Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kerangka Dasar Vertikal

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas berjudul Laporan Kerangka Dasar Vertikal tepat pada waktunya untuk
memenuhi mata kuliah Teknik Survey dan Pemetaan.
Dalam proses penyusunan tugas ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu:

Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, MT., selaku dosen mata kuliah Teknik Survey

dan Pemetaan yang telah membimbing penulis.


Pasha Nur Fauzania selaku asisten dosen mata kuliah Teknik Survey dan Pemetaan yang

telah membimbing penulis.


Keluarga yang telah memberikan kasih sayang, doa, dorongan, dan semangat baik

moral maupun materil.


Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang


bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini. Penulis berharap agar tugas ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, November 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................1
1.3 Metode Penulisan...........................................................................................2
1.4 Studi Lapangan...............................................................................................2
1.5 Studi Literatur.................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3
2.1 Pendahuluan...................................................................................................3
2.2 Tujuan Pengukuran Sipat Datar......................................................................3
2.3 Metode Pengukuran Sipat Datar.....................................................................4
2.4 Macam-macam Alat Ukur Sipat Datar...........................................................5
2.5 Kesalahan-kesalahan pada Sipat Datar...........................................................9
2.6 Pengenalan Alat Ukur.....................................................................................9
BAB III TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR.............12
3.1 Tujuan Instruksional Umum.........................................................................12
3.2 Tujuan Instruksional Khusus........................................................................12

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1
3.3 Prosedur Persiapan Peralatan.......................................................................12

3.4 Prosedur Pengukuran....................................................................................13


3.5 Prosedur Pengolahan Data............................................................................14
3.6 Prosedur Penggambaran...............................................................................14
BAB IV PELAKSANAAN PRAKTIKUM...........................................................16
4.1 Lokasi Pengukuran.......................................................................................16
4.2 Waktu Pengukuran........................................................................................17
4.3 Pelaksanaan Praktikum.................................................................................17
BAB V PENGOLAHAN DATA............................................................................19
5.1 Data Hasil Pengukuran Di Lapangan...........................................................19
5.2 Anallisa Data Hasil Pengukuran...................................................................20
BAB VI PENUTUP...............................................................................................29
6.1 Simpulan.......................................................................................................29
6.2 Saran.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30
LAMPIRAN

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


Daftar Gamba

Gambar 1. Dumpy Level (type kekar).....................................................................7


Gambar 2. Reversible Level (type reversi)..............................................................7
Gambar 3. Titling Level (type jungkit)....................................................................8
Gambar 4. Automatic Level (type otomatik)...........................................................9
Gambar 5. Lokasi Pengukuran...............................................................................16

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1

Daftar Tabel

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Koreksi Garis Bidik (KGB)...............................19


Tabel 2. Data Hasil Lapangan................................................................................20

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat-alat Praktikum KDV


Lampiran 2. Data Lapangan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) Gymnasium UPI
Lampiran 3. Pengolahan Data Sipat Datar Optis Kerangka Dasar Vertikal (KDV)
Gymnasium UPI
Lampiran 4. Gambar Digital Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) Metode Sipat
Datar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang
diperlukan untuk menentukan letak relatif titik-titk di atas atau di bawah permukaan tanah
atau sebaliknya dengan memasang titik-titik di lapangan. Letak titik ini ditentukan pada
kompliming peta atau untuk menentukan garis-garis atau jalur-jalur kemiringan konstruksi
pada pekerjaan teknik sipil, setiap pengukuran dimaksud untuk mendapat bayangan dari
keadaan lapangan, yaitu dengan menentukan tempat dan titik-titik diatas permukaan bumi
yang diukur antara titik satu dengan yang lainya.
Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu Geodesi.Dalam ukur tanah tidak
diperhatikan adanya kelengkungan bumi dan sinar, hanya dihindari agar kelengkungan
bumi dan sinar tersebut tidakberpengaruh terhadap hasil ukuran.

