Anda di halaman 1dari 28

KAJIAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

FENOMENOLOGI
DOSEN: Ir. Petrus Rudi Kasimun, M.Ars.
ASISTEN DOSEN: Adelia S.T

Disusun oleh:
1. Raymond Arnold (315160019)
2. Kevin Hartanto (315160034)
3. Inez Tjahyana (315160040)
4. Christine (315160086)

UNIVERSITAS TARUMANAGARA
KAJIAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR
FT – UNTAR

i
DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………………………....……….. i

Daftar Isi ……………………………………………………………………….........…….. ii

Pendahuluan ………………………………………………………..…..........…..…….…1

Bab I. Hasil Komparasi Pemikiran Husserl dan Merleau Ponty…………………...2

Bab II. Pemikiran Fenomenologi Komperasi dan Arsitektur………………….......3

Bab III. Konsep Kriteria Studi Kasus……………………………….…………………..6

III.I. Studi Kasus Nelson Atkins Museum ………………………....…...7

III.II. Studi Kasus Kiasma Museum of Contemporary Art.…………..12

III.III. Studi Kasus Simmons Hall….…………………………..…………..15

III.IV. Studi Kasus Link Hybrid Mix Used Beijing….…………………..19

Bab IV. Kesimpulan………………..……………………………….………………….....23

Daftar Pustaka ………………………………………………………........……….…….. 24

Daftar Gambar ………………………………………………………….........………..… 25

ii
PENDAHULUAN

fe.no.me.no.lo.gi /fénoménologi/adalah ilmu tentang perkembangan kesadaran dan


pengenalan diri manusia sebagai ilmu yang mendahului ilmu filsafat atau bagian dari filsafat
(KBBI,2016).

Menurut Smith fenomenologi Husserl adalah sebuah upaya untuk memahami kesadaran
sebagaimana dialami dari sudut pandang orang pertama. Secara literal fenomenologi adalah studi
tentang fenomena, atau tentang segala sesuatu yang tampak bagi kita di dalam pengalaman
subyektif, atau tentang bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita. Setiap orang
pada dasarnya pernah melakukan praktek fenomenologi. Ketika anda bertanya “Apakah yang
aku rasakan sekarang?”, “Apa yang sedang kupikirkan?”, “Apa yang akan kulakukan?”, maka
sebenarnya anda melakukan fenomenologi, yakni mencoba memahami apa yang anda rasakan,
pikirkan, dan apa yang akan anda lakukan dari sudut pandang orang pertama.

Dengan demikian fenomenologi adalah upaya untuk memahami kesadaran dari sudut
pandang subyektif orang terkait. Deskripsi fenomenologis lebih melihat pengalaman manusia
sebagaimana ia mengalaminya, yakni dari sudut pandang orang pertama. Walaupun berfokus
pada pengalaman subyektif orang pertama, fenomenologi tidak berhenti hanya pada deskripsi
perasaan-perasaan inderawi semata. Pengalaman inderawi hanyalah titik tolak untuk sampai
makna yang bersifat konseptual (conceptual meaning), yang lebih dalam dari pengalaman
inderawi itu sendiri. Makna konseptual itu bisa berupa imajinasi, pikiran, hasrat, ataupun
perasaan-perasaan spesifik, ketika orang mengalami dunianya secara personal.

Fenomenologi berkembang secara luas dengan banyak pengertian, teori-teori ini banyak
digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan termasuk dalam bidang arsitektur. Pada
bidang arsitektur, fenomenologi berkembang menjadi sebuah cara memandang dan berpikir
mengenai ruang dan tempat. Fenomenologi secara umum, muncul sebagai bentuk reaksi dan
kritik terhadap kondisi dan gejala-gejala modern pada awal abad 20. Dengan adanya kaitan
antara fenomenologi dengan arsitektur, dalam makalah ini kami membedah hubungan antara
teori fenomenologi yang digunakan seorang arsitek dengan karya arsitekturnya, arsitek tersebut
adalah Steven Holl. Steven Holl memiliki pemikiran fenomenologi yang selaras dengan Merleau

1
Ponty, dari teori-teori tersebut Steven Holl mengembangkannya dan menerapkannya pada karya
arsitekturnya. Karya-karya arsitektur inilah yang akan kami bedah dalam makalah berikut.

Bab I. Hasil Komparasi Pemikiran Husserl dan Merleau Ponty

Husserl berbicara tentang kesadaran murni yang ingin dicapai.Dengan metode yaitu
metode reduksi. Semua mengacu terhadap metode ini dan ilmu ini merupakan suatu ilmu yang
tampak. Husserl bercita-cita untuk membuat ilmu pengetahuan yang pasti dan murni tanpa
adanya subjektivitas. Tujuan Husserl dalam metode ini, ingin menyadarkan dengan menunda
pengetahuan yang kita sudah dapat sebelumnya dari objek tersebut. Akan tetapi dalam praktik
ini, penggunaan logika sedikit banyak itu pasti mengerucut terhadap subjektivitas. Dalam makna
tersebut kita mendapatkan dari suatu objek. Karena semua orang memiliki penilaian masing-
masing yang berbeda , dari cara perspektif. Menurut Husserl suatu objek yang murni akan
dialami dan diamati dengan kesadaran , realitas yang sadar akan realita itu sendiri, realitas
tersebut berada diluar kesadaran manusia. Upaya manusia untuk sampai ketitik kesadaran
tersebut adalah intensionalitas. Intensionalitas merupakan struktur hakiki dalam kesadaran.

