Anda di halaman 1dari 25

Studio Riset I

Green Building Aspek Material Resource & Cycle

Nama : Timothy Wisnu Harya P. S., S.Ars


NIM : 1905290006

Program Pascasarjana Magister Arsitektur


Universitas Kristen Indonesia

TAHUN 2019

i
Daftar Isi
Daftar Pustaka ................................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan ............................................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2. Manfaat dan Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.3. Permasalahan.................................................................................................................... 4

1.4. Ruang Lingkup ................................................................................................................. 4

Bab II Kajian Pustaka ...................................................................................................................... 5

2.1. Pengertian Green Building ............................................................................................... 5

2.2. Pengertian Material ......................................................................................................... 7

2.3. Pengertian Green Material ............................................................................................... 7

2.4. Faktor Pemilihan Material .............................................................................................. 8

2.5. Kriteria Green Material.................................................................................................... 9

Bab III Metodologi Penelitian ......................................................................................................... 18

3.1. Metode yang Dipergunakan .......................................................................................... 18

3.2. Metode Pengambilan Data............................................................................................. 18

3.2.1. Jenis dan Sumber Data ........................................................................................ 18

3.2.2. Cara Pengumpulan Data ..................................................................................... 19

Bab IV Analisa dan Pembahasan.................................................................................................... 20

Bab V Kesimpulan............................................................................................................................ 22

ii
Daftar Pustaka

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2011). Pengertian Lapisan Ozon, Bahan
Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan. Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia
Berge, Bjorn. (2009). The Ecology of Building Materials (second edition), London:
Architectural
Press.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010 Tentang Kriteria Dan
Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan
Envisioning a Perfect Building Material, (2013). (http://insight.gbig.org/envisioning-a-
perfectbuilding-material/).
Ervianto, Wulfram I. (2013). Kajian Kerangka Legislatif Penerapan Green Construction Pada
Proyek Konstruksi Gedung di Indonesia. Institut Teknologi Bandung
Frick, H. & Suskiyatno, FX. B. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius
& Bandung: ITB.
Siagian, Indira Shita. (2005). Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan (Salah Satu Aspek
Penting Dalam Konsep Sustainable Development). Universitas Sumatera Utara.
(https://www.academia.edu/8142030/Bahan_Bangunan_yang_Ramah_Lingkungan_Salah_Sa
tu_Aspek_Penting_Dalam_Konsep_Sustainable_Development).
Kim, Jong-Jin. (1998). Sustainable Architecture Module: Qualities, Use, and Examples of
Sustainable Building Materials. National Pollution Prevention Center for Higher Education
Rancangan Peraturan Menteri (Rapermen) Pekerjaan Umum Tentang Pedoman Teknis
Bangunan Hijau.
Green Building Council Indonesia. (2014). GREENSHIP untuk Bangunan Baru Versi 1.2.
Ringkasan Kriteria dan Tolak Ukur

iii
Bab I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sangat berpengaruh terhadap kelestarian dan kualitas

lingkungan karena menggunakan berbagai jenis sumber daya alam. Eksploitasi sumber

daya alam secara besar-besaran dan terus menerus dalam rangka implementasi

perkembangan pembangunan di seluruh belahan dunia sejak beberapa dekade ini mulai

dirasakan berbagai dampak negatif seperti pemanasan global, perubahan iklim,

degradasi potensi dan kualitas lingkungan yang cenderung mempengaruhi ketahanan

hidup masyarakat pada umumnya.

Kaitannya dengan masalah kualitas lingkungan ini adalah adanya isu efek Gas

Rumah Kaca yang menyebabkan timbulnya pemanasan global dan perubahan iklim di

mana pembangunan dan bangunan gedung menjadi salah satu sebabnya

Hal tersebut terjadi akibat adanya pembangunan-pembangunan yang kurang

memperhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan hingga terjadinya berbagai

perusakan sumber daya alam dan lingkungan baik langsung ataupun tidak langsung.

