Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, pembangunan di Indonesia semakin berkembang pesat baik
bangunan komersil, bangunan pemerintahan, permukiman dan sebagainya. Tidak
sedikit pembangunan baik itu bangunan baru maupun renovasi bangunan lama yang
tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya. Akibatnya, banyak ekosistem
yang tercemar akibat adanya pembangunan tersebut. Namun seiring dengan
berjalannya hal tersebut, di Indonesia khususnya juga mulai bermunculan
perancang-perancang bangunan yang memperhatikan dan memperhitungkan
kondisi lingkungan alam sekitar dalam proses perencanaan hingga pembangunan
bahkan pemeliharaan bangunan, sehingga dampak dari adanya bangunan tersebut
terhadap lingkungan daapat diminimalisir.
Perancangan bangunan yang ramah lingkungan tentunya akan sangat baik
jika dilakukan oleh banyak orang sehingga dampak yang dihasilkan pun akan
semakin terasa. Adapun suatu bangunan yang ramah lingkungan tersebut tentunya
tidak dapat dihasilkan secara instan, melainkan melalui metode serta perhitungan-
perhitungan ekologis tertentu sehingga bangunan tersebut dapat dikategorikan
layak sebagai bangunan yang ramah lingkungan
Berbagai kategori bangunan layak mendapatkan perhitungan ekologis
dalam perancangannya karena pada akhirnya bangunan apapun itu akan menjadi
tempat bagi makhluk hidup bernaung. Bangunan komersil, perdagangan,
pemerintahan, hingga yang paling sederhana adalah rumah tinggal seharusnya telah
diperhitungkan agar selama proses pembangunan hingga operasionalnya tidak akan
mencemari lingkungan sekitar serta sehat bagi penghuninya. Bangunan komersil,
salah satunya yang sedang menjamur bahkan hingga ke desa-desa adalah bangunan
ruko (rumah dan toko). Bangunan ruko umumnya merupakan bangunan bertingkat
yang kini menjadi salah satu alternatif bagi orang yang ingin memiliki tempat untuk
melakukan kegiatan perdagangan jasa maupun barang serta dapat tinggal sekaligus
di dalamnya. Menurut Soebroto (1983), rumah toko ( ruko ) adalah tempat
berlindung sebagai hunian tempat tinggal juga sebagai tempat melakukan kegiatan
komersial yang berupa pertokoan.

1
Telah banyak pendapat masyarakat awam yang memandang seorang arsitek
sebagai dalang dari pembangunan yang merusak lingkungan. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya perhatian seorang perancang terhadap lingkungan sekitar
bangunan maupun ruang dalam yang dihasilkan dari proses perancangan itu sendiri.
Untuk dapat merancang suatu bangunan yang ramah lingkungan maka diperlukan
perhitungan-perhitungan ekologi sehingga bangunan tersebut dapat memberi
dampak positif bagi lingkungan sekitarnya maupun civitas di dalamnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, pada makalah ini akan dibahas mengenai
Desain Yang Menginformasikan Perhitungan-Perhitungan Ekologi khususnya
pada sebuah bangunan Ruko sebagai objek studi kasus, sebagai gambaran bahwa
suatu bangunan sangat memerlukan perhitungan-perhitungan ekologi untuk
menghasilkan interaksi timbal balik yang baik antara manusia dengan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan perhitungan-perhitungan ekologi ?
2. Apa saja faktor-faktor dalam perhitungan-perhitungan ekologi?
3. Bagaimana penerapan perhitungan ekologi tersebut pada bangunan ruko?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan perhitungan-
perhitungan ekologi.
2 Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor dalam perhitungan-
perhitungan ekologi.
3 Untuk mengetahui dan memahami penerapan perhitungan ekologi pada
bangunan ruko.

3.1 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi pembacanya mengenai
perhitungan ekologi pada suatu bangunan khususnya. Sehingga, akan semakin
membuka pemahaman yang dapat membantu mewujudkan pembangunan yang
lebih ramah lingkungan di masa depan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Perhitungan Ekologi


Ekologi pada umumnya dipahami sebagai hal-hal yang saling
mempengaruhi segala jenis makhluk hidup (hewan, tumbuhan, manusia) dan
lingkungannya (cahaya,suhu,curah hujan, dsb). Secara harfiahnya, istilah ekologi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari kata oikos yang berarti rumah tangga atau
cara bertempat tinggal dan logos yang berarti Ilmu, maka ekologi adalah ilmu
tentang rumah atau tempat tinggal makhluk hidup. Seorang ahli ilmu hewan yaitu
Ernst Haeckel, ekologi diperkenalkan sebagai ilmu interaksi antara semua jenis
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya
(Heinz Frick, 1998).
Cowan dan Ryn (1996) mengemukakan salah satu prinsip desain yang
ekologis adalah Ecological Acounting Informs Design. Desain yang
menginformasikan perhitungan-perhitungan ekologis merupakan upaya untuk
memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan. Keputusan desain yang diambil
harus sekecil mungkin memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Perhitungan ekologi sebagai cara untuk mengumpulkan informasi yang nantinya
akan digunakan dalam membuat desain ekologis yang paling memungkinkan.
Sehingga desain yang dihasilkan telah berdasarkan pada pemahaman terhadap
dampak lingkungan dari desain tersebut (Cowan and Ryn, 1996).

Perhitungan ekologi disederhanakan maknanya sebagai suatu ukuran dari


dampak pembangunan terhadap lingkungan secara akurat yang dapat dijadikan
informasi sehingga memungkinkan dampak tersebut dapat diminimalisir. Jika
dampak terhadap lingkungan ini dapat diminimalisir, maka kelestarian dari
bangunan maupun lingkungannya akan selalu terjaga.

Dapat disimpulkan bahwa perhitungan ekologi merupakan suatu cara yang


telah teruji dalam melakukan penilaian dampak terhadap lingkungan dan dijadikan
suatu acuan atau analisis utama yang digunakan dalam membuat suatu desain
dengan prinsip keberlanjutan (sustainable).

3
2.2 Faktor- faktor dalam Perhitungan Ekologi
Keberlanjutan (sustainability) akan terjadi bila dapat menerapkan
penghitungan-penghitungan ekologi yang baik pada tataran tingkat komunitas .
Perhitungan ekologi secara hati-hati menyediakan ukuran dampak-dampak
lingkungan secara akurat pada desain sehingga memungkinkan dampak-dampak ini
menjadi informasi penting pada proses desain.
Perhitungan ekologi yang umum selalu diperhitungkan seperti jumlah
energy, air, material, limbah, sampah dan tanah yang digunakan dalam suatu desain.
Hal tersebut disesuaikan dengan jenis atau fungsi bangunan, terkait faktor-faktor
apa saja yang perlu diprioritaskan dalam perhitungannya (Cowan and Ryn, 1996).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan ekologi, antara lain:


2.2.1 Pencahayaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pencahayaan adalah proses,
cara, perbuatan memberi cahaya. Cahaya adalah prasyarat untuk penglihatan
manusia terutama dalam mengenali lingkungan dan menjalankan aktifitasnya
(Oktavia, 2010: 9). Pada dasarnya objek yang kita lihat adalah pantulan cahaya
dari objek tersebut. Oleh sebab itu bagaimana kita melihat dan merespon
sekeliling kita sangat tergantung dari jenis pencahayaan yang digunakan.
Terdapat perbedaan mendasar antara pencahayaan dan penerangan.
Pencahayaan lebih menekankan sifat-sifat penyinaran yang harus dipelajari
oleh seorang perancang interior. Penerapan pencahayaan yang baik tidak bisa
lepas dari pemanfaatan cahaya alami yang optimal dan buatan yang efisien.
Sedangkan penerangan hanya sekedar membuat ruangan menjadi terang. Karena
hanya sekedar mengejar terang dan tidak mengaplikasikan dengan bijakana,
maka bukaan besar dalam ruang menjadi dihindari karena akan menyebabkan
panas semata yang akhirnya mengacu kepada pemborosan energi. Di lain
pihak, pencahayaan yang kurang dapat membuat kita kesulitan merespon
sekitar, sedangkan pencahayaan berlebihan dapat mengakibatkan silau (glare)
sehingga pengguna tidak nyaman.

