PENDAHULUAN
1
Telah banyak pendapat masyarakat awam yang memandang seorang arsitek
sebagai dalang dari pembangunan yang merusak lingkungan. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya perhatian seorang perancang terhadap lingkungan sekitar
bangunan maupun ruang dalam yang dihasilkan dari proses perancangan itu sendiri.
Untuk dapat merancang suatu bangunan yang ramah lingkungan maka diperlukan
perhitungan-perhitungan ekologi sehingga bangunan tersebut dapat memberi
dampak positif bagi lingkungan sekitarnya maupun civitas di dalamnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, pada makalah ini akan dibahas mengenai
Desain Yang Menginformasikan Perhitungan-Perhitungan Ekologi khususnya
pada sebuah bangunan Ruko sebagai objek studi kasus, sebagai gambaran bahwa
suatu bangunan sangat memerlukan perhitungan-perhitungan ekologi untuk
menghasilkan interaksi timbal balik yang baik antara manusia dengan lingkungan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan perhitungan-
perhitungan ekologi.
2 Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor dalam perhitungan-
perhitungan ekologi.
3 Untuk mengetahui dan memahami penerapan perhitungan ekologi pada
bangunan ruko.
3.1 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi pembacanya mengenai
perhitungan ekologi pada suatu bangunan khususnya. Sehingga, akan semakin
membuka pemahaman yang dapat membantu mewujudkan pembangunan yang
lebih ramah lingkungan di masa depan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
2.2 Faktor- faktor dalam Perhitungan Ekologi
Keberlanjutan (sustainability) akan terjadi bila dapat menerapkan
penghitungan-penghitungan ekologi yang baik pada tataran tingkat komunitas .
Perhitungan ekologi secara hati-hati menyediakan ukuran dampak-dampak
lingkungan secara akurat pada desain sehingga memungkinkan dampak-dampak ini
menjadi informasi penting pada proses desain.
Perhitungan ekologi yang umum selalu diperhitungkan seperti jumlah
energy, air, material, limbah, sampah dan tanah yang digunakan dalam suatu desain.
Hal tersebut disesuaikan dengan jenis atau fungsi bangunan, terkait faktor-faktor
apa saja yang perlu diprioritaskan dalam perhitungannya (Cowan and Ryn, 1996).
4
A. Pencahayaan Alami
5
c. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen
pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan,
dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar
ruangan maupun dari cahaya langit.
a. Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat,
terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
b. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan
kontras yang mengganggu.
6
jika sinar matahari tidak ada. Cahaya buatan yang tidak baik tentunya akan
mengganggu aktivitas keseharian kita, misalnya ditempat kita bekerja. Bahkan, ada
kalanya dengan cahaya buatan yang baik akan mempertinggi aktivitas kita dalam
bekerja jika dibandingkan pada saat beraktivitas pada cahaya siang hari (alamiah).
Perkembangan cahaya buatan dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara,
lampu minyak tanah, lilin, lampu gas sampai pada lampu listrik. Setelah listrik
ditemukan, mungkin lampu-lampu jenis lain ada yang sudah tidak dipergunakan
lagi. Penerangan dibutuhkan agar mata kita merasa nyaman bila melihat dan
beraktivitas. Tingkat kenyamanan ini sebenarnya relatif bagi setiap orang. Ada
orang yang merasa nyaman dengan penerangan yang relatif sedikit (gelap) dan ada
pula yang merasa nyaman bila ruangannya terang benderang dengan cahaya. Bila
dirasa kurang terang, kebanyakan solusi yang dipakai adalah menambah
pencahayaan buatan dengan m emasang lampu-lampu. Penerangan buatan ini tidak
diperlukan bila pencahayaan alami pada siang hari dirasa sudah cukup.