Salah satu solusi untuk antisipasi dan mengatasi tidak terjadinya efek Gas

Rumah Kaca hingga pemanasan global adalah secara umum dengan melaksanakan

kegiatan perencanaan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan (sustainable), khususnya di sektor industri bangunan dan konstruksi

dengan implementasi prinsip-prinsip Bangunan hijau (Green Building).

1
Sebenarnya konsep pembangunan Bangunan Hijau (Green Building) sudah

cukup lama dibahas dalam berbagai fórum dunia ataupun fórum nacional di Indonesia

dalam dua dekade terakhir sejak memasuki abad 21.

Secara prinsip, konsep pembangunan berwawasan lingkungan dari Bangunan

hijau adalah mengutamakan beberapa pertimbangan aspek utama yang harus

diperhatikan sejak awal perencanaan sampai tahap pelaksanaan pembangunan dan

kemudian pengendalian dan pemantauan pengelolaannya pada tahapan paska

konstruksi, seperti antara lain bagaimana upaya agar tercapainya pemanfaatan lahan

secara tepat, penghematan energi, konservasi air dan sumber daya alam, kenyamanan

dan kesehatan ruang,bangunan dan lingkungan, pengelolaan dan pemeliharaan

bangunan dan fasilitasnya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Proyek-proyek baru Green Building cenderung lebih berfokus pada material,

karena hampir merupakan aspek nyata dari sebuah bangunan – hal-hal yang dapat

dilihat dan disentuh. Tapi saat mempertimbangkan cara di mana suatu bangunan

memengaruhi lingkungan alam, dampak dari bahan bangunan yang digunakan

biasanya kurang diperhatikan daripada energi operasional, penggunaan air, dan lokasi

tapak.

Pilihan bahan dan produk bertambah secara signifikan, dan pilihan itu dapat

memengaruhi dampak berkelanjutan dari pembangunan gedung pada energi, air, dan

sumber daya lainnya. Membuat bangunan yang hemat energi dan hemat sumber daya

membutuhkan kombinasi langkah-langkah, termasuk memilih bahan yang tepat,

merancang dan merakitnya untuk kinerja opsional dan mengoperasikan gedung secara

2
efektif setelah ditempati. Kontribusi yang dibuat oleh pilihan material yang cerdas

dalam hal ini tidak boleh diabaikan, dan dapat dianggap secara terpisah dari dampak

lingkungan atau beban yang terkait dengan material itu sendiri.

1.2. Manfaat dan Tujuan Penelitian

Maksud penyusunan makalah tentang bangunan hijau ini adalah menyediakan

informasi ringkas mengenai definisi secara umum tentang bangunan hijau itu sendiri

dan berbagai permasalahan yang harus diperhatikan dan berkaitan dengan konsep

pemikiran, kaidah dan norma-norma perencanaan yang diperlukan dalam tahap awal

hingga implementasi pelaksanaan fisik pembangunan serta bagaimana upaya

pengelolaan yang berkelanjutan yang diperlukan bagi kepentingan manusia, bangunan

serta alam lingkungannya secara keseluruhan.

Tujuannya adalah agar pemahaman prinsip dasar bangunan hijau tentang

semua permasalahan yang ada dan upaya solusi yang diperlukan bagi terwujudnya

suatu pembangunan yang bermanfaat secara langsung bagi manusia, bangunan serta

alam lingkunganya dapat dipahami secara menyeluruh oleh semua pihak yang terlibat

dan bisa diimplementasikan secara bertahap atau terukur sehingga terjamin

keseimbangan pendayagunaan dan konservasi sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan, baik secara lokal, regional, maupun global.

3
1.3. Permasalahan

Bangunan hijau merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap upaya

memahami dan menjaga ketahanan sumber daya alam dan lingkungan secara fisik dan

proporsional di bidang pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan,

terutama dalam menyikapi upaya menurunkan efek gas rumah kaca dan pemanasan

global, penghematan energi dan konservasi sumber daya alam dan berbagai isu

lingkungan lainnya.

Di antara keenam kriteria green building, salah satunya adalah material yang

ramah lingkungan dan mudah didapat. Untuk mengetahui apakah sebuah material

termasuk green material, terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk

menilai.