4
A. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah pemanfaatan cahaya yang berasal dari benda


penerang alam seperti matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang ruang. Karena
berasal dari alam, cahaya alami bersifat tidak menentu, tergantung pada iklim,
musim, dan cuaca. Diantara seluruh sumber cahaya alami, matahari memiliki kuat
sinar yang paling besar sehingga keberadaanya sangat bermanfaat dalam
penerangan dalam ruang. Cahaya matahari yang digunakan untuk penerangan
interior disebut dengan daylight ( Dora, P dan Nilasari, P, 2011). Daylight memiliki
fungsi yang sangat penting dalam karya arsitektur dan interior. Distribusi cahaya
alami yang baik dalam ruang berkaitan langsung dengan konfigurasi arsitektural
bangunan, orientasi bangunan, kedalaman, dan volume ruang. Oleh sebab itu
daylight harus disebarkan merata dalam ruangan. Bangunan yang ramah
lingkungan umumnya memiliki pencahayaan alami dan udara yang optimal.
Kesuksesan kedua elemen ini (udara dan cahaya) dalam menciptakan rumah
yang nyaman tergantung pada desain bukaan dan sistem pendingin ruang (bila
dibutuhkan). Penggunaan banyak bukaan dalam bentuk jendela, lubang udara
dan pintu adalah salah satu cara yang efektif untuk memasukkan cahaya alami.
Namun, apabila didesain sembarangan dan diletakkan dengan tidak tepat, akan
mengakibatkan ruang menjadi panas. Hal ini akan berimbas pada peningkatan
penggunaan penghawaan buatan (Dennis, 2010: 94)

Menurut SNI No.03-2396-2001 Tentang tata Cara Perancangan Sistem


Pencahayaan Alami, Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan
tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu
ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang
merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut. Faktor pencahayaan
alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :

a. Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung dari


cahaya langit.
b. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan
yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang
bersangkutan.

5
c. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen
pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan,
dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar
ruangan maupun dari cahaya langit.

Menurut SNI No 03-2396-2001 Tentang tata cara perancangan sistem


pencahayaan alami, pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila :

a. Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat,
terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
b. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan
kontras yang mengganggu.

Menurut Dora dan Nilasari (2011), masuknya cahaya alami ke dalam


ruangan dipengaruhi oleh dimensi bukaan yang dapat memasukkan cahaya.
Memperbesar dimensi bukaan (jendela dan pintu) secara otomatis akan
memperbesar area masuknya cahaya dan pertukaran udara. Umumnya luas
bukaan jendela adalah 1/6 - 1/8 luas lantai ditambah bovenlist sedikitnya 1/3 kali
luas bidang jendela. Secara keseluruhan bukaan ideal mencapai 40 – 80% luas
keseluruhan dinding atau 10 – 20% luas keseluruhan lantai. Pada bukaan berupa
jendela, intensitas pencahayaan alami yang masuk ditentukan oleh jenis kaca
yang dipakai. Masing-masing jenis kaca memiliki kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:

a) Kaca bening memaksimalkan masuknya cahaya dan pandangan yang lebih


luas. Namun, kaca ini mengakibatkan panas radiasi sinar dapat masuk
sebagian dalam ruang.
b) Kaca buram mengurangi panas radiasi, tetapi tidak memaksimalkan
masuknya sinar dan tidak dapat memasukkan view ke dalam rumah.
c) Kaca patri lebih berfungsi estetis karena mengaburkan warna cahaya yang
masuk.
B. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya selain cahaya alami, secara umum cahaya tersebut berasal dari hasil karya
manusia berupa lampu yang yang berfungsi menyinari ruangan sebagai pengganti

6
jika sinar matahari tidak ada. Cahaya buatan yang tidak baik tentunya akan
mengganggu aktivitas keseharian kita, misalnya ditempat kita bekerja. Bahkan, ada
kalanya dengan cahaya buatan yang baik akan mempertinggi aktivitas kita dalam
bekerja jika dibandingkan pada saat beraktivitas pada cahaya siang hari (alamiah).
Perkembangan cahaya buatan dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara,
lampu minyak tanah, lilin, lampu gas sampai pada lampu listrik. Setelah listrik
ditemukan, mungkin lampu-lampu jenis lain ada yang sudah tidak dipergunakan
lagi. Penerangan dibutuhkan agar mata kita merasa nyaman bila melihat dan
beraktivitas. Tingkat kenyamanan ini sebenarnya relatif bagi setiap orang. Ada
orang yang merasa nyaman dengan penerangan yang relatif sedikit (gelap) dan ada
pula yang merasa nyaman bila ruangannya terang benderang dengan cahaya. Bila
dirasa kurang terang, kebanyakan solusi yang dipakai adalah menambah
pencahayaan buatan dengan m emasang lampu-lampu. Penerangan buatan ini tidak
diperlukan bila pencahayaan alami pada siang hari dirasa sudah cukup.
Sebagai seorang arsitek, sebaiknya memiliki pengetahuan yang cukup
tentang pencahayaan, baik pencahayaan alami ataupun pencahayaan buatan,
memperkirakan banyaknya cahaya dalam ruangan juga ada dalam ilmu arsitektur,
yang hasilnya dapat menjadi sebuah acuan dalam rancangan rumah, yang
menentukan berapa banyak lampu yang dibutuhkan, jendela yang dibutuhkan, dan
berapa lumens (satuan ukur intensitas cahaya) sebaiknya hadir dalam sebuah
ruangan.

a. Sistem Pencahayaan Buatan


Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat
dibedakan atas 3 macam yakni:
a) Sistem pencahayaan merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan.
Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk
melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan
secara teratur di seluruh langi-langit.

7
Gambar 2.1 Pencahayaan merata
Sumber: Josephine, desaininterior.me

b) Sistem pencahayaan terarah


Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah
tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena
akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti
satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan
sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga
digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat
mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan
merata.

