EDITORIAL
Berkaitan dengan edisi yang lalu, kami
mengetengahkan kembali bahasan mengenai
Lic No. 0988/SK/DIR.PP/SIT/1970
green building sebagai wujud kepedulian terhadap
perlindungan lingkungan hidup dan mekanisme
PELINDUNG : pembangunan berkelanjutan. Pusat Litbang
Kepala Pusat Litbang Permukiman Permukiman membangun model bangunan
PEMIMPIN REDAKSI :
berkonsep green building tersebut dengan nama
Kepala Bidang Sumber Daya Kelitbangan
Grha Wiksa Praniti (GRANITI). Pendekatan
perancangan bangunan ini mempertimbangkan
DEWAN PENELAAH NASKAH kriteria rancangan arsitektur bioklimatik dengan
1. Andriati Amir Husin, MSi. rekayasa optimasi disain pasif dan aplikasi teknologi-
(Bidang Bahan Bangunan) teknologi permukiman.
2. Ir. Nurhasanah Sutjahyo, M.M.
(Bidang Teknologi dan Manajemen Lingkungan) Dibahas pula dalam terbitan ini mengenai ruang
3. Prof. (R) Dr. Ir. Anita Firmanti E.S., M.T. publik yang sudah banyak mengalami perubahan
(Bidang Bahan Bangunan) fungsi dimana pemanfaatannya berubah menjadi
4. Drs. Achmad Hidajat Effendi kepemilikan pribadi atau beberapa orang.
(Bidang Bahan Bangunan)
Sedangkan paparan mengenai pola permukiman di
5. Ir. Silvia F. Herina, M.T.
pesisir cenderung mengarah ke zona atas air dan
(Bidang Teknik Sipil)
mulai terjadi perubahan pola hidup masyarakatnya
6. Ir. Arief Sabaruddin, CES.
(Bidang Perumahan dan Permukiman) dari nelayan menjadi pedagang. Adapun analisa
7. Dra. Sri Astuti, MSA. struktur dengan metode numerik mengenai
(Bidang Bangunan Tapak) kehandalan struktur dapat dijadikan acuan
8. Prof. (R) Dr. Andreas Wibowo, S.T., M.T. khususnya kestabilan perilaku sistem struktur
(Bidang Struktur dan Konstruksi) bangunan tradisional terhadap gempa. Keandalan
9. Sarbidi, S.T., M.T. bangunan terutama pada aspek kemudahan tidak
(Bidang Teknologi dan Manajemen Lingkungan) boleh diabaikan dikarenakan adanya kesamaan
10. Lia Yulia Iriani, S.H. hak bagi setiap orang untuk memanfaatkan dan
(Bidang Kebijakan Ilmu dan Teknologi)
melakukan kegiatan di dalam bangunan, tidak
terkecuali penyandang cacat, orang tua, wanita hamil,
REDAKSI PELAKSANA :
orang yang sedang sakit maupun dalam kondisi
Drs. Rudy Ridwan Effendy, M.T.
lemah. Sebagai penutup, penetapan harga rumah
Dra. Roosdharmawati yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan
Drs. Arif Sugiarto, M.M. rendah dalam rumusan kebijakan dan program
Nitnit Anitya, S.S. pembangunannya dilakukan pendekatan teknik
Rindo Herdianto, S.IIP. perhitungan harga dan kelompok sasarannya.
Foto Sampul : Bangunan Hijau Grha Wiksa Praniti, Pusat Litbang Permukiman, 2013
Masalah Bangunan diterbitkan satu (1) kali dalam satu tahun oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dengan lingkup materi tulisan meliputi tata ruang
bangunan dan kawasan, bahan bangunan, struktur dan konstruksi bangunan, lingkungan permukiman, dan sains
bangunan.
MASALAH BANGUNAN
Volume 48 Nomor 1 Oktober 2013 ISSN : 0025-4436
ii
BANGUNAN HIJAU GRHA WIKSA PRANITI (GRANITI)
PUSAT LITBANG PERMUKIMAN
The Grha Wiksa Praniti Green Building Research Institute for Human Settlements
Yuri Hermawan
Loka Teknologi Permukiman Medan
Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. Danau Tempe No. 6 Km. 18 Binjai - Medan 20725
E-mail : siyourie@yahoo.com
Abstrak
Ekosistem perkotaan dipengaruhi oleh arsitektur terutama arsitekturalnya yang berhubungan dengan bumi. Arsitektur juga
dapat menjadi solusi dengan melalui perencanaan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip berkelanjutan dan ekologikal,
pengembangan dan pemanfaatan teknologi dan material yang green, serta mewujudkan bangunan dengan performa yang
tinggi.
Abstract
Urban ecosytems are influenced by the architecture especially on its architectural artifacts that relate to the earth. Architecture
can also be the solution through the design of which is based on the principles of sustainable and ecological, development and
utilization of technology and green materials, as well as the realization oh high performance buildings.