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


Dalam pembuatan peta yang dikenal 1
dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan
melakukan pengukuran-pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk
tidak beraturan.Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk
mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (Pengukuran Kerangka
Dasar Horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak
antara titik-titik yang diukur (Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titiktitik detail.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan yang ingin dicapai setelah melaksanakan praktikum ini yaitu :
1. mengetahui prinsip-prinsip dalam pengukuran
2. mengetahui cara mengoperasikan pesawat waterpass dengan baik dan benar
3. melakukan pembacaan rambu ukur menggunakan alat ukur dalam kegiatan
pengukuran
4. mengolah data yang diperoleh dalam pengukuran dilapangan dengan benar
5. menggambarkan hasil perhitungan atau data yang telah diolah dalam bidang datar.

1.3 Metode Penulisan


Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan praktikum
survey dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan studi lapangan dan
studi literatur.

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1.4 Studi Lapangan

Metode penulisan yang digunakan untuk pengisian data pada tabel hasil
pengamatan praktikum sipat datar (Waterpass) adalah dengan studi lapangan atau
pengamatan langsung di lapangan.

1.5 Studi Literatur


Metode penulisan yang digunakan untuk menghitung data hasilpengamatan
lapangan serta penyusunan laporan adalah dengan metode literatur atau berdasarkan
rumusan-rumusan yang didapat dari berbagai macam sumber buku yangberhubungan
dengan ilmu ukur tanah.

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Kerangka dasar vertikal (KDV) merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan
titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya
terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini biasanya
berupa ketinggian muka air taut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal.
Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik.
Bilatinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan
Hadan titik B letak lebih tinggi daripada titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h. Yang
diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara duabidang nivo
yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung,tetapi bila
jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik-titik A dan
B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar. Kerangka dasar vertikal dibagi kedalam 3
jenis pengukuran, antara lain :
Metode sipat datar, prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di
lapangan menggunakan rambu ukur.

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


Pengukuran Trigonometris, prinsipnya1 adalah Mengukur jarak langsung (Jarak
Miring), tinggi alat, tinggi, benang tengah rambu, dan suclut Vertikal (Zenith atau
Inklinasi).
Pengukuran Barometris, pada prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer.
Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode
pengukuranyang paling teliti.Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan
tinggi hasilpengukuran sipat datar.

2.2 Tujuan Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang
relatifakurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang
tercakuplayak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.

2.3 Metode Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran Sipat Datar KDV adalah pembuatan serangkaian titik-titik
dilapanganyang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan
ketinggiantitik-titik lain yang lebih detail dan banyak.
Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:
1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat
diatasharus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus
diaturterlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi. Pengukuran dengan
cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa bedatinggi dua titik adalah jarak
antara kedua bidang nivo yang melalui titiktitik itu. Selanjutnyabidang nivo dianggap
mendatar untuk jarakjarak yang kecil antara titiktitik itu. Apabilademikian, beda tiggi h

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1 mendatar yangsembaranng dan dua mistar
dapat ditentukan dengan menggunakann garis

yang dipasang di atas kedua titik A dan B.


Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara yaitu metode loncat ( muka belakang ) dan
metode garis bidik serta metode gabungan keduanya.
a. Metode Loncat
Metode Loncat biasanya digunakan pada pengukuran jaringan irigasi atau
pengukuran memanjang tanpa diselingi potongan melintang.
Adapun keunggulan dan kelemahan metode loncat adalah sebagai berikut :

Metode Loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi


Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang tiap 25 m di buat

potongan melintang.
Pesawat harus pas diatas patok sehingga menyulitkan pengukuran pada areal

daerah yang padat (dalam hal ini jalan raya).


b. Metode Garis Bidik
Metode garis bidik merupakan metode yang praktis dalam menentukan
profil melintang di banding dengan metode loncat. Prinsip kerja metode ini adalah
metode ini hanya mengukur beda tinggi. Adapun keunggulan dan kelebihannya
adalah :
Garis bidik sangat efisien dalam pengukuran
Melintang khususnya di jalan
Garis bidik hanya mampu menentukan beda tinggi suatu wilayah namun tidak
bisa membaca jarak
Jarak antar patok harus diukur terlebih dahulu.
Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka karena metode ini hanya untuk
menentukan garis bidik.
c. Metode Gabungan

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1
Metode ini merupakan gabungan
dari kedua metode diatas, namun harus

diperhatikan bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu wilayah metode


perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur karena mempunyai
prinsip yang berbeda.

