Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat, taufiq dan hidayah, sehingga laporan mengenai Penerapan
logika Eko-Sentris dalam Eko-Arsitektur dan Studi Kasus terhadap
Bangunan yang terkait ini dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini disusun dalam rangka proses pembelajaran Mata


Kuliah Eko Arsitektur. Penulis menyadari bahwa dalam proses
pembuatan laporan ini melibatkan bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dosen mata kuliah Eko Arsitektur.


2. Temanteman yang telah memberikan semangat, dukungan,
serta masukan.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
yang telah membantu sehingga Laporan ini dapat
terselesaikan.
Mengingat proses pembuatan laporan ini dirasa masih jauh dari
kesempurnaan, penulis selalu membuka diri untuk menerima kritik dan
saran. Selanjutnya, penulis mengharapkan karya yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Pekanbaru, 13 Maret 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 3
C. TUJUAN .................................................................................................................. 4
BAB II STUDI LITERATUR ................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN EKOLOGI ...................................................................................... 5
B. EKOLOGI DAN EKO-ARSITEKTUR ..................................................................... 6
C. EKO-SENTRIS ....................................................................................................... 10
D. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH DAN PERUMAHAN
DENGAN PENDEKATAN UTAMA LOGIKA EKO-SENTRIS ................................... 14
BAB III STUDI KASUS ...................................................................................................... 18
A. PERPUSTAKAAN PUSAT UI ............................................................................... 18
B. GEDUNG ACROS FUKUOKA DI KOTA FUKUOKA,JEPANG...................... 19
C. NANYANG TECHNOLOGICAL UNIVERSITY, SINGAPORE ........................ 21
D. BOSCO VERTICALE, HUTAN VERTIKAL DI MILAN, ITALIA.......................... 25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 30
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 30
B. SARAN ................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Zaman yang sudah modern seperti saat ini, banyak sekali fasilitas
yang sudah memadai. Dengan adanya kebutuhan yang serba instant,
membuat orang semakin malas untuk melakukan sesuatu secara
konvensional.

Kebutuhan papan yang sekarang menjadi kebutuhan capital bagi


setiap orang membuat bidang properti menjadi meningkat. Hal ini dapat
mempengaruhi percepatan arus urbanisasi dan dampak social yang
terjadi. Mereka yang belum memiliki tempat tinggal secara permanen,
telah membentuk lingkungan yang kumuh. Selain itu, pemanfaataan
sumber daya alam yang sudah tidak diperhitungkan lagi seberapa besar
dampak yang akan terjadi, menambah kerusakan pada alam ini.

Banyak sekali dampak yang terjadi dari pemanfaatan alam yang


tidak dimanfaatkan secara sebaik-baiknya. Akhir-akhir ini telah kita
rasakan dampak yang terjadi akibat pengaruh dari kerusakan alam ini.
Sekarang, ruang hijau menjadi semakin berkurang, dan resapan air juga
semakin berkurang sehingga menyebabkan terjadinya banjir. Dengan
adanya konsep bangunan Eko-Arsitektur ini diharapkan dapat membantu
mengurangi kerusakan alam.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan masalah
sebagai berikut:

1) Bagaimana penerapan aplikasi logika eko-sentris dalam arsitektur


ekologi ?

3
2) Bagaimana studi kasus mengenai aplikasi logika eko-sentris dalam
arsitektur ?

C. TUJUAN
Adapun tujuannya adalah:

1) Untuk mengetahui penerapan aplikasi logika eko-sentri dalam


Arsitektur Ekologi.
2) Untuk mengetahui studi kasus mengenai aplikasi logika eko-sentris
dalam arsitektur.

4
BAB II
STUDI LITERATUR

A. PENGERTIAN EKOLOGI

Ekologi biasanya dimengerti sebagai hal-hal yang saling


mempengaruhi segala jenis makhluk hidup (tumbuhan, binatang,
manusia) dan lingkungannya (cahaya, suhu, curah hujan, kelembapan,
topografi, dsb). Demikian juga proses kelahiran, kehidupan, pergantian
generasi, dan kematian yang semuanya menjadi bagian dari
pengetahuan manusia. Proses itu berlangsung terus dan dinamakan
sebagai hukum alam.

Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik


antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali
diperkenalkan oleh Haeckel, seorang ahli biologi, pada pertengahan
dasawarsa 1860-an. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang
berarti rumah, dan logos yang berarti ilmu, sehingga secara harafiah
ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup (KRISTANTO,
Ir.Philip. 2002. Ekologi Industri, Ed.I. ANDI; Yogyakarta.11).