Konsep Rancangan Gedung GRANITI untuk perkerasan hardspace yang digunakan untuk
jalan, plaza menempati area seluas 28%. Perkerasan
Penataan Lansekap dan Penghijauan (hardspace) yang digunakan adalah paving block dan
Penataan lansekap dimaksudkan untuk memberikan grassblock yang mana masih memungkinkan untuk
dampak yang kecil terhadap kerusakan lingkungan mengembalikan air hujan ke dalam tanah.
dari mulai bangunan itu didirikan maupun pada saat
bangunan itu dioperasikan. Kelestarian lingkungan Penghijauan dengan penananam pohon-pohon dan
yang paling nampak adalah perbandingan atara berbagai tanaman hias di dalam lansekap atau di luar
softspace dengan hardspace. Softspace adalah area bangunan merupakan upaya untuk menurunkan
berupa vegetasi yang bebas dari struktur bangunan temperatur iklim makro. Iklim mikro di dalam site
sedangkan hardspace adalah area yang terdapat struktur sangat berpengaruh terhadap kenyamanan termal di
bangunan sederhana. Koefisien dasar bangunan dalam bangunan. Penataan lansekap selain untuk
pada site gedung GRANITI termasuk rencana penghijauan ditujukan untuk menahan selama
bangunan gedung Pusat Informasi PU mempunyai lamanya air limpasan hujan di dalam site sehingga
besaran KDB adalah 30% sedangkan ketentuan tidak menjadi beban drainase kota. Air hujan yang
maksimal 60%, sehingga site mampu menyediakan jatuh di area hardspace di teruskan ke dalam tanah,
ruang terbuka setengah lebih luas dari persyaratan sedangkan yang jatuh ke atap bangunan ditampung
peraturan di Kota Bandung. Untuk area dasar hijau ke dalam reservoir yang kemudian dimanfaatkan
(softspace) dialokasikan lahan sebesar 20% yang untuk flushing toilet, penyiraman tanaman dan juga
berfungsi untuk menyerap radiasi matahari sehingga dapat digunakan sebagai air baku untuk air bersih
dapat menurunkan suhu lingkungan. Sedangkan atau air minum.
Pada gedung GRANITI juga diaplikasi green fasade green wall diletakkan pada bidang bukaan di tangga
dan greenwall sebagai upaya menambah luas area dan di lobby serta dinding masif.
hijau secara vertikal. Penanaman green fasade dan
Di dalam lansekap dirancang ruang terbuka/plaza 70% dari seluruh energi listrik yang digunakan,
yang berfungsi sebagai ruang transisi antara jalan sedangkan pencahayaan mengonsumsi 10-25%, dan
utama dengan bangunan. Pada pagar terdapat elevator hanya 2-10%. Pemakaian energi dalam suatu
bukaan yang mundur ke dalam site bangunan yang bangunan perkantoran di daerah tropis sekitar 60%
difungsikan sebagai tempat drop off atau tempat untuk pengkondisian udara.
penurunan penumpang dari transportasi umum. Hal
tersebut adalah salah satu upaya untuk mendorong Melihat hal tersebut model bangunan hijau
masyarakat untuk memanfaatkan tranportasi umum GRANITI mencoba mengurangi konsumsi listrik
sehinggga dapat mengurangi pemakaian kendaraan tanpa mengurangi fungsi bangunan. Gedung
pribadi. Plaza juga digunakan sebagai sarana semi GRANITI tidak menggunakan air conditioner/
publik sehingga masyarakat bisa memanfaatkan area pengkondisian udara melainkan memanfaatkan
ini untuk berinteraksi dan lebih bisa mendekatkan sirkulasi alami angin/wind flow untuk pendinginan
masyarakat dengan bangunan. atau perpindahan kalor dari dalam bangunan ke luar
Beberapa penilaian peringkat bangunan hijau bangunan melalui proses konveksi. Menciptakan
menyatakan bahwa penggunaan energi menjadi kenyamanan termal dengan memanfaatkan sirkulasi
indikator penting. Pada bangunan gedung energi alami yang dilewatkan melalui lubang ventilasi
yang banyak digunakan adalah energi listrik. jendela. Lubang jalusi untuk ventilasi jendela
Pembangkit listrik di Indonesia masih dominan diletakan pada bagian atas dan bawah. Orientasi
menggunakan energi dari hasil pembakaran fosil lubang inlet dan outlet diposisikan pada arah barat
atau pembakaran minyak bumi. Hasil penelitian dan timur untuk optimasi pergerakan angin.
yang dilakukan oleh ASEAN USAID pada tahun
1987 yang laporannya baru dikeluarkan pada tahun
1992 menyatakan bahwa IKE (Indeks Konsumsi
Energi) untuk perkantoran (komersial) adalah 240
kWh/m2 per tahun, IKE tersebut berubah sesuai
dengan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan
energi, seperti halnya negara Singapura yang
telah menetapkan IKE listrik untuk perkantoran
sebesar 210 kWh/m2 per tahun. Di Indonesia, IKE
maksimum menurut Lomba Gedung Hemat Energi Gambar 8. Pola Sirkulasi Ventilasi Alami
2006 untuk kantor adalah 200 kWh/m2/tahun.
Berdasarkan tata cara perancangan sistem ventilasi dan
Masyarakat Indonesia tergolong konsumen yang pengkondisian udara pada bangunan gedung, untuk
paling boros dalam penggunaan energi listrik, jika mempertahankan kondisi nyaman, kecepatan udara
dibandingkan dengan negara lain. Hasil survei yang yang jatuh diatas kepala tidak boleh lebih besar dari
dilakukan oleh IAFBI (Ikatan Ahli Fisika Bangunan 0,25 m/detik dan sebaiknya antara 0,1-0,15 m/detik.