Gambar 2.2 Pencahayaan terarah


Sumber: vano-architect.blogspot.com
c) Sistem pencahayaan setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya
tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat
bermanfaat untuk:
1. memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti
2. mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah
tertentu.
3. Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus
yang ingin diterangi

8
Gambar 2.3 Pencahayaan setempat
Sumber: vano-architect.blogspot.com

b. Desain Lampu untuk Fungsi Ruang


Setelah menentukan sistem pencahayan, maka dilakukan pemilihan jenis dan
bentuk lampu yang tepat, agar tidak merusak pencahayaan rumah yang telah
direncanakan. Pemilihan jenis lampu harus mempertimbang fungsi serta estetika,
contoh nya pemilihan lampu hias yang bisa menambah nilai estetika. Pencahayaan
buatan biasanya diperlukan apabila tidak tersedia cahaya alami pada saat-saat
antara matahari terbenam sampai matahari terbit. Juga pada saat cuaca di luar rumah
tidak memungkinkan menghantarkan cahaya matahari ke dalam rumah.
Pencahayaan buatan pun digunakan saat cahaya matahari tidak mampu
menjangkau ruangan atau tidak dapat menerangi seluruh ruangan secara merata,
karena letak ruang dan lubang cahaya tidak memungkinkan bentuk armatur dan
intensitas cahaya dapat diatur sesuai keinginan dengan mengacu kepada persyaratan
fungsionalnya, waktu penggunaannya pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
a) Untuk Ruang Keluarga
Pencahayaan untuk ruang keluarga atau ruang santai harus bersifat fleksibel
karena beberapa aktivitas di lakukan di ruang ini setiap hari, seperti duduk-duduk
santai, mendengarkan dan menyaksikan sajian dari perangkat audio-visual,
menerima kunjungan kerabat dekat, membaca buku, majalah, dan sebagainya.
Pencahayaan fleksibel yang dimaksud adalah tetap harus ada pencahayaan yang
bersifat umum, menyebar dengan rata di seluruh ruangan, apalagi untuk aktivitas
yang menghadirkan banyak orang dalam ruangan tersebut.
Namun juga harus ada pencahayaan-pencahayaan khusus di beberapa sudut
untuk aktivitas yang lebih khusus seperti membaca, mendengarkan musik, dan

9
ngobrol yang sifatnya pribadi. Jenis armatur yang bersifat umum: downlight, bisa
juga lampu gantung. Jenis armatur yang bersifat khusus: lampu duduk, lampu
dinding, lampu tegak (standing lamp), lampu sorot (spot light)
b) Untuk Ruang Makan Dan Dapur
Karena dapur dan ruang makan sekarang ini sering kali disatukan,
pencahayaannya pun harus fleksibel, ada pencahayaan yang bersifat umum dan
khusus. Pencahayaan yang bersifat umum dibutuhkan untuk menerangi area-area
dengan aktivitas frekuensi kerja tinggi seperti masak-memasak (mulai dari meracik
sampai menghidangkan). Pencahayaan yang bersifat khusus dibutuhkan untuk
menerangi area makan di seluruh meja makan agar suasana lebih khusus, hangat,
dan akrab. Jenis armatur yang bersifat umum: downlight. Jenis armatur yang
bersifat khusus: lampu gantung.
c) Pencahayaan untuk Ruang Kerja
Pencahayaan umum yang menerangi seluruh ruangan tetap dibutuhkan.
Pencahayaan khusus di meja kerja dibutuhkan agar bekerja bisa lebih konsentrasi.
Cahaya untuk meja kerja. Jenis armatur untuk pencahayaan umum: downlight atau
lampu gantung. Perlu diingat, penempatan titik lampu jangan membelakangi kursi
kerja karena akan menyebabkan bayangan tubuh menutupi bidang kerja. Jenis
armatur untuk pencahayaan khusus: lampu belajar/lampu kerja dengan arah cahaya
dipancarkan dari sisi kiri atau kanan meja kerja, jangan dari depan karena pantulan
cahaya akan membuat silau.
d) Pencahayaan untuk Kamar Mandi, Gudang, dan Garasi
Pencahayaan untuk ruang-ruang yang disebutkan di atas sebaiknya yang
bersifat umum, menerangi seluruh ruangan dengan merata dan terang benderang.
Khusus untuk kamar mandi biasanya ada beberapa mari/rak tempat penyimpanan
peralatan mandi. Untuk gudang dan garasi, armatur lampu sebaiknya diberi
pelindung untuk menghindari benturan dan gangguan-gangguan lain.
e) Lampu Dinding
Lampu lainnya yang biasa menerangi rumah adalah lampu dinding. Jenis ini
digunakan sebagai hiasan dinding atau memberikan efek cahaya pada dinding. Bisa
juga di gunakan sebagai lampu tidur. Sehingga, nilai estetika lebih menonjol
dibanding fungsional sebagai penerang. Melihat sisi estetikanya, maka pemilihan

10
lampu jenis ini harus disesuaikan pada bentuk, gaya, serta desain interior ruang.
Untuk rumah minimalis misalnya, lampu dinding kotak yang berukuran kecil
menjadi pilihan. Begitu juga rumah bergaya klasik, tropis, mediteranian atau etnik,
perlu disesuaikan pula dengan bentuk dan gayanya.
Pencahayaan buatan perlu memenuhi fungsi pokok dari pencahayaan
penerangan buatan itu sendiri dalam kondisi pemakaian yang normal dengan
pemeliharaan yang wajar. Adapun fungsi pokok penerangan (illuminasi) buatan di
dalam gedung, baik diterapkan tersendiri maupun dalam kombinasi dengan
penerangan alami siang hari adalah:
a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni
b. melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat.
c. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan
aman.
d. Menciptaskan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada
prestasi
Untuk mendapatkan jumlah lampu pada suatu ruang dapat dihitung dengan
metode faktor utilisasi ruangan (sumber: E-journal Teknik Elektro (2015), ISSN:
2301-8402), rumusnya adalah sebagai berikut :

Keterangan :
N = Jumlah titik lampu
E = Intensitas Penerangan ( Lux )
A = Luas ruangan (m2 )
Φ = Flux Cahaya ( Lumen )
LLF = Lost Light Factor (faktor kehilangan atau kerugian cahaya, umumnya
antara 0.7-0.8)
LLF tergantung pada kebersihan sumber cahaya, tipe kap lampu,
penyusutan cahaya dari permukaan lampu, dll.
Cu = Coeffesien of Utillization . faktor kegunaan , berkaitan dengan
ketinggian plafon ruangan berkisar antara 0.6-0.7
Flux Cahaya sendiri bisa diketahui melalui rumus berikut :

11
Keterangan :
Φ = Flux Cahaya ( Lumen )
P = daya lampu ( Watt )
I = Luminous Efficacy Lamp (Lumen / watt )
Beberapa data tersebut di atas dapat dilihat pada catalog ( kardus ) lampu
Tabel 2.1 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan SNI Pencahayaan Buatan, 2001
Tingkat Tingkat
Fungsi
Pencahayaan Fungsi Ruangan Pencahayaan
Ruangan
(Lux) (Lux)
Rumah Tinggal Pertokoan/ruang pamer
Teras 60 Ruang pamer
Ruang Tamu 120-250 dengan objek 500
Ruang Makan 120-250 berukuran besar
Ruang Kerja 120-250 Toko kue &
250
Kamar Tidur 120-250 makanan
Kamar Mandi 250 Toko buku & alat
300
Dapur 250 tulis
Garasi 60 Toko perhiasan 500
Perkantoran toko barang kulit
500
Ruang Direktur 350 & sepatu
Ruang Kerja 350 Toko pakaian 500
Ruang Pasar swalayan 500
350 Toko alat listrik 250
Komputer
Ruang Rapat 300
Ruang Gambar 750
Gudang Arsip 150
Ruang Arsip
300
Aktif
(sumber: E-journal Teknik Elektro (2015), ISSN: 2301-8402)