Merleau-Ponty mengamati Husserl dan pola pikir yang dilakukannya menurut Ponty, dia
setuju. Ponty merasa Fenomenologi seharusnya banyak reduksi yang harus dilakukan. Sehingga
objek yang dilihat itu murni apa adanya. Ponty juga merasa sepemikiran dengan Heidegger akan
proses reduksi yang dilakukan secara berkala akan menimbulkan pemikiran yang objektif, hal itu
akan timbul pemikiran yang objektif menurut Husserl.Tetapi dengan hal itu akan sama saja yang
hasil akhirnya menjadi subjektif. Dampak reduksi akan tetap subjektif, karena pemikiran lain
akan menjadi Objektif. Ponty memutuskan jika penerapan dengan persepsi. Persepsi bagi Ponty
mempunyai arti yang lebih luas daripada sekedar mengamati sebuah objek. Akan tetapi harus
meliputi semua yang bersangkutan kepada aspek indrawi kita. Menurut Ponty persepsi
merupakan jalan masuk dalam kebenaran dan mempunyai prioritas yang tinggi terhadap rasio.
Dalam hal ini Ponty juga tahu ini merupakan suatu hal yang tidak murni.

Dalam teori dua diatas baik Husserl maupun Ponty memiliki kesamaan dan perbedaan ,
dalam pemikiran kita sebagai pengamat , banyak orang berpikir sebuah benda diamati secara
langsung hanyalah benda yang utuh dan hanya menjadi data. Akan tetapi beberapa kaum melihat

2
suatu benda dapat disimpulkan suatu hasil / makna diluar kepala kita yang bersangkutan dengan
fungsi yang ada ,Disini timbul rasanya pemikiran (persepsi) persepsi manusia yang tidak bisa
ditebak dan berbeda-beda , akan tetapi tingkat kemungkinannya masih 0% karena tidak adanya
ilmu tetap. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang mempelajari pola pikir manusia dari sudut
yang berbeda-beda, menggunakan fasilitas seperti reduksi yang mempertunjukan hasil tata pola
cara berpikir yang benar.

Bab II. Pemikiran Fenomenologi Komperasi dan Arsitektur

Steven holl adalah seorang arsitek asal Amerika. Beliau lahir di New york pada tahun
1947 dan merupakan watercolorist yang terkenal. Dalam arsitektur Steven Holl, beliau sangat
berfokus pada tipologi bangunan dan mendesain bangunanya dengan style fenomenologi
modern, karyakarya beliau dapat di lihat di Simmons hall 2003 di MIT, Nelson Atkins Museum
of Art di Kansas City, dan lain lainya. Persepsi fenomenologi Steven Holl sangat dipengaruhi
oleh pandangan philosopher Maurice Merleau-Ponty perihal persepsi.

Arsitektur Steven Holl merupakan sebuah arsitektur yang unik karena data dibedakan
dengan arsitektur lain dari penggunaan material, texture, warna dan cahaya dalam karya karya
arsitektur beliau. Walaupun para kritik arsitektur mulai mengakui arsitektur Steven Holl,
karyanya sering di kritik dan dikategorikan karena seringnya terjadi perbedaan perspektif atau
pandangan cara melihat sebuah karya arsitektur. Menurut beberapa essay Kenneth Frampton,
Steven Holl dalam mendesain lebih menekankan kepada site, kearifan dan budaya lokal sehingga
beliau dapat mencapai “Critical Regionalism”.

Latar belakang filosofi karya arsitektur Steven Holl didasarkan fenomenologi Maurice
Merleau-Ponty. Ponty memberi Steven Holl inspirasi untuk memikir ulang cara berpikir beliau
dalam arsitektur. Sehingga Steven Holl dapat menginterpretasikan filosofi fenomenologi dalam

pemikiran arsitektur dan melahirkan sebuah konsep arsitektur. Dengan ini Steven Holl
melahirkan “a Translation of philosophical concepts into the realm of architecture” yaitu sebuah
terjemahan konsep filosofi dalam dunia arsitektur dan dapat merubah cara pandang arsitek
sehingga dapat melihat lebih dari sekedar beton dan tembok, tapi sebuah nilai filosofi yang

3
kental dan dapat dirasakan semua orang pada saat menginjak kakinya memasuki karya
arsitekturnya.

Dalam buku Phenomenology of perception, philosopher Maurice Merleau-Ponty


bereksplorasi dalam esensi seseorang saat dia merasakan arti sebuah persepsi di dalam subjek
keduniaan. persepsi merupakan sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk hidup dalam ruang dan
waktu. Saat seseorang mendapat akses terhadap dunia melalui persepsi, dunia menjadi “what we
perceive”. (Holl, 2007).

Untuk Merleau-ponty ide adalah “yang tidak terlihat dari dunia ini, yang menghuni dunia
ini, menopangnya. dan membuatnya terlihat” (Merleau-ponty, 1962). Steven Holl tertarik dengan
“The Phenomenology nature of Idea”, dalam pencarian dia terhadap koneksi karakteristik
fenomenologi dengan strategi konseptual. Beliau merespon terhadap setiap proyek dengan
mengevaluasi aspek-aspek fisik, kebudayan, sejarah, dan program. Beliau mendapatkan limited
concept yang mendirikan sebuah ketertiban sebuah lapangan penelitian dan prinsip yang terbatas
untuk setiap desain proses arsitektur.

Alat analisis Merleau-Ponty untuk menguak struktur-struktur penghayatan prareflektif


manusia dan dunianya berdiri pada jalur yang sama dengan metode fenomenologi Husserl ini.
Dari tahun 1935-1945, ia mempelajari metode fenomenologi husserl sampai memperoleh
pengetahuan yang mendalam dan teliti mengenai filsafat pendiri fenomenologi ini. Meski
berguru pada husserl, hal ini sama sekali tidak berarti bahwa ia mereproduksi pandangan-
pandangan Husserl dengan cara lain. Perbedaan dasariah pendirian-pendiriannya dengan
pendirian-pendirian Husserl tampak jelas terutama dalam pendiriannya tentang intensionalitas
dan reduksi fenomenologis.