Indonesia) pada tahun 2000 menyebutkan bahwa Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kecepatan
bangunan gedung perkantoran dan bangunan angin di dalam ruang masih memungkinkan terjadinya
komersial di kota besar adalah yang paling banyak pergantian udara namun masih kurang dari 0,1 m/
dalam penggunaan energi listrik. Sekitar 90% energi detik. Pada saat mengukuran tersebut kondisi bukaan
listrik digunakan adalah untuk mesin pengkondisian jendela adalah tertutup sehingga ventilasi udara hanya
udara/AC dan penerangan. Dari distribusi melewati jalusi ventilasi. Untuk mencapai kenyamanan
penggunaan energi dalam suatu gedung dapat dilihat maka pada saat temperatur tinggi bukaan jendela
bahwa komponen pemakaian energi terbesar adalah masih dapat dioperasionalkan untuk menambah
sistem pendingin. Air conditioner yang mencapai 50- kecepatan pergerakan angin. Melalui strategi pasif
Disamping sangat dibutuhkan oleh kehidupan reservoir. Air hujan digunakan untuk beberapa fungsi
manusia air juga sangat dihindari apabila dalam di dalam bangunan dan lansekap. Untuk kebutuhan
kondisi berlebihan seperti banjir atau genangan di utilitas bangunan air hujan dimanfaatkan untuk
halaman. Banjir dapat datang dari air hujan yang flushing closet/urinoir dengan memisahkan instalasi
jatuh ke dalam site atau run off dari lingkungan sekitar. dengan instalasi air bersih. Air hujan juga digunakan
Kemampuan bangunan dan site untuk menahan untuk irigasi atau penyiraman tanaman baik taman
selama mungkin air hujan untuk keluar ke drainase yang vertikal (vertikal garden) maupun tanaman yang
kota akan lebih baik karena tidak memberikan terdapat di lansekap dengan menggunakan timer/
beban masalah lingkungan di kawasan tersebut. pengatur waktu sesuai dengan kebutuhan.
Abstrak
Keberadaan ruang publik sangat diperlukan terlebih di perkotaan. Ruang publik dapat berupa taman, tanah lapang atau
bahkan jalur untuk pejalan kaki dan berbagai tempat yang tidak dimiliki oleh seseorang secara pribadi. Ruang publik
diperuntukkan dan dapat dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat, tanpa membedakan usia, pendidikan, status sosial,
jenis kelamin dan lain sebagainya. Ruang publik dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, sebagai tempat pejalan
kaki, sebagai tempat beristirahat sejenak, sebagai “meeting point” dan kepentingan lainnya, namun demikian ; ruang publik
yang disediakan oleh pemerintah kemudian mengalami perubahan fungsi, menjadi “kepemilikan pribadi atau beberapa
orang” yang berakibat pada, berkurangnya area publik yang dapat digunakan oleh umum dan kalaupun masih tersisa,
tetap menyulitkan bagi penggunanya. Perubahan ruang publik dilatarbelakangi kebutuhan ekonomi, menjadi lahan sebagai
tempat berjualan secara temporer maupun secara permanen. Bahkan untuk ruang publik dikawasan pertokoan, dijadikan
tempat penimbunan barang, tempat parkir kendaraan bermotor bahkan lebih ekstrim menjadi tempat pembuangan sampah.
Abstract
The presence of public space is needed especially in urban areas. Public space can be park, field or even pedestrian and a
variety of places that are not owned by one person. Public space reserved and can be used by all levels of society, regardless of
age, education, social status, gender and so forth. Public space can be used for various purposes, as a pedestrian, as a place
to rest for a moment, as a “meeting point” and other interests, however; public space which made by the government later
changed the function, a “private property or persons“ that result in, reduced public areas that used by the public and if they
remain, still difficult for users. Changes in public space against the backdrop of economic necessity, to sell the land as a place
of temporary or permanent basis. Even for public space region shops, used dump goods, motor vehicle parking space even more
extreme into landfills.
Abstrak
Kota Ternate Propinsi Maluku Utara memiliki aset wilayah pesisir dengan area laut 5.547,55 Km2, lebih luas dibandingkan
datarannya yang hanya seluas 250,85 Km2. Pemerintah kota telah mencanangkan konsep waterfront city yang berusaha
mengintegrasikan kawasan laut dan darat dalam perencanaannya. Penelitian bertujuan memberikan rekomendasi model
pola permukiman yang tepat berdasarkan pada kearifan lokal di kawasan pesisir. Metode kualitatif yang diterapkan adalah
observasi, wawancara, telaah dokumen, pengukuran loonhouse, bangunan dan prasarana. Metode analisis yang diterapkan
adalah kualitatif deskriptif. Metode kualitatif menggunakan apa yang disebut teknik triangulasi, yaitu pengecekan informasi
dengan melakukan identifikasi terhadap data-data yang diperoleh apakah bersifat tetap atau menunjukkan perubahan/
variasi pada kondisi dan situasi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukan perumahan yang ada di pesisir Ternate lebih
mengarah ke vernacular architecture/arsitektur rakyat daripada ke arsitektur tradisional. Budaya bermukim dan tata cara
pembangunan rumah orang Ternate banyak dipengaruhi oleh budaya Islam. Pola permukiman pesisir cenderung mengarah
ke zona atas air. Mulai terjadi perubahan pola hidup masyarakat dari nelayan menjadi pedagang. Kajian yang diperlukan
untuk mendukung upaya penataan kawasan adalah : penataan kawasan hunian dengan lingkungan (tanpa reklamasi);
pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan lokal; penggalian arsitektur lokal sebagai ikon pemerintah daerah.
Kata kunci : Penataan kawasan, berwawasan lingkungan, kearifan lokal tepi air
Abstract
North Maluku city of Ternate have assets with a coastal marine area 5,547.55 Km2, broader than just plain covering an
area of 250.85 Km2. That city government has launched the concept of a waterfront city that seeks to integrate marine
and terrestrial areas of planing. The research aims to provide recommendations appropriate settlement pattern models based
on local wisdom in coastal areas. Qualitative methods applied are observation, interviews, document review, measurement
loonhouse, buildings and infrastructure. Analysis method applied is a qualitative descriptive qualitative method uses what is
called a triangulation technique, which checks the identifying information of the data obtained indicates whether permanent
or changes/variations in different conditions and situations. Research results showed that housing in coastal Ternate leads
to vernacular architecture/folk architecture than to traditional architecture. Living and cultural housing ordinance Ternate
heavily influenced by the islamic culture. Coastal settlement patterns likely to lead to a zone above the water. Began to change
the lifestyle of fisherman to merchants. Studies are needed to support the efforts of regional arrangement are: Structuring
the residential area with the environment (without reclamation); utilization of local building materials and technologies;
excavation as the local architects icon local governments.
