Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, karena


berkat dan Anugrah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah Bahasa Indonesia
ini tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayu Wulandari,S.Pd.,M.Pd selaku Asisten Dosen Bahasa Indonesua


2. Teman-teman yang telah turut serta membantu dalam proses pembuatan
Makalah ini.Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam
pembuatan Makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penulisan Makalah ini dimasa yang akan datang.

Palembang, Juli 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................3
1.1 Pendahuluan.........................................................................................3
1.2 Maksud dan Tujuan Maksud................................................................4
1.3 Rumusan Masalah................................................................................4
1.4 Metode Pengumpalan Data..................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan Laporan............................................................5
1.6 Bagan Alir Penelitian...........................................................................6
BAB II PENGUKURAN WATERPASS.......................................................7
2.1 Pendahuluan........................................................................................7
2.2 Teori Poligon......................................................................................8
2.3 Alat Yang Digunakan.........................................................................10
2.4 Kegunaan Alat...................................................................................12
2.5 Jenis-jenis Percobaan Waterpass.......................................................13
2.6 Rumus Yang Digunakan....................................................................14
2.7 Langkah Kerja...................................................................................16
BAB IV PENUTUP.......................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................17
3.2 Saran .................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pekerjaan
pengukuran diatas tanah yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan suatu titik
atau penggambaran situasi atau keadaan secara fisik yang terdapat diatas
permukaan bumi, yang pada dasarnya bumi selalu bergerak sesuai dengan
porosnya. Pergerakan bumi tersebut menyebabkan dislokasi bumi dan perubahan
tempat, oleh karena itu ilmu ukur tanah diperlukan sebagai kontrol dari
pergerakan tersebut dan mengetahui seberapa besar pergeseran yang terjadi
dimuka bumi. Kemudian ilmu ukur tanah juga umum digunakan sebagai dasar
dari perencanaan pembangunan. Selain yang digunakan diatas, ilmu ukur tanah
banyak diperlukan dalam pertambangan maupun dalam pemetaan. Dalam
pembangunan misalnya, ilmuukur tanah diperlukan sebagai penentu dimana bahan
tambang tersebut ada.Tanpa adanya ilmu ukur tanah maka akan terjadi banyak
kesalahan penentuan letak dari bahan tambang dan menyebabkan kerusakan
lingkungan darikesalahan penentuan letak tambang. Dalam pemetaan, ilmu ukur
tanah diperlukan dalam penyusunan pembuatan peta yang apabila telah menjadi
peta, akan sangat bermanfaat bagiseluruh disiplin ilmu, mulai dari pengairan,
perencanaan pembangunan, sampai pertanian. Jadi ilmu ukur tanah tersebut sangat
diperlukan dalam berbagai disiplin ilmu sebagai faktor penunjang yang sangat
penting dalam terlaksanakannya suatu proyek.
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik
ditinjau dari segi biayanya yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian
dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang
tepat serta peralatan ukur yang cepat pula. Pengukuran – pengkuran menggunakan
waterpass dan theodolite. Total station dan sebagainya dapat menghasilkan data
dan ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan.

3
1.2 Maksud dan Tujuan Maksud :
Maksud:
1. Mengerti ilmu ukur tanah.
2. Mengenal alat-alat yang digunakan dalam ilmu ukur tanah.
3. Mengerti cara kerja dan penggunaan dari alat-alat dalam ilmu ukurtanah.
4. Mengetahui bagaimana cara penyelesaian suatu kondisi.
5. Menguasai perhitungan dalam ilmu ukur tanah..
Tujuan:
1. Mahasiswa dapat mengenal mengenai ilmu ukur tanah.
2. Mahasiswa bisa memahami, mengolah, serta menghitung datahasil
pengukuran.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menghitung jarak dan beda tinggi serta
ketinggian titik pengukuran.
4. Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran profil horizontal dan vertikal.
5. Mahasiswa diharapkan dapat menggambar hasil pengukuran dengan skala
tertentu.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan pengukuran menggunakan Waterpass?
2. Bagaimana cara melakukan pengukuran menggunakan Theodolite?