2.2.2 Penghawaan
Penyediaan pengundaraan alami dalam bangunan adalah aspek yang sangat
penting, bisa di katakana lebih penting daripada aspek pencahayaan. Hal ini karena
kebutuhan utama manusia untuk hidup sehat dan nyaman sangat bergantung pada
ketersediaan udara di dalam ruangan atau bangunan. Penyediaan udara bersih ke
dalam ruangan sangat di pengaruhi oleh udara yang ada di luar ruangan sehingga
dapat di pastikan bahwa bangunan yang lokasinnya berdekatan dengan sumber
pencemaran udara, seperti jalan raya yang ramai lalu lintasnya atau kawasan

12
industri, juga sangat berpotensi ikut tercemar, sehingga di perlukan sistem
penghawaan yang tepat baik secara alami maupun buatan.
A. Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan adalah sistem penghawaan yang sengaja
direncanakan sebagai alternatif ketika penghawaan alami tidak dapat berfungsi
dengan maksimal. Penghawaan buatan ini umumnya membutuhkan energi listrik
dalam pengoperasiannya sehingga penggunaannya harus diminimalisir jika ingin
membuat bangunan yang ramah lingkungan (hemat energi). Sistem penghawaan
buatan memiliki 2 jenis sistem pengoperasian, sebagai berikut:

a. Mekanik
Penghawaan buatan yang bersifat mmekanis umumnya menggunakan
baling-baling (terlihatdari luar) sebagai penggerak udara di dalam ruang. System
ini hanya menggerakkan udara yang adala di dalam ruangan, dengan kata lain, udara
yang diputas tidak mengalami pergantian dengan udara segar dari luar ruangan.
Contoh penerapannya antara lain: kipas angin, exhaust fan, inhaust fan
b. Non Mekanik
Penghawaan buatan yang sifatnya non mekanis contohnya adalah AC (Air
Conditioner atau pengkondisian udara). Secara umum AC bekerja dengan
mengambil udara segar dari luar ruangan dan diproses hingga menghasilkan udara
dingin di dalam ruangan. Hal tersebut membuat pemakaian AC banyak diminati
masyarakat meskipun membutuhkan energi listrik yang lebih besar.
Beberapa alasan menggunakan AC antara lain :
1. Suhu
2. Polusi
3. Desain Ruang

B. Penghawaan Alami

Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di


dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka.
Sirkulasi udara yang baik di dalam bangunan dapat memberikan kenyamanan.
Aliran udara dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit sehingga
dapat memberikan kesejukan bagi penghuni bangunan (Sudiarta,2016).

13
Penghawaan alami dapat diartikan menjadi beberapa pengertian antara lain,
Pergerakan udara masuk ke dan keluar dari ruangan tertutup, Pertukaran udara,
perputaran udara secara bebas, dan merupakan proses untuk mencatu udara segar
kedalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Penghawaan
alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan atau gedung
yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur, sehingga
terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi. Adapun hal-hal yang
sangat berkaitan dengan sistem penghawaan alami adalah sebagai berikut
(Sudiarta,2016).
a) Pencahayaan, yaitu kebutuhan penerangan pada suatu ruang yang kita buat,
terutama untuk pemanfaatan penerangan dari cahaya alami, karena
berhubungan dengan pembukaan.
b) Kelembaban, yaitu banyaknya uap air pada udara dalam ruangan.
c) Luas Bukaan, yaitu bukaan pada ruangan yang memungkinkan adanya
pergantian udara, dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa pintu,
jendela, jalusi, lubang angin atau loster, dan lubang-lubang lain yang mungkin
ada pada suatu ruangan.

a. Strategi Penghawaan Alami


Untuk mendapatkan penghawaan alami yang optimal terdapat beberapa cara
yang umum dilakukan (Sudiarta,2016), sebagai berikut.
1) Ventilasi Silang (Cross Ventilation )

Gambar 2.4 Ventilasi silang


Sumber: architectaria.com

Sistem ini meletakkan bukaan pada arah yang berhadapan, sehingga


terjadi pertukaran udara dari dalam keluar bangunan. Efektivitas tercapai dari

14
ukuran bukaan (inlet-outlet), hasilnya adalah adanya peningkatan kecepatan
udara dan
turunnya suhu ruangan. Ventilasi silang yang sukses membutuhkan
sebuah bentuk bangunan yang memaksimalkan eksposur ke arah angin yang
berlaku, menyediakan untuk inlet yang memadai daerah, penghalang internal yang
minimal (antara inlet dan outlet), dan menyediakan untuk area outlet yang
memadai. Pertimbangan peletakan bukaan memperhatikan juga sumber kebisingan.
Prosedur Desain:

1. Pengaturan peletakan bukaan (inlet-outlet) dalam ruangan, sumber panas


terbesar dalam ruang harus didekatkan dengan outlet.
2. Memperkirakan beban pendingin untuk ruangan (heat gain for space).
3. Memperhatikan beban pendinginan pada tiap lantai.
4. Menentukan besarnya daerah inlet , dibebaskan dari serangga, adanya
pemberian shading.
5. Tentukan daerah inlet sebagai persentase dari luas lantai.
6. Meletakkan arah-arah inlet-outlet pada persimpangan yang tepat, sesuai dengan
kecepatan pergerakan udara.
7. Membandingkan kapasitas dengan kebutuhan.
8. Memperbesar dan memperkecil ukuran inlet guna menyesuaikan dengan
kebutuhan pendinginan dalam ruang.
2) Ventilasi Pasif (Stack Ventilation)

Gambar 2.5 Ventilasi pasif


Sumber: thesis.binus.ac.id

Sistem ini menggunakan strategi pendinginan pasif yang mengambil


keuntungan stratifikasi suhu. Prinsip penting adalah:

15
1. Udara panas akan naik keatas.
2. Lingkungan-pertukaran udara.

Untuk mengefektifkannya (yaitu menghasilkan aliran udara yang besar),


perbedaan antara suhu udara ambien indoor dan outdoor harus setidaknya 3 ° F [1,7
° C]. Perbedaan suhu yang lebih besar dapat menyediakan lebih sirkulasi
udara yang efektif dan pendinginan. Salah satu cara untuk mencapai perbedaan
suhu lebih besar adalah untuk meningkatkan ketinggian tumpukan tumpukan –
semakin tinggi, semakin besar stratifikasi vertikal suhu.

Stack perlu menghasilkan perbedaan suhu yang besar antara udara keluar dan
udara masuk. Tumpukan cenderung zona "blur" termal mendukung ruang yang
lebih rendah pada ventilasi "rantai" dengan kata lain, memberikan pergerakan
udara lebih (ventilasi) pada tingkat yang lebih rendah dari tumpukan stack.