Dian Taviana
Loka Teknologi Permukiman Medan
Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. Danau Tempe No. 6 Km. 18 Binjai – Medan 20735
E-mail : diantaviana@ymail.com
Abstrak
Rumah tradisional Batak Toba sebagai bagian dari kebudayaan bangsa yang memiliki nilai dan kekhasan tersendiri. Setiap
bagian rumah dari atap sampai pondasi mengandung nilai-nilai luhur dan dalam pembangunannya menggunakan norma-
norma tertentu. Kekhasan rumah tradisional Batak Toba terletak pada struktur rumah yang hanya menggunakan teknologi
sederhana berupa jenis sambungan kayu tradisional pada sambungannya tanpa menggunakan paku maupun baut baja dan
masih memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Namun seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan perubahan tuntutan
kebutuhan terjadi pergeseran terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam arsitektur rumah tradisional tersebut. Tujuan
penelitian untuk melakukan pengkajian kehandalan struktur rumah tradisional etnis Batak Toba, dengan mengidentifikasi
model struktur melalui pengukuran geometrik rumah, pengujian bahan bangunan terpasang untuk mengetahui properti
bahannya dan analisa struktur dengan metode numerik menggunakan perangkat lunak, yang biasa digunakan oleh praktisi,
sehingga diperoleh kehandalan struktur bangunannya. Hasilnya adalah analisa struktur dengan metode numerik mengenai
kehandalan struktur rumah tradisional Batak Toba dan diharapkan dapat menjadi acuan atau sumber data pada penelitian
selanjutnya, khususnya perilaku sistem struktur bangunan tradisional dalam stabilitasnya terhadap beban gempa.
Abstract
House of Batak Toba traditional as part from culture nation that has value and special characteristics. Every part of roof
to foundation contain ancestors value and of creating area use certain norm. Special characteristics house of Batak Toba
traditional be located on structure the house that just use simple technology have the shape of extension traditional wood on
continuation without using nail as well as steel and still have value high architecture. However along with a period, technology
and change of demand need happen transfer about contain value on house traditional archictecture. Purpose of research
in order to inspect mainstay of sturcture traditional house Batak Toba ethnic with identify structure modal by geometric
measuring, examiner material for building install for find out material of property and structure analyst with numeric method
make use of software usual by practically, until get mainstay of building stucture. The result is the analyst structure with
numerik method about structure mainstay house of Batak Toba traditional and can be hint or source data. On research
furthermore, special treatment structure system traditional building deep stability about earthquake.
Bahan Bangunan
Bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk
struktur bangunan tradisional Batak Toba adalah
sebagai berikut :
a. Tiang kolom utama rumah tradisional Batak Toba
merupakan tiang pokok dari rumah tersebut.
Tiang ini berfungsi sebagai tiang pondasi sekaligus
juga tiang penahan dinding dan penahan rangka
atap rumah. Tiang ini biasanya dibuat dari pohon
jior. Tiang ini biasanya dibuat dari kayu yang
sangat kuat dan tahan terhadap serangan hama
seperti rayap dan kumbang pohon. Biasanya
pada bagian rumah tradisional Batak Toba tiang
ini jarang mengalami kerusakan karena karena
Sumber : Desa Simarmata, Samosir, Juli 2011 merupakan tiang utama. Dimensi untuk tiang ini
Gambar 5. Tampak Samping berkisar antara 20 – 22 cm.
b. Dinding rumah tradisional Batak Toba biasanya
terbuat dari pohon yang berdiameter sangat
besar karena dinding ini merupakan satu bidang
yang utuh dan tidak disambung atau ditempel.
Dinding ini berbentuk seperti perahu yang dilihat
dari samping dan kayu yang digunakan biasanya
adalah kayu ingul.
c. Bagian lantai dari rumah tradisional Batak Toba
merupakan papan-papan yang berukuran besar
yang terbuat dari kayu sampinur atau ingul. Kayu
ini diletakkan diatas tiang-tiang pondasi dengan
sistem sambungan pasaknya.
Sumber : Desa Simarmata, Samosir, Juli 2011 Sumber : Desa Simarmata, Samosir, Juli 2011
Gambar 9. Struktur Atap Rumah Gambar 11. Kolom Penyokong Balok Atas
Sumber : Desa Simarmata, Samosir, Juli 2011 Untuk pemodelan gesekan antara batu dengan tanah
Gambar 12. Kolom yang Diletakkan Diatas Batu tidak dilakukan karena nilai koefisien gesekan 0,7.
Karena koefisien gesekan antara 0,5 sampai dengan
0,7 relatif tidak berpengaruh pada respon struktur.
Perbandingan Tapak
Secara umum rumah tradisional Batak Toba
memiliki perbandingan tapak yang simetris antara
arah melintang dan memanjang. Berikut adalah
data dari rumah hasil observasi perbandingan tapak
antara arah memanjang dan arah melintang.
Elemen frame pada SAP 2000 telah memasukkan Gambar 14. Tampilan 3-D SAP
formulasi untuk analisa P-Delta. Jika diaktifkan,
program akan memperhitungkan pengaruh beban
aksial yang besar terhadap perilaku momen lentur
transversal. Gaya aksial tekan akan mengurangi
kekakuan lentur, sedangkan gaya aksial tarik
memperkaku. Meskipun termasuk analisa non-linier
geometri, tetapi analisa P-Delta dengan program SAP
2000 belum memperhitungkan efek lendutan yang
besar. Jadi, asumsi bahwa geometri struktur sesudah
dan sebelum dibebani dianggap masih sama (tidak
ada perubahan geometri). Jadi faktor pembesaran
momen tidak diperhitungkan.
