DOSEN :
KELAS : B
ANGGOTA KELOMPOK :
JURUSAN ARSITEKTUR
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
bimbinganNya, penulisan makalah bejudul “ PARADIGMA DESAIN EKOLOGI ARSITEKTUR”
ini dapat terselesaikan.
Makalah ini ditulis berdasarkan beberapa sumber informasi guna memenuhi tugas Mata
Kuliah Eko Arsitektur serta untuk menambah wawasan penulis dan pembaca makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, banyak mendapat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam proses penulisan makalah ini. Isi dari makalah ini masih
terbatas. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima kritik dan saran yang membangun
dari pihak yang membaca demi penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar.....................................................................................................................2
Daftar isi..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep Ekologi Arsitektur merupakan paduan antara ilmu lingkungan dan ilmu arsitektur
yang berorientasi pada model pembangunan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan
alam dan lingkungan buatan. Dewasa ini, teori konsep Ekologi Arsitektur mulai bermunculan,
sehingga perencana dan perancang semakin mempunyai wawasan yang luas dalam pemahaman konsep
Ekologi Arsitektur. Konsep Ekologi Arsitektur atau yang sering disingkat dengan Eko-
Arsitektur semakin popular tidak hanya di akademisi, akan tetapi juga menjangkau hingga
kalangan praktisi. Bahkan dalam arsitektur publik, banyak peluang dan prospek yang
ditawarkan berangkat dari prinsip desain yang ekologis, sayembara desain, properti perumahan
berkonsep alam atau bentuk kegiatan lain yang mengapresiasi keberadaan lingkungan dan
alam. Namun demikian, ada beberapa hal yang kurang tepat dalam pemahaman konsep Eko-Arsitektur ini
sehingga sering rancu dengan beberapa konsep senada yang sangat mirip diantaranya
Arsitektur Hijau (Green Architecture), Arsitektur Bioklimatik ( Bioclimatic Architecture),
arsitektur hemat energy ,dan beberapa istilah lainnya mempunyai satu pandangan. Di sisi lain, dari
sudut pandang akademis, sering terjadi perdebatan panjang apakah Ekologi Arsitektur,
Arsitektur Hijau, Arsitektur Bioklimatik, Arsitektur Hemat Energi dan Arsitektur Berkelanjutan
adalah sebuah metode perancangan yang mempunyai pijakan sama atau memang ada perbedaan
yang mendasar. Paradigma membangun berlandaskan konsep Ekologi Arsitektur merupakan muara
dari berbagai aliran perancangan arsitektur.
4
1.3TUJUAN :
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kenneth Yeang merupakan salah satu tokoh arsitektur Asia yang dikenal sangat memperhatikan
konsep ekologis dan menghasilkan beberapa karya rancangan arsitektur yang popular. Dalam
setiap desain yang dirancang didominasi dengan metode perancangan berbasis
manajemen lingkungan yang teliti dan cermat. Desain mode (Ken Yeang, 1999) yang
dikembangkan sebagai dasar pertimbangan konseptual meliputi:
1. Tata lingkungan bangunan luar dalam bentuk lansekap alami.
2. Pengolahan konfigurasi bangunan
3. Pemanfaatan potensi iklim dalam bangunan
4. Penggunaan teknologi tepat guna dan efisien
5. Pertimbangan sosial budaya penghuni bangunan
Beberapa dasar pertimbangan tersebut dikembangkan dalam metode perancangan yang berkonsep
Ekologi Arsitektur. Metode yang dilakukan sangat aplikatif dan variatif sehingga karya
rancangan menjadi tidak monoton walaupun pada dasarnya menggunakan konsep yang sama.
2. Heinz Frick dan Tri Hesti Mulyani (2006) menyatakan bahwa kota-kota di Indonesia mengalami
kemerosotan kualitas kehidupan dalam tata ruang kota yang tidak direncanakan dengan matang.
