Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PASSIVE DESIGN DALAM MEWUJUDKAN

KENYAMANAN THERMAL PADA UNIT VILLA DAUN LEBAR

PAYANGAN

Mata Kuliah :

EKOLOGI ARSITEKTUR

Disusun oleh :

I Made Yoga Pradnyana (1605522027)

Dewa Alit Bagiada (1605522028)

I Gede Kristiadi Putra (1605522030)

Putu Airlangga Bonanza Jusur (1605525091)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

2018
ABSTRAK

Pada daerah tropis mempinyai suhu udara dan tingkat kelembaban yang

tinggi (T>28°C, RH >70%) yang mana merupakan suatu kendala untuk

mendapatkan kenyamanan, namun hal ini dapat diatasi dengan menciptakan aliran

udara di dalam ruangan dengan kecepatan yang cukup tinggi. Sirkulasi udara di

dalam ruangan tidak hanya ditentukan oleh kecepatan udara exterior tetapi juga oleh

penempatan element passive design. Suatu bangunan berventilasi alamiah dalam

tercapainya situasi nyaman. Beberapa alternative design arsitektur seperti

keberadaan balkon dan penataan tata ruang interior. Pada tudy ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh dari passive design.

Kata kunci : Passive desain, kenyamanan thermal, design arsitektur

,kecepatan udara di dalam ruangan.


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu, Puja dan puji syukur panjatkan ke hadirat Tuhan Yang

Maha Esa, karena atas rahmat-nyalah kami dapat menyelesaikan laporan observasi

ini. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah memberikan kami

nasihat serta terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi arsitektur

Ibu Ni Made Swanendri, ST., MT. Jika tidak karena bimbingan beliau makalah ini

tidak akan berjalan dengan lancar dan hingga kami dapat membuat makalah ini

dengan baik. Kami berharap agar laporan observasi ini dapat berguna dengan baik,

bagi semua pihak yang terkait dan para pembacanya. Namun dari segala aspek yang

terdapat dalam laporan observasi ini tidak luput dari segala kekurangannya, besar

harapan kami untuk mengharapkan kritik dan saran dari ibu dan pembaca yang

dapat menjadi koreksi kami dalam memperbaiki penulisan dan penyusunan karya

tulis ilmiah selanjutnya.

Om Santih, Santih, Santih Om

Tim Penyusun

Denpasar, 12 Desember 2018


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia berada dalam garis katulistiwa atau tropis jika dilihat secara

geografis, namun secara termis (suhu) tidak semua wilayah Indonesia merupakan

daerah tropis. Daerah tropis menurut pengukuran suhu adalah daerah tropis dengan

suhu rata-rata 20º C, sedangkan rata-rata suhu di wilayah Indonesia umumnya dapat

mencapai 35º C dengan tingkat kelembaban yang tinggi, dapat mencapai 85%

(iklim tropis panas lembab). Hal itu beraitan dengan kenyamanan yang tercipta

pada setiap penghuni bangunannya. Suhu nyaman termal untuk orang Indonesia

berada pada rentang suhu 22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%. Ada banyak

studi tentang berbagai cara untuk mengevaluasi kenyamanan termal untuk

mengetahui apakah lingkungan termal cocok untuk hidup nyaman.

Kriteria desain tertentu untuk kenyamanan termal telah mempengaruhi

desain bangunan dan sistem kontrol atau tindakan adaptif sebagaimana dalam

penelitian Brager dan Dear (2000); ASHRAE (2004). Langkah yang paling mudah

untuk mengakomodasi kenyamanan tersebut adalah dengan melakukan

pengkondisian secara mekanis (penggunaan AC) di dalam bangunan yang

berdampak pada bertambahnya penggunaan energi listrik. Cara yang paling murah

memperoleh kenyamanan termal adalah secara alamiah melalui pendekatan

arsitektur, yaitu melalui pemnfaatan passive design, mengakomodasi bentukan


arsitekturya tanpa bantuan alat mekanis untuk memanfaatkan energi di alam. Dalam

makalah ini akan dibahas bagaimana strategi untuk menciptakan kenyamanan

thermal.

1.2 Rumusan masalah adapun rumusan masalah yang di dapat, yaitu:

1. Bagaimana menciptakan kenyamanan termal pada bangunan?

2. Bagaimana perencanaan Passive Design pada bangunan?

3. Bagaimana pengaruh Passive Design dalam kenyamanan termal pada unit

villa Daun Lebar?