Prosedur Desain:

a. Meninggikan bangunan, diberi ventilasi pada bagian atas bangunan (2 kali


puncak tertinggi bangunan).
b. Menentukan ukuran bukaan stack yang tepat pada area bawah dan atas, inlet
outlet.
c. Menentukan ukuran bukaan sesuaikan dengan kebuhan ruang

3) Menara Pendingin (Evaporative Cool Towers)

Gambar 2.6 Menara pendingin


Sumber: solaripedia.com

16
Sistem ini menggunakan asas langsung evaporative pendinginan dan
downdraft untuk pasif mendinginkan udara luar panas kering dan bersirkulasi
melalui sebuah bangunan. Udara kering panas terkena air di puncak menara. Seperti
air menguap ke udara di dalam menara, suhu udara turun dan isi kelembaban
meningkat udara; udara lebih padat yang dihasilkan tetes menuruni menara
ada keluar dari pembukaan dipangkalan.
Secara teoritis udara yang muncul dari proses penguapan akan memiliki suhu
bola kering sama dengan suhu wet bulb. Dalam aplikasi praktis hasil proses dalam
suatu bola kering suhu yang adalah sekitar 20 sampai 40% lebih tinggi dari
wet bulb (Givoni 1994). Kinerja menara adalah tergantung pada wet bulb
depresi (perbedaan antara suhu bola kering dan basah udara). Semakin besar
depresi wet bulb semakin besar potensi perbedaan antara suhu udara ambien di luar
ruangan dan suhu dari udara dingin keluar menara. Tingkat aliran udara dari dasar
menara dingin tergantung pada depresi dan wet bulb desain menara-khususnya
ketinggian menara dan daerah bantalan dibasahi di puncak menara.
Menara evaporative bekerja efektif dengan rencana lantai terbuka yang
memungkinkan pendinginan udara beredar di seluruh interior tanpa terhambat oleh
dinding atau partisi. Menara dingin tidak mengandalkan angin untuk sirkulasi udara
dan membutuhkan masukan energi minimal. Menara ini memang
mengharuskan bahwa bantalan menguapkan akan terus disimpan basah dan
meningkatkan relatif kelembaban udara ambien. Menara juga melibatkan aliran
udara yang cukup besar volume- nya.

Prosedur Desain:

1. Membangun kondisi desain.


2. Cari suhu udara keluar perkiraan untuk menentukan kelayakan.
3. Menentukan tingkat aliran udara yang diperlukan.
4. Tentukan jumlah aliran udara keluar (pada suhu bola kering meninggalkan)
yang diperlukan untuk mengimbangi beban pendinginan ruang / bangunan
yang masuk akal.

17
4) Night Ventilation Of Thermal Mass

Gambar 2.7 Night ventilation


Sumber: Ahmed et al. International Journal of Mechanical
and Materials Engineering 2014

Sistem ini mengambil keuntungan dari sifat kapasitif bahan besar untuk
mempertahankan kenyamanan suhu ruang. Massa bahan suhu udara moderat
mengurangi ayunan ekstrim bolak suhu panas dan dingin. Pada siang hari, saat suhu
hangat dan radiasi matahari dan beban internal yang bertindak untuk meningkatkan
suhu interior, massa bangunan menyerap dan menyimpan panas. Pada malam
hari, saat suhu udara luar yang dingin, udara luar disirkulasikan melalui panas
bangunan. Udara panas yang diserap selama siang hari dilepaskan dari massa udara
dingin ke beredar melalui ruang dan luar ruangan kemudian dibuang. Siklus
ini memungkinkan massa untuk melepaskan, memperbaharui potensi untuk
menyerap lebih panas hari berikutnya. Selama bulan-bulan dingin, massa yang
sama dapat digunakan untuk membantu memberikan udara panas secara pasif.
Keberhasilan dari strategi ini sangat bergantung pada iklim setempat.
Perbedaan suhu harus besar (sekitar 20 ° F [11 ° C]). Tinggi suhu siang
hari (dan/atau matahari beban dan keuntungan panas internal) menghasilkan
beban pendinginan. Suhu malam hari rendah dapat menyediakan panas yang
tenggelam. Karena strategi ini bergantung pada aliran udara luar yang luas
seluruh bangunan, penataan ruang bangunan penting untuk yang kebaikan desain
yang diinginkan, terutama pada ventilasi alami yang akan memberikan airflow.

Prosedur Desain:

1. Menentukan potensi ventilasi malam massa termal untuk diberikan lokasi.


2. Memperoleh data iklim dan menghitung udara dalam ruangan serendah
mungkin suhu.

18
3. Cari udara musim panas desain bola tertinggi kering suhu (DBT), kisaran
rata-rata suhu harian untuk lokasi proyek, dan menghitung suhu terendah DB.
4. Perkiraan suhu terendah massa.
5. Hitung kapasitas penyimpanan massa termal.
6. Tentukan persentase dari panas yang tersimpan yang dapat dihapus pada malam
hari.
7. Menentukan tingkat ventilasi yang diperlukan untuk mendinginkan termal
massa termal pada malam hari.
8. Bandingkan persyaratan ventilasi dengan kebutuhan desain lainnya.

5) Earth Cooling Tubes(Cool Tubes)

Gambar 2.8 Earth cooling tubes


Sumber: www.ercshowcase.com
Sistem tabung pendingin ini digunakan untuk mendinginkan ruang
dengan membawa udara luar ke dalam ruang interior melalui pipa bawah tanah
atau udara tubes. Efek pendinginan tergantung pada keberadaan perbedaan suhu
antara udara luar dan tanah di kedalaman tabung. Tabung pendinginan bumi ini
perlu dibangun dari tahan lama, kuat, tahan terhadap korosi, dan efektif biaya,
menggunakan bahan seperti aluminium dan plastik. Ukuran dari tabung
mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. kondisi tanah setempat,
b. kelembaban tanah,
b. tinggi tabung,
c. faktor site sekitar.

19
Untuk mengoptimalkan kinerja pendinginan tabung harus dikubur setidaknya
6 ft [1,8 m] dalam. Bila mungkin tabung harus ditempatkan dalam teduh lokasi.

Prosedur Desain :

a. Menentukan suhu tanah pada saat musim panas.


b. Menentukan karakteristik kelembaban tanah.
b. Perkiraan beban pendinginan untuk instalasi tabung bumi.
c. Tentukan panjang tabung bumi yang diperlukan.

6) Earth Sheltering

Gambar 2.9 Earth shelter


Sumber: id.pinterest.com
Sistem ini meletakkan bangunan di bawah tanah, pada dasarnya adalah
implementasi pasif dari prinsip tanah yang mendasari sumber pompa panas, dalam
tanah menyediakan lingkungan hangat di musim dingin dan lingkungan yang dingin
di musim panas, jika dibandingkan dengan atmosfer lingkungan di atas tanah.Hal
yang perlu diperhatikan adalah sistem struktur, waterproofing, dan sistem insulasi
pada desain.
Selain mengurangi suhu ekstrem, penutup tanah juga dapat menghasilkan
waktu yang cukup lama tertinggal pengalihan suhu terendah dari pertengahan
musim dingin dan ke musim semi dan tertinggi suhu keluar dari musim panas dan
musim gugur. Sistem ini mampu untuk menahan api dan angin kencang.
Mampu menghemat energi pendingin dan pemanas ruang, karena mampu
menyetabilkan suhu dalam ruang, kemudian karena letak bangunan yang
terselubung, maka mampu menahan adanya kebisingan dari area luar bangunan.