Merleau-ponty mengembangkan intensionalitas sama seperti husserl akan tetapi ia


menekankan intensionalitas dalam pertautan antara eksistensi dan dunianya. Dalam buku sens at
nonsense (makna dan bukan makna), ia menulis

4
“tidak seperti dalam pemikiran idealisme klasik, hubungan antara subjek dan objek tidak
lagi merupakan hubungan kognitif dimana objek selalu tampak sebagai sesuatu yang
dikonstruksikan oleh subjek, melainkan suatu relasi ada… subjek adalah tubuhnya, dunianya,
situasinya dan dalam arti tertentu subjek memasuki interaksi dengan dunianya”. (Merleau Ponty,
1962).

Gambar 2.1. Schema ilustrasi ide ruang dan material by Steven holl, Retrieved from: https://goo.gl/SbYkvr

Steven holl melihat teori-teori ponty ini sebagai pedoman dalam membentuk konsep
perancangan. Rata-rata konsep Steven holl berfokus kepada bagaimana pengguna ruangnya
merasakan atau mengalami apa yang ingin disampaikan oleh Steven holl, agar pengalaman ruang
yang ingin disampaikan terasa oleh pengunjungnya. Holl juga percaya bahwa ide yang tidak
memiliki wujud dapat diwujudkan dan oleh sebab itu membuat gagasan “Intertwining” dimana
ide yang di inkorporasikan dengan ruang dan material akan menciptakan sebuah karya dengan
konsep yang berkesan dan menciptakan sebuah pengalaman yang dapat di bagikan.

5
Bab III. Konsep Kriteria Studi Kasus

Arsitek dan teoritikus Amerika Steven Holl yang lahir pada 9 desember 1947 adalah salah satu
arsitek paling terkenal dan paling berpengaruh di zaman kontemporer, berkat proyek-proyeknya
yang dibangun terutama di New York dan di Timur (Cina, Jepang, Korea Selatan). Setelah lulus
dari Universitas Seattle dan belajar di London dan Roma, ia membuka Steven Holl Architects di
New York pada tahun 1976.

Dalam produksinya yang luas, Holl memadukan "penalaran filosofis dan metodologi desain"
dalam penelitian yang pada saat yang sama "pengalaman dan kritik". Dalam desain nya yang
penting Anchoring (1989), Holl mendefinisikan "hubungan dialektik" antara bangunan dan
tempat: contoh-contoh yang jelas termasuk proyek New York-nya tahun delapan puluhan, yang
membawa ketenaran dan pengakuan studionya.

Pool House-nya di New York (1981) dan di Museum of Modern Art Apartment (1986)
mengungkap aspek-aspek konstruksi dan historisnya; ruang pameran untuk Koleksi Pace (1986)
dengan jelas mengungkapkan puisi dari gerakan De Stijl. Kantornya untuk D.E. Shaw & Co
(1992) dan façade berdampak tinggi untuk Etalase untuk Seni dan Arsitektur (1993).

6
III.I. Studi Kasus The Nelson Atkins Museum of Art

Gambar 3.1.1 Pemandangan Bloch Building, The Nelson Atkins Museum of Art (https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-
steven-holl-architects/500ef1c028ba0d0cc7000efe-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-image)

The Nelson Atkins Museum of Art adalah museum seni di Kansas City, Missouri, yang
dikenal dengan arsitektur neoklasiknya dan koleksi seni Asia yang luas. Museum ini dibangun di
tanah Oak Hall, rumah penerbit Kansas City Star yaitu William Rockhill Nelson (1841-1915).
Pada tahun 1993, museum mulai mempertimbangkan rencana ekspansi pertama sejak
penyelesaian daerah yang belum selesai pada tahun 1940-an. Arsitek Steven Holl memenangkan
kompetisi internasional pada tahun 1999 untuk desain penambahan. Konsep Holl yaitu untuk
membangun lima paviliun kaca di sebelah timur bangunan asli yang mereka sebut lensa. Lensa
tersebut berada di atas bangunan bawah tanah seluas 165.000 kaki persegi (15.300 m2) yang
dikenal sebagai Bloch Building, penambahan ini selesai pada tahun 2007.

7
Gambar 3.1.2 Pemandangan The Nelson Atkins Museum of Art (https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-
architects/500ef1da28ba0d0cc7000f02-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-image)

Ide utama dari bloch building adalah “complementary contrast” yang dimetaforakan
dengan “The stone and the feather”, hubungan Nelson Atkins Museum sebagai the stone dengan
Bloch Building sebagai the feather, menggambarkan hubungan arsitektur mereka yaitu “berat
dan ringan, sirkulasi langsung dan sirkulasi terbuka, tertutup dan tidak tertutup, pemandangan ke
dalam dan pemandangan ke lansekap.” Steven Holl membuat bangunan yang berbeda jauh
dengan bangunan sebelumnya yang diciptakan dari material, bentuk dan gaya arsitektur, dan
tidak menyentuh bangunan lama nya sama sekali, membuat kekontrasan desain semakin terlihat.
Mengapa “complementary contrast”? Dengan kekontrasan tersebut disitulah sejarah dari Nelson
Atkins Museum semakin terasa dan menciptakan fenomenologi pengalaman perasaan lebih peka
dan menghargai sejarah bangunan lama sehingga kedua bangunan saling melengkapi.