Tabel 7. Tegangan pada Elemen Struktur Rumah Batak Toba Akibat Gempa (Lentur)
Tabel 8. Tegangan pada Elemen Struktur Rumah Batak Toba Akibat Gempa (Geser)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
Setiap bangunan setelah selesai dibangun, sebelum dimanfaatkan, harus memenuhi persyaratan kelaikan fungsi bangunan
yang dinyatakan dengan sertifikat laik fungsi (SLF) bangunan, dimana sertifikat tersebut sebagai bukti bahwa bangunan
tersebut terjamin keandalannya. Keandalan bangunan, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung meliputi empat aspek, yaitu: keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Diantara keempat aspek tersebut, kemudahan merupakan aspek yang dipertimbangkan paling akhir, namun begitu, aspek
ini tidak dapat diabaikan mengingat semua orang memiliki hak yang sama dalam memanfaatkan dan melakukan kegiatan
didalam bangunan, tidak terkecuali bagi penyandang cacat, orang tua, wanita hamil, orang yang sedang sakit maupun
mereka yang dalam kondisi lemah. Tulisan ini diawali dengan kajian aturan terkait keandalan bangunan, dengan merujuk
pada Undang-undang, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri dan standar. Langkah kedua adalah mengeliminir bagian
dari aspek kemudahan yang beririsan dengan aspek lain dan yang beririsan dengan lingkup yang ada dalam Izin Mendirikan
Bangunan (IMB). Langkah ketiga adalah melakukan kajian rinci aspek kemudahan, melalui identifikasi elemen yang
akan diamati atau diukur, acuan yang dirujuk serta usulan pembobotan. Langkah terakhir adalah penjelasan metoda
pelaksanaan inspeksi, yang terdiri dari penyiapan dokumen pendukung, alat yang diperlukan, pemberian notasi, penentuan
sampel dan pelaksanannya inspeksi.
Kata Kunci : Keandalan bangunan, sertifikasi laik fungsi, aspek kemudahan, inspeksi
Abstract
Building after construction, before used, must meet the eligibility requirement set forth by the certificate of worthy function
of the building (SLF), where the certificate as proof that the building is assured reliability. Reliability buildings, as stated in
Law No. 28 of 2002 on building includes four aspects : safety, health, comfort and convenience. Among the fourth aspect, the
convenience is the lowest priority to be considered, but so, this aspect can not be ignored since all people have equal rights in
the use of and do their activity within the building, not the exception for the disabled, the elderly, pregnant women, people who
are sick and those who are in a weakened condition. This paper begins with the study of the rules relating to the reliability of
the building, with reference to the act, the minister policy, the ministerial decree and standards. The second step is to eliminate
part of the convenience aspect which overlaps with other aspects and with the existing scope of the building permit (IMB).
The third step is to conduct a detailed study of aspects of convenience, through the identification of the elements that will
be observed or measured, the references to be cited and proposed weighting. The final step is the description of the method of
implementation of inspection, which consists of the preparation of supporting documents, necessary tools, giving notation,
sampling and implementation of inspection
Keywords : Reliability of building, worthy function of building certificate, convenience aspect, inspection
Namun karena terkait perencanaan telah dikaji dalam − kelengkapan lain : rambu, elemen pengarah, dll
penerbitan IMB maka pengukuran, pengamatan − keterpaduan desain dengan penghijauan
dan penilaian bangunan untuk aspek kemudahan − keterpaduan desain dengan area parkir
lebih ditekankan pada kondisi dan keberfungsian
dari elemen-elemen yang akan dinilai. Berikut ini Perencanaan Jalur Pejalan kaki
adalah aspek perencanaan yang telah dikaji pada saat − desain yang menyatu dan tidak saling mengganggu
penerbitan IMB sehingga tidak diamati lagi dalam − keamanan dan keselamatan pejalan kaki
inspeksi SLF : − dimensi/ukuran
Tekstur Tekstur halus namun tidak licin 0: Licin dan/atau bertekstur kasar
1: Tidak licin dan/atau bertekstur halus
Gangguan Tidak ada gangguan sirkulasi, seperti: tanjakan, 0: Terdapat gangguan
sirkulasi lubang, gundukan, ranting pohon, dll 1: Tidak terdapat gangguan
Budiono Sundaru
Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 40393
E-mail : burukimpu@yahoo.co.id
Abstrak
Pendekatan teknik perhitungan harga dan kelompok sasaran dapat digunakan sebagai masukan rumusan kebijakan dan
program pembangunan perumahan, terutama dalam menetapkan harga rumah yang dapat dijangkau oleh masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). Perhitungan ditentukan oleh kriteria harga pasar setempat, biaya konstruksi dan pembangunan
fisik rumah, pendapatan per kapita atau kepala keluarga, estimasi biaya dan indikasi nilai pasar didasarkan potensi
keuntungan atau potensi pelayanan yang memadai (Depreciated Replacement Cost).
Abstract
Price and target group calculation technical approach be useful as input for housing development policy and program, especially
should be reached by low income people. The calculation depend on market price criteria, development and construction
cost, income per capita or household, cost estimation, and market price indicator based on optimizing local resources and
facilitation (Depreciated Replacement Cost).