Ekolog De Bel mengemukakan, bahwa ekologi adalah suatu study


of the total impact of man and other animals on the balance of nature.
Rumusan ekologi yang menekankan pada hubungan makhluk hidup
dikemukakan dalam buku William H. Matthews et. Al. sebagai berikut:
ecology focuses the interrelationship between living organism and their

5
environment, sedang rumusan Joseph van Vleck lebih mengetengahkan
isi dan aktivitas hubungan makhluk hidup, yaitu ecology is study of such
communities and how each species takes to meet its own needs and
contributes toward meeting the need of its neighbours. Definisi ekologi
menurut Otto Soemarwoto adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. (HARDJASOEMANTRI,
Koesnadi. Hukum Tata Lingkungan, Cet. Ke-12, Edisi ke-6. Gadjah Mada
University Press;Yogyakarta. 1996. 2)

B. EKOLOGI DAN EKO-ARSITEKTUR


Atas dasar pengetahuan dasar-dasar ekologi yang telah diuraikan,
maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik dialihkan kepada
arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan
alam dan kepentinagn manusia penghuninya. Pembangunan rumah
atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam
hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya dinamakan arsitektur
ekologis atau eko-arsitektur. (Krusche, Per et sl. Oekologisches Bauen.
Wiesbaden, Berlin 1982. Hlm.7 )

Sebenarnya, eko-arsitektur tersebut mengandung juga bagian-


bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang
memperhatikan kesehatan), arsitektur alternative, arsitektur matahari
(dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionic (teknik sipil dan
konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi
pembangunan. Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya
terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat
sebagai standar atau ukuran baku. Namun, eko-arsitektur mencakup
keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya.

1) Penyelidikan kualitas
Tujuan setiap perencanaan eko-arsitektur yang memperhatikan
cipta dan rasa adalah kenyamanan penghuni. Sayangnya,
kenyamanan tidak dapat diukur dengan alat sederhana seperti
lebar dan panjang ruang dengan meter, melainkan seperti yang
telah diuraikan tentang kualitas , penilaian kenyamanan selalu

6
sangat subjektif dan tergantung pada berbagai faktor.
Kenyamanan dalam suatu ruang tergantung secara immaterial dari
kebudayaan dan kebiasaan manusia masing-masing, dan secara
material terutama dari iklim dan kelembapan, bau dan
pencemaran udara.
2) Bentuk dan struktur bangunan
Bentuk dan struktur bangunan merupakan masalah kualitas
dalam perencanaan eko-arsitektur, walaupun terdapat beberapa
masalah kualitas yang lain yang berhubungan, terutama kualitas
bentuk yang tidak dapat diukur maupun diberi standar.
3) Pencahayaan dan warna
Pencahayaan dan warna memungkinkan pengalaman ruang
melalui mata dalam hubungannya dengan pengalaman perasaan.
Pencahayaan (penerangan alami maupun buatan) dan
pembayangan mempengaruhi orientasi di dalam ruang.
Bagian ruang yang tersinari dan yang dalam keadaan gelap
akan menentukan nilai psikis yang berhubungan dengan ruang
(misalnya dengan perabot, lukisan, dan hiasan lainnya). Cahaya
matahari memberi kesan vital dalam ruang, terutama jika cahaya
tersebut masuk dari jendela yang orientasinya ke timur.
Oleh karena pencahayaan matahari di daerah tropis
mengandung gejala sampingan dengan sinar panas, maka di
daerah tropis tersebut manusia sering menganggap ruang yang
agak gelap sebagai sejuk dan nyaman. Akan tetapi, untuk ruang
kerja ketentuan tersebut melawan kebutuhan cahaya untuk mata
manusia. Karena pencahayaan buatan dengan lampu dan
sebagainya mempengaruhi kesehatan manusia, maka dibutuhkan
pencahayaan alam yang terang tanpa kesilauan dan tanpa sinar
panas. Untuk memenuhi tuntutan yang berlawanan ini, maka
sebaiknya sinar matahari tidak diterima secara langsung, melainkan
dicerminkan/dipantulkan sinar tersebut dalam air kolam (kehilangan
panasnya) dan lewat langit-langit putih berkilap yang menghindari
penyilauan orang yang bekerja di dalam ruang.

7
Kenyamanan dan kreativitas dapat juga dipengaruhi oleh
warna seperti dapat dipelajari pada alam sekitar dengan warna
bunga. Oleh karena itu, warna adalah salah satu cara untuk
mempengaruhi ciri khas suatu ruang atau gedung. Masing-masing
warna memiliki tiga ciri khusus, yaitu sifat warna, sifat cahaya
(intensitas cahaya yang direfleksi), dan kejenuhan warna (intensitas
sifat warna). Makin jenuh dan kurang bercahayanya suatu warna
akan makin bergairah. Sebaliknya, hawa nafsu dapat diingatkan
dengan penambahan cahaya.
Pada praktek pengetahuan, warna juga dapat dimanfaatkan
untuk mengubah atau memperbaiki proporsi ruang secara visual
demi peningkatan kenyamanan. Misalnya : (Tomm, Arwed.
Oekologisch Planen und Bauen. Braunschweig 1992. Hlm.23)
Langit-langit yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan warna
yang hangat dan agak gelap
Langit-langit yang agak rendah diberi warna putih atau cerah,
yang diikuti oleh 20 cm dari dinding bagian paling atas juga diberi
warna putih, yang memberi kesan langit-langit seakan melayang
dengan suasana yang sejuk.
Warna-warna yang aktif seperti merah atau oranye pada bidang
yang luas memberi kesan memperkecil ruang.
Ruang yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek
dengan memberi kesan memperkecil ruang.
Ruang yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek
dengan memberi warna hangat pada dinding bagian muka,
sedangkan dapat berkesan panjang dengan menggunakan
warna dingin.
Dinding samping yang putih memberi kesan luas ruang tersebut.
Dinding tidak seharusnya dari lantai sampai langit-langit diberi
warna yang sama. Jikalau dinding bergaris horizontal ruang
berkesan terlindung, sedangkan yang bergaris vertical berkesan
lebih tinggi.
4) Keseimbangan dengan alam