1.3 Tujuan penulisan Dari rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan penelitian

sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana menciptakan kenyamanan termal pada bangunan.

2. Mengetahui bagaimana perencanaan Passive Design pada bangunan.

3. Mengetahui bagaimana pengaruh Passive Design dalam kenyamanan

termal pada unit villa Daun Lebar.

1.4 Manfaat penulisan adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini,

baik secara ilmiah maupun praktis, yaitu:

1. Bagi masyarakat hasil observasi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan

bacaan bagi masyarakat untuk menambah sumber informasi serta

wawasan masyarakat.

2. Bagi Universitas tempat mahasiswa mengeyam pendidikan, hasil dari

observasi ini dapat dimanfaatkan untuk menambah sumber


referensi/literature yang dapat dijadikan bahan sebelum mahasiswa

melakukan observasi/penelitian.

3. Bagi Mahasiswa, observasi ini berguna menambah pengetahuan

mahasiswa mengenai Arsitektur Tropis, terutama kenyamanan thermal

pada bangunan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Arsitektur Tropis

Pengertian Arsitektur Tropis Menurut Marcus Pollio Vitruvius (1486)

arsitektur adalah kesatuan dari kekuatan/kekokohan (firmitas), keindahan

(venustas), dan kegunaan/fungsi (utilitas). Menurut Francis DK Ching (1979)

arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan

fungsi. Menurut Amos Rappoport (1981) arsitektur adalah ruang tempat hidup

manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata

budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya

masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur. Sedangkan

menurut JB. Mangunwijaya (1992) arsitektur sebagai vastuvidya (wastuwidya)

yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata bumi, tata

gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana).

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian

yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan

lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan

perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain

perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses

perancangan tersebut (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur). Sedangkan

menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ar·si·tek·tur /arsitéktur/ adalah


seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan/atau

metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan (sumber :

http://kbbi.web.id/arsitektur).

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, tropis tropis /tro·pis/ a 1

mengenai daerah tropik (sekitar khatulistiwa): penyakit khas khatulistiwa (beriklim

panas) seperti malaria; 2 beriklim panas (sumber : http://kbbi.web.id/arsitektur).

Pengertian tropis berasal dari kata tropicos dalam bahasa Yunani Kuno

berarti garis balik. Daerah tropis dapat dibagi dalam dua kelompok iklim utama

yaitu tropis basah dan tropis. Indonesia termasuk dalam daerah tropis lembab yang

ditandai oleh kelembaban udara yang relatif tinggi pada umumnya di atas 90%,

curah hujan yang tinggi, serta temperatur rata-rata tahunan di atas 18ÛC dan

biasanya sekitar 23ÛC dan dapat mencapai 38ÛC dalam musim kemarau. Lebih

khusus lagi, Indonesia termasuk dalam daerah sekunder hutan hujan tropis (tropis

lembab).

Arsitektur tropis merupakan representasi konsep bentuk yang

dikembangkan berdasarkan respon terhadap iklim yang dialami oleh Negara

Indonesia yaitu tropis lembab. Konsep arsitektur tropis, pada dasarnya adalah

adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan

penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh utama berasal dari kondisi suhu

tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya ada pada tingkat kenyamanan

ketika pengguna berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk

udara dalam bangunan, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep
bangunan tropis. Meskipun konsep bangunan tropis selalu dihubungkan dengan

sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga

interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat; sebagai

penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis,

seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.

2.2 Pasif Desain dalam Bangunan

Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui

pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi

matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan

arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu

“mengantisipasi” permasalahan iklim luar.

Pada dasarnya metoda pendinginan pasif didasarkan pada pengendalian

panas dari sumber matahari melalui media bangunan seperti bahan bangunan,

bukaan, shading hingga arah orientasi bangunan. Penggunaan passive design disini

merupakan pemilihan lokasi, topografi, orientasi, proporsi bangunan, bentuk denah,

pemilihan material, konstruksi, dan penghalang sinar matahari untuk gedung.

Perancangan kenyamanan termal secara pasif didasarkan pada beberapa prinsip

antara lain adalah :

- Orientasi, area lokasi terhadap equator, arah utara untuk wilayah dibagian

selatan equator dan arah selatan untuk wilayah dibagian utara equator. Hal tersebut

menyangkut sinar matahari yang masuk ke bangunan ketika dibutuhkan dan

menghindarinya ketika tidak dibutuhkan.


- Glazing, digunakan untuk menangkap panas jika dibutuhkan di dalam

ruangan atau pembayangan (shading) dan penghalang sinar matahari untuk

menahan panas matahari.