Sebagai seorang arsitek, sebaiknya memiliki pengetahuan yang cukup
tentang pencahayaan, baik pencahayaan alami ataupun pencahayaan buatan,
memperkirakan banyaknya cahaya dalam ruangan juga ada dalam ilmu arsitektur,
yang hasilnya dapat menjadi sebuah acuan dalam rancangan rumah, yang
menentukan berapa banyak lampu yang dibutuhkan, jendela yang dibutuhkan, dan
berapa lumens (satuan ukur intensitas cahaya) sebaiknya hadir dalam sebuah
ruangan.
7
Gambar 2.1 Pencahayaan merata
Sumber: Josephine, desaininterior.me
8
Gambar 2.3 Pencahayaan setempat
Sumber: vano-architect.blogspot.com
9
ngobrol yang sifatnya pribadi. Jenis armatur yang bersifat umum: downlight, bisa
juga lampu gantung. Jenis armatur yang bersifat khusus: lampu duduk, lampu
dinding, lampu tegak (standing lamp), lampu sorot (spot light)
b) Untuk Ruang Makan Dan Dapur
Karena dapur dan ruang makan sekarang ini sering kali disatukan,
pencahayaannya pun harus fleksibel, ada pencahayaan yang bersifat umum dan
khusus. Pencahayaan yang bersifat umum dibutuhkan untuk menerangi area-area
dengan aktivitas frekuensi kerja tinggi seperti masak-memasak (mulai dari meracik
sampai menghidangkan). Pencahayaan yang bersifat khusus dibutuhkan untuk
menerangi area makan di seluruh meja makan agar suasana lebih khusus, hangat,
dan akrab. Jenis armatur yang bersifat umum: downlight. Jenis armatur yang
bersifat khusus: lampu gantung.
c) Pencahayaan untuk Ruang Kerja
Pencahayaan umum yang menerangi seluruh ruangan tetap dibutuhkan.
Pencahayaan khusus di meja kerja dibutuhkan agar bekerja bisa lebih konsentrasi.
Cahaya untuk meja kerja. Jenis armatur untuk pencahayaan umum: downlight atau
lampu gantung. Perlu diingat, penempatan titik lampu jangan membelakangi kursi
kerja karena akan menyebabkan bayangan tubuh menutupi bidang kerja. Jenis
armatur untuk pencahayaan khusus: lampu belajar/lampu kerja dengan arah cahaya
dipancarkan dari sisi kiri atau kanan meja kerja, jangan dari depan karena pantulan
cahaya akan membuat silau.
d) Pencahayaan untuk Kamar Mandi, Gudang, dan Garasi
Pencahayaan untuk ruang-ruang yang disebutkan di atas sebaiknya yang
bersifat umum, menerangi seluruh ruangan dengan merata dan terang benderang.
Khusus untuk kamar mandi biasanya ada beberapa mari/rak tempat penyimpanan
peralatan mandi. Untuk gudang dan garasi, armatur lampu sebaiknya diberi
pelindung untuk menghindari benturan dan gangguan-gangguan lain.
e) Lampu Dinding
Lampu lainnya yang biasa menerangi rumah adalah lampu dinding. Jenis ini
digunakan sebagai hiasan dinding atau memberikan efek cahaya pada dinding. Bisa
juga di gunakan sebagai lampu tidur. Sehingga, nilai estetika lebih menonjol
dibanding fungsional sebagai penerang. Melihat sisi estetikanya, maka pemilihan
10
lampu jenis ini harus disesuaikan pada bentuk, gaya, serta desain interior ruang.
Untuk rumah minimalis misalnya, lampu dinding kotak yang berukuran kecil
menjadi pilihan. Begitu juga rumah bergaya klasik, tropis, mediteranian atau etnik,
perlu disesuaikan pula dengan bentuk dan gayanya.