8
Pada penentuan lokasi gedung tersebut diperhatikan fungsi
dan hubungannya dengan alam, seperti matahari, arah angina,
aliran air dibawah tanah, dan sebagainya. Setiap serangan
terhadap alam mengakibatkan suatu luka yang mengganggu
keseimbangannya. Oleh karena setiap benda memiliki hubungan
langsung dengan benda-benda lainnya, maka masuk akal apabila
setiap perubahan pada suatu titik tertentu membutuhkan
penyelesaian masalah yang harus dilakukan didalam batas
ruangan. Dengan sadar atau tidak sadar manusia telah
menghancurkan keseimbangan dengan alamnya sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Seperti
manusia dalam lingkungan ilmiah, sebenarnya menjadi spesialis
hanya dalam aspek keahliannya tetapi tetap bersatu didalam
wadah kemanusiaan. Maka pengertian keseimbangan dengan
alam mengandung kesatuan makhluk hidup (termasuk manusia)
dengan alam sekitarnya secara holistis
5) Alam dan iklim tropis
Dalam rangka persyaratan kenyamanan, masalah yang harus
diperhatikan terutama berhubungan dengan ruang dalam. Masalah
tersebut mendapat pengaruh besar dari alam dan iklim tropis di
lingkungan sekitarnya, yaitu sinar matahari dan orientasi bangunan,
angin, dan pengudaraan ruangan, suhu dan perlindungan
terhadap panas, curah hujan dan kelembapan udara.
6) Sinar matahari dan orientasi bangunan
Sinar matahari dan orientasi bangunan yang ditempatkan
tepat diantara lintasan matahari dan angin, serta bentuk denah
yang terlindung adalah titik utama dalam peningkatan mutu iklim-
mikro yang sudah ada. Dalam hal ini tidak hanya perlu diperhatikan
sinar matahari yang mengakibatkan panas saja, melainkan juga
arah angin yang memberi kesejukan. Orientasi bangunan terhadap
sinar matahari yang paling cocok dan menguntungkan terdapat
sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat

9
dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin seperti gambar
berikut.
7) Angin dan pengudaraan ruangan
Angin dan pengudaraan ruangan secara terus-menerus
mempersejuk iklim ruangan. Udara yang bergerak menghasilkan
penyegaran terbaik karena dengan penyegaran tersebut terjadi
proses penguapan yang menurunkan suhu pada kulit manusia.
Dengan demikian juga dapat digunakan angin untuk mengatur
udara didalam ruang. (Reed, Robert H. Design for Natural Ventilation
in Hot Humid Weather. Texas 1953 )

C. EKO-SENTRIS
Logika eko-sentris, muncul dari sudut pandangan tentang alam,
melalui paradigma-paradigma analisis ilmiah menekankan pada dua hal
yaitu holistik epistemologi (epistemological holism) yang mempengaruhi
ekologi dan realitas metafisika (metaphysical reality) secara menyeluruh.
Wacana ini menekankan interaksi dinamik antara yang hayati dan non
hayati sebagai sebuah komunitas dari bagian-bagian yang
interdependen. Eko-sentris mengombinasikan ilmu pengetahuan dan
ekologi dengan kerangka etis eko-sentris atau bio-ekosentris yanag
mengemukakan pertimbangan moral.

Logika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika


ekosentris ini, lingkungan secara keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri.
Etika ini menurut aliran etis ekologi tingkat tinggi yakni deep ecology,
adalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan
dilema etis ekologis. Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting
adalah tetap bertahannya semua yang hidup dan yang tidak hidup
sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia, semua
benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri (J. Sudriyanto,
1992:243)

Menurut etika ini, bumi memperluas berbagai ikatan komunitas yang


mencakup tanah, air, tumbuhan dan binatang atau secara kolektif,
bumi. Bumi mengubah perah homo sapiens dari makhluk komunitas

10
bumi, menjadi bagian susunan warga dirinya. terdapat rasa hormat
terhadap anggota yang lain dan juga terhadap komunitas alam itu
sendiri (J. Sudriyanto, 1992:2-13). Etika ekosentris bersifat holistik, lebih
bersifat mekanis atau metafisik. Terdapat lima asumsi dasar yang secara
implisit ada dalam perspektif holistik ini, J. Sudriyanto (1992:20)
menjelaskan:

1. Segala sesuatu itu saling berhubungan. Keseluruhan merupakan


bagian, sebaliknya perubahan yang terjadi adalah pada bagian
yang akan mengubah bagian yang lain dan keseluruhan. Tidak
ada bagian dalam ekosistem yang dapat diubah tanpa
mengubah dinamika perputarannya. Jika terdapat banyak
perubahan yang terjadi maka akan terjadi kehancuran ekosistem.
2. Keseluruhan lebih daripada penjumlahan banyak bagian. Hal ini
tidak dapat disamakan dengan konsep individu yang mempunyai
emosi bahwa keseluruhan sama dengan penjumlahan dari banyak
bagian. Sistem ekologi mengalami proses sinergis, merupakan
kombinasi bagian yang terpisah dan akan menghasilkan akibat
yang lebih besar daripada penjumlahan efek-efek individual.
3. Makna tergantung pada konteksnya, sebagai lawan dari
independensi konteks dari mekanisme. Setiap bagian
mendapatkan artinya dalam konteks keseluruhan.
4. Merupakan proses untuk mengetahui berbagai bagian.
5. Alam manusia dan alam non manusia adalah satu. Dalam holistik
tidak terdapat dualisme. Manusia dan alam merupakan bagian
dari sistem kosmologi organik yang sama.

Uraian di atas akan mengantarkan pada sebuah pendapat Arne


Naess, seorang filsuf Norwegia bahwa kepedulian terhadap alam
lingkungan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

Kepedulian lingkungan yang dangkal (shallow ecology)


Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan
terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan
sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat

11
antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada
filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan
mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli
lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki
pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia.
Kepedulian lingkungan yang dalam (deep ecology).

Yang dimaksud Etika ekologi dalam (deep ecology) adalah


pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya
memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang
saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan
makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa
semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu
memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak
untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa
lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan
memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas
disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang
dan tumbuhan serta alam.

Deep Ecology pertama kali diperkenalkan oleh Arne Naess,


seorang filsuf Norwegia, pada 1973, di mana prinsip moral yang
dikembangkan adalah menyangkut seluruh komunitas ekologis.
Istilah Deep Ecology sendiri digunakan untuk menjelaskan
kepedulian manusia terhadap lingkungannya. Kepedulian yang
ditujukan dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang sangat
mendalam dan mendasar, ketika dia akan melakukan suatu
tindakan.

Kesadaran ekologis yang mendalam adalah kesadaran


spiritual atau religius, karena ketika konsep tentang jiwa manusia
dimengerti sebagai pola kesadaran di mana individu merasakan
suatu rasa memiliki, dari rasa keberhubungan, kepada kosmos
sebagai suatu keseluruhan, maka jelaslah bahwa kesadaran

12
ekologis bersifat spiritual dalam esensinya yang terdalam. Oleh
karena itu pandangan baru realitas yang didasarkan pada
kesadaran ekologis yang mendalam konsisten dengan apa yang
disebut filsafat abadi yang berasal dari tradisi-tradisi spiritual, baik
spiritualitas para mistikus Kristen, Budhis atau filsafat dan kosmologis
yang mendasari tradisi-tradisi Amerika Pribumi.

Ada dua hal yang sama sekali baru dalam Deep Ecology.
Pertama, manusia dan kepentingannya bukan ukuran bagi segala
sesuatu yang lain. Deep Ecology memusatkan perhatian kepada
seluruh spesies, termasuk spesies bukan manusia. Ia juga tidak
memusatkan pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka
panjang. Maka dari itu, prinsip etis-moral yang dikembangkan
Deep Ecology menyangkut seluruh kepentingan komunitas
ekologis.

Perspektif Deep Ecology menekankan pada kepentingan


dan kelestarian lingkungan alam. Pandangan ini berdasar etika
lingkungan yang kritikal dan mendudukkan lingkungan tidak saja
sebagai objek moral, tetapi subjek moral. Sehingga harus
diperlakukan sederajat dengan manusia. Pengakuan lingkungan
sebagai moral subjek, membawa dampak penegakkan prinsip-
prinsip keadilan dalam konteks hubungan antara manusia dan
lingkungan sebagai sesama moral subjek. Termasuk di sini
isu animal rights. Deep Ecology memandang proses
pembangunan harus sejak awal melihat implikasinya terhadap
lingkungan. Karena setiap proses pembangunan akan melibatkan
perubahan dan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya alam.

Dapat disimpulkan bahwa Deep Ecology timbul karena


meningkatnya kesadaran manusia terhadap kaitan dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Kesadaran tersebut timbul karena manusia
mulai menyadari akibat dari berbagai kerusakan yang dilakukan
oleh dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Kesadaran yang
sama kemudian mendorong berkembangnya konsep

13
pembangunan berkelanjutan. Pada konsep ini manusia harus
memperhatikan daya dukung alam dalam memenuhi
kebutuhannya.

D. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH DAN PERUMAHAN


DENGAN PENDEKATAN UTAMA LOGIKA EKO-SENTRIS
Susan Maxman, 2001, menegaskan bahwa, sebenarnya eko
arsitektur atau arsitektur berwawasan lingkungan adalah bukan sebuah
resep atau menu, itu merupakan pendekatan dan sikap saja, bahkan
bukan sebuah label. Cukup menyebut arsitektur saja.