2.4 Macam-macam Alat Ukur Sipat Datar


Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi menjadi empat
macam utama, yaitu:
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan diatas
teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu
putar.
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada
teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu
sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letaknya searah
dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong
dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis, tetapi
nivo tidak diletakkan pada teropong, melainkan ditempatkan dibawah, lepas dari
teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian bawah alat
ukur penyipat datar dan dapat diletakkan dibagian bawah dengan landasan yang
berbentuk persegi, sedang nivo dapat diletakkan di teropong.
Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik Penentuan beda tinggi antara dua titik
dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat sipat datar tergantung pada keadaan di
lapangan, adapun tiga cara penempatan alat sipat datar, yaitu:
a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan diukur
beda tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya telah berdiri

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1 tadi kita beri nama a. Setelah di ketahui a,
rambu ukur. Sebagai contoh, hasil bidikan

pindahkan alat sipat datar ke titik A, lakukan bidikan yang sama terhadap titik B,
maka di ketahuilah hasil bidikan terhadap titik B yaitu b. Beda tinggi dari kedua titik
tersebut ( h) dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu diketahui bahwa dalam setiap
pengukuran, letak gelembung nivou harus berada di tengah-tengah.
b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk suatu
garis lurus, ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B, Arahkan
garis bidik dengan gelembung di tengahtengah ke titik A (belakang) dan ke titik B
(muka) yang telah berdiri rambu ukur, dan misalkan pembacaaan pada dua mistar
berturut turut ada b (belakang) dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa angka
angka pada rambu selalu menyatakan jarak antara angka dan alas mistar, maka
dengan mudahlah dapat dimengerti, bahwa beda tinggi antara titiktitik A dan B ada
h = b m.
c. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tdak diantara titik A dan B, tidak pula diatas
salah satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik
B, jadi diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan di
atas titik A dan B sekarang adalah berrturut-turut b dan m lagi, sehingga digambar
didapat dengan mudah, bahwa beda tinggi t = b m.

2.5 Kesalahan-kesalahan pada sipat datar


Sesuai dengan karateristik, kesalahan dapat di bedakan dalam 3 klasifikasi sebagai
berikut :
1. kesalahan acak
2. kesalahan sistematis
3. kesalahan Blunder

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


2.6 Pengenalan alat ukur

Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat penyipat


datar(waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel pengukuran, serta alat
tulis dankalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai alat ukur serta bagian-bagiannya.
a. Waterpass. Bagian bagian penting dari alat waterpass :
Teropong jurusan.Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat
Susunan lensa- lensa yang terdiri dari lensa objektif, lensa okuler, dan lensa
penyetel pusat.Didalam teropong terdapat pula pelat kaca yang dibalur dengan
bingkai dari logam (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat goresan benang
silang.
Niveau.Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat
arah-arah horizontal dan vertikal.Menurut bentuknya niveau dibagi menjadi dua
macam yaitu niveau kotak dan niveau tabung.Pada waterpass yang digunakan
adalah niveau kotak.Niveau kotak, terdiri atas kotak dari gelas yang dimasukkan
dalam montur dari logam sedemikian hingga bagian atas tidak tertutup.Kotak
tersebut diisi dengan cairan atsiri (ether atau alkohol), bidang atas dari gelas diberi
bentuk bidang lengkung dengan jari-jari besar.Bagian kecil kotak itu tidak berisi
zat cair, sehingga bagian ini dari atas terlihat sebagai gelembung.
Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas.Garis singgung
pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah niveau.Niveau kotak
dikatakan seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah.Cara mengaturnya
dengan memutar tiga sekrup penyetel. Sekrup-sekrup pada waterpass dan
fungsinya : Sekrup koreksi niveau, mengatur agar garis arah niveau berubah dari
keadaan semula terhadap garis bidik teropong dan sumbu tegak. Sekrup koreksi
diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar berubah terhadap garis
arah niveau dan sumbu tegak.Sekrup penyetel, mengatur kedudukan bagian atas