Pencahayaan buatan perlu memenuhi fungsi pokok dari pencahayaan
penerangan buatan itu sendiri dalam kondisi pemakaian yang normal dengan
pemeliharaan yang wajar. Adapun fungsi pokok penerangan (illuminasi) buatan di
dalam gedung, baik diterapkan tersendiri maupun dalam kombinasi dengan
penerangan alami siang hari adalah:
a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni
b. melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat.
c. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan
aman.
d. Menciptaskan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada
prestasi
Untuk mendapatkan jumlah lampu pada suatu ruang dapat dihitung dengan
metode faktor utilisasi ruangan (sumber: E-journal Teknik Elektro (2015), ISSN:
2301-8402), rumusnya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
N = Jumlah titik lampu
E = Intensitas Penerangan ( Lux )
A = Luas ruangan (m2 )
Φ = Flux Cahaya ( Lumen )
LLF = Lost Light Factor (faktor kehilangan atau kerugian cahaya, umumnya
antara 0.7-0.8)
LLF tergantung pada kebersihan sumber cahaya, tipe kap lampu,
penyusutan cahaya dari permukaan lampu, dll.
Cu = Coeffesien of Utillization . faktor kegunaan , berkaitan dengan
ketinggian plafon ruangan berkisar antara 0.6-0.7
Flux Cahaya sendiri bisa diketahui melalui rumus berikut :
11
Keterangan :
Φ = Flux Cahaya ( Lumen )
P = daya lampu ( Watt )
I = Luminous Efficacy Lamp (Lumen / watt )
Beberapa data tersebut di atas dapat dilihat pada catalog ( kardus ) lampu
Tabel 2.1 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan SNI Pencahayaan Buatan, 2001
Tingkat Tingkat
Fungsi
Pencahayaan Fungsi Ruangan Pencahayaan
Ruangan
(Lux) (Lux)
Rumah Tinggal Pertokoan/ruang pamer
Teras 60 Ruang pamer
Ruang Tamu 120-250 dengan objek 500
Ruang Makan 120-250 berukuran besar
Ruang Kerja 120-250 Toko kue &
250
Kamar Tidur 120-250 makanan
Kamar Mandi 250 Toko buku & alat
300
Dapur 250 tulis
Garasi 60 Toko perhiasan 500
Perkantoran toko barang kulit
500
Ruang Direktur 350 & sepatu
Ruang Kerja 350 Toko pakaian 500
Ruang Pasar swalayan 500
350 Toko alat listrik 250
Komputer
Ruang Rapat 300
Ruang Gambar 750
Gudang Arsip 150
Ruang Arsip
300
Aktif
(sumber: E-journal Teknik Elektro (2015), ISSN: 2301-8402)
2.2.2 Penghawaan
Penyediaan pengundaraan alami dalam bangunan adalah aspek yang sangat
penting, bisa di katakana lebih penting daripada aspek pencahayaan. Hal ini karena
kebutuhan utama manusia untuk hidup sehat dan nyaman sangat bergantung pada
ketersediaan udara di dalam ruangan atau bangunan. Penyediaan udara bersih ke
dalam ruangan sangat di pengaruhi oleh udara yang ada di luar ruangan sehingga
dapat di pastikan bahwa bangunan yang lokasinnya berdekatan dengan sumber
pencemaran udara, seperti jalan raya yang ramai lalu lintasnya atau kawasan
12
industri, juga sangat berpotensi ikut tercemar, sehingga di perlukan sistem
penghawaan yang tepat baik secara alami maupun buatan.
A. Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan adalah sistem penghawaan yang sengaja
direncanakan sebagai alternatif ketika penghawaan alami tidak dapat berfungsi
dengan maksimal. Penghawaan buatan ini umumnya membutuhkan energi listrik
dalam pengoperasiannya sehingga penggunaannya harus diminimalisir jika ingin
membuat bangunan yang ramah lingkungan (hemat energi). Sistem penghawaan
buatan memiliki 2 jenis sistem pengoperasian, sebagai berikut:
a. Mekanik
Penghawaan buatan yang bersifat mmekanis umumnya menggunakan
baling-baling (terlihatdari luar) sebagai penggerak udara di dalam ruang. System
ini hanya menggerakkan udara yang adala di dalam ruangan, dengan kata lain, udara
yang diputas tidak mengalami pergantian dengan udara segar dari luar ruangan.