Ruang kota yang sebenarnya tidak hanya mempunyai ruang tunggal ( single-minded space)
yang memfasilitasi fungsi tunggal pada suatu kawasan di wilayah kota, akan tetapi memerlukan
ruang beraneka ragam (open-minded space) yang menjaga kelestarian lingkungan dengan
menghadirkan fungsi sekunder yang mendukung fungsi primer, Misalnya untuk
merencanakan pedestrian, tidak semata-mata membuat jalur akses sirkulasi, namun juga
menghadirkan peneduh, ruang duduk untuk beristirahat, maupun furniture street yang lain
agar fungsi pedestrian menjadi optimal. Perencanaan dengan mengoptimalkan potensi alam
lingkungan sebagai pendukung faktor kenyamanan fisik ternyata juga berpengaruh
terhadap kualitas ruang hidup manusia baik secara fisik maupun non fisik. Tujuan dari metode
6
perencanaan tersebut tidak hanya untuk menjaga kualitas lingkungan namun sebenarnya
diharapkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Secara singkat dinyatakan bahwa
berkonsep Eko-Arsitektur merupakan konsep membangun holistik , memperhatikan unsur-
unsur terkait yakni manusia, bangunan dan lingkungan dengan pertimbangan
pemanfaatan untuk masa sekarang dan yang akan dating
3. Ulla Myhr, Rolf Johannson ( 2008 ) merumuskan keterkaitan dampak yang disebabkan
oleh adanya pembangunan terhadap lingkungan, bahwa dampak berpengaruh tidak
hanya secara fisik dalam lingkungan, namu juga mempengaruhi lingkungan dalam
bangunan baik internal dan eksternal. Dampak yang perlu mendapat perhatian adalah
dampak jangka panjang, yang akan meneruskan kualitas lingkungan secara berangsur-
angsur.
4. Ceridwen Owen dan Kim Dovey (2008) menggunakan kerangka teori sosiologi Bourdieu,
makalah ini membahas 'lapangan' arsitektur melalui mata arsitek terlibat dalam upaya untuk
arsitektur berkelanjutan. Praktek arsitektur berkelanjutan sering digambarkan sebagai salah
satu usaha untuk melayani dua majikan dalam bidang seni dan ilmu masing-masing. Dalam
istilah Bourdieu, ini tumpang tindih lahan tempat praktek arsitektur berkelanjutan seperti
bermain dua pertandingan pada bidang yang sama. Untuk memainkannya secara efektif
memerlukan kepekaan rasa dalam menentukan kedua permainan yang terintegrasi secara ideal
adalah untuk mencetak dua gol secara bersamaan. Namun, keinginan untuk integrasi tidak
mudah menyadari dan bagian dari perjuangan yang lebih dari definisi arsitektur dan
keberlanjutan. Elit hijau waspada terhadap kooptasi, namun apabila mereka memainkan
permainan estetika, mereka akan dikeluarkan dari lapangan. Para elit seni, meskipun
gelisah tetap dihadapkan pada kesadaran bahwa jika permainan tidak berubah
menjad‘hijau’ maka lapangan akan berubah menjadi ‘cokelat’. Makalah ini menyimpulkan
bahwa interaksi terus-menerus antara integrasi dan pemisahan merupakan kondisi di bidang
praktik arsitektur, sementara itu, wilayah paling produktif untuk rekonsiliasi terletak
pada posisi keberlanjutan dan arsitektur sebagai praktek sosial (komersiil). Secara
singkat dirumuskan bahwa banyak konsep Ekologi Arsitektur yang tidak mengakar dari tujuan
untuk melestarikan alam, namun yang terjadi adalah semata-mata pembangunan yang mengeksploitasi
alam untuk menjunjung nilai-nilai estetika (seni).
7
5. Mohammad Taleghani, Hamid R. Ansari dan Philip Jennings (2010) menyatakan bahwa
k eberlanjutan merupakan isu penting bagi zaman kita dan arsitektur memiliki peran penting
dalam pembangunan berkelanjutan. Bangunan bertanggung jawab untuk sekitar 40% dari
konsumsi energi dunia tahunan. Selain itu, selama dekade terakhir, beberapa pendekatan
baru telah muncul untuk penggabungan keberlanjutan dan energi terbarukan ke dalam
pendidikan arsitektur. Salah satu cara untuk mengurangi konsumsi energi bangunan
adalah untuk mendidik arsitek dalam desain bangunan yang didukung oleh bentuk-bentuk
energi terbarukan untuk pemanasan, pendinginan pencahayaan, dan ventilasi.
Perbandingan pendidikan arsitektur berkelanjutan di negara-negara ekonomi maju dengan
yang di negara yang berkembang menyediakan beberapa wawasan tentang bagaimana untuk
memodernisasi kurikulum arsitektur untuk memfasilitasi proses pembangunan
berkelanjutan. Pemahaman konsep Ekologi Arsitektur dibangun dari aspek pendidikan.