- Thermal Mass, untuk menyimpan panas jika dibutuhkan atau sebagai heat

sink jika untuk pendinginan.

- Insulasi, untuk mereduksi kehilangan panas atau panas yang masuk

melalui atap, dinding, pintu, jendela dan lantai.

- Ventilasi, untuk memasukkan udara segar dan pendinginan melalui angin.

- Zoning, untuk merencanakan susunan ruang dalam sesuai dengan area

pemanasan alami yang terjadi dengan kebutuhan ruangan.

2.3. Aktif Desain dalam Bangunan

Aktif design, biasanya berbicara tentang teknologi hemat energi dan

perkembangannya yang didorong oleh industri. Dalam rancangan aktif, energi

matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah

yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan. Dalam perancangan secara aktif,

secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif.

Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan

akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.

Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum dijumpai di

Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada kebutuhan terbatas

bagi penerangan di desa-desa terpencil Indonesia.


2.4 Kenyamanan Thermal dalam bangunan

Gambar : Diagram temperature untuk kenyamanan termal

Sumber : Comfort zones during winter and summer

Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh

manusia, bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh

lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya atau kondisi pikir seseorang

yang mengekspresikan kepuasan dirinya terhadap lingkungan thermalnya.

Menurut Karyono (2001), kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan

dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana dapat memberikan perasaan

nyaman dan menyenangkan bagi penghuninya. Sedangkan menurut ASHERE

(1989) (American Society of Heating Refrigating AirConditioning Engineer),

mendefinisikan kenyamanan thermal sebagai suatu pemikiran dimana kepuasan

didapati. Oleh karena itu, kenyamanan adalah suatu pemikiran mengenai persamaan

empiric. Meskipun digunakan untuk mengartikan tanggapan tubuh, kenyamanan


thermal merupakan kepuasan yang dialami oleh manusia yang menerima suatu

keadaan thermal, keadaan ini alami baik secara sadar ataupun tidak sadar.

Pemikiran suhu netral atau suhu tertentu yang sesuai untuk seseorang dinilai agak

kurang tepat karena nilai kenyamanan bukan merupakan nilai yang pasti dan selalu

berbeda bagi setiap individu.

 Faktor kenyamanan dalam ruang

Menurut Fanger(1972) kondisi kenyamanan termal juga dipengaruhi oleh

faktor iklim dan faktor individu. Faktor iklim yang mempengaruhi kondisi termal

terdiri dari: suhu udara, suhu radiasi rata-rata, kelembaban udara relatif, dan

kecepatan angin serta pergerakan udara di dalam ruang. Sedangkan faktor individu

yang menentukan keadaan suhu nyaman adalah jenis aktivitas serta jenis pakaian

yang digunakan.

1. Temperatur udara

Temperatur udara antara suatu daerah dengan daerah lainnya

sangat berbeda. Perbedaaan ini disebabkan adanya beberapa faktor,

seperti sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat, arah angin,

arus laut, awan, dan lamanya penyinaran. Satuan yang umumnya

digunakan untuk temperatur udara adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur

dan Kelvin.

Adapun batas-batas kenyamanan akibat faktor temperatur udara

untuk daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) - 26°C TE

(batas atas) (Lippsmeier, 1994). Pada temperatur 26°C TE umumnya


manusia sudah mulai berkeringat. Pada temperatur 26°C TE – 30°C TE

daya tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun. Temperatur

lingkungan mulai cukup sulit diterima dirasakan pada suhu 33,5°C TE–

35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak

dapat ditolerir lagi. Kondisi udara yang tidak nyaman cenderung akan

menurunkan tingkat produktifitas seperti halnya terlalu dingin atau

terlalu 20 panas, sedangkan produktifitas kerja manusia dapat

meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Talarosha, 2005).

2. Kelembaban udara dan kelembaban relatif

Kelembaban udara adalah kandungan uap air yang ada di udara.

Kelembaban udara menjadi faktor penting dalam kenyamanan termal

pada saat suhu udara mendekati atau melampaui ambang batas

kenyamanan dan kelembanan udara lebih dari 70% serta kurang dari

40%. Pada kondsi di dalam ruang, kelembaban udara ini mempengaruhi

pelepasan kalor dari tubuh manusia. Kelembaban udara yang tinggi akan

menyebabkan kalor di dalam tubuh manusia sulit dilepaskan, sehingga

kondisi ini akan menciptakan rasa tidak nyaman.