Contoh penerapannya antara lain: kipas angin, exhaust fan, inhaust fan
b. Non Mekanik
Penghawaan buatan yang sifatnya non mekanis contohnya adalah AC (Air
Conditioner atau pengkondisian udara). Secara umum AC bekerja dengan
mengambil udara segar dari luar ruangan dan diproses hingga menghasilkan udara
dingin di dalam ruangan. Hal tersebut membuat pemakaian AC banyak diminati
masyarakat meskipun membutuhkan energi listrik yang lebih besar.
Beberapa alasan menggunakan AC antara lain :
1. Suhu
2. Polusi
3. Desain Ruang
B. Penghawaan Alami
13
Penghawaan alami dapat diartikan menjadi beberapa pengertian antara lain,
Pergerakan udara masuk ke dan keluar dari ruangan tertutup, Pertukaran udara,
perputaran udara secara bebas, dan merupakan proses untuk mencatu udara segar
kedalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Penghawaan
alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan atau gedung
yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur, sehingga
terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi. Adapun hal-hal yang
sangat berkaitan dengan sistem penghawaan alami adalah sebagai berikut
(Sudiarta,2016).
a) Pencahayaan, yaitu kebutuhan penerangan pada suatu ruang yang kita buat,
terutama untuk pemanfaatan penerangan dari cahaya alami, karena
berhubungan dengan pembukaan.
b) Kelembaban, yaitu banyaknya uap air pada udara dalam ruangan.
c) Luas Bukaan, yaitu bukaan pada ruangan yang memungkinkan adanya
pergantian udara, dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa pintu,
jendela, jalusi, lubang angin atau loster, dan lubang-lubang lain yang mungkin
ada pada suatu ruangan.
14
ukuran bukaan (inlet-outlet), hasilnya adalah adanya peningkatan kecepatan
udara dan
turunnya suhu ruangan. Ventilasi silang yang sukses membutuhkan
sebuah bentuk bangunan yang memaksimalkan eksposur ke arah angin yang
berlaku, menyediakan untuk inlet yang memadai daerah, penghalang internal yang
minimal (antara inlet dan outlet), dan menyediakan untuk area outlet yang
memadai. Pertimbangan peletakan bukaan memperhatikan juga sumber kebisingan.
Prosedur Desain:
15
1. Udara panas akan naik keatas.
2. Lingkungan-pertukaran udara.
Stack perlu menghasilkan perbedaan suhu yang besar antara udara keluar dan
udara masuk. Tumpukan cenderung zona "blur" termal mendukung ruang yang
lebih rendah pada ventilasi "rantai" dengan kata lain, memberikan pergerakan
udara lebih (ventilasi) pada tingkat yang lebih rendah dari tumpukan stack.
Prosedur Desain:
16
Sistem ini menggunakan asas langsung evaporative pendinginan dan
downdraft untuk pasif mendinginkan udara luar panas kering dan bersirkulasi
melalui sebuah bangunan. Udara kering panas terkena air di puncak menara. Seperti
air menguap ke udara di dalam menara, suhu udara turun dan isi kelembaban
meningkat udara; udara lebih padat yang dihasilkan tetes menuruni menara
ada keluar dari pembukaan dipangkalan.
Secara teoritis udara yang muncul dari proses penguapan akan memiliki suhu
bola kering sama dengan suhu wet bulb. Dalam aplikasi praktis hasil proses dalam
suatu bola kering suhu yang adalah sekitar 20 sampai 40% lebih tinggi dari
wet bulb (Givoni 1994). Kinerja menara adalah tergantung pada wet bulb
depresi (perbedaan antara suhu bola kering dan basah udara). Semakin besar
depresi wet bulb semakin besar potensi perbedaan antara suhu udara ambien di luar
ruangan dan suhu dari udara dingin keluar menara. Tingkat aliran udara dari dasar
menara dingin tergantung pada depresi dan wet bulb desain menara-khususnya
ketinggian menara dan daerah bantalan dibasahi di puncak menara.