1.4. Ruang Lingkup

Penelitian ini akan mambahas bangunan hijau yang dibatasi dan berfokus

pada aspek material bangunan.

4
Bab II

Kajian Pustaka

2.1. Pengertian Green Building

Menurut Michael Bauer, Peter Möesle, Michael Schwarz (2010:25), Green

Building diartikan sebagai bangunan dengan kategori penggunaan apa saja yang

menganut prinsip penanganan sungguh-sungguh atas berbagai sumber daya alam. Ini

berarti menyebabkan kemungkinan sedikit gangguan lingkungan , penggunaan bahan

yang ramah lingkungan yang bukan merupakan resiko bahaya kesehatan, solusi

ruangan dalam yang menyediakan sarana komunikasi, persyaratan rendah energi,

penggunaan energi terbarukan, yang berkualitas tinggi dan berumur panjang sebagai

suatu pedoman untuk konstruksi, dan, terakhir tetapi setidak-tidaknya adalah

operasional yang ekonomis.

Kemudian menurut Michael Bauer, Peter Möesle, Michael Schwarz (2010:52),

tiga kriteria penting untuk menciptakan bangunan ramah energi dengan kenyamanan

level tinggi adalah dengan meminimalkan persyaratan energi bangunan melalui

rekayasa konstruksi, meningkatkan efisiensi energi untuk sistem teknis, penggunaan

sumber daya energi baru untuk pembangkit panas, pendingin dan kelistrikan untuk

gedung-gedung.

Sementara itu Jery Yudelson (2009:41) mengatakan bahwa, Bangunan hijau

adalah bangunan yang mempertimbangkan dan kemudian mengurangi dampaknya

5
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Bangunan hijau menggunakan lebih

sedikit energi dan air daripada bangunan konvensional, memiliki dampak lahan lebih

sedikit dan umumnya tingkat kualitas udara dalam ruangan yang lebih tinggi. Juga

mencatat beberapa ukuran dampak siklus hidup bahan bangunan, perabot dan

peralatan. Manfaat ini dihasilkan dari praktik pengembangan lahan yang lebih baik ;

pilihan desain dan konstruksi; dan efek kumulatif operasional, pemeliharaan,

pemindahan, dan kemungkinan penggunaan kembali bahan bangunan dan sistem-

sistem yang ada.

Kemudian Yudelson juga mengatakan, Bangunan hijau menggunakan praktik

desain dan konstruksi yang secara signifikan mengurangi atau menghilangkan dampak

negatif bangunan terhadap lingkungan dan penghuninya.

Dalam Sistem LEED, praktik-praktik ini termasuk lokasi bangunan,

penggunaan air dan energi, lingkungan kegiatan pembelian dan pengelolaan limbah

yang lebih baik, kualitas lingkungan ruangan dalam yang ditingkatkan dan pendekatan

"perbaikan berkelanjutan" untuk inovasi bangunan hijau.

Secara teknis konsep Bangunan Hijau telah dicanangkan oleh pemerintah

Indonesia dalam anjuran yang disahkan dalam suatu peraturan menteri, yaitu Permen

No. 2 tahun 2015 tentang Bangunan Hijau dan selanjutnya diikuti oleh berbagai

peraturan setingkat Kepala Daerah yang menuangkan pasal-pasal implementasi

berbagai aspek perencanaan dan pembangunan Bangunan Hijau yang tujuannya adalah

upaya terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dan mencegah penurunan kualitas

dan perusakan lingkungan secara menyeluruh.

6
Konsep Bangunan Hijau sering kali disalahartikan sebagai bangunan yang

memiliki lahan hijau yang luas dan biasanya membutuhkan biaya perawatan yang

lebih. Padahal Bangunan Hijau (Green Building) tidak hanya sebatas itu, namun secara

hakiki suatu banguna hijau adalah bangunan yang

a. Memaksimalkan penghematan energi

b. Melindungi lingkungan

c. Meningkatkan kualitas udara

d. Mengurangi potensi pencemaran dan polusi

e. Menjaga kesehatan

f. Konservasi air dan sumber daya alam

g. Proses pembangunan di segala sektor

2.2. Pengertian Material

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, material adalah bahan yang akan

dipakai untuk membuat barang lain; bahan mentah untuk bangunan (seperti pasir,

kayu, kapur). Sedangkan bahan bangunan adalah barang yang merupakan bakal untuk

membangun rumah atau gedung dan sebagainya.