Bagan 1D Pembiayaan
kemampuan kelompok sasaran dalam Sumber : BPS; Indek Pembangunan Manusia, 2004
mengangsur KPR;
Tingkat uang muka mempengaruhi besaran Lokasi yang dipilih sebagai studi kasus adalah Kota
angsuran yang harus dipenuhi untuk suku Surabaya Provinsi Jawa Timur, dengan pertimbangan
bunga yang ditetapkan. bahwa kota tersebut memiliki tingkat kepadatan
fungsi dalam ruang kota dan wilayah selain DKI
Tabel analisis KPR memberikan gambaran pola dan Jakarta.
kemampuan MBR untuk mendapatkan fasilitasi KPR
dan asumsi cicilan kredit KPR RSH (lihat tabel 1). Analisis RSH Kota Studi Kasus
Indikator Indeks Pembangunan Manusia dan kondisi
Tabel 1 Asumsi Cicilan Kredit RSH pemilikan rumah melalui KPR di Kota Surabaya
Sasaran Batasan Asumsi (lihat tabel 3).
Cicilan Kredit
Kelompok Penghasilan Penghasilan
Maks. (Rp.)
(Rp/Bulan) (Rp.) Tabel 3 Indikator IPM Kota Surabaya
1.400.000 KETERANGAN TAHUN
I < Penghasilan 1.700.000 500.000
< 2.000.000 • Angka Harapan Hidup
68,6 (2002)
800.000 (per tahun)
II < Penghasilan 1.100.000 300.000
< 1.400.000 • Angka Melek Huruf (%) 95,9 (2002)
Penghasilan • Rata-rata Lama Sekolah
III 600.000 200.000
< 800.000 9,8 (2002)
(per tahun)
Sumber : Permenpera No. 05 Tahun 2005
Rp.609.500,- (2002) Sns
IPM mengukur pencapaian keseluruhan dalam Rp.616.200,- (2003) Frc
dimensi dasar pembangunan manusia melalui • Daya Beli (Rp.) Rp.622.900,- (2004) Frc
persamaan IPM yaitu : Rp.629.600,- (2005) Frc
Rp.636.300,- (2006) Frc
1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3)
X1 = lamanya hidup; • IPM
72,0 (2002) Sns
X2 = tingkat pendidikan; 75,6 (2006) Frc
X3 = tingkat kehidupan Sumber : BPS, Indeks Pembangunan Manusia, 2002.
Sns : Sensus, Frc : Forecasting
Indeks X1, Indeks X2 dan Indeks X3 dihitung dengan
formula :
X(i,j) = (X(i,j) – X(i-min))/(X(i-max) – X(i-min))
KESIMPULAN
UDC
39.032.0
Her Hermawan, Yuri
b Bangunan hijau Grha Wiksa Praniti (GRANITI) Pusat Litbang Permukiman / Yuri Hermawan. -- Masalah
Bangunan. -- Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. -- Hal. 1-11. --Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman, 2013.
ii, 61 hlm. : ilus; 30 cm.
Abstrak : hlm. 1
ISSN : 0025-4436
Upaya yang ditempuh dari sisi properti untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah melalui kampanye
mengenai arti penting penerapan bangunan hijau (green building) di kota-kota besar. Pencapaiannya melalui penempatan
bangunan yang lebih baik, disain, pemilihan material, konstruksi, operasional pemeliharaan, pembongkaran, dan
menggunakan material reuse atau dimanfaatkan kembali.
UDC
303.424
Uta Utami, Titi
r Ragam pemanfaatan ruang publik oleh masyarakat / Titi Utami. -- Masalah Bangunan. -- Vol. 48 No. 1 Oktober
2013. -- Hal. 12-16. -- Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2013.
ii, 61 hlm. : ilus; 30 cm.
Abstrak : hlm. 12
ISSN : 0025-4436
Ruang publik mengalami perubahan fungsi, awalnya sebagai meeting point, akhirnya menjadi kepemilikan pribadi atau
beberapa orang. Kegunaan area publik menjadi berkurang bahkan menyulitkan bagi penggunanya.
UDC
69.032.2
Ami Amin, Darul
l Lingkungan permukiman kawasan pesisir Kota Ternate / Darul Amin dan Ratna Juwita. -- Masalah Bangunan.
-- Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. -- Hal. 17-24. -- Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2013.
ii, 61 hlm. : ilus; 30 cm.
Abstrak : hlm. 17
ISSN : 0025-4436
1. SPATIAL PLANNING – LOCAL WISDOM THE EDGE OF WATER 1. Juwita, Ratna 2. Judul
Pola permukiman pesisir cenderung mengarah ke zona atas air. Pola perumahan di pesisir Ternate lebih mengarah ke
arsitektur vernakular serta banyak dipengaruhi oleh budaya Islam.
Kata kunci : penataan kawasan, berwawasan lingkungan, kearifan lokal tepi air
Abstrak : hlm. 25
ISSN : 0025-4436
Analisa struktur dengan metode numerik terhadap kehandalan struktur rumah tradisional Batak Toba dapat menjadi
acuan terhadap perilaku sistem struktur bangunan tradisional, terutama pada stabilitas terhadap beban gempa.
UDC
633.23
Set Setyowati, Ade Erma
i Inspeksi kehandalan bangunan gedung pada aspek kemudahan / Ade Erma Setyowati. -- Masalah Bangunan. --
Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. -- Hal. 38-47. -- Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2013.
ii, 61 hlm. : ilus; 30 cm.
Abstrak : hlm. 38
ISSN : 0025-4436
Sebelum dimanfaatkan, bangunan yang telah selesai dibangun harus memenuhi persyaratan kelaikan fungsi
bangunan berupa sertifikat laik fungsi (SLF) bangunan. Sertifikat tersebut sebagai bukti bahwa bangunan telah
terjamin keandalannya.
Kata kunci : keandalan bangunan, sertifikasi laik fungsi, aspek kemudahan, inspeksi
UDC
663.2
Sun Sundaru, Budiono
m Model perhitungan kesesuain harga rumah dan kelompok sasaran / Budiono Sundaru. -- Masalah Bangunan.
-- Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. -- Hal. 48-55. -- Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2013.
ii, 61 hlm. : ilus; 30 cm.
Abstrak : hlm. 48
ISSN : 0025-4436
Rumusan kebijakan dan program pembangunan perumahan, terutama untuk menetapkan harga rumah terjangkau
oleh masyarakat berpenghasilan rendah adalah dengan teknik perhitungan harga dan kelompok sasaran.
UDC
69.032.2
Her Hermawan, Yuri
b The Grha Wiksa Praniti green building Research Institute for Human Settlements / Yuri Hermawan. -- Masalah
Bangunan. -- Vol. 48 No. 1 October 2013. -- Page.1-11. -- Bandung : Research Institute for Human Settlements,
2013.
ii, 61 page : ilus; 30 cm
Abstract : page1
ISSN : 0025-4436
Effort which is taken from the side of the property to reduce the impact of global warming is through the campaign
on the importance of the application of green building in big cities. Achievements through the placement of better
building, design, material selection, construction, operation maintenance, disassembly, and use of reused material or
be reutilized.
UDC
303.424
Uta Utami, Titi
v Variety of the utilization of public space by communities / Titi Utami. -- Masalah Bangunan. -- Vol. 48 No. 1
October 2013. -- Page 12-16. -- Bandung : Research Institute for Human Settlements, 2013.
ii, 61 page : ilus; 30 cm
Abstract : page 12
ISSN : 0025-4436
Public space undergoing change function, initially as a ‘meeting point’, eventually became private ownership or
persons. The usefulness of public area be diminished even worry to the user.
UDC
69.032.2
Ami Darul, Amin
e Environment settlement of coastal area in Ternate City / Darul Amin and Ratna Juwita. -- Masalah Bangunan.
-- Vol. 48 No. 1 October 2013. -- Page. 17-24. -- Bandung : Research Institute for Human Settlements, 2013.
ii, 61 page : ilus; 30 cm
Abstract : page 17
ISSN : 0025-4436
1. SPATIAL PLANNING - LOCAL WISDOM THE EDGE OF WATER 1. Juwita Ratna 2. Title
Coastal settlement patterns likely to lead to azone on the water. Housing patterns in coastal Ternate leads to vernacular
architecture as well as more influenced by Islamic culture.
Abstract : page 25
ISSN : 0025-4436
Structure analysis with numerical methods for structural reliability Batak Toba traditional house can be a reference to
the traditional structure of system behavior, especially in stability against seismic loads.
UDC
633.23
Set Setyowati, Ade Erma
i Inspection of reliability toward convenience aspect of building / Ade Erma Setyowati. -- Masalah Bangunan. --
Vol. 48 No. 1 October 2013. -- Page 38-47. -- Bandung : Research Institute for Human Settlements, 2013.
ii, 61 page : ilus; 30 cm
Abstract : page 38
ISSN : 0025-4436
Before used, the building that has been constructed shall meet the requirements of the building in the form of
certificates of airworthiness functions (SLF) of building. The certificates as evidence of buildings have been guaranteed
reliability.
Keywords : reliability of building, worthy function of building certificate, convenience aspect, inspection
UDC
663. 2
Sun Sundaru, Budiono
c Conformity calculation models of house prices and target group / Budiono Sundaru . -- Masalah Bangunan. --
Vol. 48 No. 1 October 2013. -- Page 48-55. -- Bandung : Research Institute for Human Settlements, 2013.
ii, 61 page : ilus; 30 cm
Abstract : page 48
ISSN : 0025-4436
Formulation of policy and program development of housing, especially for the price affordable houses by low-income
communities is by the technique of price calculation and target group.
A A
Arsitektur = 1, 2. Architecture = 1, 2.
Aspek kemudahan = 37.
B
B Batak Toba = 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 35, 36.
Bangunan hijau = 1, 6.
Batak Toba = 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 35, 36. C
Berkelanjutan = 1, 2. Calculation = 47, 48, 50, 53.
Berwawasan lingkungan = 17. Climate change = 1, 2.
Community = 12, 14, 16.
E Convenience aspect = 37.
Ekosistem = 1.
E
H Earthquake resistant = 24, 26.
Harga = 47, 48, 50, 53. Ecosystems = 1.
Environmental = 17.
I
Inspeksi = 37, 46. G
Government = 12.
K Green building = 1, 6.
Keandalan bangunan = 37, 40. Group = 47, 48, 53.
Kearifan lokal tepi air = 17.
Kelompok = 47, 48, 53. H
House = 47, 48, 50, 53, 54.
M
Masyarakat = 12, 14, 16. I
Inspection = 37, 46.
P
Pemerintahan = 12. L
Penataan kawasan = 17, 18, 22. Local wisdom the edge of water = 17.
Penguasa sepihak = 12.
Perhitungan = 47, 48, 50, 53. P
Perubahan iklim = 1, 2. Price = 47, 48, 50, 53.
Public space = 12, 14, 15.
R Reliability of building = 37, 40.
Ruang publik = 12, 14, 15.
Rumah = 47, 48, 50, 53, 54. S
Rumah tradisional = 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, Spatial planning = 17, 18, 22.
34, 35. Sustainable = 1, 2.
S T
Sasaran = 47, 48. Target = 47, 48.
Sertifikasi laik fungsi = 37, 39, 46. Traditional house = 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 35.
T U
Tahan gempa = 24, 26. Unilateral domination = 12.
W
Worthy function of building certificate = 37, 39, 40.
Ade Erma Setyowati. Inspeksi kehandalan bangunan gedung pada aspek kemudahan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman.
Masalah Bangunan. Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. Hal. 38-47.
Budiono Sundaru. Model perhitungan kesesuaian harga rumah dan kelompok sasaran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman.