Menara evaporative bekerja efektif dengan rencana lantai terbuka yang
memungkinkan pendinginan udara beredar di seluruh interior tanpa terhambat oleh
dinding atau partisi. Menara dingin tidak mengandalkan angin untuk sirkulasi udara
dan membutuhkan masukan energi minimal. Menara ini memang
mengharuskan bahwa bantalan menguapkan akan terus disimpan basah dan
meningkatkan relatif kelembaban udara ambien. Menara juga melibatkan aliran
udara yang cukup besar volume- nya.
Prosedur Desain:
17
4) Night Ventilation Of Thermal Mass
Sistem ini mengambil keuntungan dari sifat kapasitif bahan besar untuk
mempertahankan kenyamanan suhu ruang. Massa bahan suhu udara moderat
mengurangi ayunan ekstrim bolak suhu panas dan dingin. Pada siang hari, saat suhu
hangat dan radiasi matahari dan beban internal yang bertindak untuk meningkatkan
suhu interior, massa bangunan menyerap dan menyimpan panas. Pada malam
hari, saat suhu udara luar yang dingin, udara luar disirkulasikan melalui panas
bangunan. Udara panas yang diserap selama siang hari dilepaskan dari massa udara
dingin ke beredar melalui ruang dan luar ruangan kemudian dibuang. Siklus
ini memungkinkan massa untuk melepaskan, memperbaharui potensi untuk
menyerap lebih panas hari berikutnya. Selama bulan-bulan dingin, massa yang
sama dapat digunakan untuk membantu memberikan udara panas secara pasif.
Keberhasilan dari strategi ini sangat bergantung pada iklim setempat.
Perbedaan suhu harus besar (sekitar 20 ° F [11 ° C]). Tinggi suhu siang
hari (dan/atau matahari beban dan keuntungan panas internal) menghasilkan
beban pendinginan. Suhu malam hari rendah dapat menyediakan panas yang
tenggelam. Karena strategi ini bergantung pada aliran udara luar yang luas
seluruh bangunan, penataan ruang bangunan penting untuk yang kebaikan desain
yang diinginkan, terutama pada ventilasi alami yang akan memberikan airflow.
Prosedur Desain:
18
3. Cari udara musim panas desain bola tertinggi kering suhu (DBT), kisaran
rata-rata suhu harian untuk lokasi proyek, dan menghitung suhu terendah DB.
4. Perkiraan suhu terendah massa.
5. Hitung kapasitas penyimpanan massa termal.
6. Tentukan persentase dari panas yang tersimpan yang dapat dihapus pada malam
hari.
7. Menentukan tingkat ventilasi yang diperlukan untuk mendinginkan termal
massa termal pada malam hari.
8. Bandingkan persyaratan ventilasi dengan kebutuhan desain lainnya.
19
Untuk mengoptimalkan kinerja pendinginan tabung harus dikubur setidaknya
6 ft [1,8 m] dalam. Bila mungkin tabung harus ditempatkan dalam teduh lokasi.
Prosedur Desain :
6) Earth Sheltering
20
Prosedur Desain:
Prosedur Desain :
21
d. Memperhatikan area mekanik untuk mengadakan absorption chiller.
2.2.3 Listrik
Kehidupan manusia masa kini tidak bisa lepas dengan yang namanya listrik.
Listrik merupakan salah satu energy yang berperan penting di kehidupan manusia,
salah satunya dapat membantu memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan barang
elektronik. Selain itu pencahayaan dan penghawaan buatan dalam sebuah bangunan
memerlukan energy listrik. Kelistrikan adalah sifat benda yang muncul dari adanya
muatan listrik. Energi listrik merupakan salah satu faktor pendukung penting bagi
22
kehidupan manusia karena banyak sekali peralatan yang biasa kita gunakan
menggunakan listrik sebagai sumber energinya seperti televisi, setrika, mesin cuci,
handphone, pendingin udara, penerangan, dan sebagainya (Igissone, 2017).