2.3. Pengertian Green Material


Green Material memiliki arti yang lebih luas dari sekedar material ramah

lingkungan. Pengertian material ramah lingkungan sendiri pada umumnya

7
menyangkut dari sisi produk material itu sendiri. Material ramah lingkungan adalah

material yang pada saat digunakan dan dibuang, tidak memiliki potensi merusak

lingkungan dan mengganggu kesehatan. Sedangkan, Green Material memiliki

pengertian lebih besar selain hanya dari sisi produk materialnya saja yang ramah

lingkungan. Tetapi, juga meninjau keberlanjutan dari sumber material, proses

produksi, proses distribusi, dan proses pemasangan. Serta dapat mendukung peng-

hematan energi (energi listrik dan air), meningkatkan kesehatan dan kenyamanan, dan

efisiensi manajemen perawatan bangunannya.

Sedangkan menurut Wulfram I. Ervianto (2013), material ekologis atau ramah

lingkungan yaitu material yang bersumber dari alam dan tidak mengandung zat-zat

yang mengganggu kesehatan, misalnya batu alam, kayu, bambu, tanah liat.

2.4. Faktor Pemilihan Material

Kebutuhan akan pembangunan properti yang semakin meningkat mendorong

pihak industri material bangunan untuk menghasilkan inovasi produk material

bangunan yang ramah lingkungan sehingga dapat bersaing di pasar industri. Pemilihan

dalam produk material menjadi aspek yang sangat penting dalam mewujudkan konsep

Green Building. Menurut Siagian (2005) terdapat beberapa faktor dan strategi yang

harus dipertimbangkan dalam memilih material bangunan:

a. Bangunan yang dirancang dapat dipakai kembali dan memperhatikan

sampah/buangan bangunan pada saat pemakaian.

b. Bahan bangunna tersebut dapat dipakai kembali (didaur ulang).

8
c. Keaslian material.

d. Energi yang diwujudkan (embodied energy).

e. Produksi material.

f. Dampak dari material.

g. Material yang mengandung racun.

h. Efisiensi ventilasi.

i. Teknik konstruksi yang digunakan.

j. Memprioritaskan material alami.

k. Mempertimbangkan durabilitas dan umur dari produk.

2.5. Kriteria Green Material

Kriteria green material dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tahap

pembangunan (Kim, 1998), yaitu manufacturing process (pengadaan bangunan),

building operation, dan waste management. Pengelompokan ini juga dapat digunakan

sebagai tolak ukur kualitas material dalam penggunaan pada bangunan sebagai green

material. Dari tahap Pre-building yaitu manufacturing (extraction, processing,

packaging dan shipping) aspek green material yang dapat dilihat antara lain adalah

waste reduction, pollution prevention, recycled, embodied energy reduction dan

natural material.

Pada tahap penggunaan atau Building Operation (construction, installation,

operation, dan maintenance) aspek green material yang dapat dilihat adalah energy

efficiency, water treatment conservation, nontoxic, renewable energy source, dan

9
longer life. Sedangkan pada tahap Post Building yaitu disposal/waste management

(recycling dan reuse) aspek green material yang dapat dilihat adalah biodegradable,

recycleable, reusable dan lainnya.

2.5.1. Kriteria Berdasarkan Kebijakan Pemerintah

Terkait dengan pembangunan ramah lingkungan atau juga bisa

disebut bangunan hijau/green building, terdapat dua kebijakan pemerintah

yang memuat kriteria dari sebuah bangunan agar dapat disebut banguan

ramah lingkungan atau green building yaitu dalam Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup dan Rancangan Peraturan Menteri (Rapermen)

Pekerjaan Umum.

Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8

Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan.

