Bismillahirrahmanirrahim
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 3
C. TUJUAN .................................................................................................................. 4
BAB II STUDI LITERATUR ................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN EKOLOGI ...................................................................................... 5
B. EKOLOGI DAN EKO-ARSITEKTUR ..................................................................... 6
C. EKO-SENTRIS ....................................................................................................... 10
D. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH DAN PERUMAHAN
DENGAN PENDEKATAN UTAMA LOGIKA EKO-SENTRIS ................................... 14
BAB III STUDI KASUS ...................................................................................................... 18
A. PERPUSTAKAAN PUSAT UI ............................................................................... 18
B. GEDUNG ACROS FUKUOKA DI KOTA FUKUOKA,JEPANG...................... 19
C. NANYANG TECHNOLOGICAL UNIVERSITY, SINGAPORE ........................ 21
D. BOSCO VERTICALE, HUTAN VERTIKAL DI MILAN, ITALIA.......................... 25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 30
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 30
B. SARAN ................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Zaman yang sudah modern seperti saat ini, banyak sekali fasilitas
yang sudah memadai. Dengan adanya kebutuhan yang serba instant,
membuat orang semakin malas untuk melakukan sesuatu secara
konvensional.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan masalah
sebagai berikut:
3
2) Bagaimana studi kasus mengenai aplikasi logika eko-sentris dalam
arsitektur ?
C. TUJUAN
Adapun tujuannya adalah:
4
BAB II
STUDI LITERATUR
A. PENGERTIAN EKOLOGI
5
environment, sedang rumusan Joseph van Vleck lebih mengetengahkan
isi dan aktivitas hubungan makhluk hidup, yaitu ecology is study of such
communities and how each species takes to meet its own needs and
contributes toward meeting the need of its neighbours. Definisi ekologi
menurut Otto Soemarwoto adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. (HARDJASOEMANTRI,
Koesnadi. Hukum Tata Lingkungan, Cet. Ke-12, Edisi ke-6. Gadjah Mada
University Press;Yogyakarta. 1996. 2)
1) Penyelidikan kualitas
Tujuan setiap perencanaan eko-arsitektur yang memperhatikan
cipta dan rasa adalah kenyamanan penghuni. Sayangnya,
kenyamanan tidak dapat diukur dengan alat sederhana seperti
lebar dan panjang ruang dengan meter, melainkan seperti yang
telah diuraikan tentang kualitas , penilaian kenyamanan selalu
6
sangat subjektif dan tergantung pada berbagai faktor.
Kenyamanan dalam suatu ruang tergantung secara immaterial dari
kebudayaan dan kebiasaan manusia masing-masing, dan secara
material terutama dari iklim dan kelembapan, bau dan
pencemaran udara.
2) Bentuk dan struktur bangunan
Bentuk dan struktur bangunan merupakan masalah kualitas
dalam perencanaan eko-arsitektur, walaupun terdapat beberapa
masalah kualitas yang lain yang berhubungan, terutama kualitas
bentuk yang tidak dapat diukur maupun diberi standar.
3) Pencahayaan dan warna
Pencahayaan dan warna memungkinkan pengalaman ruang
melalui mata dalam hubungannya dengan pengalaman perasaan.
Pencahayaan (penerangan alami maupun buatan) dan
pembayangan mempengaruhi orientasi di dalam ruang.
Bagian ruang yang tersinari dan yang dalam keadaan gelap
akan menentukan nilai psikis yang berhubungan dengan ruang
(misalnya dengan perabot, lukisan, dan hiasan lainnya). Cahaya
matahari memberi kesan vital dalam ruang, terutama jika cahaya
tersebut masuk dari jendela yang orientasinya ke timur.