A. Pencahayaan
Perletakkan bukaan untuk mendapatkan pencahayaan yang maksimal harus
memperhatikan garis edar cahaya matahari. Sisi utara dan selatan merupakan posisi
yang potensial untuk mendapatkan cahaya alami yang baik, sedangkan sisi timur
dan barat umumnya membutuhkan perlindungan untuk menghindari radiasi
matahari berlebihan secara langsung (Sukawi, 2008). Dengan memaksimalkan
pencahayaan alami pada bangunan maka akan meminimalisir penerangan yang
menggunakan energy listrik dalam bangunan.
Ketika pencahayaan alami sudah tidak memungkinkan, maka harus
diantisipasi dengan menyediakan penerangan buatan yang hemat energi. Salah satu
contoh lampu yang hemat energi adalah jenis lampu LED. Meskipun harganya
relatif mahal, lampu LED adalah lampu yang paling hemat energi diantara lampu
lainnya. Lampu LED 4 watt dengan kualitas baik memiliki terang setara dengan
lampu pijar 25 watt. Energi yang digunakan pun sangat kecil dan bisa menghemat
listrik lebih banyak dibandingkan dengan model lainnya. Warna lampu LED pun
beraneka ragam dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Indalux, 2017).
B. Penghawaan
Menurut Sukawi (2008), di Indonesia yang merupakan negara dengan iklim
tropis lembab, maka penghawaan yang paling baik diterapkan adalah sistem
ventilasi silang baik secara vertikal maupun horizontal sehingga akumulasi panas
dan lembab di dalam ruangan dapat dikendalikan. Dengan memaksimalkan
penghawaan alami melalui bukaan-bukaan pada posisi yang tepat maka akan
23
memungkinkan suatu bangunan tidak menggunakan penghawaan buatan yang
memerlukan energi listrik.
C. Pemanfaatan Tenaga Surya
Photovotaltic merupakan piranti yang mampu merubah energi surya
menjadi energi listrik. Terdiri dari dua layer semi-konduktor yang memiliki
karakteristik elektrik yang berbeda, sehingga saat terkena sinar matahari terjadi
beda potensial diantara keduanya dan menimbulkan aliran listrik (Sukawi, 2008).
Dengan pemanfaatan tenaga surya tersebut maka akan dapat menghemat
penggunaan energi listrik yang bersumber dari PLN karena bangunan telah dapat
menghasilkan listriknya sendiri dan memungkinkan untuk memenuhi seluruh
kebutuhan listrik dalam bangunnan tersebut.
2.2.4 Air
Sumber daya air di Indonesia terhitung sebesar 6% di dunia atau sekitar 21%
dari total sumber daya air di Asia Pasifik. Namun penyebarannya yang tidak merata
menyebabkan masih terdapat daerah-daerah yang kekurangan air bersih. Dari total
ketersedian air di Indonesia, hanya 23% yang termanfaatkan. Dengan rincian
sebesar 20% digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga, kota
dan industri, sedangkan 80%nya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi
(Putri, D, 2012). Penggunaan air bersih pada gedung secara umum adalah untuk
mengakomodasi aktivitas-aktivitas konsumsi, antara lain: meliputi konsumsi untuk
minum, memasak, aktivitas kebersihan, sampai dengan aktivitas pemeliharaan
seperti penyiraman tanaman dalam ruang dan irigasi untuk lansekap. Pasokan air
bersih yang digunakan berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan
sumur tanah dalam. Gedung yang ramah lingkungan tidak hanya terkait fisik
bangunan, tetapi antara lain juga terkait penggunaan air bersih gedung dalam
mendukung aktivitas penggunanya. Menurut Reynold A. Tjouwardi kebutuhan air
didasarkan sebagai berikut:
a. Kebutuhan untuk minum, memasak/dimasak.
b. Untuk keperluan mandi, buang air kecil dan air besar.