Bab II pasal 4, bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah

lingkungan apabila memenuhi kriteria antara lain :

a. Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan

b. Terdapat fasilitas, sarana dan prasarana untuk konservasi sumber

daya air dalam bangunan gedung

c. Terdapat fasilitas, sarana dan prasarana konservasi dan

diversifikasi energi

d. Menggunakan bahan yang bukan perusak ozon dalam bangunan

gedung
10
e. Terdapat fasilitas, sarana dan prasarana pengelolaan air limbah

domestic pada bangunan gedung

f. Terdapat fasilitas pemilah sampah

g. Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan

h. Terdapat fasilitas, sarana dan prasarana pengelolaan tapak

berkelanjutan

i. Terdapat fasilitas, sarana dan prasaran untuk mengantisipasi

bencana

Dari Peraturan Menteri ini dapat dilihat bahwa aspek material

memiliki peran yang utama dalam menentukan kriteria sebuah bangunan

ramah lingkungan. Sub kriteria dari penggunaan material adalah

penggunaan material bangunan yang bersifat eco-label dan merupakan

material bangunan lokal.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia Nomor 02/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Teknis

Bangunan hijau, kriteria bangunan hijau dibedakan menjadi dua, yaitu:

Pertama, kriteria pembangunan yang mencakup aspek perencanaan dan

pelaksanaan. Kedua, kriteria pemanfaatan yang mencakup aspek

pemeliharaan, aspek perawatan, dan aspek pemeriksaan berkala. Kriteria

spesifik dari tahap pelaksanaan adalah:

11
a. Manajemen efisiensi energi

b. Manajemen efisiensi air

c. Manajemen penggunaan material

d. Manajemen pelaksanaan konstruksi.

Pada aspek penggunaan material, dapat dibagi lagi menjadi beberapa

kriteria material dalam bangunan ramah lingkungan, yaitu:

 Menggunakan material secara efisien dan cermat untuk

mengurangi sisa bahan tak terpakai (zero waste, zero defect, dan

sistem pracetak)

 Menggunakan material yang bahan baku dan proses

produksinya ramah lingkungan.

 Menyiapkan area pemilahan dan menyelenggarakan manajemen

sampah untuk tempat material sisa pelaksanaan proyek sebelum

digunakan kembali dan/atau didaur ulang.

 Mengutamakan penggunaan material lokal hasil olahan yang

mudah diperoleh di sekitar kawasan proyek.

 Menggunakan pemasok bahan konstruksi yang bersedia

membawa/mengambil kembali kemasan pembungkus, pallets,

dan material yang tidak terpakai atau material sisa yang

ditimbulkan oleh produk yang disediakannya.

12
 Melakukan penjadwalan pengadaan material secara akurat

untuk mengurangi penyimpanan.

 Mendorong penggunaan kembali material untuk kantor proyek,

bedeng pekerja konstruksi, dan gudang.

 Mendorong penggunaan kembali alat bantu konstruksi seperti

cetakan beton, perancah, dan alat bantu lainnya.

Dari kedua kebijakan pemerintah yang berlaku, dapat dilihat bahwa

terdapat beberapa kriteria penting dalam mewujudkan pembangunan yang

ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan memperhatikan aspek

material bangunan yang menjadi dasar awal dalam suatu pembangunan.

13
2.5.2. Kriteria Berdasarkan Green Building Council Indonesia

Green Building Council Indonesia (GBCI) merupakan lembaga

yang menyelenggarakan kegiatan sertifikasi bangunan hijau di Indonesia.

