasi
Titik
(m) (m)
TB1 - 1,03
TP1 0,011 1,041
TB2 0,053 1,094
TP2 -0,01 1,084
TB3 -0,013 1,071
TP3 -0,001 1,061
TB4 -0,008 1,053
TP4 0 1,053
TB5 0,0205 1,0735
Jarak Elevasi
Pesawat Bacaan Benang (cm) Beda Tinggi
Titik Sudut Datar Z
(cm)
BA BT BB (m) Positif Negatif (m)
P1 5,2
135,4 1 270 138,6 137,6 136,6 2 -0,022 5,178
2 270 138,9 137,3 135,8 3,1 -0,019 5,181
3 270 122,5 120,9 119,3 3,2 0,145 5,345
4 270 124,1 122,5 120,8 3,3 0,129 5,329
5 270 139,5 137,8 136,1 3,4 -0,024 5,176
6 270 161 159,2 157,3 3,7 -0,238 4,962
pesawat
7 270 155 153,2 151,4 3,6 -0,178 5,022
8 270 129,3 127,5 125,7 3,6 0,079 5,279
9 270 130,8 128,9 127,1 3,7 0,065 5,265
10 270 128 125,6 123,3 4,7 0,098 5,298
Jarak Elevasi
Pesawat Bacaan Benang (cm) Beda Tinggi
Titik Sudut Datar Z
(cm)
BA BT BB (m) Positif Negatif (m)
P1 5,2
135,4 1 90 139,2 141,8 137 2,2 -0,064 5,136
2 90 142,1 140,3 138,6 3,5 -0,049 5,151
3 90 144,1 142,1 140,1 4 -0,067 5,133
4 90 139,2 136,8 134,5 4,7 -0,014 5,186
5 90 143,9 141,3 138,7 5,2 -0,059 5,141
6 90 131 128,4 125,8 5,2 0,07 5,27
pesawat
32
7 90 139,6 136,9 134,3 5,3 -0,015 5,185
8 90 136,6 133,7 130,9 5,7 0,017 5,217
9 90 132,2 129,3 126,5 5,7 0,061 5,261
10 90 131,2 128,5 125,9 5,3 0,069 5,269
4.2.2 Perhitugan Melintang di P2
• Koreksi Benang Tengah pada 270°
Titik 1 : 2BT = BA + BB
2(131,1) = 132,2+ 130
262,2 = 262,2
• Jarak Datar pada 270°
Titik 1 = 100 × (BA − BB)
= 100 × (132,2 − 130)
= 220 cm
= 2,2 m
• Beda Tinggi pada 270°
Titik 1 = (TP – BT) / 100
= (130 – 131,1) / 100
= -0,011
• Elevasi pada 270°
Elevasi = 5,200m
Titik 1 = Elevasi + Beda Tinggi
= 5,200 + (-0,011)
= 5,189 m
Jarak Elevasi
Pesawat Bacaan Benang (cm) Beda Tinggi
Titik Sudut Datar Z
(cm)
BA BT BB (m) Positif Negatif (m)
P2 5,2
130 1 270 132,2 131,1 130 2,2 -0,011 5,189
2 270 133,4 131,1 128,8 4,6 -0,011 5,189
3 270 133,4 130,6 127,8 5,6 -0,006 5,194
4 270 123 120,1 117,2 5,8 0,099 5,299
5 270 121,9 118,7 115,5 6,4 0,113 5,313
pesawat
6 270 120,6 117,3 114,1 6,5 0,127 5,327
7 270 120,5 117 113,5 7 0,13 5,33
8 270 111,7 108,2 104,8 6,9 0,218 5,418
9 270 120,2 116,6 113,1 7,1 0,134 5,334
33
Jarak Elevasi
Pesawat Bacaan Benang (cm) Beda Tinggi
Titik Sudut Datar Z
(cm)
BA BT BB (m) Positif Negatif (m)
P2 10 270 118,5 114,6 110,8 7,7 0,154 5,2
5,354
130 1 90 131,6 130,8 130 1,6 -0,008 5,192
2 90 132,6 131,1 129,7 2,9 -0,011 5,189
3 90 128,8 127,1 125,5 3,3 0,029 5,229
4 90 98,4 96,7 95 3,4 0,333 5,533
5 90 97,6 95,8 94 3,6 0,342 5,542
pesawat
6 90 95,1 92,9 90,7 4,4 0,371 5,571
7 90 96,7 994,1 91,6 5,1 -8,641 -3,441
8 90 98,4 95,6 92,8 5,6 0,344 5,544
9 90 125,7 122,9 120,1 5,6 0,071 5,271
10 90 125,7 122,2 118,7 7 0,078 5,278
Jarak Elevasi
Pesawat Bacaan Benang (cm) Beda Tinggi
Titik Sudut Datar Z
(cm)
BA BT BB (m) Positif Negatif (m)
P3 5,2
130,9 1 90 133,7 132,7 131,8 1,9 -0,018 5,182
2 90 134 130,9 127,9 6,1 0 5,2
3 90 136,5 131,5 126,4 10,1 -0,006 5,194
4 90 134,3 128,4 122,5 11,8 0,025 5,225
5 90 112 106,1 100,2 11,8 0,248 5,448
6 90 110 103,7 97,5 12,5 0,272 5,472
pesawat
7 90 130,2 96,7 90,3 39,9 0,342 5,542
8 90 112,2 105,4 98,6 13,6 0,255 5,455
9 90 113,9 106,4 98,9 15 0,245 5,445
10 90 120,9 112,8 104,7 16,2 0,181 5,381
35
= (136,5 – 137,2) / 100
= -0,007
• Elevasi pada 270°
Elevasi = 5,200 m
Titik 1 = Elevasi + Beda Tinggi
= 5,200 + (-0,007)
= 5,193 m
Jarak Elevasi
Pesawat Bacaan Benang (cm) Beda Tinggi
Titik Sudut Datar Z
(cm)
BA BT BB (m) Positif Negatif (m)
P4 5,2
136,5 1 270 138,5 137,2 135,8 2,7 -0,007 5,193
2 270 140,1 137,6 135 5,1 -0,011 5,189
3 270 142,7 139,2 135,8 6,9 -0,027 5,173
4 270 145 140,9 136,9 8,1 -0,044 5,156
5 270 147,2 141,9 136,5 10,7 -0,054 5,146
Jarak Elevasi
Pesawat Bacaan Benang (cm) Beda Tinggi
Titik Sudut Datar Z
(cm)
BA BT BB (m) Positif Negatif (m)
P4 5,2
136,5 1 90 135,1 134,2 133,3 1,8 0,023 5,223
2 90 138,9 137,8 136,7 2,2 -0,013 5,187
3 90 111,8 110,6 109,4 2,4 0,259 5,459
4 90 112,2 111 109,8 2,4 0,255 5,455
5 90 111,9 110,6 109,3 2,6 0,259 5,459
Pesawat
6 90 111,5 109,8 108,1 3,4 0,267 5,467
7 90 111,7 109,6 107,5 4,2 0,269 5,469
8 90 105,6 103,2 100,8 4,8 0,333 5,533
9 90 109,2 106,5 103,8 5,4 0,3 5,5
10 90 107,1 104 101 6,1 0,325 5,525
36
BAB V
KESIMPULAN
37