Anda di halaman 1dari 7

ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN

BAB I

Pendahuluan

I.1. Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas softskill pada mata kuliah Arsitekur
Lingkungan. Pada tugas kali ini saya telah menyelesaikan makalah yang berisikan tentang
Arsitektur Lingkungan dan Studi Kasus yang baik dan buruk pada Arsitektur Lingkungan
yang terjadi di Indonesia. Semoga makalah yang saya buat dapat berguna memberikan
wawasan dan pengetahuan bagi para pembacanya serta bisa memperoleh nilai yang sebaik-
baiknya. Terimakasih.

I.2. Latar Belakang

Ketika mendengar kata arsitek, erap kaitannya dengan sebuah pembangunan


gedung-gedung mewah dan memiliki nilai estetis tinggi. Membangun sebuah gedung
ataupun bangunan lainnya tidak lah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak
pertimbangan-pertimbangan yang harus difikirkan seperti kelayakan, kesesuaian, dampak
terhadap masyarakat sekitar (untuk bangunan skala monumental), dampak terhadap
lingkungan dan masih banyak lagi hal-hal yang tidak boleh diabaikan. Dalam hal ini yang
insya Allah akan saya bahas adalah arsitektur dan lingkungan.

Allah menciptakan alam ini dengan sedemikian indah nan eloknya. Bukan berarti
kita tidak boleh mengadakan pembangunan. Akan tetapi terkadang pembangunan banyak
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, seperti halnya membuka hutan untuk
pembangunan, mengurug rawa-rawa dalam area yang luas, penebangan pohon, tidak
disediakannya tanah resapan dalam sebuah bangunan dan lain-lain.

Dalam sebuah bangunan, katakanlah sebuah rumah. Diharuskan memiliki unsur


hijau minimal 30% dari luas lahan/tanah. Pada penanaman pohon, pohon yang hendak
ditanam sebaiknya adalah pohon berkayu bukan pohon palem-paleman.
BAB II

Pembahasan

II.1. Pengertian Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang
lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan
binaan, mulai dari level makro yaituperencanaan kota, perencanaan perkotaan, arsitektur
lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain parabot dan desain produk.
Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

II.2. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber
daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di
atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Bagi sebagian besar
orang, waktu mereka dihabiskan untuk terlibat dalam organisasi baik formal maupun
informal. Sejak kita memasuki masa sekolah hingga hidup bermasyarakat, tentunya
banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, seperti kelompok paduan suara, tim
olahraga, kelosmpok musik atau drama, organisasi keagamaan di lingkungan tempat
tinggal, atau juga bisnis.

Organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan, wewenang, tanggung jawab,


dan pertanggung jawaban yang dirancang oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan.
Sedangkan organisasi informal adalah suatu hubungan jaringan pribadi dan sosial yang
mungkin tidak dilakukan atas dasar hubungan wewenang formal. Organisasi informal
dapat terbentuk di dalam perusahaan karena adanya interaksi antar karyawan, contohnya
kelompok arisan pada suatu kantor. Organisasi informal muncul karena adanya kebutuhan
pribadi dan kelompok dalam suatu organisasi.

II.3. Pengertian Arsitektur Lingkungan

Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup


keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga
dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan.
Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding
dengan arsitektur pada umumnya. Green architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah
yang menggambarkan tentang ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat
dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan

Green architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang


berkelanjutan) adalah praktek membuat struktur dan menggunakan proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus
hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan
dekonstruksi. Praktek ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik
keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan.
BAB III

Studi Kasus

III.1. Pengaruh Arsitektur Terhadap Lingkungan

Seorang arsitek, adalah seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun
atau ahli lingkungan binaan. Istilah arsitek seringkali diartikan secara sempit sebagai
seorang perancang bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perencanaan, merancang,
dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk memandu keputusan yang
mempengaruhi aspek bangunan tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah sosial.
Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas,
mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan,
sampai dengan lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek
sebagai seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan
binaan.

Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.
"Arsitek" berasal dari Latin architectus, dan dari bahasa Yunani: architekton (master
pembangun), arkhi (ketua) +tekton (pembangun, tukang kayu). Dalam penerapan profesi,
arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil dari pemberi tugas (pemilik bangunan).
Arsitek harus mengawasi agar pelaksanaan di lapangan/proyek sesuai dengan bestek dan
perjanjian yang telah dibuat. Dalam proyek yang besar, arsitek berperan sebagai direksi,
dan memiliki hak untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi
penyimpangan di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan atau
membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang disepakati. Namun dalam
penerapan pekerjaan arsitektur jarang yang memperhatikan dampak lingkungan binaan
sekitar.

III.2. Pengaruh Positif Pekerjaan Arsitek Terhadap Lingkungan

1. Memperhatikan hubungan antara ekologi dan arsitektur, yaitu hubungan antara massa
bangunan dengan makhluk hidup yang ada disekitar lingkungannya, tak hanya manusia
tetapi juga flora dan faunanya. Arsitektur sebagai sebuah benda yang dibuat oleh manusia
harus mampu menunjang kehidupan dalam lingkungannya sehingga memberikan timbal
balik yang menguntungkan untuk kedua pihak. Pendekatan ekologis dilakukan untuk
menghemat dan mengurangi dampak– dampak negatif yang ditimbulkan dari terciptanya
sebuah massa bangunan, akan tetapi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Contoh
terapannya yaitu, munculnya trend green design.

2. Memberikan dampak pada estetika bangunan

3. Dapat memberikan pemecahan masalah pada tata letak bangunan atau kota.

4. Memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun. Sebagai contoh bila bangunan akan
didirikan pada lahan yang memiliki kemiringam, maka dengan pendekatan ekologis bisa
dicarikan solusinya seperti memperkuat pondasi, atau menggabungkan unsur alam pada
lingkungan dengan bangunan yang ada sehingga semakin estetis bangunan yang tercipta.