Oleh karena pencahayaan matahari di daerah tropis
mengandung gejala sampingan dengan sinar panas, maka di
daerah tropis tersebut manusia sering menganggap ruang yang
agak gelap sebagai sejuk dan nyaman. Akan tetapi, untuk ruang
kerja ketentuan tersebut melawan kebutuhan cahaya untuk mata
manusia. Karena pencahayaan buatan dengan lampu dan
sebagainya mempengaruhi kesehatan manusia, maka dibutuhkan
pencahayaan alam yang terang tanpa kesilauan dan tanpa sinar
panas. Untuk memenuhi tuntutan yang berlawanan ini, maka
sebaiknya sinar matahari tidak diterima secara langsung, melainkan
dicerminkan/dipantulkan sinar tersebut dalam air kolam (kehilangan
panasnya) dan lewat langit-langit putih berkilap yang menghindari
penyilauan orang yang bekerja di dalam ruang.
7
Kenyamanan dan kreativitas dapat juga dipengaruhi oleh
warna seperti dapat dipelajari pada alam sekitar dengan warna
bunga. Oleh karena itu, warna adalah salah satu cara untuk
mempengaruhi ciri khas suatu ruang atau gedung. Masing-masing
warna memiliki tiga ciri khusus, yaitu sifat warna, sifat cahaya
(intensitas cahaya yang direfleksi), dan kejenuhan warna (intensitas
sifat warna). Makin jenuh dan kurang bercahayanya suatu warna
akan makin bergairah. Sebaliknya, hawa nafsu dapat diingatkan
dengan penambahan cahaya.
Pada praktek pengetahuan, warna juga dapat dimanfaatkan
untuk mengubah atau memperbaiki proporsi ruang secara visual
demi peningkatan kenyamanan. Misalnya : (Tomm, Arwed.
Oekologisch Planen und Bauen. Braunschweig 1992. Hlm.23)
Langit-langit yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan warna
yang hangat dan agak gelap
Langit-langit yang agak rendah diberi warna putih atau cerah,
yang diikuti oleh 20 cm dari dinding bagian paling atas juga diberi
warna putih, yang memberi kesan langit-langit seakan melayang
dengan suasana yang sejuk.
Warna-warna yang aktif seperti merah atau oranye pada bidang
yang luas memberi kesan memperkecil ruang.
Ruang yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek
dengan memberi kesan memperkecil ruang.
Ruang yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek
dengan memberi warna hangat pada dinding bagian muka,
sedangkan dapat berkesan panjang dengan menggunakan
warna dingin.
Dinding samping yang putih memberi kesan luas ruang tersebut.
Dinding tidak seharusnya dari lantai sampai langit-langit diberi
warna yang sama. Jikalau dinding bergaris horizontal ruang
berkesan terlindung, sedangkan yang bergaris vertical berkesan
lebih tinggi.
4) Keseimbangan dengan alam
8
Pada penentuan lokasi gedung tersebut diperhatikan fungsi
dan hubungannya dengan alam, seperti matahari, arah angina,
aliran air dibawah tanah, dan sebagainya. Setiap serangan
terhadap alam mengakibatkan suatu luka yang mengganggu
keseimbangannya. Oleh karena setiap benda memiliki hubungan
langsung dengan benda-benda lainnya, maka masuk akal apabila
setiap perubahan pada suatu titik tertentu membutuhkan
penyelesaian masalah yang harus dilakukan didalam batas
ruangan. Dengan sadar atau tidak sadar manusia telah
menghancurkan keseimbangan dengan alamnya sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Seperti
manusia dalam lingkungan ilmiah, sebenarnya menjadi spesialis
hanya dalam aspek keahliannya tetapi tetap bersatu didalam
wadah kemanusiaan. Maka pengertian keseimbangan dengan
alam mengandung kesatuan makhluk hidup (termasuk manusia)
dengan alam sekitarnya secara holistis
5) Alam dan iklim tropis
Dalam rangka persyaratan kenyamanan, masalah yang harus
diperhatikan terutama berhubungan dengan ruang dalam. Masalah
tersebut mendapat pengaruh besar dari alam dan iklim tropis di
lingkungan sekitarnya, yaitu sinar matahari dan orientasi bangunan,
angin, dan pengudaraan ruangan, suhu dan perlindungan
terhadap panas, curah hujan dan kelembapan udara.