4
1.4 Metode Pengumpalan Data
1. Data Primer Data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangan
atau data hasil observasi.
2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diambil dari laporan hasil
penelitian - penelitian terdahulu
1.5 Sistematika Penulisan Laporan
BAB 1 , merupakan pembuka laporan yang berisi definisi dari ilmu ukur
tanah , maksud dan tujuan, rumusan masalah, dan metode pengumpulan data.

5
1.6 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Pembentuk Kelompok :
1. M. Aldi Saputra

Pengenalan Alat

Menentukan Alat

Observasi Lapangan

Pengelolahan Data

Selesai

6
BAB II
PENGUKURAN WATERPASS
2.1 Pendahuluan
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan benda tinggi
antara dua titik atau lebih. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunananya
untuk mendapatkan data keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk
pekerjaan kontruksi. Hasil-hasil dari pengukuran waterpass diantaranya digunakan
untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan perletakan bangunan
gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urung dan galian
tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada dan lain-lain.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
a. Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum
dianggap sama dengan garis unting-unting.
b. Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada
setiap titik. Bidang horizontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan
laut.
c. Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
d. Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang
datum.
e. Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu
teropong horizontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah
nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
b. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
c. Benang silang horizontal harus tegak lurus sumbu I.
Pada pengunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(bak). Yang terpenting dari rambu ukur ini dalah pembagian skalanya harus betul-
betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara
memegangnya pun harus betul-betul agak (vertikal). Agar letak rambu ukur
berdiri

7
dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu. Jika nivo rambu ini
tersedia, dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-
lahan ke depan, kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencacat hasil
pembacaan rambu ukur yang minimum. Cara ini cocok bila rambu ukur yang
digunakan beralas berbentuk persegi. Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass
adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang membuat kedudukan
menjadi horizontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung
di dalamnya.

2.2 Teori Poligon


1. Pengertian Poligon
Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik
yang terletak di permukaan bumi. Garis-garis lurus membentuk sudut-sudut pada
titik-titik perpotongannya. Dengan menggunakan poligon dapat ditentukan secara
sekaligus koordinat beberapa titik yang letaknya berurutan dan memanjang.
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui koordinat dan
sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik yang lain diperlukan
sudut mendatar dan jarak mendatar, maka pada pengukuran di lapangan data yang
diambil adalah data sudut mendatar dan jarak mendatar di samping itu diperlukan
juga penentuan sudut jurusan dan satu titik yang telah diketahui koordinatnya.
2. Pengukuran polygon
A. Pengukuran jarak mendatar
Pengukuran jarak mendatar pada poligon dapat ditentukan dengan cara
Mekanis (dengan menggunakan pita ukur) dan optis (seperti pada pengukuran
sipat datar). Pada bagian ini dijelaskan metode pengukuran jarak dengan
menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur harus
memperhatikan permukaan tanah yang akan diukur.

A B
Gambar 2.1
Caranya :
• Skala nol pita ukur diletakan tepat berimpit di atas pusat anda titik A.
• Pita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar lurus, tidak
Melengkung.

8
• Himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B, maka bacaan
skla inilah yang merupakan jarak antara titik A dan titik B.
B. Pengukuran jarak pada tanah miring B

A Gambar 2.2
Pengukuran jarak pada tanah miring :
Caranya :
• Jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran jarak dibagi
menjadi beberapa selang (pada gambar di atas bagi dua selang).
• Skala nol diimpitkan di atas titik A (biasa dengan menggunkan bantuan
unting-unting). Tarik agar pita dalam keadaan datar sampai berimpit dengan
titik 1, maka diperoleh d1.
• Dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai B, hingga didapat
d2.
Maka : dAB = d1 + d2
C. Pengukuran sudut mendatar
Sudut adalah selisih antara dua arah yang berlainan. Yang dimaksud dengan
arah atau jurusan adalah besarnya bacaan lingkungan horizontal alat ukur sudut
pada waktu teropong diarahkan ke jurusan tertentu.
Seperti Pada Gambar 2.3
A B