Contoh :

1. Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.

Banyaknya lingkungan hijau di site bangunan tersebut dan pembuatan taman pada
atap sehingga membuat dampak positif untuk mengurangi dampak global warming.

· Sebagai taman hijau kota.

· Pembuatan the "Artificial Sungai" dibuat sepanjang sisi barat laut situs untuk
membantu mengumpulkan air hujan untuk didaur ulang dan mengganti pagar sebagai batas
ramah antara taman dan sekitarnya.

2. The Green School

Sekolah tersebut mempunyai kelebihan sebagai bangunan yang ramah lingkungan


karena Sekolah ini merupakan satu – satu-nya sekolah di dunia yang bangunannya terbuat
dari batang bamboo yang ramah lingkungan. Sekolah ini didukung oleh sejumlah sumber
energi alternatif, Pendingin udaranya tidak lagi memakai Ac, melainkan kincir angin
melalui terowongan bawah tanah termasuk bambu air panas serbuk gergaji dan sistem
memasak, sebuah powered vortex generator-hydro dan panel surya. Bangunan Kampus
termasuk ruang kelas, pusat kebugaran, ruang perakitan, perumahan fakultas, kantor, kafe
dan kamar mandi. Tenaga listiknya menggunakan biogas yang terbuat dari kotoran hewan
untuk menyalakan kompor. Tambak udang tempat budidaya, sekaligus peternakan sapi.
Lokal bambu ditumbuhkan dengan metode yang berkelanjutan, digunakan dalam cara-cara
inovatif dan eksperimental yang menunjukkan kemungkinan arsitektur. Hasilnya adalah
sebuah komunitas hijau holistik dengan mandat pendidikan yang kuat yang bertujuan
untuk menginspirasi siswanya untuk menjadi lebih penasaran, lebih terlibat dan lebih
bergairah tentang lingkungan dan bumi ini.
III.3. Pengaruh Negatif Pekerjaan Arsitek Terhadap Lingkungan

Contoh:

1. Ambruknya Sisi Utara Jalan Raya RE Martadinata Sepanjang 103 Meter

Ambruknya jalan RE martadinata tersebut merupakan contoh dari ketidakpedulian


arsitek terhadap lingkungan sekitarnya, daerah yang seharusnya menjadi tempat hijau
(tempat penanaman pohon bakau) dijadikan jalan raya. yang mengjutkan lagi seharusnya
di pinggir-pinggir jalanan ditanami pohin bakau agar tidak terjadi abrasi terhadap tanah
tapi ini tidak ada, bagai mana tidak ambrol apabila begitu?

2. Banjirnya Kota Jakarta

Banjirnya kota jakarta merupakan akibat dari sitem pembangunan-pembangunan di


jakarta yang tidak memikirkan lingkungan, hal tersebut marupakan akibat dari lingkungan
yang seharunya merupakandaerah hijau di jadikan menjadi gedung-gedung dan pemakaian
plester penuh pada stiap permukaan tanah di kota jakarta sehingga tidak adanya tempat
lagi untuk resapan air. Seharusnya untuk jalan pejalan kaki tidak perlu menggunakan
plester melainkan menggunakan bata konblok agar air dapat meresap ke tanah.
BAB IV

Penutup

IV.1. Kesimpulan

Kondisi iklim tropis sebenarnya sangat menunjang kehidupan kita yang beraktifitas
di dalam ruang. Dengan pemanfaatan kondisi iklim seperti arah dan intensitas sinar
matahari, kelembaban udara, suhu, arah dan kecepatan angin, dan curah hujan, sebenarnya
dapat dirancang bentuk bangunan yang sedemikian rupa, dan penerapan bahan – bahan
alami, sehingga terwujudlah rumah yang ramah lingkungan. Penerapan ini tidak hanya
dirasakan manfaatnya oleh penghuni rumah tetapi juga oleh orang lain dan lingkungannya.
Dan tidak hanya diperhitungkan untuk kepentingan sesaat, tetapi untuk kepentingan masa
depan, dan juga dilihat dari sisi pemanfaatan energi untuk kepentingan sustainable atau
berkelanjutan.

Desain bangunan (green building) hemat energi, membatasi lahan terbangun,


layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan
material ramah lingkungan (green product). Bangunan dirancang dengan massa ruang,
keterbukaan ruang, dan hubungan ruang luar-dalam yang cair, teras lebar, ventilasi
bersilangan, dan void berimbang yang secara klimatik tropis berfungsi untuk sirkulasi
pengudaraan dan pencahayaan alami merata ke seluruh ruangan agar hemat energi.

IV.2. Saran

Di satu sisi, perancangan yang belum memikirkan aspek berkelanjutan, dimana


hanya memikirkan bagaimana kita bisa hidup nyaman hari ini tanpa memikirkan
bagaimana kita hidup nyaman untuk seterusnya. Untuk itu dirasa perlu adanya upaya
perbaikan untuk meminimalisasi efek-efek negatif baik pada manusia maupun pada
lingkungan. Perancangan interior dan arsitektur yang baik dapat menjadi bagian dari upaya
untuk turut serta dalam penyelamatan dan penyehatan lingkungan. Interior berorientasi
ekologis dapat merupakan salah satu jawaban untuk dapat memberikan kontribusi baik
bagi penghuni maupun lingkungan. Dengan pemikiran seperti diatas, merupakan langkah
awal upaya mitigasi dari sisi perancangan, dan berupaya terus beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang terus berubah ekstrim tersebut

Anda mungkin juga menyukai