6) Sinar matahari dan orientasi bangunan
Sinar matahari dan orientasi bangunan yang ditempatkan
tepat diantara lintasan matahari dan angin, serta bentuk denah
yang terlindung adalah titik utama dalam peningkatan mutu iklim-
mikro yang sudah ada. Dalam hal ini tidak hanya perlu diperhatikan
sinar matahari yang mengakibatkan panas saja, melainkan juga
arah angin yang memberi kesejukan. Orientasi bangunan terhadap
sinar matahari yang paling cocok dan menguntungkan terdapat
sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat
9
dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin seperti gambar
berikut.
7) Angin dan pengudaraan ruangan
Angin dan pengudaraan ruangan secara terus-menerus
mempersejuk iklim ruangan. Udara yang bergerak menghasilkan
penyegaran terbaik karena dengan penyegaran tersebut terjadi
proses penguapan yang menurunkan suhu pada kulit manusia.
Dengan demikian juga dapat digunakan angin untuk mengatur
udara didalam ruang. (Reed, Robert H. Design for Natural Ventilation
in Hot Humid Weather. Texas 1953 )
C. EKO-SENTRIS
Logika eko-sentris, muncul dari sudut pandangan tentang alam,
melalui paradigma-paradigma analisis ilmiah menekankan pada dua hal
yaitu holistik epistemologi (epistemological holism) yang mempengaruhi
ekologi dan realitas metafisika (metaphysical reality) secara menyeluruh.
Wacana ini menekankan interaksi dinamik antara yang hayati dan non
hayati sebagai sebuah komunitas dari bagian-bagian yang
interdependen. Eko-sentris mengombinasikan ilmu pengetahuan dan
ekologi dengan kerangka etis eko-sentris atau bio-ekosentris yanag
mengemukakan pertimbangan moral.
10
bumi, menjadi bagian susunan warga dirinya. terdapat rasa hormat
terhadap anggota yang lain dan juga terhadap komunitas alam itu
sendiri (J. Sudriyanto, 1992:2-13). Etika ekosentris bersifat holistik, lebih
bersifat mekanis atau metafisik. Terdapat lima asumsi dasar yang secara
implisit ada dalam perspektif holistik ini, J. Sudriyanto (1992:20)
menjelaskan:
11
antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada
filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan
mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli
lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki
pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia.
Kepedulian lingkungan yang dalam (deep ecology).
12
ekologis bersifat spiritual dalam esensinya yang terdalam. Oleh
karena itu pandangan baru realitas yang didasarkan pada
kesadaran ekologis yang mendalam konsisten dengan apa yang
disebut filsafat abadi yang berasal dari tradisi-tradisi spiritual, baik
spiritualitas para mistikus Kristen, Budhis atau filsafat dan kosmologis
yang mendasari tradisi-tradisi Amerika Pribumi.
Ada dua hal yang sama sekali baru dalam Deep Ecology.
Pertama, manusia dan kepentingannya bukan ukuran bagi segala
sesuatu yang lain. Deep Ecology memusatkan perhatian kepada
seluruh spesies, termasuk spesies bukan manusia. Ia juga tidak
memusatkan pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka
panjang. Maka dari itu, prinsip etis-moral yang dikembangkan
Deep Ecology menyangkut seluruh kepentingan komunitas
ekologis.
13
pembangunan berkelanjutan. Pada konsep ini manusia harus
memperhatikan daya dukung alam dalam memenuhi
kebutuhannya.
14
penghunian serta keterjangkauan sosial. Cukup indah dan nyaman,
dalam arti memiliki desain yang baik, sebagai gabungan tiga syarat di
atas, yang dapat memenuhi kebutuhan inderawi, rasa dan matra lainnya
dari manusia.