Gambar 3.1.3 Pemandangan The Nelson Atkins Museum of Art (https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-


architects/500ef1b428ba0d0cc7000efc-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-image)

Ada 5 Gedung penambahan atau yang disebut dengan Bloch Building, Gedung-Gedung
tersebut disebut dengan nama lens. Penambahan gedung sesuai ketentuan sayembara seharusnya
berada di bagian utara gedung lama, namun Steven Holl melanggar ketentuan pembangunan
tersebut dan membuatnya berada di sisi timur bangunan lama dan ditempatkan menerus dari sisi
utara ke sisi selatan bangunan lama. Menurut Holl, jika dibangun di bagian depan bangunan
lama, maka merusak bangunan lama yang memiliki ciri khas arsitekturnya sendiri. Bloch
Building dan bangunan lama terintegrasi satu sama lain dibagian bawah bangunan, desain

8
bangunan memungkinkan pengunjung tiba-tiba berada di atas atau di bawah lansekap, sehingga
pergerakan pengunjung terasa mulus dari satu tempat ke tempat lain dengan pengalaman ruang
yang berbeda-beda. Bangunan tambahan juga tidak didesain berada diatas atau dibawah
bangunan tetapi di keduanya, sehingga bangunan tidak menjadi media untuk melihat
pemandangan tetapi menjadi bagian dengan pemandangan itu sendiri.

Gambar 3.1.4 Potongan The Nelson Atkins Museum of Art (https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-


architects/500ef2ca28ba0d0cc7000f2a-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-image)

Pengalaman apa yang ingin Holl buat? “The building folds and bends as you move down
through the landscape, and there’s certain moments we can look outside, we want them to see
something” (Greg Sheldon, cool spaces tv). Dari hasil wawancara dengan kepala firma BNIM
Architects, semua hal ini dibuat untuk menciptakan dan membentuk fenomenologi perasaan
ruang pengunjung agar lebih merasakan interaksi antara arsitektur dan lansekap, walaupun
berada di dalam ruangan namun dibuat agar tetap terasa suasana luar.

Gambar 3.1.5 Pencahayaan interior The Nelson Atkins Museum of Art (https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-
holl-architects/500ef22628ba0d0cc7000f0c-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-image)

9
Cahaya merupakan elemen yang krusial dalam Bloch Building, Steven Holl memasukan
cahaya alami sebanyak mungkin ke dalam bangunan, Steven Holl bermaksud untuk
meningkatkan variasi cahaya alami yang masuk sepanjang waktu di dalam ruangan agar
pengunjung merasakan pula suasana matahari di luar, musim dan atmosfer di setiap momen.

Gambar 3.1.6 Breathing T

(https://www10.aeccafe.com/blogs/arch-showcase/files/2017/03/BREATHING-T-copy.jpg)

Holl memasukan cahaya alami ke dalam dengan menggunakan struktur “breathing T”,
yaitu struktur utama Bloch Building yang berfungsi sebagai struktur namun berperan dalam
pemasukan cahaya, dan penggunaan kaca di sekeliling bangunan. Menurut Holl, fluktuasi cahaya
dan bayangan di dalam ruangan memungkinkan berbagai persepsi dan pengalaman seseorang.
Menurut Steven Holl, jiwa perseptual dan kekuatan metafisik arsitektur didorong oleh kualitas
cahaya dan bayangan yang dibentuk oleh benda padat dan lubang, oleh kekeruhan, transparansi
dan transparansi. Cahaya alami, dengan berbagai perubahannya yang halus, pada dasarnya
mengatur intensitas arsitektur dan kota (Holl, Pallasmaa, dan Perez-Gomez 63). Dari kutipan
pemahaman Steven Holl, terlihat bahwa Steven Holl mengutamakan cahaya sebagai alat untuk
membangun makna dan pengalaman terhadap suatu bangunan. Dalam Bloch Building, penerapan
fenomenologi ia tekankan pada pengalaman dan perasaan yang ingin diciptakan melalui variasi
cahaya dan bayangan yang masuk, yaitu perasaan tenang, nyaman saat berada di dalam museum
sehingga pengunjung dapat menikmati seni yang ditampilkan di museum sepenuhnya.

10
Gambar 3.1.7 Sirkulasi The Nelson Atkins Museum

(https://imrdna.files.wordpress.com/2015/11/figure-1.png)

Konsep lain yang digunakan Holl di Gedung Bloch adalah badan dan ruang, yang
berupaya mendekonstruksi persepsi tradisional tentang sirkulasi di museum. Pintu masuk
museum secara tradisional memiliki rute tersendiri yang terkadang membuat pengunjung
bingung harus menuju kemana, Holl berusaha menciptakan peluang baru untuk bersirkulasi dan
terlibat dengan ruang. Steven Holl menciptakan sirkulasi bebas dengan membuat akses dari
berbagai pintu masuk, sirkulasi juga dibebaskan antara taman dan galeri sehingga
memungkinkan adanya sirkulasi cross antar keduanya. Sirkulasi seperti ini dibuat agar
pengunjung merasakan bahwa karya seni di dalam museum ini adalah milik semua orang, bukan
milik para penikmat istimewa, sehingga pengalaman ini dapat memiliki makna mendalam
tersendiri bagi para pengunjungnya, karena inilah yang ingin dibangun oleh filsuf fenomenologis
yaitu Steven Holl.

11
III.II. Studi Kasus Kiasma Museum of Contemporary Art.

Gambar 3.2.1 Tampak Utara Kiasma Museum of Contemporary Art. Retrieved from https://goo.gl/mrMEod

Pada 1992 di Helsinki, Finlandia, mulai sebuah sayembara untuk mendesain sebuah
museum “Contemporary Art”. Sayembara ini di menangkan oleh Steven Holl pada 1993 dengan
desain berjudul “Chiasma” dan selsai di bangun pada tahun 1998.

Site Plan Kiasma Museum of Contemporary Art. Retrieved from https://goo.gl/hi7fij

12
Steven holl dalam desain ini lebih menampilkan inward focus dan mencoba memisahkan
konektivitasnya dengan dunia luar. Steven Holl juga tidak ingin adanya “Placelessness” di
dalam desain ini, dimana placelessness yang dimaksud bukan hanya sekedar jika
pengunjung masuk dia merasakan museum yang sama seperti museum lain. Steven Holl
ingin menciptakan sebuah citra pada museum ini sehingga jika pengunjung masuk, dia
akan merasakan bahwa ini bukan seperti museum lain, tapi ini Museum Kiasma. “The
invisible of this world, which inhabits this world, sustains it, and renders it visible”
(Merleau-ponty).