β
P

Gamabr 2.3

9
Pengukuran sudut mendatar :
Caranya :
• Alat dirikan di titik P lalu diatur sesuai ketentuan.
• Target dipasang di titik A dan di titik B.
• Alat dalam kedudukan “biasa” diarahkan ke target di titik A (arah
pertama).
• Atur sekrup penjelasan bayangan sehingga dapat melihat bayangan target
di titik A dengan terang dan jelas .
• Tepatkan benang silang diafragma pada target dengan memutar sekrup
penggerak halus horizontal dan vertikal, baca dan cacat skala lingkaran
horizontalnya. Ulangi pembacaan tersebut minimal 3 kali, kemudian hitung
rata-rata hasil bacaannya, catat sebagai L1 (B).
• Teropong diputar searah jarum jam dan diarahkan ke target di titik B,
dengan cara yang sama seperti di atas, cacat sebagai L2 (B).
• Teropong dibalikkan dalam kedudukan “luar biasa” an di putar searah
jarum jam, dengan kedudukan tetap mengarah ke titik B, dengan cara yang
sama seperti di atas, baca skala lingkarannya dan cacat sebagai L2 (LB).
• Putarlah teropong searah jarum jam ke titik A (tetap dalam keududukan
luar biasa), dengan menggunakan cara yang sama seperti di atas, bacalah
skala lingkaran horizontalnya dan cacat sebagao L1 (LB).
• Urutan pengukuran sudut seperti yang dijelaskan di atas adalah
pengukuran sudut 1 seri.
2.3 Alat Yang Digunakan
a. Waterpass

Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :


1. Lingkaran horizontal berskala.
2. Skala pada lingkungan horizontal.
3. Okuler teropong.

10
4. Alat bidik dengan celah penjara.
5. Cermin nivo.
6. Sekrup penyetel fokus.
7. Sekrup penggerak horizontal.
8. Sekrup pengungkit.
9. Sekrup pendatar.
10. Obyektif teropong.
11. Nivo tabung.
12. Nivo kotak.
b. Statif ( kaki Tiga)

Statif (kaki tiga) memiliki bagian-bagian sebagai berikut :


1. Bidang level/kepala statif.
2. Sekrup pengunci.
3. Tali pembawa.
4. Sekrup penyetel.
5. Kaki statif.
c. Rol meter d. Payung

11
e. Unting-unting f. Yalon

g. Rambu/bak ukur

2.4 Kegunaan Alat


a. Fungsi Alat
1. Waterpass
2. Waterpass ialah alat yang dipakai untuk mengukur perbedaan ketinggian
dari satu titik acuan ke acuan berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan
kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk mengecek apakah sudah
terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk
bulat. Jika gelembung tepat berada di tengah, itu artinya waterpass telah
terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat
sasaran bidik.
3. Statif
4. Statif berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat maupun waterpass.
Cara Penggunaan Statif atau Tripod sebagai Berikut:
5. Buka tali pengikat statif atau tripod dan pasangkan sedemikian rupa
sehingga ketiga kakinya terbuka (untuk berdiri dengan baik). Pemasangan
atau penyetelan statif atau tripod harus sesuai dengan tinggi orang yang
membidik atau mengukur, jangan terlalu tinggi atupun terlalu rendah.

12
6. Roll meter
7. Roll meter berfungsi untuk memastikan jarak antara alat ukur ke rambu
ukur.
8. Payung
9. Payung berfungsi untuk melindungi alat dari paparan sinar matahari
langsung.
10. Unting-unting
11. Unting-unting melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini
berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpasst tersebut sudah berada tepat
di atas patok
12. Yalon

