Kampung Pulo merupakan kawasan permukiman yang padat dan berdiri di tanah
negara. Penduduk yang tinggal didalamnya rata – rata berpenghasilan rendah,
sehingga kualitas lingkungan semakin menurun. Saat ini semua kawasan hunian
dituntut untuk menjadi hunian yang berkelanjutan, dengan luas area ± 8 Ha (sebagian
besar berbatasan dengan sungai Ciliwung) dan kondisi fisik Kampung Pulo-Jakarta
Timur saat ini maka pemukiman tersebut tidak dapat
bersifat berkelanjutan. Cara untuk menjadikan Kampung Pulo pemukiman yang
berkelanjutan adalah dengan meremajakan kembali pemukiman saat ini.
Jumlah penduduk yang menempati Kampung Pulo pada tahun 2010 diketahui
sebanyak 10.022 jiwa dengan luas area ± 8 Ha, maka didapat kepadatan per-Ha
sekitar 1.317 jiwa/Ha. Kampung Pulo menjadi kawasan yang amat padat setiap
tahunnya karena ada saja pendatang baru yang tinggal di sana.
Jika air sungai Ciliwung meningkat maka sebagian besar warga Kampung Pulo yang
ada di dataran rendah akan terkena banjir, namun warga tetap memilih untuk tinggal
di Kampung Pulo. Keinginan warga yang ingin terus tinggal di Kampung Pulo tidak
ditunjang dengan sikap mereka yang merawat lingkungan, sehingga lingkungan
tempat tinggal mereka menjadi kumuh dan jorok.
Warga tetap bertahan di Kampung Pulo karena lokasi Kampung Pulo yang cukup
strategis, di sekitar kawasan ini sudah cukup tersedia sarana dan prasarana penunjang
diantaranya rumah sakit Premier Jatinegara, rumah sakit ibu dan anak Hermina, pasar
Meester (Jatinegara), stasiun Jatinegara, terminal Kampung Melayu, berbagai tempat
ibadah, dan sekolah juga telah tersedia di kawasan sekitar Kampung Pulo.
Kunci utama kenyamanan warga tinggal yaitu dari segi ekonomi, banyak warga yang
bekerja sebagai pelayan toko atau pedagang di pasar Meester, ada juga yang
membuka industri kecil di rumah mereka. Segi ekonomi inilah yang membuat sulitnya
warga untuk dipindahkan atau dialokasikan ke tempat lain.
Kampung Pulo menyimpan potensi ekonomi dan sosial di dalamnya sehingga
potensial untuk menjadi sebuah kawasan permukiman yang berkelanjutan. Namun
karena kondisi saat ini yang padat dan kumuh maka kawasan perlu tindakan
Redevelopment, melalui perbaikan lingkungan fisik.
Guna mewujudkan permukiman yang berkelanjutan, maka apa yang cocok dibangun
untuk kawasan Kampung Pulo ini. Kebutuhan ruang yang dibutuhkan harus membuat
masyarakat yang sebelumnya tinggal di permukiman merasa nyaman dan dapat
beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal baru.
Peningkatan kualitas hidup masyarakat akan suatu lingkungan tempat tinggal yang
mendasari pengembangan hunian secara vertikal. Jika suatu kawasan pemukiman
sebelumnya merupakan pemukiman padat yang terdiri dari hunian horisontal yang
saling berdempet-dempetan seperti berebut akan ruang karena ruang yang terlalu
sempit, maka dengan peremajaan pemukiman tersebut menjadi kawasan rumah susun
beserta fasilitasnya, masyarakat mempunyai banyak ruang terbuka untuk beraktivitas
lebih leluasa.
Dari kriteria tersebut Kampung Pulo sudah memenuhi beberapa kriteria yaitu
aksesbilitas, pekerjaan, dan perubahan siklus kehidupan, maka yang perlu
ditingkatkan dari peremajaan Kampung Pulo adalah pemenuhan akan ruang dan status
kepemilikkan.
1.5 Ruang Lingkup
Status kepemilikkan hunian dapat terbagi menjadi dua (2), yaitu status hak milik dan
status sewa. Akan tetapi di dalam penelitian ini tidak akan dibahas lebih lanjut
masalah kepemilikkan.
Penelitian ini difokuskan pada peremajaan sebagian kecil area Kampung Pulo yang
awalnya permukiman padat menjadi hunian vertikal dengan menekankan pada
perilaku masyarakat urban kampung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan hunian yang dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakatnya dari segi sosial dan ekonomi. Tujuan pokok tersebut
dirinci dalam beberapa tujuan khusus sebagai berikut:
1. Memperbaiki sebagian hidden city Jakarta yang setiap saat banjir terjadi menjadi
sorotan berbagai kalangan.
2. Mempelajari perilaku masyarakat urban kampung yang awalnya hanya berasal dari
satu suku namun seiring berkembangnya waktu menjadi kumpulan masyarakat
yang berasal dari berbagai daerah sehingga lingkungan bersifat sosial
heterogen.
BAB I PENDAHULUAN
Alasan pemilihan topik yaitu redevelopment berdasarkan dari keadaan kota Jakarta
yang cukup pesat dalam pembangunan tetapi di balik wajah kota Jakarta menyimpan
banyak permasalahan di perkampungan kota, perkampungan kota semakin terlihat,
memiliki permasalahan utama pada kepadatan penduduk dan permukiman yang
menjadi kumuh maka ada beberapa cara untuk memperbaiki keadaan tersebut
diantaranya dengan cara redevelopment dengan tujuan mengangkat kualitas hidup
masyarakat bawah.
data, dan proses penarikan kesimpulan yang nantinya akan menghasilkan sebuah
desain.
permukiman padat dan kumuh yang dikaitkan dengan proyek ini yaitu peremajaan
permukiman padat dan kumuh menjadi kawasan hunian rumah susun.
Analisa
Manusia
Analisa Lingkungan
11
12
Pencapaian ke tapak diambil dari skala jalan yang lebih besar sering dilewati dan
sering terjadi kesibukan, kegiatan di sekitar tapak yang nantinya akan mempengaruhi
terhadap zoning tapak dan orientasi massa, keadaan sosial- ekonomi di sekitar tapak
berpengaruh terhadap target market agar tidak salah sasaran, matahari-angin-
kebisingan ketiga hal ini nantinya berpengaruh pada orientasi massa dan zoning
dalam tapak, sirkulasi sekitar tapak berpengaruh pada entrance tapak, utilitas kota
berkaitan dengan perletakan sanitasi. Analisa disajikan dengan 2 alternatif
perancangan beserta kesimpulan sementara yang akan dipakai.
Analisa Tapak dan
Bangunan
Zoning dan orientasi dalam bangunan untuk mendukung dalam
merancang area privat, publik dan servis dalam rumah susun, sirkulasi tapak
mendukung pada perletakan pola jalan, pola hijau, pola penyebaran fasilitas, pola tipe
hunian. Hasil dari seluruh analisa tersebut akan berupa Block Plan. Menganalisa
struktur yang akan dipakai dalam perancangan rumah susun.
Konsep ini akan dituangkan dalam skematik desain untuk memperjelas alur jalannya
proses perencanaan dan perancangan proyek rumah susun.