Namun di sini ingin ditekankan bagaimana perencanaan dan


perancangan rumah dan lingkungan sebagai arsitektur hunian, memang
memperhatikan ekologi.

Frick, Heinz, dan Suskiyatno, FX. Bambang, 1998, menyebutkan


bahwa eko-arsitektur adalah : Holistis, berhubungan dengan sistem
keseluruhan, sebagai suatu kesatuan, yang lebih penting dari pada
sekedar kumpulan bagian-bagian. Memanfatkan pengalaman manusia
(tradisi dalam pembangunan) dan pengalaman lingkungan alam
terhadap manusia. Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai
kenyataan tertentu yang statis. Kerja sama antara manusia dengan
alam sekitarnya demi keselamatan ke dua belah pihak.

Pada masa sekarang dalam membangun rumah, setidak-tidaknya


memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu : Sehat, ditinjau dari segi kesehatan itu
sendiri, sebuah rumah yang sehat memiliki hubungan yang baik dengan
lingkungannya yang berkaitan dengan air, udara, tanah, iklim dan panas
matahari (energi) serta flora dan fauna sekitar, sehingga memberi
kesehatan optimal pada penghuninya baik fisik maupun psikis. Cukup
kuat dan aman, ditinjau dari segi teknis teknologis, sebuah rumah harus
benar strukturnya, tahan gempa, angin, hujan dan unsur iklim lainnya,
dan tahan terhadap berbagai beban struktur yang harus dipikul.
Pemilihan bahan bangunannyapun yang relatif mudah diperoleh dan
tepat guna. Relatif terjangkau, ditinjau dari kemampuan ekonomi

14
penghunian serta keterjangkauan sosial. Cukup indah dan nyaman,
dalam arti memiliki desain yang baik, sebagai gabungan tiga syarat di
atas, yang dapat memenuhi kebutuhan inderawi, rasa dan matra lainnya
dari manusia.

Proses perencanaan dan perancangan (desain) yang berwawasan


lingkungan memperhatikan tiga tingkatan (Frick, Heinz & Suskiyatno, Fx.
Bambang, 2001) yaitu : Perencanaan yang ekologis Pembangunan
dan kesehatan manusia dan lingkungan Bahan bangunan yang sehat

Cara membangun yang menghemat energi dan bahan baku

Sumber : Frick, Heinz & Suskiyatno, Fx. Bambang, 1998,Dasar-dasar Eko-


Arsitektur, halaman 75

15
Dari segi perencanaan rumah dan lingkungan maka secara garis
besar dapat ditabulasikan seperti pada gambar berikut ini :

16
Keterkaitan bangunan dan alam lingkungannya

17
BAB III
STUDI KASUS

A. PERPUSTAKAAN PUSAT UI

Perpustakaan ini merupakan pengembangan dari perpustakaan


pusat yang dibangun pada tahun 1986-1987, yang dibangun di area
seluas 3 hektare dengan 8 lantai yang didanai oleh Pemerintah dan
Industri dengan anggaran Rp 100 Miliar yang dirancang bediri di atas
bukit buatan yang terletak di pinggir danau. Perpustakaan ini menganut
konsep (Eco Building) mulai dibangun semenjak Juni 2009. Bahwa
kebutuhan eergi menggunakan sumber energy terbarukan yaitu energy
matahari (solar energy. Dengan konsep semua kebutuhan didalam
gedung tidak diperbolehkan mengunakan plastic dalam bentuk apapun
dan bangunan ini didesain bebas asap rokok, hemat istrik, air dan kertas.
Sebagian kebutuhan energi perpustakaan ini dipasok dari pembangkit
listrik tenaga surya.

Komponen Eko-Arsitektur yang diterapkan pada bangungan


Perpustakaan Pusat UI

Penggunaan Bukit Buatan pada Atap bangunan yang berfungsi


sebagai pendingin suhu di dalam ruangan, sehingga dapat
mereduksi fungsi alat pendingin.

18
Pencahayaan Alami yang dilakukan melalui Jendela-jendela besar
diseluruh ruangan sehingga penerangan pada siang dan sore hari
memanfaatkan sinar matahari melalui solar cell.
Penggunaan sirkulasi yang maksimal melalui sistem void yang
menghubungkan antar ruang satu dengan yang lainnya seingga
ruang terkesan saling menyambung.
Untuk memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan dilengkap I
oleh Sewage Treatmen Plant yang berfungsi mengolah air kotor
menjadi air bersih sehingga air dapat dialirkan ke tanaman-
tanaman yang berada dibukit/atap bangunan.
Interior dan Eksterior bangunan terbuat dari bahan alami yaitu
bebatuan yaitu paliman palemo dan batu alam andesit karena
curah hujan yang sedang sehingga pemilihan bahan eksterior batu
paling cocok karena selain tahan air juga tidak mudah mengalami
pelapukan selain itu penggunakan batu ini tidak perlu pengecatan
ulang.