Dalam kamus webster, Kiasma berarti “Anatomical Intersection” yang berarti


persimpangan anatomis. Situsnya di pusat Helsinki adalah titik fokus antara beberapa
struktur terkenal: gedung Parlemen Finlandia berbatasan langsung dengan barat museum,
Finlandia Hall Alvar Aalto terletak di selatan, dan Stasiun Helsinki Eliel Saarinen dapat
ditemukan di timur. Wajah utara museum. Sementara itu, dibatasi oleh Töölö Bay. Steven
Holl mengambil 2 garis axis yang dinamakan “Cultural Line” dan “Nature Line”. Cultural
Line dimana Steven Holl menarik garis dari dari teluk Töölö dan memiringkannya ke
gedung parlemen Finlandia, dan Natural Line dimana garis axis tersebut menyambung dari
site ke teluk Töölö.

13
Gambar 3.2.3 Skylight Interior Kiasma Museum of Contemporary Art. Retrieved from https://goo.gl/MsmySL

Cahaya

Steven Holl sangat tertarik dengan cahaya matahari skandinavia yang berubah ubah setiap
harinya. Matahari pada daerah finland tersebut dapat di bilang unik karena harinya lebih
panjang dari malamnya. Dan warna yang terfragmentasi ke daerah skandinavia juga unik,
kuning di pagi hari, putih di siang hari, oranye di siang hari dan pink menjelang malam
(jam 6-8). Daerah skandinavia juga, tergantung musimnya, bervariasi dalam waktu
mataharinya terbit. Ada yang dimana matahari terbenam jam 7 malam, ada juga dimana
matahari sama sekali tidak terbenam. Oleh sebab itu, Steven Holl ingin menangkap cahaya
matahari ini agar diintegrasikan ke dalam desain museum dengan skylight dan jendela-
jendela besar, lengkungan lengkungan dalam bangunan juga dipadukan sehingga
bentuknya memaksimalkan pantulan cahaya alami. Tentu desain ini mendapat kritik,
karena karya-karya pada museum ini tidak boleh terkena langsung oleh cahaya matahari.
Setelah beberapa revisi akhirnya Steven Holl memutuskan untuk menggunakan kaca yang
opaque agar cahaya matahari yang masuk terfragmentasi sehingga cahaya matahari yang
masuk tersaring dan tidak langsung terkena pada karya-karya museum tersebut. Permainan
cahaya pada museum inilah yang dimaksud Steven Holl untuk menciptakan sesuatu yang
tidak “Placeless” dan memiliki citranya tersendiri.

14
III.III. Studi Kasus Simmons Hall

Gambar 3.3.1 Pemandangan Simmons Hall di Musim Salju (https://www.archute.com/mit-simmons-hall-steven-holls-sea-sponge-in-mit/)

Simmons Hall adalah bangunan asrama yang dirancang oleh Steven holl, untuk
mahasiswa The Massachusetts Institute of Technology (MIT). Bangunan ini berlokasi di
Cambridge, Massachusetts, United States. Dengan Luas 18.117 m2 dan selesai dibangun tahun
2002. (Mutuli, 2018)

Simmons Hall menggunakan konsep seperti Analogi, yaitu berasal dari “spons”.Tetapi
Steven Holl tidak seluruhnya menganggap itu spons , melainkan membuat kehidupan di dalam
spons.”Melihat film dari meja depan untuk nanti, Anda membangun menara baru dari blok di
ruang kotak surat kami, dan akhirnya duduk di ruang makan kami untuk mengobrol dengan
beberapa cerita yang menarik tentang kehidupan di Sponge.” (Hall, 2002) Terlihat dari hasil
wawancara kepada mahasiswa MIT, bahwa terdapat perasaan bahagia yang mereka
rasakan.Dimana mereka bisa bersantai, berinteraksi , canda tawa, dengan ramah di Spons.

Timbul pertanyaan, “Kenapa benda spons yang dipilih?” Konsep spons memungkinkan
adanya interaksi di antara siswa, dengan desain yang fungsional dan estetik. Holl berharap
penerapan ini seperti di kampus. Holl mengatakan bahwa “spons dapat menyerap beberapa kali
beratnya dalam cairan tanpa berubah penampilannya. " (Zhang, 2013) Dengan begitu Holl
menganggap semua mahasiswa merupakan cairan / gas yang dapat memasuki spons tersebut,
tetapi dengan masuknya mahasiswa tidak merubah wujud asli bangunan tersebut.

15
Gambar 3.3.2 Konsep Spons (kiri)(https://www.archdaily.com/65172/simmons-hall-at-mit-steven-holl/stevenholl1)`

Gambar 3.3.3 Tipe Sel dalam Spons (kanan)(https://id.wikipedia.org/wiki/Porifera)

Dari berbagai tipe sel Holl hanya mengambil satu tipe Sel yaitu Porosit (Gambar 3.3.3).
Porosit merupakan tabung pori-pori yang tersusun dari sel tabung (Bergquist, 1998) Dalam
penerapan desain (Gambar 3.3.2) Steven Holl menceritakan spons yang ia maksud ialah “Light and
air ventilation (air drawn up through main “Lungs” via slow RPM fans operated by rooftop
photovoltaic cells)” (Holl, 2007) Holl ingin mengaitkan pada paru-paru pada bangunanya juga
menggunakan sistem sustainable yaitu photovolatik, photovolatik adalah sektor teknologi dan
penelitian yang berhubungan dengan aplikasi panel surya untuk energi dengan mengubah sinar
Matahari menjadi listrik. (Bullish, 2006)

Dalam penerapan Fenomenologinya ,sifat parasit yang ingin ia sampaikan adalah sifat
interaksi antara individu yang dibangun oleh tabung-tabung pori ,pori disini Holl menganggap
adalah “ruang”,ruang individual yang banyak sehingga dapat disatukan dalam sifatnya. Pada
umumnya bangunan asrama merupakan bangunan yang tingkat individualism yang sangat tinggi.
Dimana semua penghuninya tidak terlalu akrab sehingga minimnya terjadi interaksi sosial yang
sangat signifikan.