15
Dari segi perencanaan rumah dan lingkungan maka secara garis
besar dapat ditabulasikan seperti pada gambar berikut ini :
16
Keterkaitan bangunan dan alam lingkungannya
17
BAB III
STUDI KASUS
A. PERPUSTAKAAN PUSAT UI
18
Pencahayaan Alami yang dilakukan melalui Jendela-jendela besar
diseluruh ruangan sehingga penerangan pada siang dan sore hari
memanfaatkan sinar matahari melalui solar cell.
Penggunaan sirkulasi yang maksimal melalui sistem void yang
menghubungkan antar ruang satu dengan yang lainnya seingga
ruang terkesan saling menyambung.
Untuk memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan dilengkap I
oleh Sewage Treatmen Plant yang berfungsi mengolah air kotor
menjadi air bersih sehingga air dapat dialirkan ke tanaman-
tanaman yang berada dibukit/atap bangunan.
Interior dan Eksterior bangunan terbuat dari bahan alami yaitu
bebatuan yaitu paliman palemo dan batu alam andesit karena
curah hujan yang sedang sehingga pemilihan bahan eksterior batu
paling cocok karena selain tahan air juga tidak mudah mengalami
pelapukan selain itu penggunakan batu ini tidak perlu pengecatan
ulang.
19
Teras taman, yang mencapai hingga sekitar 60 meter di atas tanah,
mengandung sekitar 35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies. Sebuah
atrium berbentuk setengah lingkaran besar dan lobi segitiga memberikan
kontras dengan hijau, dalam ruang ini adalah ruang simfoni, kantor dan
toko-toko.
20
Dengan desain atap yang bertingkat maka di setiap tingkatan atap
yang ada dibangun sebuah taman yang indah. Tujuannya tentu saja
untuk mengurangi panas yang ada di dalam gedung sehingga
pemakaian AC tidak terlalu besar serta juga menyaring udara kotor yang
ada di sekitar.
21
menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang dari tingkat makro
sampai dengan tingkat mikro.
Pada tingkat makro, arsitektur berkaitan dengan perencanaan tata kota
(town planning),landscape planning, urban design. Sedangkan dalam
tingkat mikro, dimulai dari perencanaan interior, eksterior, taman hingga
desain produk.
Lingkungan/eko adalah kombinasi antara kondisi fisik yang
mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya,
mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di
dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah,
udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen
biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan,
manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi
Arsitektur eko sentris adalah ilmu merancang bangunan yang berkaitan
dengan perencanaan tata kota, landscape planning, urban design,
interior maupun eksterior yang memperhatikan kondisi fisik sumber daya
alam, yang meliputi air, tanah, udara, iklim, cahaya, bunyi, kelembapan,
dan mahluk hidup, seperti burung, serangga, manusia, dan hewan
lainnya.
Arsitektur lingkungan/eko sangat berkaitan erat dengan arsitektur hijau
(green architectur) karena sama - sama berhubungan dengan sumber
daya alam.
Dalam Arsitektur Lingkungan, ada beberapa aspek yang mempengaruhi,
yaitu sebagai berikut:
1. Material Organik : Material yang di maksud secara ekologi adalah
material yang ramah lingkungan, dan mudah didapat.
2. Sirkulasi Udara : Memaksimalkan sirkulasi udara secara alami dan
meminimalkan penggunaan udara buatan seperti AC, Kipas
22
Angin, Exhause, dll. Jendela serta ventilasi yang diterapkan pada
bangunan harus juga disesuaikan dengan arah angin.
3. Bentuk Masa Bangunan : Bentuk masa bangunan lebih terbuka
sehingga ada keterikatan antara lingkungan dan bangunan atau
sebaliknya.
4. Penghijauan (Vegetasi) : Penghijauan sangatlah penting, agar
kualitas lingkungan yang berkelanjutan tetap terjaga.