B. GEDUNG ACROS FUKUOKA DI KOTA FUKUOKA,JEPANG


Bangunan Acros Fukuoka di Kota Fukuoka di Jepang adalah sebuah
bangunan perkantoran yang menakjubkan dengan dua sisi yang sangat
berbeda: satu sisi tampak seperti bangunan kantor konvensional dengan
dinding kaca, namun di sisi lain ada atap bertingkat besar yang menyatu
dengan taman.

19
Teras taman, yang mencapai hingga sekitar 60 meter di atas tanah,
mengandung sekitar 35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies. Sebuah
atrium berbentuk setengah lingkaran besar dan lobi segitiga memberikan
kontras dengan hijau, dalam ruang ini adalah ruang simfoni, kantor dan
toko-toko.

Bangunan ini dibangun pada ruang hijau terakhir yang tersisa di


pusat kota, sehingga arsitek, Emilio Ambasz & Associates, menciptakan
desain untuk melestarikan ruang hijau sebanyak mungkin, sementara
masih pas di sebuah gedung perkantoran besar.

Selain itu, atap hijau mengurangi konsumsi energi bangunan, karena


itu membuat suhu di dalam lebih konstan dan nyaman. Atap hijau juga
menangkap limpasan air hujan, dan mendukung kehidupan serangga
dan burung.

20
Dengan desain atap yang bertingkat maka di setiap tingkatan atap
yang ada dibangun sebuah taman yang indah. Tujuannya tentu saja
untuk mengurangi panas yang ada di dalam gedung sehingga
pemakaian AC tidak terlalu besar serta juga menyaring udara kotor yang
ada di sekitar.

C. NANYANG TECHNOLOGICAL UNIVERSITY, SINGAPORE

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.


Dalam artian yang lebih luas, arsitektur juga dapat didefinisikan sebagai
wujud dari hasil penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni secara
utuh dalam menggubah suatu ruang dan lingkungan binaan, sebagai
bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia, sehingga dapat

21
menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang dari tingkat makro
sampai dengan tingkat mikro.
Pada tingkat makro, arsitektur berkaitan dengan perencanaan tata kota
(town planning),landscape planning, urban design. Sedangkan dalam
tingkat mikro, dimulai dari perencanaan interior, eksterior, taman hingga
desain produk.
Lingkungan/eko adalah kombinasi antara kondisi fisik yang
mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya,
mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di
dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah,
udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen
biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan,
manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi
Arsitektur eko sentris adalah ilmu merancang bangunan yang berkaitan
dengan perencanaan tata kota, landscape planning, urban design,
interior maupun eksterior yang memperhatikan kondisi fisik sumber daya
alam, yang meliputi air, tanah, udara, iklim, cahaya, bunyi, kelembapan,
dan mahluk hidup, seperti burung, serangga, manusia, dan hewan
lainnya.
Arsitektur lingkungan/eko sangat berkaitan erat dengan arsitektur hijau
(green architectur) karena sama - sama berhubungan dengan sumber
daya alam.
Dalam Arsitektur Lingkungan, ada beberapa aspek yang mempengaruhi,
yaitu sebagai berikut:
1. Material Organik : Material yang di maksud secara ekologi adalah
material yang ramah lingkungan, dan mudah didapat.
2. Sirkulasi Udara : Memaksimalkan sirkulasi udara secara alami dan
meminimalkan penggunaan udara buatan seperti AC, Kipas

22
Angin, Exhause, dll. Jendela serta ventilasi yang diterapkan pada
bangunan harus juga disesuaikan dengan arah angin.
3. Bentuk Masa Bangunan : Bentuk masa bangunan lebih terbuka
sehingga ada keterikatan antara lingkungan dan bangunan atau
sebaliknya.
4. Penghijauan (Vegetasi) : Penghijauan sangatlah penting, agar
kualitas lingkungan yang berkelanjutan tetap terjaga.

Salah satu contoh bangunan yang memerhatikan lingkungan dan


menerapkan konsep arsitektur ekologi-sentris (atau bisa disebut juga
arsitektur ekologi sebagai pusat perancangan) adalah NANYANG
TECHNOLOGICAL UNIVERSITY, SINGAPORE.
Singapura yang memang punya lahan terbatas memang harus
pintar untuk berpikir bagaimana bisa membangun gedung tanpa harus
merusak lingkungan, dan salah satu contohnya dilakukan oleh Nanyang
Technological University yang dibangun oleh CPG Consultants Pte Ltd,
mereka berhasil membuat sebuah gedung di area yang seharusnya
merupakan area hijau tanpa terlalu merusak area hijau yang sudah ada.

Solusinya adalah sebuah gedung ramah lingkungan dengan atap


hijau (Green Roof) yang terlihat menyatu dengan alam sekitar. Desain
bagian atapnya dibuat seperti sebuah bukit sehingga bisa berfungsi
sebagai lantai untuk berjalan ke bagian atas gedung yang punya lantai
untuk berjalan ke bagian atas gedung yang punya 5 lantai. Dan untuk
memanfaatkan sinar matahari sebagai penerangan, semua dinding
menggunakan material kaca.