16
Gambar 3.3.4 Tipe Porosit dalam penerapan desain (Kotsopoulos, 2005)

Terdapat 4 jenis Porosit yang Holl terapkan, yang pertama Rule Scema A, Operasi pertama
memungkinkan penciptaan ceruk prismatik pada bangunan massa. Ini dijelaskan oleh tim desain
sebagai “bukaan skala besar, sesuai dengan pintu masuk utama, koridor tampilan, dan ruang
terbuka utama teras kegiatan asrama ". (Kotsopoulos, 2005) Fungsi dengan kegiatan besar dalam
Asrama.

Rule Scema B, Operasi kedua membagi massa bangunan menjadi dua bagian, dan
diterjemahkansatu sepanjang sumbu longitudinalnya. (Kotsopoulos, 2005) Hal ini dilakukan hanya
sekali untuk memperlihatkan Gerakan pada massa Exterior sehingga terdapat bukaan interior
menghadap exterior.

Rule Schema Γ, Operasi ketiga digunakan untuk perawatan ketinggian, untuk


mendistribusikan jendela dengan berbagai ukuran. Operasi memiliki basis konseptual dalam
matematika dan konsep karpet Sierpin'ski, atau 3-dimensi ekstensi spons Menger (Kotsopoulos,
2005) Skema ini difokuskan untuk penjelasan ketinggian bangunan antar bangunan sekitar ,
sehingga mendapatkan kesan kesejajaran antar bangunan sekitar.

Rule Schema Δ , Operasi keempat,diperkenalkan oleh tim Holl, dinamai "vertikal


porosity ”. Bukaan vertikal seperti spons menembus bangunan dari atas ke bawah,
memungkinkan sirkulasi diantara berbagai tingkatan secara metaforis digambarkan oleh tim
desain sebagai“dinamis besar bukaan ... paru-paru bangunan, membawa cahaya alami turun
dan bergerak udara melalui bagian” (Kotsopoulos, 2005) Selain tujuan interaksi disini holl
mencoba untuk menerapkan sustainable dalam bangunannya.

17
Gambar 3.3.5 Warna pada jendela Simmons Hall (https://www.archdaily.com/65172/simmons-hall-at-mit-steven-holl)

Simmons Hall tidak hanya berbicara tentang bentuk tetapi dari segi warna, Steve Holl ingin
mengaitkan hubungan antara ruang Interior dan Exterior melalui jendela-jendela. Steve
bereksperimen dengan cahaya yang menimbulkan efek pengalaman ruang yang berbeda-beda , Holl
ingin mempengaruhi secara psikologi . Warna dasar bangunan yaitu abu-abu yang konteks dengan
bangunan sekitar. Tetapi terdapat 5 warna utama pada jendela Simmons Hall yaitu
kuning,orange,merah,hijau,dan biru.

Warna kuning memberi arti kehangatan dan memberi rasa bahagia dan seolah ingin
menimbulkan rasa bermain. Mengandung kata optimis,semangat dan ceria. Warna oranye, warna
kombinasi merah dan kuning ,memberi kesan hangat serta merupakan simbol dari, petualangan,
optimisme, percaya diri dan kemampuan dalam bersosialisasi diri. Warna merah, warna yang
beraura kuat, memberi arti gairah dan memberi energi untuk menyerukan terlaksananya suatu
tindakan. Warna hijau identik dengan alam dan dapat memberi suasana yang santai. Warna biru
memberi efek ketenangan dan diyakini mengatasi insomnia, kecemasan, tekanan darah tinggi, dan
migrain. (Jones,2015) Warna yang dipilih sangat memenuhi kebutuhan anak muda , bangunan ini
berusaha menceritakan tentang kehidupan mahasiswa yang memiliki beragam warna yang ingin
disatukan dalam sebuah spons. Oleh karena itu spons dapat menerima orang luar yang masuk dan
singgah. Dalam warna-warna ini menarik perhatian dari segi psikologis serta kontras mengusik
pengunjung untuk datang dan singgah. Fenomenologi yang ia ingin capai suatu interaksi Interior
dan Exterior.

18
III.IV. Studi Kasus Link Hybrid Mix Used Beijing

Gambar 3.4.1 Pemandangan Linked Hybrid Mix Used Beijing (https://www.archdaily.com/34302/linked-hybrid-steven-holl-


architects/501161c728ba0d70420005ed-linked-hybrid-steven-holl-architects-photo)

Kebutuhan mendesak untuk perumahan di negara China dengan kepadatan populasi


tinggi dengan lebih dari 17,4 juta penduduk dan seluruh lingkungan rumah rendah, rumah
dengan teras di jalan-jalan dan gang-gang tua dikenal sebagai hutong, dengan keterbatasan
finansial berarti pembuat Cina atau asing untuk memulihkan atau memodernisasi teras kotak
lama.

Linked Hybrid adalah proyek Steven Holl yang menang dalam Best Tall Building 2009
dalam kategori Asia dan Australia oleh Council on Tall Buildings dan Urban Habitat,dengan
desain dan pengembangan Linked Hybrid yang kompleks, Steven Holl telah menciptakan konsep
flat baru yang baik. Dengan luas 220.000-meter persegi kompleks perumahan terdiri dari delapan
menara yang dihubungkan oleh delapan jembatan dan juga menampung berbagai layanan publik
yang terdiri dari apartemen, hotel, bioskop, taman kanak-kanak, sekolah, tempat parkir mobil
bawah tanah, zona komersial dan ruang publik. Ruang.