Masalah Bangunan. Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. Hal. 48-55.
Darul Amin. Lingkungan permukiman kawasan pesisir Kota Ternate. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Masalah Bangunan.
Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. Hal. 17-24.
Dian Taviana. Kehandalan struktur dan konstruksi bangunan tradisional Batak Toba. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman.
Masalah Bangunan. Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. Hal. 25-37
Ratna Juwita. Lingkungan permukiman kawasan pesisir Kota Ternate. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Masalah Bangunan.
Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. Hal. 17-24.
Titi Utami. Ragam pemanfaatan ruang publik oleh masyarakat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Masalah Bangunan. Vol.
48 No. 1 Oktober 2013. Hal. 12-16.
Yuri Hermawan. Bangunan hijau Grha Wiksa Praniti (GRANITI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Masalah Bangunan.
Vol. 48 No. 1 Oktober 2013. Hal. 1-11.
Authors Index
Ade Erma Setyowati. Inspection of reliability toward convenience aspect of building. Research Institute for Human Settlements. Masalah
Bangunan. Vol. 48 No. 1 October 2013. Page 38-47.
Budiono Sundaru. Conformity calculation models of house prices and target group. Research Institute for Human Settlements. Masalah
Bangunan. Vol. 48 No. 1 October 2013. Page 48-55.
Darul Amin. Environment settlement of coastal area in Ternate City. Research Institute for Human Settlements. Masalah Bangunan. Vol. 48
No. 1 October 2013. Page. 17-24.
Dian Taviana. The reliability of structure and Batak Toba traditional building construction. Research Institute for Human Settlements. Masalah
Bangunan. Vol. 48 No. 1 October 2013. Page 25-37.
Ratna Juwita. Environment settlement of coastal area in Ternate City. Research Institute for Human Settlements. Masalah Bangunan. Vol. 48
No. 1 October 2013. Page. 17-24.
Titi Utami E.R. Variety of the utilization of public space by communities. Research Institute for Human Settlements. Masalah Bangunan. Vol.
48 No. 1 October 2013. Page 12-16.
Yuri Hermawan. The Grha Wiksa Praniti green building Research Institute for Human Settlements. Research Institute for Human Settlements.
Masalah Bangunan. Vol. 48 No. 1 October 2013 Page.1-11.
UMUM
Redaksi menerima naskah karya ilmiah IPTEK bidang Permukiman, baik dari dalam maupun di luar lingkungan Pusat
Litbang Permukiman
Naskah belum pernah diterbitkan di media cetak lainnya
Penulis bertanggung jawab sepenuhnya terhadap isi tulisan
Naskah disampaikan ke redaksi dalam bentuk naskah tercetak hitam putih sebanyak 3 rangkap
Penelaah berhak memperbaiki naskah tanpa mengubah isi dan pengertiannya dan akan berkonsultasi dahulu dengan penulis
apabila dipandang perlu untuk mengubah isi naskah
Jika naskah disetujui untuk diterbitkan, penulis harus segera menyempurnakan dan menyampaikannya kembali ke redaksi
beserta file-nya dengan program MS-Word paling lambat satu minggu setelah tanggal persetujuan
Naskah yang dimuat menjadi milik Pusat Litbang Permukiman
Naskah yang tidak dapat dimuat akan diberitahukan kepada penulis dan naskah tidak akan dikembalikan, kecuali ada
permintaan lain dari penulis
NASKAH
Bahasa : Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dilengkapi dengan abstrak dan kata kunci dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Format : Jumlah halaman naskah maksimum 10 halaman tercetak dalam kertas putih ukuran A4 pada satu permukaan dengan satu
spasi. Naskah yang ditulis terbagi atas 2 kolom yang terpisah oleh jarak tengah 1 cm. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong
minimal 2 cm. Jenis huruf yang digunakan Goudy Old Style.
Judul (12 pt, Capital, bold) dan Sub Judul (11 pt, bold) : Judul dibuat tidak lebih dari dua baris dan harus mencerminkan isi tulisan. Nama,
instansi dan alamat (instansi dan e-mail) penulis dicantumkan di bawah judul.
Abstrak (11 pt, Italic) : Abstrak dibuat tidak lebih dari 200 kata yang memuat metodologi yang digunakan, temuan-temuan pokok hasil
penelitian, serta mengungkapkan konklusi dan rekomendasi pokok. Abstrak dilengkapi dengan kata kunci.
Isi Naskah (11 pt) : Susunan isi naskah meliputi : Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metoda Penelitian, Hasil, Analisis dan Pembahasan,
Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.
Tabel : Judul tabel dan keterangan ditulis dengan jelas dan singkat. Tabel harus diberi nomor. Nomor dan judul tabel diletakkan pada
posisi center. Tabel harus diberi nomor. Antara judul tabel dan kalimat sebelumnya dan juga antara tabel dan judul tabel diberi jarak
satu spasi
Gambar dan Foto : Gambar dan foto harus diberi nomor, judul atau keterangan dengan jelas. Ukuran gambar dan foto disesuaikan
dengan besar kolom. Nomor, judul atau keterangan gambar dan foto diletakkan pada posisi center. Gambar dan foto harus mempunyai
ketajaman yang baik, ukurannya dapat diperbesar dan diletakkan ditengah kertas, memotong kolom. Antara gambar/foto dan judul
atau keterangan gambar/foto diberi jarak satu spasi.
Daftar Pustaka : Daftar pustaka ditulis sesuai dengan urutan menurut abjad nama pengarang dengan mencantumkan tahun penerbitan,
judul terbitan, penerbit, dan kota terbit.
Pustaka berupa judul buku :
Soehartono, Irawan. 2002. Metode penelitian sosial. Bandung: Gajah Mada University Press.