23
Universitas nanyang adalah salah satu universitas kebanggan milik
singapore yang menerapkan konsep ekologi pada bangunan tersebut,
selain itu terdapat bentukan yang unik dari bangunan tersebut sehingga
semakin menarik peminat para mahasiswa dan mahasiswi, pantas saja
jika mereka tidak bosan dengan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan di kampus, kampunya saja begitu indah dan keren, berikut
analisa ekologi yang terdapat di dalam bangunan ini.

Komponen ekologi yang melekat dibangunan ini diantaranya adalah :


1. Rumput lami yang di jadikan sebagai atap bangunan
2. Kaca yang di gunakan sebagai dinging bangunan
3. paving block yang di gunakan sebagai resapan permukaan tanah
4. Pepohonan di sekitar area universitas yang dijadikan sebagai
komponen utama sirkulari udara dan kehidupan hewan serta
komunitas.

1. Rumput yang dijadikan sebagai atap pada bangunan tersebut


memiliki fungsi yang cukup menarik selain sering di gunakan sebagai
tempat pertemuan mahasiswa, atap ini juga memiliki fungsi alami yang
sangat efektif, diantaranya adalah sebagai pelindung dari cahaya
matahari yang terik, sebagai penyejuk ruangan yang ada di bawahnya,
dan sebagai penadah air hujan untuk di alirkan ke tumbuhan lain yang
ada di sekitarnya
2. Kaca yang melapisi hampir di seluruh permukaan dinding bangunan ini
tentunya memiliki sebuah fungsi tersendiri, diantaranya adalah cahaya
matahari dapat masuk ke dalam dengan maksimal, hal ini tentu dapat
mengurangi penggunaan lampu ketika siang hari dan tentu saja lebih
hemat.
3. Sepanjang jalan yang mengelilingi universitas ini lebih banyak
menggunakan paving block dan ditanami dengan rumput, hal ini
bertujuan agar ketika hujan turun, air tidak akan menggenang, dan bisa
di resap oleh rumput tersebut.

24
4. tumbuhan dan pepohonan yang rindang adalah komponen utama
yang menghiasi bangunan ini, hampir di setiap sudut penghijaua
dilakukan, ini adalah bangunan yang sangat ramah lingkungan dengan
seperti ini udara pun dapat tersaring dengan baik dan sirkulasi yang ada
di dalamnya dapat berganti dengan teratur, dan juga kehidupan-
kehidupan alam lainnya yang terjalin secara komunitas dapat hidup
secara normal.

D. BOSCO VERTICALE, HUTAN VERTIKAL DI MILAN, ITALIA.

Di Milan, Italia terdapat sebuah gedung yang nampak hijau dan


bisa disebut gedung yang paling ramah lingkungan. Bosco
Verticale dengan sebutan Hutan Vertikal tidak seperti gedung-gedung
biasanya yang hanya terlihat beton-beton saja. Gedung ini

25
sangat menarik karena dengan pepohonan yang terdapat di sekeliling
gedung.

Bosco Verticale ini bukan hanya bangunan beton tetapi


menonjolkan penghijauan di sekitar gedungnya. Terdapat dua gedung
yang berdampinan dengan memiliki ketinggian 110 meter (360 kaki) dan
76 meter (249 kaki) dan telah ditanami sekitar 900 pohon (kira-kira 550
pohon di gedung pertama dan 350 pohon di gedung kedua) dengan
area 8900 meter persegi (9600 kaki persegi).

Gedung Bosco Vertacale ini dirancang oleh Stefano Boeri,


Gianandrea Barreca dan Giovanni La Varra. Dan juga melibatkan
masukan dari ahli hortikultura dan botani. Gedung ini diresmikan pada
bulan Oktober 2014.Proyek ini dirancang sebagai bagian dari rehabilitasi
distrik bersejarah Milan antara Via De Castillia dan Confalonieri. Ini terdiri
dari dua gedung apartemen terbesar yang memiliki 26 lantai dan tinggi
110 meter (disebut Torre E) dan menara kecil memiliki 18 lantai dan 76
meter (disebut Torre D). Ini berisi 400 unit kondominium dengan kisaran
harga dari 3.000 12.000 Euro per meter persegi.

Dengan perpaduan antara penghijauan dan komplek apartemen


yang mewah sehingga memberikan manfaat bagi orang yang tinggal di
sana. Pohon-pohon menyaring cahaya selama musim panas dan
membiarkan masukan oksigen di musim dingin, bertindak sebagai
pelindung dari angin, menyerpa debu-debu halus, melepaskan oksigen
dan kelembapan.

Perbedaan utama antara Bosco Verticale dan taman kota adalah


ruang: kota yang sangat urban yang tidak memiliki lahan bebas untuk
membangun taman baru mungkin memiliki cara baru
dengan memberikan beberapa hal baik yang diperlukan alam ke
dalam lingkungan yang tercemar.

Gedung Bosco Verticale akan memanjakan mata Anda, dengan


ketinggian 110 meter dan 76 meter yang ditutupi dengan segala macam
vegetasi. Namun, apa yang terjadi di bawah permukaan adalah sama-

26
sama mengesankan. Bangunan yang didukung oleh energi terbarukan:
angin, matahari dan energi panas bumi digabungkan untuk memasok
kedua gedung dengan listrik dan panas. Gedung akan mendapatkan
turbin angin mereka sendiri dan 500 mq dari panel surya di atapnya.
Hujan dan pengolahan air keruh dikumpulkan dan digunakan kembali
untuk irigasi.