Sistem sertifikasi ini merupakan penilaian rating suatu bangunan dalam

upayanya menerapkan bangunan ramah lingkungan. Sistem rating ini diberi

nama Greenship. Penilaian Greenship terbagi menjadi enam kategori [10],

yaitu:

a. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)

b. Efisiensi & Konservasi Energi (Energy Efficiency &

Conservation/EEC)

c. Konservasi Air (Water Conservation/WAC)

d. Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC)

e. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health &

Comfort/IHC)

f. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment

Management)

Masing-masing aspek terdiri atas beberapa rating yang mengandung

kredit yang masing-masing memiliki muatan nilai tertentu dan akan diolah

untuk menentukan penilaian. Poin Nilai memuat standar-standar baku dan

rekomendasi untuk pencapaian standar tersebut. Salah satu aspek penilaian

dari Greenship adalah Material Resource and Cycle (MRC), yaitu

14
menempati sebanyak 14 poin atau 14% dari nilai maksimum. Kategori ini

dibagi lagi menjadi satu kriteria prasarat dan enam kriteria penilaian, yaitu:

MRC.P. Refrigeran Fundamental (Fundamental Refrigerant)

Mencegah pemakaian bahan dengan potensi merusak ozon yang

tinggi, yaitu tidak menggunakan chlorofluorocarbon (CFC) sebagai

refrigerant dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran.

MRC.1. Penggunaan Gedung dan Material Bekas (Building and Material

Reuse)

Menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat

lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah yang baru,

sehingga dapat mengurangi limbah pada pembuangan akhir serta

memperpanjang usia pemakaian suatu bahan material.

MRC.2. Material Ramah Lingkungan (Environmentally Friendly Material)

Mengurangi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah dan

proses produksi material. Yaitu dengan menggunakan material yang

memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada proses

produksinya, menggunakan material yang merupakan hasil proses

daur ulang, atau menggunakan material yang bahan baku utamanya

berasal dari sumberdaya terbarukan.

15
MRC.3. Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (Non ODS Usage)

Menggunakan bahan yang tidak memiliki potensi merusak ozon.

Yaitu dengan tidak menggunakan bahan perusak ozon (BPO) pada

seluruh sistem pendingin bangunan.

MRC.4. Kayu Bersertifikat (Certified Wood)

Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan

asalusulnya untuk melindungi kelestarian hutan. Yaitu dengan

menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai

dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu, atau bersertifikasi

dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest

Stewardship Council (FSC).

MRC.5. Material Prafabrikasi (Prefab Material)

Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi

sampah konstruksi. Yaitu dengan menggunakan material modular

atau prafabrikasi.

16
MRC.6. Material Regional (Regional Material)

Mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk distribusi dan

mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Yaitu dengan

menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan

pabrikasinya berada dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek atau

masih berada dalam wilayah Republik Indonesia.

Dari seluruh aspek penilaian Greenship mengenai penggunaan

material pada bangunan hijau, dapat dilihat bahwa kriteria material sebagai

green building material memiliki perannya dan kontribusinya masing-

masing dalam mewujudkan konsep green building.

17
Bab III
Metodologi Penelitian

3.1. Metode yang Dipergunakan

Penelitian ini menggunakan pendekatan komparasi kualitatif yang bertujuan

membandingkan kriteria green material yang berasal dari peran kebijakan pemerintah

serta peran Green Building Council Indonesia (GBCI) yang didasarkan pada siklus

pengadaan material bangunan. Kriteria green material didapatkan dari kebijakan

pemerintah yang tertuang dalam peraturan serta kriteria GBCI yang tertuang dalam

greenship. Analisis dilakukan dengan mengategorikan masing-masing kriteria ke

dalam siklus pengadaan material bangunan (building material life cycle), sehingga

didapatkan peran kriteria green material pada masing-masing tahapan pengadaan.

Metode komparasi adalah suatu metode yang digunakan untuk

membandingkan data-data yang ditarik ke dalam konklusi baru untuk menemukan

persamaan dari kedua konsep atau lebih.

3.2. Metode Pengambilan Data

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Prosedur pengambilan data pada penelitian kali ini menggunakan data

sekunder yang merupakan merupakan data yang sudah tercatat dalam buku atau

pun suatu laporan namun dapat juga merupakan hasil dari hasil labolatorium.

Data yang digunakan adalah data-adata yang tercantum dalam

18
3.2.2. Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi. Pengamatan

atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan

maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah

fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui

sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk

melanjutkan suatu penelitian.