20
Prosedur Desain:

a. Menganalisis situs, mempertimbangkan pola-pola drainase alam, ada vegetasi,


akses matahari, pola angin aliran, mikro, dan kondisi bawah permukaan.
b. Pilih sistem struktural.
c. Pilih strategi waterproofing yang sesuai.
d. Perhitungan yang tepat, mengenai luasnya bagian bangunan yang tertutupi oleh
tanah.
e. Menggunakan sistem penghijauan pada dalam dan luar bangunan yang tepat.
7) Absorption Chiller

Gambar 2.10 Absorption chiller


Sumber: www.kalispellrealestate.net
Sistem ini tidak menggunakan energi listrik dalam jumlah berlebih,
tenaga yang digunakan bisa dari air panas maupun uap panas. Air mengalir melalui
proses empat tahap, yaitu penguapan, kondensasi, penguapan, penyerapan panas
yang bergerak sebagai bagian integral dari lithium bromide process.
Menara pendingin yang digunakandengan pendingin serapan cenderung lebih
besar dariyang digunakan dengan system kapasitas sebanding uap kompresi. Ruang
eksternal untuk menara pendingin harus dipertimbangkan selama skematik desain.
Sebuah kualitas sumber air, seperti danau atau baik, dapat digunakan sebagai
pengganti menara sebagai penyerap untuk energi.

Prosedur Desain :

a. Menentukan area mana yang akan didinginkan.


b. Memperhitungkan beban pendingin yang diperlukan.
c. Memperhatikan persyaratan ruang chiller.

21
d. Memperhatikan area mekanik untuk mengadakan absorption chiller.

b. Cara Menentukan Dimensi Bukaan Berdasarkan Luas


Ruangan
Dalam menentukan ukuran, menggunakan dasar pendekatan antara lain,
fungsi dan aktifitas ruang, kapasitas ruang, kebutuhan manusia akan oksigen dan
sebagainya (Sudiarta,2016).
1) Luas lubang penerangan/cahaya : Luas pintu dan jendela tidak masuk
dalam perhitungan
a) Untuk kamar tidurr = 1/6 × luas lantai ruang
b) Kamar duduk = 1/7 – 1/6 × luas lantai ruang.
c) Sekolah dan kantor = 1/6 – 1/5 × luas lantai ruang.
d) Rumah sakit = 1/6 - 1/5 × luas lantai ruang.
e) Bengkel = 1/6 - 1/3 × luas lantai ruang.
f) Gudang = 1/10 × luas lantai ruang
2) Luas lubang ventilasi.
Dalam penentuan lubang ventilasi luas pintu dan jendela tidak di
perhitungkan. Luas minimum lubang ventilasi adalah : antara 40/1 - 10/1× luas
lantai ruang.
3) Lubang kusen pintu dan jendela.
Dasar pertimbangan penentuan ukuran kusen pintu dan jendela adalah
berdasarkan pada pendekatan fungsi ruang dalam suatu bangunan dan tinjauan
dari aspek estetika. Ukuran yang dipakai adalah ukuran dalam, yaitu jarak tepi-
tepi dalam kusen.

2.2.3 Listrik

Kehidupan manusia masa kini tidak bisa lepas dengan yang namanya listrik.
Listrik merupakan salah satu energy yang berperan penting di kehidupan manusia,
salah satunya dapat membantu memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan barang
elektronik. Selain itu pencahayaan dan penghawaan buatan dalam sebuah bangunan
memerlukan energy listrik. Kelistrikan adalah sifat benda yang muncul dari adanya
muatan listrik. Energi listrik merupakan salah satu faktor pendukung penting bagi

22
kehidupan manusia karena banyak sekali peralatan yang biasa kita gunakan
menggunakan listrik sebagai sumber energinya seperti televisi, setrika, mesin cuci,
handphone, pendingin udara, penerangan, dan sebagainya (Igissone, 2017).

Menurut Sukawi (2008), rancangan arsitektur merupakan media yang


memberi dampak secara langsung terhadap penggunaan lahan. Konsep desain yang
dapat meminimalkan penggunaan energi listrik , misalnya dapat digolongkan
sebagai konsep sustainabel dalam energi, yang dapat diintegrasikan dengan konsep
penggunan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan,
penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik dan sebagainya.

A. Pencahayaan
Perletakkan bukaan untuk mendapatkan pencahayaan yang maksimal harus
memperhatikan garis edar cahaya matahari. Sisi utara dan selatan merupakan posisi
yang potensial untuk mendapatkan cahaya alami yang baik, sedangkan sisi timur
dan barat umumnya membutuhkan perlindungan untuk menghindari radiasi
matahari berlebihan secara langsung (Sukawi, 2008). Dengan memaksimalkan
pencahayaan alami pada bangunan maka akan meminimalisir penerangan yang
menggunakan energy listrik dalam bangunan.
Ketika pencahayaan alami sudah tidak memungkinkan, maka harus
diantisipasi dengan menyediakan penerangan buatan yang hemat energi. Salah satu
contoh lampu yang hemat energi adalah jenis lampu LED. Meskipun harganya
relatif mahal, lampu LED adalah lampu yang paling hemat energi diantara lampu
lainnya. Lampu LED 4 watt dengan kualitas baik memiliki terang setara dengan
lampu pijar 25 watt. Energi yang digunakan pun sangat kecil dan bisa menghemat
listrik lebih banyak dibandingkan dengan model lainnya. Warna lampu LED pun
beraneka ragam dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Indalux, 2017).
B. Penghawaan
Menurut Sukawi (2008), di Indonesia yang merupakan negara dengan iklim
tropis lembab, maka penghawaan yang paling baik diterapkan adalah sistem
ventilasi silang baik secara vertikal maupun horizontal sehingga akumulasi panas
dan lembab di dalam ruangan dapat dikendalikan. Dengan memaksimalkan
penghawaan alami melalui bukaan-bukaan pada posisi yang tepat maka akan

23
memungkinkan suatu bangunan tidak menggunakan penghawaan buatan yang
memerlukan energi listrik.
C. Pemanfaatan Tenaga Surya
Photovotaltic merupakan piranti yang mampu merubah energi surya
menjadi energi listrik. Terdiri dari dua layer semi-konduktor yang memiliki
karakteristik elektrik yang berbeda, sehingga saat terkena sinar matahari terjadi
beda potensial diantara keduanya dan menimbulkan aliran listrik (Sukawi, 2008).
Dengan pemanfaatan tenaga surya tersebut maka akan dapat menghemat
penggunaan energi listrik yang bersumber dari PLN karena bangunan telah dapat
menghasilkan listriknya sendiri dan memungkinkan untuk memenuhi seluruh
kebutuhan listrik dalam bangunnan tersebut.
2.2.4 Air
Sumber daya air di Indonesia terhitung sebesar 6% di dunia atau sekitar 21%
dari total sumber daya air di Asia Pasifik. Namun penyebarannya yang tidak merata
menyebabkan masih terdapat daerah-daerah yang kekurangan air bersih. Dari total
ketersedian air di Indonesia, hanya 23% yang termanfaatkan. Dengan rincian
sebesar 20% digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga, kota
dan industri, sedangkan 80%nya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi
(Putri, D, 2012). Penggunaan air bersih pada gedung secara umum adalah untuk
mengakomodasi aktivitas-aktivitas konsumsi, antara lain: meliputi konsumsi untuk
minum, memasak, aktivitas kebersihan, sampai dengan aktivitas pemeliharaan
seperti penyiraman tanaman dalam ruang dan irigasi untuk lansekap. Pasokan air
bersih yang digunakan berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan
sumur tanah dalam. Gedung yang ramah lingkungan tidak hanya terkait fisik
bangunan, tetapi antara lain juga terkait penggunaan air bersih gedung dalam
mendukung aktivitas penggunanya. Menurut Reynold A. Tjouwardi kebutuhan air
didasarkan sebagai berikut:
a. Kebutuhan untuk minum, memasak/dimasak.
b. Untuk keperluan mandi, buang air kecil dan air besar.
c. Untuk mencuci, cuci pakaian, cuci badan, tangan, cuci perlatan dan untuk
proses seperti industry