23
Universitas nanyang adalah salah satu universitas kebanggan milik
singapore yang menerapkan konsep ekologi pada bangunan tersebut,
selain itu terdapat bentukan yang unik dari bangunan tersebut sehingga
semakin menarik peminat para mahasiswa dan mahasiswi, pantas saja
jika mereka tidak bosan dengan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan di kampus, kampunya saja begitu indah dan keren, berikut
analisa ekologi yang terdapat di dalam bangunan ini.
24
4. tumbuhan dan pepohonan yang rindang adalah komponen utama
yang menghiasi bangunan ini, hampir di setiap sudut penghijaua
dilakukan, ini adalah bangunan yang sangat ramah lingkungan dengan
seperti ini udara pun dapat tersaring dengan baik dan sirkulasi yang ada
di dalamnya dapat berganti dengan teratur, dan juga kehidupan-
kehidupan alam lainnya yang terjalin secara komunitas dapat hidup
secara normal.
25
sangat menarik karena dengan pepohonan yang terdapat di sekeliling
gedung.
26
sama mengesankan. Bangunan yang didukung oleh energi terbarukan:
angin, matahari dan energi panas bumi digabungkan untuk memasok
kedua gedung dengan listrik dan panas. Gedung akan mendapatkan
turbin angin mereka sendiri dan 500 mq dari panel surya di atapnya.
Hujan dan pengolahan air keruh dikumpulkan dan digunakan kembali
untuk irigasi.
Selain 900 pohon, kedua menara ini juga memiliki 5.000 semak dan
11.000 tanaman bunga. Menurut tim desain, karya mereka bisa
membantu mengurangi polusi udara di Milan. Boeri Studio menyatakan,
hutan vertikal ini adalah sebuah bentuk arsitektur biologis, artinya
bangunan ini mementingkan ekologis sebagai pusat dari bangunan dan
27
mengkesampingkan pendekatan teknologi dan mekanikal semata untuk
keberlanjutan lingkungan.
28
Vegetasi Hutan Vertikal ini berujuan sebagai pengembangan iklim
mikro, menghasilkan uap air, menyerap CO2 dan partikel debu,
menghasilkan oksigen dan meningkatkan kinerja lingkungan bangunan.
29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Logika eko-sentris, muncul dari sudut pandangan tentang alam,
melalui paradigma-paradigma analisis ilmiah menekankan pada
dua hal yaitu holistik epistemologi (epistemological holism) yang
mempengaruhi ekologi dan realitas metafisika (metaphysical
reality) secara menyeluruh.
2. Eko-sentris mengombinasikan ilmu pengetahuan dan ekologi
dengan kerangka etis eko-sentris atau bio-ekosentris yanag
mengemukakan pertimbangan moral.
3. Ada lima asumsi dasar yang secara implisit ada dalam perspektif
holistik eko-sentris, J. Sudriyanto (1992:20) yaitu :
a) Segala sesuatu itu saling berhubungan.
b) Keseluruhan lebih daripada penjumlahan banyak bagian.
c) Makna tergantung pada konteksnya, sebagai lawan dari
independensi konteks dari mekanisme.
d) Merupakan proses untuk mengetahui berbagai bagian.
e) Alam manusia dan alam non manusia adalah satu.
B. SARAN
1. Dalam pembahasan materi ini,belum dijelaskan secara detail
mengenai material yang baik digunakan pada bangunan yang
bersifat ekologis.
2. Pembahasan mengenai dampak terhadap pengunaan konsep
ekologi pada bangunan tidak dijelaskan.
30
DAFTAR PUSTAKA
http://azizghiffar.blogspot.co.id/2015/10/arsitektur-dan-lingkungan-
definisi.html
https://nazarul14.wordpress.com/2015/10/07/bangunan-green-arsitektur/
https://terasbilly.wordpress.com/2014/11/14/464/
https://en.wikipedia.org/wiki/Bosco_Verticale
http://www.greenbuildermedia.com/news/milans-vertical-forest-is-the-
worlds-most-beautiful-skyscraper
http://www.lifegate.it/persone/stile-di-vita/bosco-verticale-boeri-
grattacielo-piu-bello-2015
31