c. Untuk mencuci, cuci pakaian, cuci badan, tangan, cuci perlatan dan untuk
proses seperti industry
24
d. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi: air panas, water cooling, kolam renang, air
mancur taman
e. Kebutuhan yang sifatnya tetap: air untuk hidran dan air untuk sprinkler
a. Air bersih
b. Air Limbah
Limbah cair ini dapat dibagi 2 yaitu limbah cair kakus yang umum disebut
black water dan limbah cair dari mandi-cuci yang disebut grey water. Black
water oleh sebagian penduduk dibuang melalui septic tank, namun sebagian
dibuang langsung ke sungai. Sedangkan gray water hamper seluruhnya dibuang ke
25
sungai melalui saluran. Komposisi limbah cair domestik yang berupa padatan
dapat terbagi menjadi komposisi organik dan anorganik.
Secara umum air kotor adalah air yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan untuk untuk kebutuhan minum, masak, mandi, dan energi. Air dapat
dikatakan kotor jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Secara fisik: berbau,
warnanya keruh, berasa jika diminum. Air kotor merupakan air limbah dari sisa
produksi aktifitas manusia atau yang sering dikenal dengan sebutan air buangan
yang berasal dari aktivitas manusia.
Air bekas, yang termasuk air ini adalah air limbah, air kotor, air buangan
dari dapur, air dari kamar mandi, dan air sebagai sisa proses perusahaan atau
industri. Pertimbangan umum mengenai air bekas adalah air bekas dapat menjadi
sumber penyakit kolera, tifus abdomen, dan penyakit lain. Selain itu, air bekas juga
berakibat buruk pada sumber air, baik fisik, kimia, maupun bilogis. Dan yang
terakhir adalah bahwa air bekas dapat menjadi tepat berkembang biaknya vektor
penyakit, mengakibatkan bau tidak sedap, mengganggu kehidupan dalam air,
mengganggu penggunaan kolam, sungai atau danau untuk keperluan rekreasi,
angkutan, pertanian, dan sebagainya. Air bekas ini tidak boleh dibuang
sembarangan, melainkan harus ditampung ke dalam bak penampungan. Untuk
rumah tinggal, satu atau dua titik buangan diperlukan septictank dengan volume 1
26
– 1,5 m3 dengan dibuatkan perembesan. Selain air limbah rumah tangga ada pula
air limbah khusus.air limbah khusus adalah air bekas buangan dari kebutuhan-
kebutuhan khusus seperti restoran, pabrik industry kimia, rumah sakit, bengkel dan
laboratorium harus mendapat penanganan yang berbeda dari limbah rumah tangga
karena sifatnya yang lebih berbahaya.
c. Air Hujan
Air hujan adalah air dari awan yang jatuh dipermukaan tanah. Air tersebut
dialirkan kesaluran-saluran tertentu. Air hujan yang jatuh pada rumah tinggal atau
komplek perumahan disalurkan melalui talang-talang-talang vertical dengan
diameter 3” (minimal) yang diteruskan ke saluran-saluran horizontal dengan
kemiringan 0,5-1% dengan jarak terpendek menuju ke saluran terbuka lingkungan.
Pengelolaan air hujan secara lokal yang ramah lingkungan dikenal dengan
teknik “Low Impact Development” (LID). Konsep pengelolaan air hujan dengan
teknik ini adalah pengelolaan air hujan dengan skala mikro yang dilakukan dilokasi
atau di sekitar daerah tangkapan air hujan. Teknik Bioretensi, saluran rumput serta
perkerasan yang lulus air akan diuraikan dibawah merupakan usaha untuk
27
melakukan penampungan air hujan, menambah kekasaran agar aliran melambat dan
memperbesar infiltrasi
Dalam menghitung besar pipa pembuangan air hujan harus diketahui atap
yang menampung air hujan tersebut dalam luasann m2. Sebagai standar ukuran pipa
peambuangan dibuat tabel sebagai berikut:
28
c. Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses
penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.