24
d. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi: air panas, water cooling, kolam renang, air
mancur taman
e. Kebutuhan yang sifatnya tetap: air untuk hidran dan air untuk sprinkler

Kebutuhan air terhadap bangunan tergantung fungsi kegunaan bangunan


dan jumlah penghuninya. Besar kebutuhan air khususnya untuk kebutuhan manusia
dihitung rata-rata perorang per hari tergantung dari jenis bangunan yang digunakan
untuk kegiatan manusia tersebut. Berkaitan dengan ilmu ekologi khususnya dalam
perhitungan-perhitungan desain ekologis, kebutuhan air perlu untuk diberikan
perhatian khususnya penggunaan air bersih.

a. Air bersih

Menurut penelitian kebutuhan air rata-rata orang Indonesia 144 liter


per hari. Hasil survey yang dilakukan Direktorat Pengembangan Air Minum,
Ditjen Cipta Karya pada 2006 menunjukkan setiap orang Indonesia
menggunakan air rata-rata sebanyak 144 liter per hari. Dari sejumlah
pemakaian air yang begitu besar tersebut penggunaan paling banyak terdapat
pada aktivitas mandi yang menghabiskan 65 liter per orang per hari atau 45%
dari total pemakaian air.

Tabel 2.2 Kebutuhan Air

Sektor Nilai Satuan


Rumah Tinggal Biasa 150 liter/penghuni/hari
Sekolah 10 liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 liter/bed/hari
Puskesmas 2000 liter/unit/hari
Kantor 10 liter/pegawai/hari
Pasar 12000 liter/hektar/hari
Komersial/Industri 10 liter/hari

(Sumber: Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996)

b. Air Limbah
Limbah cair ini dapat dibagi 2 yaitu limbah cair kakus yang umum disebut
black water dan limbah cair dari mandi-cuci yang disebut grey water. Black
water oleh sebagian penduduk dibuang melalui septic tank, namun sebagian
dibuang langsung ke sungai. Sedangkan gray water hamper seluruhnya dibuang ke

25
sungai melalui saluran. Komposisi limbah cair domestik yang berupa padatan
dapat terbagi menjadi komposisi organik dan anorganik.

Gambar 2.11 Bagan komposisi limbah


Sumber: Ignasius DA Sutapa,1999

Secara umum air kotor adalah air yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan untuk untuk kebutuhan minum, masak, mandi, dan energi. Air dapat
dikatakan kotor jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Secara fisik: berbau,
warnanya keruh, berasa jika diminum. Air kotor merupakan air limbah dari sisa
produksi aktifitas manusia atau yang sering dikenal dengan sebutan air buangan
yang berasal dari aktivitas manusia.

Air bekas, yang termasuk air ini adalah air limbah, air kotor, air buangan
dari dapur, air dari kamar mandi, dan air sebagai sisa proses perusahaan atau
industri. Pertimbangan umum mengenai air bekas adalah air bekas dapat menjadi
sumber penyakit kolera, tifus abdomen, dan penyakit lain. Selain itu, air bekas juga
berakibat buruk pada sumber air, baik fisik, kimia, maupun bilogis. Dan yang
terakhir adalah bahwa air bekas dapat menjadi tepat berkembang biaknya vektor
penyakit, mengakibatkan bau tidak sedap, mengganggu kehidupan dalam air,
mengganggu penggunaan kolam, sungai atau danau untuk keperluan rekreasi,
angkutan, pertanian, dan sebagainya. Air bekas ini tidak boleh dibuang
sembarangan, melainkan harus ditampung ke dalam bak penampungan. Untuk
rumah tinggal, satu atau dua titik buangan diperlukan septictank dengan volume 1

26
– 1,5 m3 dengan dibuatkan perembesan. Selain air limbah rumah tangga ada pula
air limbah khusus.air limbah khusus adalah air bekas buangan dari kebutuhan-
kebutuhan khusus seperti restoran, pabrik industry kimia, rumah sakit, bengkel dan
laboratorium harus mendapat penanganan yang berbeda dari limbah rumah tangga
karena sifatnya yang lebih berbahaya.

Sistem sanitasi setempat (on-site sanitation) adalah sistem pembuangan


air limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu
jaringan saluran yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air
buangan atau badan air penerima, melainkan dibuang di tempat (Ayi Fajarwati,
2008). Sistem ini di pakai jika syarat -syarat teknis lokasi dapat dipenuhi dan
menggunakan biaya relatif rendah. Sistem ini sudah umum karena telah banyak
dipergunakan di Indonesia.

Sistem Sanitasi Terpusat (off site sanitation) merupakan sistem


pembuangan air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran)
yang disalurkan keluar dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran
pengumpul air buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan
pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan perairan (Ayi Fajarwati,
2008).

c. Air Hujan

Air hujan adalah air dari awan yang jatuh dipermukaan tanah. Air tersebut
dialirkan kesaluran-saluran tertentu. Air hujan yang jatuh pada rumah tinggal atau
komplek perumahan disalurkan melalui talang-talang-talang vertical dengan
diameter 3” (minimal) yang diteruskan ke saluran-saluran horizontal dengan
kemiringan 0,5-1% dengan jarak terpendek menuju ke saluran terbuka lingkungan.

Pengelolaan air hujan secara lokal yang ramah lingkungan dikenal dengan
teknik “Low Impact Development” (LID). Konsep pengelolaan air hujan dengan
teknik ini adalah pengelolaan air hujan dengan skala mikro yang dilakukan dilokasi
atau di sekitar daerah tangkapan air hujan. Teknik Bioretensi, saluran rumput serta
perkerasan yang lulus air akan diuraikan dibawah merupakan usaha untuk

27
melakukan penampungan air hujan, menambah kekasaran agar aliran melambat dan
memperbesar infiltrasi

Dalam menghitung besar pipa pembuangan air hujan harus diketahui atap
yang menampung air hujan tersebut dalam luasann m2. Sebagai standar ukuran pipa
peambuangan dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2 Standar Ukuran Pipa Pembuangan

diameter luasan atap volume


(inci) (m2) (liter/menit)
3’ (7,62 cm) s.d. – 180 255
4’ (10,16 cm) 385 547
5’ (12,70 cm) 698 990
6’ (15,24 cm ) 1135 1610
8’ 2445 3470

2.2.5 Pengolahan sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya


suatu proses. Sampah hanya produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
berlangsung. Manusia telah mendefinisikan konsep lingkungan sehingga sampah
diklasifikasikan oleh menurut jenis – jenisnya. Sampah dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu berdasarkan sumbernya dan berdasarkan sifatnya.