Untuk mengimbangi kondisi kelembaban yang tinggi ini

dibutuhkan kecepatan angin yang cukup di dalam ruang, sedangkan

kelembaban relatif adalah rasio antara jumlah uap air di udara dengan

jumlah maksimum uap air dapat ditampung di udara pada temperatur

tertentu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara,

yakni radiasi matahari, tekanan udara, ketinggian tempat, angin,

kerapatan udara, serta suhu.

3. Kecepatan Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang disebabkan adanya gaya

yang diakibatkan perbedaan tekanan dan perbedaaan suhu (Satwiko,

2009 :5). Kecepatan angin pada daerah beriklim tropis lembab

cenderung sangat minim. Kecepatan angin umumnya terjadi pada siang

hari atau pada musim pergantian. Peranan udara yang bergerak ini

sangat membantu mempercepat pelepasan kalor pada permukaan kulit.

Angin membantu mengangkat uap-uap air yang menghambat pelepasan

kalor. Akan tetapi jika angin ini terlalu kencang maka kalor yang

dilepaskan tubuh menjadi berlebih sehingga akan timbul kondisi

kedinginan yang mengurangi kenyamanan termal.

4. Insulasi pakaian

Faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan termal adalah jenis

dan bahan pakaian yang digunakan. Salah satu cara manusia untuk

beradaptasi dengan keadaan termal di lingkungan sekitarnya adalah

dengan cara berpakaian,misalnya, mengenakan pakaian tipis di musim

panas dan pakaian tebal di musim dingin. Pakaian juga dapat

mengurangi pelepasan panas tubuh. Pada penelitian Henry dan Nyuk

(2004) mengenai ‘Thermal comfort for naturally ventilated houses in


Indonesia’disebutkan bahwa penghuni ruang dapat beradaptasi terhadap

kondisi termal dengan menyesuaikan jenis pakaian dengan kondisi iklim

yang ada.

5. Aktivitas

Aktivitas yang dilakukan manusia akan meningkatkan proses

metabolisme tubuhnya. Semakin tinggi intensitas aktivitas yang

dilakukan, maka semakin besar peningkatan metabolisme yang terjadi

di dalam tubuh, sehingga jumlah energi panas yang dikeluarkan

semakin besar.

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan termal ruangan

dari segi arsitektural (Latifa, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald

P.M. Siahaan, 2013), yaitu:

1. Desain Bangunan

Pada iklim tropis, fasad bangunan yang berorientasi Timur-Barat

merupakan bagian yang paling banyak terkena radiasi matahari (Mangunwijaya,

1980). Oleh karena itu, bangunan dengan orientasi ini cenderung lebih panas

dibandingkan dengan orientasi lainnya. Selain orientasi terhadap matahari, orientasi

terhadap arah angin juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal, karena orientasi

tersebut dapat mempengaruhi laju angin ke dalam ruangan

2. Desain Bukaan

Bukaan berfungsi untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan dan

mengurangi tingkat kelembaban di dalam ruangan. Bukaan yang baik harus terjadi
cross ventilation, sehingga udara dapat masuk dan keluar ruangan Pengaruh

perletakan dan orientasi bukaan terhadap angin.

3. Pengaruh Luar

Perletakan vegetasi di area sekitar bangunan dapat mengurangi radiasi panas

matahari ke bangunan baik secara langsung maupun tidak langsung. • semakin jauh

jarak pohon dari suatu bangunan, maka pergerakan udara di dalam bangunan yang

tercipta akan menjadi lebih baik Jarak pohon terhadap bangunan dan pengaruhnya

terhadap ventilasi alami.

4. Radiant Cooling

Ada dua jenis utama dari sistem Radiant Cooling :

a). Tipe pertama adalah sistem yang memberikan pendinginan melalui

struktur bangun an.

b). Tipe kedua adalah sistem yang memberikan pendinginan melalui panel

khusus

5. Vegetasi

Menggunakan tanaman merupakan cara yang lebih murah dan lebih

baik.Menanam tanaman disekitar gedung. Dengan menanam disekitar gedung dapat

mengurangi pemanasan karena cahaya matahari. Selain itu tanaman juga dapat

menyejukan udara dan menghasilkan oksigen.

(Sumber : https://www.slideshare.net/kansaamirah/pendinginan-pasif)
DAFTAR PUSTAKA

http://e-journal.uajy.ac.id/6806/4/TA313643.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/6931/3/MTA202035.pdf

Anda mungkin juga menyukai