19
Gambar 3.4.2 Pemandangan Jembatan Linked Hybrid (https://www.archdaily.com/34302/linked-hybrid-steven-holl-
architects/5011613128ba0d70420005c5-linked-hybrid-steven-holl-architects-photo)

Ciri khas dari bangunan Linked Hybrid adalah jembatan-jembatan yang tergantung
tinggi. Holl membangun delapan menara kubus yang menghubungkan lantai tertinggi dari setiap
menara dan 1 menara berbentuk tabung (yang berisi hotel); masing-masing tingginya 20 lantai.
Menara-menara untuk apartemen memiliki tampak luar pola kisi-kisi aluminium yang serupa,
dengan jendela-jendela kotak menjorok ke dalam dan dibingkai dengan warna-warna cerah.

Gambar 3.4.3 Zoning Jembatan Linked Hybrid (https://www.dezeen.com/2008/03/06/construction-of-linked-hybrid-by-steven-holl/)

20
Beberapa jembatan dimulai dari satu lantai dan berakhir di lantai lain, Setiap jembatan
memiliki fasilitas yang digunakan bersama para penghuninya: sarana olahraga, kafe dan toko
buku. Jembatan yang paling menarik perhatian yaitu jembatan yang memiliki kolam renang.

Gambar 3.4.4 Site Plan Linked Hybrid Mix Used Building (http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1623-
linked-hybrid-steven-holl)

Linked Hybrid ini juga punya "fitur hijau" seperti efisiensi dan energi daur ulang air yang
memungkinkan penghematan penggunaan air sebesar 45%. Sistem geotermal juga mengurangi
polusi dan mereduksi emisi CO2 dibandingkan metode pemanasan dan pendinginan tradisional.

Gambar 3.4.5 Concept Building Design Linked Hybrid


(https://faculty.arch.tamu.edu/media/cms_page_media/4433/LinkedHybrid.pdf)

21
Konsep bentuk bangunan linked hybrid terinspirasi dari pelukis terkenal yaitu Henri
Matisse’s yang menggambarkan sekelompok orang yang sedang menari sambil bergandengan
tangan. Dan dimasukkan ke dalam bentuk nyata, seperti gambar dibawah (Gambar 3.4.6 Concept
Building Design Linked Hybrid.)

Gambar 3.4.6 Concept Building Design Linked Hybrid (https://faculty.arch.tamu.edu/media/cms_page_media/4433/LinkedHybrid.pdf)

Jembatan yang dirancang oleh Steven Holl yang tergantung tinggi seperti melayang di
angkasa dan dari menara ke menara lainnya serasa menaiki atau menuruni bukit seperti lintasan
tanjakan. Dan setiap jembatan memiliki berbagai fungsi dan aktivitas sehingga setiap manusia
yang melewati dapat menikmati dan merasakan setiap suasana jembatan satu ke jembatan
lainnya. Dibawah sisi jembatan juga terdapat warna yang berbeda pada setiap jembatan sehingga
memberikan gemerlap pada malam hari.

Dalam jembatan yang dirancang oleh Steven Holl yang merencanakan untuk memberi setiap
suasana berbeda yang akan dirasakan setiap penghuni. Ada berbagai fungsi yaitu sport club,
healthspa, coffee house/ bar, bookshop, entrypoint dan exhibitions.

22
Bab IV. Kesimpulan

Steve Holl dalam penerapan fenomenologi terdapat contoh kasus diatas yang ingin
menunjukan cara pandangnya yang berbeda-beda. Dalam beberapa kasus, Holl berusaha
untuk mengimplementasikan setiap rancangannya. Jika dapat diperhatikan Holl selalu
berusaha untuk menempatkan dirinya di kawasan tersebut. Akan tetapi cara ia
menempatkan dirinya berbeda-beda dengan menjadi benda yang diletakan dalam kawasan
tersebut, menjadi suatu hal yang beradaptasi dengan lingkungannya , menjadi masyarakat
yang berpenghuni disitu, atau berusaha menjadi alam.

Dalam pemaparan cara pandangnya terhadap tapak , Holl mencoba mengadopsi bentuk,
sifat, efek, perasaan, lukisan yang akhirnya dipadukan sebagai aksen gubahan massa yang
membentuk gubahan massa yang baru. Holl mencoba mengaitkan permasalahan yang ada
sebagai salah satu jawaban dari desainnya. Sehingga Holl dapat menciptakan perasaan
ruang yang bertujuan untuk mengekspresikan targetnya.

Holl lebih mengutamakan penciptaan suatu pengalaman ruang, yang bertujuan agar target
pengguna dapat merasakan apa yang Holl ingin sampaikan. Penerapan yang ingin ia
paparkan salah satunya melalui permainan cahaya alami, dengan adanya bukaan, bentuk
dinding, cahaya non alami, dan lain-lain. Sehingga dari cahaya tsb dapat menciptakan
pengalaman Ponty pernah bilang, “yang tidak terlihat dari dunia ini, yang menghuni dunia
ini, menopangnya. dan membuatnya terlihat” (Merleau-ponty, 1962). Disini Holl ingin
mengadaptasi ide sebagai hal “yang tidak terlihat” lalu bermain dengan pemetaan cahaya
sebagai “yang menghuni dunia ini” sehingga dapat menghasilkan konsep/bangunannya
sebagai perwujudan atau “membuatnya terlihat”.