Biro arsitektur asal Milan, Boeri Studio, sebentar lagi akan


merampungkan dua "hutan vertikal" di kota asalnya. Studio yang dipimpin
oleh Stefano Boeri tersebut merupakan kombinasi apik antara
pengembangan hunian vertikal padat penduduk dan solusi penanaman
pohon di tengah kota. Proyek ini dinamakan Bosco Verticale atau Vertikal
Forest (Hutan Vertikal).

Kedua gedung pencakar langit unik tersebut berada di Isola,


sebuah daerah dengan perkembangan yang pesat di distrik Porta
Nuova. Masing-masing menara memiliki ketinggian 80 meter dan 112
meter. Keduanya baru akan dibuka untuk umum akhir tahun ini. Sebelum
masyarakat bisa merasakan tinggal di dalam "hutan vertikal", bangunan
ini sudah lebih dahulu menjadi rumah bagi 900 pohon.

Selain 900 pohon, kedua menara ini juga memiliki 5.000 semak dan
11.000 tanaman bunga. Menurut tim desain, karya mereka bisa
membantu mengurangi polusi udara di Milan. Boeri Studio menyatakan,
hutan vertikal ini adalah sebuah bentuk arsitektur biologis, artinya
bangunan ini mementingkan ekologis sebagai pusat dari bangunan dan

27
mengkesampingkan pendekatan teknologi dan mekanikal semata untuk
keberlanjutan lingkungan.

Tidak sembarang membangun dan menempelkan nilai ekologis


pada bangunan ini, Boeri Studio juga menyertakan sistem yang
memudahkan pengelola atau pemilik hunian merawat pohon-pohon di
sekitar gedung ini. Setiap lantai dan posisi apartemen pun memiliki sistem
irigasi khusus bagi tanaman-tanaman tersebut.

Dengan adanya bangunan Bosco Verticale dapat memenuhi


kebutuhan manusia untuk merasa berhubungan dengan alam, terutama
di wilayah Milan, Italia. Hutan Vertikal adalah contoh dari arsitektur
berkelanjutan dan proyek reboisasi perkotaan yang membantu untuk
regenerasi lingkungan dan keanekaragaman hayati perkotaan.

Dua menara apartemen tinggi 76 meter dan 110 mengandung 900


pohon (yang masing-masing tiga, enam atau sembilan meter) dan lebih
dari 15.000 tanaman termasuk berbagai semak dan tanaman berbunga
didistribusikan pada fasad berdasarkan paparan sinar matahari
tujuannya untuk memenuhi kriteria keberlanjutan yang ketat dan
menjamin kenyamanan maksimal kepada penghuni apartemen.

28
Vegetasi Hutan Vertikal ini berujuan sebagai pengembangan iklim
mikro, menghasilkan uap air, menyerap CO2 dan partikel debu,
menghasilkan oksigen dan meningkatkan kinerja lingkungan bangunan.

29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Logika eko-sentris, muncul dari sudut pandangan tentang alam,
melalui paradigma-paradigma analisis ilmiah menekankan pada
dua hal yaitu holistik epistemologi (epistemological holism) yang
mempengaruhi ekologi dan realitas metafisika (metaphysical
reality) secara menyeluruh.
2. Eko-sentris mengombinasikan ilmu pengetahuan dan ekologi
dengan kerangka etis eko-sentris atau bio-ekosentris yanag
mengemukakan pertimbangan moral.
3. Ada lima asumsi dasar yang secara implisit ada dalam perspektif
holistik eko-sentris, J. Sudriyanto (1992:20) yaitu :
a) Segala sesuatu itu saling berhubungan.
b) Keseluruhan lebih daripada penjumlahan banyak bagian.
c) Makna tergantung pada konteksnya, sebagai lawan dari
independensi konteks dari mekanisme.
d) Merupakan proses untuk mengetahui berbagai bagian.
e) Alam manusia dan alam non manusia adalah satu.

B. SARAN
1. Dalam pembahasan materi ini,belum dijelaskan secara detail
mengenai material yang baik digunakan pada bangunan yang
bersifat ekologis.
2. Pembahasan mengenai dampak terhadap pengunaan konsep
ekologi pada bangunan tidak dijelaskan.

30
DAFTAR PUSTAKA
http://azizghiffar.blogspot.co.id/2015/10/arsitektur-dan-lingkungan-
definisi.html

https://nazarul14.wordpress.com/2015/10/07/bangunan-green-arsitektur/

https://terasbilly.wordpress.com/2014/11/14/464/

https://en.wikipedia.org/wiki/Bosco_Verticale

http://www.greenbuildermedia.com/news/milans-vertical-forest-is-the-
worlds-most-beautiful-skyscraper

http://www.lifegate.it/persone/stile-di-vita/bosco-verticale-boeri-
grattacielo-piu-bello-2015

31

Anda mungkin juga menyukai