d. Sampah Nuklir
Sampah nuklir adalah sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup
dan juga manusia.
e. Sampah Industri
Sampah industry adalah sampah yang berasal dari daerah industry yang
terdiri dari sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.
f. Sampah Pertambangan
Salah satu dampak negatif pencemaran lingkungan yang paling ditakutkan
dari penambangan emas adalah rembesan limbah cair yang mengandung logam
berat raksa(Hg). Pada proses penambangan emas, merkury digunakan untuk
meningkatan laju pengendapan emas dari lumpur. Partikel merkury akan
membentuk anglomerasi dengan emas sehingga meningkatkan perolehan emas.
Logam berat ini sangat berbahaya meskipun pada konsentrasi rendah. Hg
larutdalam air dan ketika terakumulasi di perairan baik sungai atau laut dapat
berdampak langsung membahayakan masyarakat. Studi kasus menunjukkan
pengaruh buruk mercury seperti tremor, kehilangan kemampuan kognitif, dan
gangguan tidur dengan gejala kronis yang jelas bahkan pada konsentrasi uap
mercury yang rendah
29
komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa
sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan,
botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS,
maupun karton.
30
yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin
mengandung patogen.
D. Dampak negatif sampah dalam berbagai bidang
a. Dampak terhadap Kesehatan
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat
di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.Penyakit jamur dapat juga
menyebar (misalnya jamur kulit). Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai
makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh
cacing pita (taenia).
b. Dampak terhadap Lingkungan
Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau
dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit,
sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap
dipandang mata). Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau
sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga
beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas&cair organik, seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Pencemaran perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya
perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan
mikroorganisme yang terbawa air hujan dan meresapnya bahan&bahan berbahaya
sehingga mencemari sumur dan sumber air. bahan&bahan pencemar yang masuk
kedalam air tanah dapat muncul ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk
dan mata air. jika bahan pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun)
misalnya air raksa (merkuri), chrom, timbale, cadmium, maka akan berbahaya bagi
manusia, karena dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi,
kerusakan sel&sel hati atau ginjal. Baterai bekas (untuk senter, kamera, sepatu
menyala, jam tangan) mengandung merkuri atau cadmium, jangan di buang
disembarang tempat karena B3 didalamnya dapat meresap ke sumur penduduk.
31
Pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau yang
tidak sedap, debu gas&gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan
karbonmonoksida, karbondioksida , nitrogen&monoksida, gas belerang, amoniak
dan asap di udara yang dapat menimbulkan kanker.
32
Adapun beberapa faktor dan strategi yang harus dipertimbangkan dalam
memilih material bangunan:
1. Bangunan yang dirancang dapat dipakai kembali dan memperhatikan
sampah/buangan bangunan pada saat pemakaian
2. Bahan bangunan yang dapat dipakai kembali
3. Keaslian material
4. Energy yang diwujudkan
5. Produksi material
6. Efek racun dari material
7. Memprioritaskan material alami
8. Mempertimbangkan durabilitas dan umur dari produk
33
pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu
mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan
kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja
ringan dan aluminium. Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan
kualitas tergantung dari bahan bakunya.
Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat,
antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga
tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan
desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil. Kusen jendela dan pintu juga sudah
mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa
datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang),
bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup
modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising
(hemat energi, hemat bia ya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti
sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan
ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu). Bahan dinding dipilih yang mampu
menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata
ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan
api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap
panas matahari secara signifikan.
Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah
satu bentuk inovatif desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam
perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif
beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana
ruang yang bervariasi. Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga
membuat desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit,
keramik, teraso, dan parquet. Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan
yang mahal untuk tampil artistik. Lantai teraso (tegel) berwarna abu-abu gelap dan
kuning yang terkesan sederhana dan antik dapat diekspos baik asal dikerjakan
secara rapi. Kombinasi plesteran pada dinding dan lantai di beberapa tempat akan
terasa unik. Teknik plesteran juga masih memberi banyak pilihan tampilan.
34