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


seluruhnya berubah terhadap bagian1bawah.Sekrup helling, mengatur kedudukan
garis bidik dan garis arah niveau bersama-sama berubah terhadap sumbu tegak.
b. Mistar / Rambu ukur. Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4
meter, bahkan ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya,
maka mistar ini dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat
dengan cm; tiap-tiap cm ada blok 10 merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter
diberi warna yang berlainan, merah-putih dan hitam-putih untuk memudahkan
pembacaan meter.
c. Statip. Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai
kaki untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk
menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata
karena dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.
d. Pita Ukur. Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan
dalam minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai
50 meter. Pita ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.
e. Payung. Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu
sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak menguap.
f. Tabel Pengukuran. Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel
pengukuran untuk memudahkan analisa data.
g. Alat tulis dan Kalkulator. Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan
menghitung koreksi kesalahan pembacaan benang.
h. Patok kayu dan paku. Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil
pengukuran, dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan
dengan

menggunakan

patok/paku.

Pengukuran

Sipat

Datar

Memanjang

Pengukuran menyipat datar dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik. Bila dua titik tentu itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kirakira 2 km, maka beda tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan mengukur beda
tinggi titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu itu. Salah satu
cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah cara menyipat

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


datar dari tengah-tengah. Maksudnya1adalah, alat ukur penyipat datar ditempatkan
antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak antara
alat penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini
memberi hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada
pengukuran dapat saling memperkecil.

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1 III
BAB

TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR


3.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa

dapat

memahami,

mendeskripsikan

dan

mengaplikasikan

berbagaimetoda pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktik
pengukuran danpemetaan Ilmu Ukur Tanah.

3.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan pengukuran Sipat Datar KDV diharapkan:
1. Dapat menyebutkan jenis jenis alat yang digunakan pada pengukuran sipat datar
2.
3.
4.
5.
6.
7.

KDV.
Dapat menyebutkan tahapan tahapan pengukuran sipat datar KDV.
Dapat menggambarkan bentuk formulir ukuran yang digunakan.
Dapat memberikan nilai kesalahan garis bidik alat sipat datar yang digunakan.
Dapat membuat tabel untuk pengolahan data sipat datar KDV.
Dapat memasukan angka angka hasil survey ke dalam tabel.
Dapat memberikan nilai pengolahan data sipat datar KDV baik secara manual

maupun secara komputerisasi.


8. Dapat menggambarkan hasil pengolahan data pada jalur memanjang pengukuran
menggunakan metode manual / grafis digital.

3.3 Prosedur Persiapan Peralatan

Alat sipat datar optis ( catat nomor serinya )


Statif ( perhatiakan kecocokannya dengan alat )
Unting unting
Rambu ukur 2 buah
Alat tulis dan formulir ukuran
Payung 1 buah ( untuk memayungi alat )
Pita ukur 1 buah
Meteran 1 buah
Patok pengukuran ( disesuaikan dengan wilayah pengukuran )
Peta wilayah situasi ( dengan bebas pengukuran )
Bon peminjaman alat dan absensi kelompok

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1

3.4 Prosedur Pengukuran

Adapun prosedur pengukuran dengan menggunakan alat sipat datar untuk


menentukan beda tinggi tanah, diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan,


Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir peminjaman alat,
Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,
Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,
Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya,
Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),
Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,
Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tsb,
Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup kaki kiap keluar

ataukedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,


10. Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan muka,
11. Menghimpitkan gelembung nivo tabung,
12. Membidik rambu ukur belakang dan visir,
13. Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,
14. Memperjelas obyek rambu ukur dengan memutar skrup focus di atas teropong,
15. Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang vertikal
diafragma berhimpitdengan bagian tengah rambu,
16. Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB),
17. Periksa syarat bacaan rambu |((BA+BB)/2) - BT| 0 .001, jika sesuai teruskan dengan
langkah 2 berikutnya, jika tidak ulangi pembacaan,
18. Hitung jarak optis dari alat ke rambu (BA - BB) x100 ,
19. Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,
20. Hitung koreksi garis bidik (Kgb),
21. Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama),
22. Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi patok-patok
pada jalur ukuran,
23. Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang telah
tersedia (buat slagnya genap),
24. Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA), benang bawah
(BB), dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan rambu muka,
25. Mengukur jarak belakang (db) dan muka (dm) (jarak mendatar) menggunakan pita
ukur,
26. Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag satu, NB :

Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan penghapus /tipe x.
jika salah angka dicoret nilai yang benar ditulis diatas atau sebelahnya.