6. Lebih jauh, dalam penelitian Aplimon Jerobisonif (2011) berpendapat bahwa metode dan
aplikasi desain ekologis yang dilakukan Ken Yeang dalam perkembangan karya-karya
arsitekturnya disimpulkan bahwa dalam konteks desain ekologis ada dua konsep utama
yang digunakan yaitu pendekatan desain bioclimatic yang dimanfaatkan sebagai aspek
physical integration dengan passive dan low energy system yang memperhatikan faktor
kenyamanan penghuni. Selain itu, pertimbangan desain diperhatikan melalui pendekatan
desain ecomimicry yang merupakan wujud systemic dan temporal integration dengan tujuan
mendapatkan desain yang ekologis didalam seluruh daur hidup bangunan. Konsep desain
ekologis kemudian dijabarkan dalam prinsip utama yaitu meminimalkan jumlah sampah yang
akan menimbulkan masalah-masalah lingkungan, baik sampah pembangunan maupun dalam
operasionalnya; melakukan sistem desain yang alami; memahami faktor-faktor ekologis
yang dapat diolah dan dipertahankan pada keberlanjutan tapak; mempertimbangkan
perancangan yang hemat energi dalam jangka panjang; membangun hubungan yang
harmonis dengan lingkungan alam. Selanjutnya diterapkan dalam aplikasi desain ekologis
Ken Yeang dengan beberapa fitur yang dikelompokkan menjadi:
1. Orientasi dan konfigurasi bangunan,
2. Landscape dan Penanaman,
3. Desain Fasad Bangunan, dan
4. Material dan Komponen Ekologis.
8
Pengolahan desain ini apabila secara cermat diperhatikan, ada tujuan bahwa konsep Ekologi
Arsitektur berpegang pada perancangan sistem dalam bangunan yang tidak berdampak atau
berdampak kecil ketika diletakkan pada lingkungan alam.
7. Sri Yuliani (2011) dalam Jurnal Region, menyebutkan bahwa pendekatan perancangan yang
efisien dan berwawasan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hunian masyarakat adalah dengan
menggunakan metode perancangan berbasis Ekologi Arsitektur. Pada tulisan yang lain The
12th International Conference on Sustainable Environment and Architecture
(SENVAR) 2011 melalui makalahnya The Application of Ecological Concepts on The Flats’
Roof in Humid Tropical Region, menyimpulkan bahwa prinsip penerapan konsep Ekologi
Arsitektur pada penggunaan atap hijau sangat optimal untuk menyediakan kenyamanan
thermal pada rumah susun. Selain itu sistem yang dibangun dalam ekosistem bangunan rumah
susun tersebut mempunyai potensi meningkatkan aktifitas produktif penghuni dan dapat
membentuk lingkungan yang lebih segar dan sehat. Hal ini dapat dikembangkan tidak hanya
berhenti di obyek rumah susun, namun dapat diaplikasi pada bangunan bertingkat
lainnya, seperti rumah took (ruko), mall tempat perbelanjaan atau bangunan bertingkat
yang lain milik pemerintah maupun swasta. Dijelaskan bahwa faktor alam dapat
dimanfaatkan untuk menyediakan kualitas lingkungan bagi kehidupan manusia. Bangunan,
sekalipun merupakan benda mati, sebaiknya mempunyai korelasi dengan lingkungan alamnya.
8. Simon Guy (2011) menemukan kajian tentang perdebatan arsitektur berkelanjutan terhadap
pemetaan praktek dan penerapan logika desain alternatif menunjukkan persaingan untuk
mengangkat nilai-nilai lingkungan dengan mempertahankannya secara alami atau melalui
membentuk profil technonatural pembangunan . Disini secara tegas ditemukan, bahwa praktek
merencana dan merancang masih banyak yang mengedepankan unsure teknologi dalam estetika yang
mengabaikan lingkungan alam. Beberapa desain yang terbentuk semata-mata hanya memposisikan alam
sebagai komponen penunjang. Untuk lebih memahami heterogenitas arsitektur
berkelanjutan bagaimanapun juga kita harus menjelaskan beberapa cara mengatasi
masalah lingkungan dengan cara diidentifikasi, didefinisikan, diterjemahkan, dihargai dan
kemudian diwujudkan dalam bentuk lingkungan binaan melalui desain beragam dan jalur
pembangunan yang berkelanjutan.