19
Bab IV
Analisa dan Pembahasan

Dalam paparan ini telah disebutkan bahwa terdapat dua peran yang mewujudkan

kriteria green building, yaitu dari peran kebijakan pemerintah dan peran Green Building

Council Indonesia.

Tabel 1. Perbandingan Penerapan Kriteria Penggunaan Material terhadap Building Material


Life Cycle

Building Material Life Cycle


Kriteria
Pre-building Building Operation Post Building
Peran kebijakan  Material bangunan  Menggunakan
pemerintah yang bersifat bahan yang
 Peraturan ecolabel bukan perusak
Menteri  Material bangunan ozon
Negara lokal.
Lingkungan
Hidup
 Rancangan  Menggunakan  Menyiapkan area
Peraturan material secara pemilahan dan
Menteri efisien dan cermat menyelenggara kan
(Rapermen) untuk mengurangi manajemen sampah untuk
Pekerjaan sisa bahan tak tempat material sisa
Umum terpakai pelaksanaan proyek
 Menggunakan sebelum digunakan
material yang kembali dan/atau didaur
bahan baku dan ulang.
proses  Menggunakan pemasok
produksinya bahan konstruksi yang
ramah lingkungan bersedia
 Mengutamakan membawa/mengambil
penggunaan kembali kemasan
material lokal pembungkus, pallets, dan
hasil olahan yang material yang tidak
mudah diperoleh terpakai atau material sisa
di sekitar yang ditimbulkan oleh
Kawasan proyek produk yang
 Melakukan disediakannya.
penjadwalan  Mendorong penggunaan
pengadaan kembali material untuk
material secara kantor proyek, bedeng
akurat untuk

20
mengurangi pekerja konstruksi, dan
penyimpanan gudang
 Mendorong penggunaan
kembali alat bantu
konstruksi seperti
bekisting, perancah, dan
alat bantu lainnya.
Peran lembaga  Penggunaan  Refrigeran
penilaian Gedung dan Fundamental
 Green Material Bekas (Fundamental
Building (Building and Refrigerant)
Council Material Reuse)  Penggunaan
Indonesia  Material Ramah Refrigeran tanpa
Lingkungan ODP (Non ODS
(Environmentally Usage)
Friendly Material)
 Kayu Bersertifikat
(Certified Wood)
 Material
Prafabrikasi
(Prefab Material)
 Material Regional
(Regional
Material)
Sumber: Analisa penulis

Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa penerapan aspek material dari masing-masing

kriteria dapat mewakili dari ketiga tahapan Building Material Life Cycle. Hal ini

menunjukkan bahwa ketiga kriteria tersebut sebaiknya digunakan secara

berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan pembangunan dengan konsep green

building secara nyata.

21
Bab V
Kesimpulan

Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa dalam mewujudkan bangunan ramah

lingkungan perlu memperhatikan beberapa aspek penting baik dalam tahap

perencanaan, pembengunan, penggunaan hingga tahap renovasi. Pemilihan material

yang akan digunakan dalam sebuah pembangunan menjadi salah satu aspek penting

dalam mewujudkan pembangunan ramah lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari peran

material yang terwujud dalam tiga tahap pembangunan yaitu Pre-building, Building

Operation, hingga Post Building. Hal terpenting dalam menentukan sebuah bangunan

mengambil peran dalam mewujudkan konsep ramah lingkungan adalah mencocokkan

kriteria dari bangunan ramah lingkungan atau green building itu sendiri.

Adanya peran pemerintah dalam menerapkan kriteria bangunan ramah

lingkungan menunjukkan bahwa di Indonesia, kesadaran akan pentingnya penggunaan

green material sudah terwujudkan. Hal ini juga diperkuat dengan telah diwujudkannya

sistem penilaian bangunan oleh GBCI yang bergun untuk mengevaluasi kinerja dari

bangunan ramah lingkungan yang telah terwujud.

Hanya saja masih perlu dilakukan penelitian lebih mendalam guna

mengembangka dan memfokuskan lebih terperinci mengenai penggunaan green

material dalam konsep bangunan ramah lingkungan atau green building.

22

Anda mungkin juga menyukai