23
Daftar Pustaka

Hall, S. (2002). MIT Simmons Hall. Retrieved from stevenholl:


http://www.stevenholl.com/projects/mit-simmons-hall

Mutuli, I. (2018). MIT Simmons Hall; Steven Holl’s Sea Sponge in MIT. Retrieved from
https://www.archute.com/mit-simmons-hall-steven-holls-sea-sponge-in-mit/

Holl, S. (1998).Kiasma Museum of Contemporary Art. Retrieved from stevenholl:


http://stevenholl.com/projects/kiasma-museum?

Holl, Steven, Juhani Pallasmaa, and Gómez Alberto Pérez. (2007). Questions of Perception:
Phenomenology of Architecture. San Fransisco: William K Stout Pub.

Holl, S. (2008, Juli 30). The Nelson-Atkins Museum of Art / Steven Holl Architects. Retrieved
from Archdaily:https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-
architects?ad_medium=gallery

Feiderer, Luke (2016). AD Classics: Kiasma Museum of Contemporary Art. Retrieved from
https://www.archdaily.com/784993/ad-classics-kiasma-museum-of-contemporary-art-steven-
holl-architects/

Pearce, J. (2015, November 25). Phenomenal Deconstruction: changing traditional perceptions


in architecture. Retrieved from IMR. DNA: https://imrdna.wordpress.com/2015/11/05/jeremy-
pearce/

Waters, N. (2007, Juni 9). The Nelson Atkins Museum of Art. Retrieved from issu:
https://issuu.com/nashwaters/docs/final_book_nelson-atkins_museum

Bergquist, P. R. (1998). Porifera. In O. U. Press, Invertebrate Zoology. Retrieved from


Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Porifera

Bullis, K. (2006). Large-Scale, Cheap Solar Electricity. Retrieved from


https://www.technologyreview.com/s/405975/large-scale-cheap-solar-electricity/

Holl, S. (2007). a Translation of Phenomenologycal Philosophy Into the Realm of Architecture.


1.

24
Kotsopoulos, S. D. (2005). From Design Concepts to.

Zhang, J. (2013). Steven Holl. Retrieved from Architecture Theories and Concepts:
http://www.indiana.edu/~iucdp/ZhangProject3.pdf

Jones, C. (2015). Anything but Netral. Retrieved from photography.tutplus.com

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Schema ilustrasi ide ruang dan material by Steven holl, Retrieved from:
https://goo.gl/SbYkvr

Gambar 3.1.1 Pemandangan Bloch Building, The Nelson Atkins Museum of Art. Retrieved from
https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-
architects/500ef1c028ba0d0cc7000efe-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-
image

Gambar 3.1.2 Pemandangan The Nelson Atkins Museum of Art. Retrieved from
https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-
architects/500ef1da28ba0d0cc7000f02-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-
image

Gambar 3.1.3 Pemandangan The Nelson Atkins Museum of Art. Retrieved from
https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-
architects/500ef1b428ba0d0cc7000efc-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-
image

Gambar 3.1.4 Potongan The Nelson Atkins Museum of Art. Retrieved from
https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-
architects/500ef2ca28ba0d0cc7000f2a-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-
image

Gambar 3.1.5 Pencahayaan interior The Nelson Atkins Museum of Art. Retrieved from
https://www.archdaily.com/4369/the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-
architects/500ef22628ba0d0cc7000f0c-the-nelson-atkins-museum-of-art-steven-holl-architects-
image

Gambar 3.1.6 Breathing T. Retrieved from


https://www10.aeccafe.com/blogs/arch-showcase/files/2017/03/BREATHING-T-copy.jpg

25
Gambar 3.1.7 Sirkulasi The Nelson Atkins Museum. Retrieved from
https://imrdna.files.wordpress.com/2015/11/figure-1.png

Gambar 3.2.1 Tampak Utara Kiasma Museum of Contemporary Art. Retrieved from
https://goo.gl/mrMEod
Gambar 3.2.2 Site Plan Kiasma Museum of Contemporary Art. Retrieved from
https://goo.gl/hi7fij

Gambar 3.2.3 Skylight Interior Kiasma Museum of Contemporary Art. Retrieved from
https://goo.gl/MsmySL

Gambar 3.3.1 Pemandangan Simmons Hall di Musim Salju. Retrieved from


https://www.archute.com/mit-simmons-hall-steven-holls-sea-sponge-in-mit/

Gambar 3.3.2 Konsep Spons (kiri)(https://www.archdaily.com/65172/simmons-hall-at-mit-steven-


holl/stevenholl1)

Gambar 3.3.3 Tipe Sel dalam Spons (kanan)(https://id.wikipedia.org/wiki/Porifera)

Gambar 3.3.4 Tipe Porosit dalam penerapan desain (Kotsopoulos, 2005)

Gambar 3.3.5 Warna pada jendela Simmons Hall (https://www.archdaily.com/65172/simmons-hall-


at-mit-steven-holl)

Gambar 3.4.1 Pemandangan Linked Hybrid Mix Used Beijing Retrieved from
(https://www.archdaily.com/34302/linked-hybrid-steven-holl-
architects/501161c728ba0d70420005ed-linked-hybrid-steven-holl-architects-photo)

Gambar 3.4.2 Pemandangan Jembatan Linked Hybrid Retrieved from


(https://www.archdaily.com/34302/linked-hybrid-steven-holl-
architects/5011613128ba0d70420005c5-linked-hybrid-steven-holl-architects-photo)

Gambar 3.4.3 Zoning Jembatan Linked Hybrid


(https://www.dezeen.com/2008/03/06/construction-of-linked-hybrid-by-steven-holl/)

Gambar 3.4.4 Site Plan Linked Hybrid Mix Used Building (http://web.budaya-
tionghoa.net/index.php/item/1623-linked-hybrid-steven-holl)

Gambar 3.4.5 Concept Building Design Linked Hybrid


(https://faculty.arch.tamu.edu/media/cms_page_media/4433/LinkedHybrid.pdf)
26

Anda mungkin juga menyukai