9. Stuart Wilson and Gavin Scott (2011) manusia selama ini masih dapat hidup di
lingkungan normal yang kadang tidak sedap dipandang, tidak sehat atau bahkan
9
mengkhawatirkan, walaupun dalam batin tidak cocok, namun karena keadaan yang
mengharuskan, maka tetap menerima dan melakukan upaya bertahan. Sebagai contoh,
manusia tetap merasa ‘nyaman’ tinggal di bantaran sungai yang sering banjir, atau di
pinggiran jalan kereta api meski dari faktor kenyamanan dan keamanan tidak layak huni.
Tapi mereka tetap mendirikan hunian dengan membayar harga yang tidak murah, yang
mungkin tidak dapat mengevaluasinya secara memadai. Pembangunan yang tidak
memanusiawikan manusia ini tentunya tidak akan berkelanjutan, kualitas lingkungan
semakin menurun dan manusiapun semakin tidak dapat bersahabat dengan alam. Faktor
utama dalam temuan Stuart Wilson dan Gavin Scott, adalah manusia dengan segala peran dan
aktifitasnya menjadi penentu keseimbangan ekologis. Dengan kata lain, ketika pembangunan
berkelanjutan menjadi tujuan konsep Ekologi Arsitektur, manusia menjadi faktor utama
baik budaya, sosial dan ekonomi.
10. Maibritt Pedersen Zari (2011) mengemukakan bahwa penggabungan pemahaman yang
menyeluruh tentang biologi dan ekologi ke dalam desain arsitektur akan signifikan dalam
penciptaan lingkungan yang dibangun yang memberikan kontribusi untuk kesehatan
masyarakat manusia, sekaligus meningkatkan integrasi positif dengan siklus karbon
alami. Maibritt Pedersen Zari (2012) menegaskan 'netral' terhadap lingkungan dalam hal
penggunaan energi, emisi karbon, pembangkit limbah atau penggunaan air adalah target layak
tetapi sulit dalam desain arsitektur dan perkotaan. Namun, lingkungan binaan mungkin
perlu melampaui upaya hanya untuk membatasi hasil lingkungan negatif dan bukan
bertujuan untuk keuntungan bersih lingkungan yang positif. Ini berarti bahwa lingkungan
dibangun perlu memberikan kontribusi lebih dari mengkonsumsi sekaligus remediating
kerusakan lingkungan masa lalu dan saat ini. Pembangunan tersebut bisa disebut 'regeneratif'.
Potensi untuk memahami dan kemudian meniru jasa ekosistem dieksplorasi untuk menetapkan
tujuan untuk pengembangan regeneratif, merancang mereka dan mengukur keberhasilan atau
kegagalan karena mereka berevolusi dari waktu ke waktu. Poin memanfaatkan kunci diidentifikasi di
mana sistem dari lingkungan yang dibangun dapat diubah untuk bergerak ke arah
lingkungan perkotaan regeneratif. Menganalisis lingkungan perkotaan dibangun dari
perspektif bagaimana fungsi ekosistem bisa menjadi langkah penting menuju penciptaan
lingkungan binaan di mana integrasi positif dengan, dan pemulihan, ekosistem lokal
dapat terwujud.
10
2.2 PEMBANGUNAN BERKONSEP EKO ARSITEKTUR
11
BAB II
PENUTUP
12
3.1. KESIMPULAN
Konsep Ekologi Arsitektur adalah konsep membangun yang memperhatikan keseimbangan lingkungan
alam dan buatan dengan unsur utama manusia, bangunan dan lingkungan. Manusia sebagai pelaku dan
pengguna mempunyai keragaman sosial budaya untuk mengolah bangunan dan lingkungan
secara harmonis. Perancangan berkonsep Ekologi Arsitektur merupakan perencanaan yang bertujuan
mendesain sistem yang mampu menjaga simbiosis lingkungan dalam bangunan atau kawasan
sehingga tidak membebani siklus alam.
DAFTAR PUSTAKA
13
https://arsitekturdanlingkungan.blogspot.com/2012/10/green-arsitektur.html
https://text-id.123dok.com/document/dzx9ov4dz-eco-friendly-tower-design-in-singapore-the-
interlace-residential-building.html
https://www.academia.edu/7257308/paradigma_ekologi_arsitektur_sebagai_metode_perancang
an_dalam_pembangunan_berkelanjutan_di_indonesia
https://iwansbasri.blogspot.com/2010/03/ekologi-etika-lingkungan-dan.html
14