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


27. Setelah pengukuran selesai, lalu kembali 1
ke laboratorium untuk mengembalikan alat.
28. Setelah itu melakukan pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan adalah

pengolahan data untuk mengeliminir kesalahan acak atau sistematis dengan dilengkapi
instrumen tabel kesalahan garis bidik dan sistematis.

3.5 Prosedur Pengolahan Data


Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar KDV. Masukan nilai kesalahan garis
bidik kedalam tabel Masukan nilai benang atas BT,BB, dbdan dm kedalam tabel. Hitung
BT koreksi disetiap slag. Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah
koreksi belakang dan muka. Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menggunakan beda
tinggi setiap slag. Hitung jarak pita ukur setiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang
dan jarak muka. Menghitung total jarak jalur pengukuran dengan menggunakan semua
jarak slag. Hitung bobot koreksi setiap slag dengan membagi jarak slag dengan total jarak
pengukuran. Menghitung beda tinggi koreksi dengan cara menjumlahkan beda tinggi awal
( BTbk BTmk ) dengan perkalian. Control beda tinggi hasil koreksi. Menghitung tinggi
titik titik pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi titik sebelumnya dengan beda
tinggi koreksi.

3.6 Prosedur Penggambaran


-

Mengetahui jarak total pengukuran dan selisih beda tinggi terbesar


Prinsip skala vertical berbeda dengan skala horizontal ( skala horizontal kurang

dari skala vertical )


Tetapkan ukuran kertas ( lebih baik menggunakan kertas millimeter )
Contoh skala horizontal 1:100 dan skala vertical 1:2
Design / rancang tata letak penggambaran yang meliputi muka gambar, legenda,
notasi dan skala gambar ( sebaiknya di grafis ).

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1 IV
BAB

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
4.1 Lokasi Pengukuran

Gambar 1. Lokasi Pengukuran

4.2 Waktu Pengukuran


1. Hari
Pertemuan ke
Tanggal
Kegiatan
Waktu
Lokasi

:
:
:
:
:
:

Rabu
1
3 September 2015
Pengenalan alat sipat datar
14.00 s.d selesai
Helipad FPTK UPI

2. Hari
Pertemuan ke
Tanggal
Kegiatan

:
:
:
:

Rabu
2
10 September 2015
Pengenalan alat sipat datar dan mencari nilai
Koreksi Garis Bidik (KGB)
14.40 s.d selesai
Helipad FPTK UPI

Waktu
Lokasi

:
:

3. Hari
:
Pertemuan ke :

Senin
2

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


Tanggal
Kegiatan
Waktu
Lokasi

:
:
:
:

1
14 September 2015
Menandai patok
13.00 s.d selesai
Sekitar gedung Gymnasium UPI

4. Hari
Pertemuan ke
Tanggal
Kegiatan
Waktu
Lokasi

:
:
:
:
:
:

Senin
3
21 September 2015
Pengukuran sipat datar
13.00 s.d selesai
Sekitar gedung Gymnasium UPI

5. Hari
Pertemuan ke
Tanggal
Kegiatan
Waktu
Lokasi

:
:
:
:
:
:

Senin
4
28 September 2015
Pengukuran sipat datar
13.00 s.d selesai
Sekitar gedung Gymnasium UPI

4.3 Pelaksanaan Praktikum


Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka saya
bersama rekan dari kelompok 1 melaksankan praktikum pengukuran sipat datar di
Gymnasium UPI. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
2.

Membaca paduan dan prosedur pelaksanaan praktikum


Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan

praktikum pengukuran sipat datar.