A. Sampah Berdasarkan Sumbernya:


a. Sampah Alam
Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar. Sampah ini
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan
yang terurai menjadi tanah.
b. Sampah Manusia
Sampah manusia ( inggris : human waste ) adalah istilah yang biasa
digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah
manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan
sebagai vektor (sarana perkembangan ) penyakit yang disebabkan virus dan
bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah
pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup

28
c. Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses
penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.
d. Sampah Nuklir
Sampah nuklir adalah sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup
dan juga manusia.
e. Sampah Industri
Sampah industry adalah sampah yang berasal dari daerah industry yang
terdiri dari sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.
f. Sampah Pertambangan
Salah satu dampak negatif pencemaran lingkungan yang paling ditakutkan
dari penambangan emas adalah rembesan limbah cair yang mengandung logam
berat raksa(Hg). Pada proses penambangan emas, merkury digunakan untuk
meningkatan laju pengendapan emas dari lumpur. Partikel merkury akan
membentuk anglomerasi dengan emas sehingga meningkatkan perolehan emas.
Logam berat ini sangat berbahaya meskipun pada konsentrasi rendah. Hg
larutdalam air dan ketika terakumulasi di perairan baik sungai atau laut dapat
berdampak langsung membahayakan masyarakat. Studi kasus menunjukkan
pengaruh buruk mercury seperti tremor, kehilangan kemampuan kognitif, dan
gangguan tidur dengan gejala kronis yang jelas bahkan pada konsentrasi uap
mercury yang rendah

B. Sampah Berdasarkan Sifatnya


a. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah
lebih lanjut menjadi kompos.
b. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti
plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah

29
komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa
sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan,
botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS,
maupun karton.

C. Sampah Berdasarkan Bentuknya


a. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine
dan sampah cair. ( Dapat berupa sampah rumah tangga, sampah dapur, sampah
kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain ). Menurut bahannya sampah ini
dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik
merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya.berdasarkan kemampuan diurai oleh
alam(biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi :
1) biodegradable yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah
pertanian dan perkebunan.
2) non-biodegradable yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
dapat dibagi lagi menjadi :
a) recyclable sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
b) non-recyclable sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo
coaldan lain-lain.
b. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Adapun yang disebut dengan
limbah hitam yaitu sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung
patogen yang berbahaya. Sedangkan limbah rumah tangga merupakan sampah cair

30
yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin
mengandung patogen.
D. Dampak negatif sampah dalam berbagai bidang
a. Dampak terhadap Kesehatan
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat
di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.Penyakit jamur dapat juga
menyebar (misalnya jamur kulit). Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai
makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh
cacing pita (taenia).
b. Dampak terhadap Lingkungan
Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau
dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit,
sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap
dipandang mata). Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau
sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga
beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas&cair organik, seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Pencemaran perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya
perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan
mikroorganisme yang terbawa air hujan dan meresapnya bahan&bahan berbahaya
sehingga mencemari sumur dan sumber air. bahan&bahan pencemar yang masuk
kedalam air tanah dapat muncul ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk
dan mata air. jika bahan pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun)
misalnya air raksa (merkuri), chrom, timbale, cadmium, maka akan berbahaya bagi
manusia, karena dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi,
kerusakan sel&sel hati atau ginjal. Baterai bekas (untuk senter, kamera, sepatu
menyala, jam tangan) mengandung merkuri atau cadmium, jangan di buang
disembarang tempat karena B3 didalamnya dapat meresap ke sumur penduduk.

31
Pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau yang
tidak sedap, debu gas&gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan
karbonmonoksida, karbondioksida , nitrogen&monoksida, gas belerang, amoniak
dan asap di udara yang dapat menimbulkan kanker.

Dari dampak yang ditimbulkan sampah maka pengembangan yang didorong


untuk mengatas masalah sampah adalah membangun tempat pemrosesan sampah
dengan prinsip zero waste melalui program 3R (reduce, reuse, recycle). Seluruh
penghuni diberdayakan mengurangi (reduce) pemakaian bahan-bahan sulit terurai
yang bisa menekan produksi sampah hingga 50 persen. Sampah anorganik seperti
kertas, botol, kaleng kayu, dan besi dipilah dan dipakai ulang (reuse). Sementara
sampah organik diolah menjadi pupuk.

2.2.6 Material bangunan

Teknologi bangunan berkembang sangat pesat tahun-tahun terakhir dengan


perubahan yang sangat penting termasuk peningkatan pemakaian bahan bangunan
seperti baja, beton dan kayu, peningkatan produk-produk baru seperti fiber-beton
bertulang dan plastic reinforced wood dan pengembangan teknologi baru seperti
geotextiles (Richardson ; 1988). Penggunaan material bahan bangunan yang tepat
berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah
lingkungan.Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas
yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan
anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awalperencanaan sebelum
konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga bangunan tetap berkualitas.
Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi


lingkungan;
b. Dapat berhubungan langsung dengan alam, dalam arti makin dekat dengan alam
karena kesan alami dari material tersebut;
c. Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau
proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk
memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan);
d. Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami

32
Adapun beberapa faktor dan strategi yang harus dipertimbangkan dalam
memilih material bangunan:
1. Bangunan yang dirancang dapat dipakai kembali dan memperhatikan
sampah/buangan bangunan pada saat pemakaian
2. Bahan bangunan yang dapat dipakai kembali
3. Keaslian material
4. Energy yang diwujudkan
5. Produksi material
6. Efek racun dari material
7. Memprioritaskan material alami
8. Mempertimbangkan durabilitas dan umur dari produk

Bangunan harus menggunakan bahan yang tepat, efisien, dan ramah


lingkungan. Beberapa produsen telah membuat produk dengan inovasi baru yang
meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber
daya alam tak terbarukan dengan optimalisasi bahan baku alternatif, dan
menghemat penggunaan energy secara keseluruhan.
Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga
kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus
dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam.
Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan
bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan. Konstruksi yang
berkelanjutan dilakukan dengan penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan
bakar alternatif yang dapat mengurangi emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada
kadar normal bahan baku yang diproduksi sebelumnya. Bahan baku alternatif yang
digunakan pun beragam.
Bahan bangunan juga memengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan.
Pada saat bangunan didirikan konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen
adalah energi yang dikonsumsi selama masa hidup bangunan. Semen, keramik, batu
bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan
sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah
lingkungan. Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah
mulai digantikan material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat

33
pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu
mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan
kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja
ringan dan aluminium. Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan
kualitas tergantung dari bahan bakunya.
Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat,
antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga
tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan
desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil. Kusen jendela dan pintu juga sudah
mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa
datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang),
bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup
modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising
(hemat energi, hemat bia ya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti
sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan
ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu). Bahan dinding dipilih yang mampu
menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata
ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan
api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap
panas matahari secara signifikan.
Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah
satu bentuk inovatif desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam
perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif
beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana
ruang yang bervariasi. Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga
membuat desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit,
keramik, teraso, dan parquet. Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan
yang mahal untuk tampil artistik. Lantai teraso (tegel) berwarna abu-abu gelap dan
kuning yang terkesan sederhana dan antik dapat diekspos baik asal dikerjakan
secara rapi. Kombinasi plesteran pada dinding dan lantai di beberapa tempat akan
terasa unik. Teknik plesteran juga masih memberi banyak pilihan tampilan.

34

Anda mungkin juga menyukai