13. Yalon terbuat dari kayu dan mumpunyai penampang berbentuk lingkaran
atau segi empat dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan ujung
bawahnya dibuat runcing. Berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk
titik utaman dalam pengukuran.
14. Rambu
15. Rambu ukur digunakan untuk mempermudah atau membantu mengukur
beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah. Rambu ukur diberi
cat hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh
tidak menjadi silau.
B. Tambahan alat
Alat ini dapat ditambah fungsi atau kegunaannya dengan menambah bagian alat
lainnya. Umumnya alat ukur waterpass ditambah bagian alat lain, seperti
1. Benang stadia, yaitu dua buah benang yang berada di atas dan dibawah serta sejajar
dan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar. Dengan adanya benang
stadia dan bantuan alat ukur waterpass berupa rambu atau bak ukur alat ini dapat
digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal atau mendatar. Pengukuran jarak
dengan cara seperti ini dapat dikenal dengan jarak optik.
2. Lingkaran berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi dengan skala
ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang dinyatakan dengan
bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang diafragma tegak dapat
diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah titik, sudut diantara ke dua titik
tersebut dengan alat dapat ditentukan atau dengan kata lain dapat difungsikan
sebagai alat pengukur sudut horizontal

2.5 Jenis-jenis Percobaan Waterpass


1. Pengukuran Waterpass Memanjang pengukuran waterpass memanjang adalah suatu
metode pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua buah titik di
permukaan bumi yang letaknya berjauhan, atau dengan kata lain untuk
mendapatkan ketinggian titik-titik utama yang telah dorientasikan di permukaan
bumi dengan membagi jarak antara titik secara berantai atau menjadi slag yang

13
kecil secara memanjang yang ditempuh dalam satu hari pergi-pulang. Yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran sipat datar/ waterpass memanjang, antara lain:
2. Menghilangkan kesalahan nol skala rambu yaitu dengan menentukan slag
genap dalam satu seksi pengukuran beda tinggi (pengukuran pergi- pulang).
3. Kalibrasi alat sebelum melakukan pengukuran.
4. Usahakan jarak dari alat ke rambu belakang sama dengan dari alat ke rambu
muka, untuk mengantisipasi adanya garis bidik tidak sejajar garis arah nivo.
Gunakan nivo rambu agar rambu ukur benar-benar tegak.
Pengukuran Waterpass Melintang Pengukuran Waterpass melintang adalah untuk
menentukan elevasi titik-titik dengan bantuan tinggi garis bidik yang diketahui
dari keadaan beda tinggi tanah yang tegak lurus di suatu titik
1. tertentu terhadap garis rencana(sumbu proyek) yang didapat dari hasil
pengukuran sipat datar profil memanjang. Profil melintang
dibuat tegak lurus dengan sumbu proyek dan pada tempat-tempat penting.
Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung atau belokan,
maka jaraknya dibuat lebih rapat daripada jarak terhadap garis proyek
yang lurus. Profil melintang harus dibuat di titik awal dan akhir garis
proyek melengkung, dan untuk profil ke kiri dan ke kanannya dibuat lebih
panjang dari profil yang lain.
2.6 Rumus Yang Digunakan
Pada saat pembacaan rambu ukur harus diperhatikan bahwa :
BT = BA + BB
2
Keterangan:
BT -Bacaan benang tengah waterpas
BA=Bacaan benang atas waterpass
BB = Bacaan benang bawah waterpass
Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau
pembagian skala pada rambu ukur tersebut tidak benar.
Dalam pratikum ilmu ukur tanah ada dua macam pengukuran waterpass
yang dilaksanakan, yaitu:
1. Pengukuran waterpass memanjang.
2. Pengukuran waterpass melintang.

14
Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran waterpass adalah
perhitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat
dihitung dengan rumus :
AH = BTB+BTM
Keterangan:
BTb = Benang tengah belakang.
BTM = Benang tengah muka.
Jarak antara titik dengan pesawat waterpass adalah:
d 100% x (BAA- BBA)
Keterangan:
d = jarak antara titik pesawat dan waterpass
BAA = Bacaan benang atas dititik A.
BBA = Bacaan benang dibawah titik A.
Dalam pengukuran waterpass memanjang, pesawat diletakkan ditengah-
tengah titik yang akan diukur. Hal ini untuk meniadakana kesalahan akibat tidak
sejajar kedudukan sumbu teropong dengan garis arah nivo
Jarak datar antara titik (jarak dari titik A ke titik B).
D= d1+ d2
Keterangan:
D = Jarak antara titik ke satu ke titik yang lain.
dl = Jarak datar dari titik A ke pesawat waterpass
d2 = Jarak datar dari titik B ke pesawat waterpass
Koreksi = Koreksi = D x ∑Koreksi
∑D
Keterangan:
D = Jarak datar antara titik.
ΣD = Jarak total dari jarak antar titik.
∑koreksi = Kebalikan dari ∑AH (beda tinggi total). Tinggi tanah
Tinggi tanah = T.Awal + AH + Koreksi