3.
Setelah ke lapangan, buat sketsa untuk memberikan tanda buat
penyimpanan rambu ataupun alat sipat datar.
4.
Dalam membuat seketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan
5.
6.
7.

kontur yang ada di lapangan.


Jumlah slag yang di buat 20 slag dengan keliling 396,4 m
Setelah di buat 20 slag, kasih tanda dengan cat.
Setelah dibidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah

8.

disediakan.
Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer
dengan program excel dan menampilkan gambar dengan Auto CAD.

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1

BAB V
PENGOLAHAN DATA

Tempat: Sekitar gedung Gymnasium UPI


Type Alat

: Topcon (AT-F3)

Jumlah Slag

: 20 Slag

5.1 Data Hasil Pengukuran Di Lapangan


Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Koreksi Garis Bidik (KGB)
NO.

NIM

Nama

KGB

1307143

Dewi Ayu Alviena

0.000116

130

Ferry Abdur Rahman

0.000349

130

M. Rafif Amanullah

0.001161

130

Riyan Nurdiansyah

-0.006650

130

Trisna Adetia

0.001302

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1
Tabel 2. Data Hasil
Lapangan
TITIK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

RAMBU BELAKANG (m)


BA
BTb
BB
1,442
1,407
1,369
1,431
1,392
1,355
1,38
1,306
1,231
1,235
1,135
1,036
1,781
1,725
1,67
1,668
1,638
1,608
2,454
2,418
2,382
1,968
1,943
1,918
1,407
1,362
1,317
1,37
1,295
1,22
1,4
1,325
1,25
1,373
1,318
1,263
1,428
1,36
1,293
1,362
1,335
1,308
1,312
1,261
1,211
1,285
1,21
1,134
0,934
0,9
0,865
0,805
0,77
0,735
0,888
0,862
0,837
0,728
0,698
0,668

RAMBU MUKA (m)


BA
BTm
BB
1,409
1,371
1,332
1,324
1,288
1,251
1,577
1,502
1,428
1,805
1,705
1,605
1,226
1,171
1,116
0,681
0,651
0,622
0,428
0,392
0,357
0,818
0,792
0,767
1,359
1,315
1,27
1,29
1,214
1,139
1,394
1,319
1,244
1,382
1,328
1,273
1,31
1,242
1,174
1,351
1,323
1,295
1,375
1,325
1,275
1,518
1,443
1,368
1,913
1,879
1,843
1,939
1,904
1,869
1,905
1,88
1,855
1,509
1,479
1,45

JARAK (m)
db
Dm
7,5
7,5
7,5
7,5
15
15
20
20
11
11
6
6
7
7
5,1
5,1
9
9
15
15
15
15
11
11
13,5
13,5
5,5
5,5
10
10
15
15
7
7
7
7
5
5
6,1
6,1

5.2 Analisa Data Hasil Pengukuran


Rumus-rumus yang digunakan :
1
2
3
4

Btbk
BTmk
H
d

:
:
:
:

Bobot

BTb-(kgb.db)
BTm-(kgb.dm)
BTbk-BTmk
db + dm
d
(d )

Hk

H-( . bobot

Ti

Kemiringan

T + Hk
T 2T
d 12

x 100%

TiT
d ' + d x 100%
9. :

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Laporan Kerangka Dasar Vertikal


1

+920 GK1

a= 8,9992

20,3238
b= 11,3247

+919 GK2
Tinggi titik A = GK1- [(a/(a+b)*(GK1-GK2)]
= 920 [(8,9992/(8,9992+11,3247)*(920-919)]
= 919,557m
Tinggi titik A = GK2- [(a/(a+b)*(GK2-GK1)]
= 920 [(8,9992/(8,9992+11,3247)*(919-920)]
= 919,557m
Keterangan :
BTbk

: Benang tengah belakang koreksi

BTb

: Benang tengah belakang

BTmk

: Benang tengah muka koreksi

BTm

: Benang tengah muka

Kgb

: Koreksi garis bidik (0,0001)

: Beda tinggi antara dua titik

: Jarak antara dua titik

Kelompok 1 | Teknik Sipil S1 2013

Anda mungkin juga menyukai