15
Keterangan:
T.Awal = Tinggi tanah awal.
ΔΗ = Beda tinggi.

2.7 Langkah Kerja


1. Pastikan garis mendatar diafragma pada waterpass tersebut berada dalam
posisi tegak lurus terhadap sumbu 1. Kebanyakan bagian yang juga disebut
benang silang mendatar ini sudah dirancang sedemikian rupa oleh
prosedurnya agar tegak lurus dengan sumbu 1.
2. Atur posisi garis arah nivo supaya tegak lurus terhadap sumbu 1. Jika sumbu
1 telah diposisikan vertikal, maka gelembung nivo akan tetap seimbang
walau teropong diputar-putar. Artinya tingkat kerataan garis bidik pun sudah
dipastikan selalu datar.
3. Buat garis bidik berada dalam posisi yang sejajar dengan garis nivo.
Tujuannya agar kita bisa memastikan garis arah benar-benar mendatar. Perlu
diketahui, yang digunakan untuk mengukur ketinggian titik-titik nantinya
hanyalah garis bidik mendatar.
4. Garis vertikal merupakan garis yang mengarah ke bumi dan nilainnya sama
dengan garis menurun.
5. Bidang horizontal yaitu bidang yang posisinya selalu tegak lurus terhadap
garis vertikal. Bentuk bidang horizontal ini agak melengkung mengikuti
bentuk permukaan air laut.
6. Mualailah menggunakan waterpass dengan membuat garis sumbu
horizontal. Perhatikan kedudukan tingkat mendasarnya melalui tabung nivo.
7. Di skala utama, ketahui besar derajat dan menit dengan memperhatikan
jarum yang mengimpit pada skala, ingat, setiap titik pada skala utama
memiliki bilai sebesar 10’.
8. Sementara di skala nonius, ketahui besar derajat jarum yang berhimpitan
dengan skala. Ingat, besar setiap sudut pada skala nonius adalah 20”.
9. Caranya membuat hasil pengukuran ketinggian titik-titik menggunakan
waterpass yaitu dengan menjumlahkan hasil bacaan skala utama ditambah
dengan skala nonius.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN:
Waterpass :
• Semakin jauh jarak pengukuran, maka penyimpangan, perhitungan
akan semakin besar pula.
• Cara perhitungan dengan cara poligon tertutup titik awalnya dan titik
akhir sudah diketahui
• Cara perhitungan tertutup titik awal dan titik akhir sama
• Jika ∑ᴧH hasil nya minus (-), maka ∑koreksi hasilnya plus (+) dan
sebaliknya.
• Sebelum pengukuran dilakukan, waterpass harus di centering terlebih
dahulu.
• Waterpass diletakkan di dua titik atau target saat pengamatan.
4.2 SARAN
Waterpass :
• Guna memperlancar dalam pengolahan data, maka kerja sama antar
kelompok harus terjalin, karena kelompok yang satu dan kelompok
yang lain saling membutuhkan.
• Setiap kelompok harus konsekuen atas data yang di buat agar tidak
menyulitkan suatu kelompok dalam pengolahan data.
• Setiap kelompok dalam melakukan percobaan sebaiknya hati – hati.
• Untuk yang pertama kali melakukan percobaan sebaiknya di bimbing
oleh asisten-nya, supaya mendapatkan hasil yang baik.
• Untuk yang pemegang rambu ukur, sebaiknya jangan goyang goyang,
karena bisa menyulitkan orang yang melihat dari waterpass tersebut.
• Pengguna waterpass haruslah teliti dalam melihat BT, BA, BB.

17

Anda mungkin juga menyukai