Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Adapun judul laporan ini adalah “Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Korea” sebagai
pemenuhan mata kuliah ” Sejarah dan Perkembangan Arsitektur”.
Harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dunia Arsitektur dewasa ini juga dihadapkan pada suatu isu bau. Krisi energikarena sumber daya
alam yang dieksploitasi sejak industrialisasi dunia kini terasagejalanya. Perubahan iklim,
pemanasan global, dan bencana lainnya menjadi salahsatu penyebabnya. Seprtinya pernyataan
tentang isu berkelanjutan melalui konferensiinternasional yang menghasilkan pernyataan :
“... Sustainable development is development that meets the needs of the present without
compromising the ability of future generation to meet their own needs...”
(Bruntdland report, 1987 )Pemanasan global merupakan isu utama yang saat ini sedang di
pecahkan caramengatasinya. Arsitektur juga dapat berefek negatif terhadap kondisi lingkungan,
olehsebab itu perlu adanya konsep arsitektur baru yang ramah lingkungan. Green Architecture
merupakan salah satu solusinya. Bagian dari arsitektur hijau adalaharsitektur Bioklmatik yang
merupakan perancangan gedung yang menyesuaikandengan iklim tempat bangunan berada.
Namun saat ini sedikit yang mengetahuibahawa arsitektur bioklimatik juga memilki aspek
keindahan tersendiri yang jugamemiliki fungsi yang menguntungkan bangunan tersebut. Penting
bagi arsitek-arsitekmuda untuk mengetahui aspek estetika dari arsitektur bioklimatik ini sehingga
padamasa depan Indonesia dapat memiliki bangunan yang ramah lingkungan serta sesuaidengan
iklimnya.

Bioklimatik berasal dari bahasa asing yaitu Bioclimatology. Menurut Kenneth Yeang “
Bioclimatology is the study of the relationship between climate and life, particulary the effect of
climate on the health of activity of living things”. Bioklimatik adalah Ilmu yang mempelajari
antara hubungan iklim dan kehidupan terutama efek dari iklim pada kesehatan dan aktivitas
sehari-hari. Bangunan Bioklimatik adalah bangunan yang bentuk bangunanya disusun oleh
desain penggunaan teknik hemat energi yang berhubungan dengan iklim setempat dan data
meteorologi, hasilnya adalah bangunan yang berinteraksi dengan lingkungan, dalam penjelmaan
dan operasinya serta penampilan berkualitas tinggi. Maka berdasarkan dari penjelasan tersebut
bisa kita simpulkan Arsitektur Bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek
untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk
arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitan iklim daerah tersebut. Pada akhirnya bentuk
arsitektur yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh budaya setempat, dan hal ini akan berpengaruh
pada ekspresi arsitektur yang akan ditampilakan dari suatu bangunan, selain itu pendekatan
bioklimtaik akan mengurangi ketergantungan karya arsitektur terhadap sumber – sumber energi
yang tidak dapat dipengaruhi Hal ini dapat dikonseptualisasikan sebagai desain bangunan yang
memanfaatkan berbagai elemen biofisik. Unsur-unsur biofisik terutama diambil dari ekosfer,
bukan litosfer yaitu, panas, cahaya, lanskap, udara, hujan dan bahan Parameter Baru untuk
Bioklimatik Rumah - Price & Mayers 2005 Inti dan Tujuan dari Arsitektur Bioklimatik, yaitu:
Rancangan Bioklimatik merupakan rancangan didasarkan pada respon terhadap siklus dan iklim
setempat. Merancang yang didasarkan iklim mempunyai dasar: Menghemat penggunaan energi
sehingga mempunyai konsumsi biaya yang rendah dalam operasionalnya. Masalah Ekologi
desain dengan iklim menggunakan perangkat non mekanik sehingga ramah lingkungan. (Bio)
Regionalisme dari rancangan terhadap iklim merupakan cara pandang sebuah komunitas
masyarakat terhadap lingkungan binaan. Perancangan dengan menggunakan konteks bioklimatik
mempunyai ketergantungan terhadap kondisi unik dari alam sekitarnya. Dengan memahami
karakteristik alam lingkungannya, hasil rancangan merupakan sistem yang dipersiapkan untuk
beradaptasi secara maksimal terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam alam
lingkungannya. Kondisi-kondisi spesifik dari iklim lingkungannya akan menggambarkan faktor-
faktor kritis yang harus ditangani dalam rancangan bangunan tersebut. Tempat hunian
mempunyai tingkat kebutuhan terhadap kenyamanan yang cukup tinggi. Terutama dalam
kenyamanan fisik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Arsitektur Bioklimatik

Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk


mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk
arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitanyan iklim daerah tersebut. Pada akhirnya
bentuk arsitektur yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh budaya setempat, dan hal ini
akan berpengaruh pada ekspresi arsitektur yang akan ditampilakan dari suatu
bangunan, selain itu pendekatan bioklimtaik akan mengurangi ketergantungan karya
arsitektur terhadap sumber – sumber energi yang tidak dapat dipengaruhi.
Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana
sistim struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya
kondisinyaman bagi penghuninya. Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi
tak terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan
energidari alam sekitar bangunan tersebut.
Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada
hakekatnya bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain
yang responsif terhadap lingkungan global yaitu kondisikenyamanan manusia dan
penggunaan energi secara pasif.
Arsitektur Bioklimatik juga dikatakan sebagai cabang dari arsitektur hijau (Green
Architecture) yang diterapkan dalam kota dengan mengedepankan sistim alami bagi
kebutuhan ventilasi dan pencahayaan bangunan.

B. perkembangan arsitektur bioklimatik

Perkembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari 1960-an. Arsitektur Bioklimatik


merupakan arsitektur modern yang dipengaruhi oleh iklim. Arsitektur bioklimatik
merupakan pencermian kembali arsitektur Frank Loyd Wright yang terkenal dengan
arsitektur yang berhubungan dengan alam dan lingkungan dengan prinsip utamanya
bahwa didalam seni membangun tidak hanya efisiensinya saja yang dipentingkan tetapi
juga ketenangannya, keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan
yang sesuai dengan bangunannya, “Oscar Niemeyer dengan falsafah arsitekturnya
yaitu penyesuaian terhadap keadaan alam dan lingkungan, penguasaan secara
fungsional, dan kematangan dalam pengolahan secara pemilihan bentuk, bahan dan
arsitektur”.
Akhirnya dari Frank Wright dan Oscar Niemeyer lahirlah arsitek lain seperti Victor Olgay
pada tahun 1963 mulai memperkenalkan arsitektur bioklimatik. Setalah tahun 1990-an
Kenneth Yeang mulai menerapkan arsitektur bioklimatik pada bangunan tinggi
bioklimatik yang memenangkan penghargaan Aga Khan Award tahun 1966 dan Award
pada tahun 1966
C. PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Pendekatan desain arsitektur bioklimatik dengan demikian mengandung keandalan


sebagai salah satu tipe desain arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaan
energi saat pengoperasian bangunan. Sebagai bagian dari kelompok eco-arsitektur,
maka tujuan dari arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan yang ramah
lingkungan, diantaranya turut berperan serta dalam meredam efek rumah kaca pada
lingkungan urban, misalnya melalui upaya pengurangan produksi gas CO 2 dan CFC ke
atmosfer.

Dalam praktek proses perancangan arsitektur bioklimatik, digunakanlah diagram


bioklimatik sebagai bagian dari strategi teknik perancangan bangunan hemat energi.
Kontrol akan variabel iklim dalam koridor kenyamanan termis dilakukan melalui
penggunaan diagram bioklimatik. Pada diagram tersebut tergambar area zona nyaman
termis menurut fungsi waktu harian, untuk kondisi rencana di dalam ruang maupun
keadaan di ruang luar.
Sejumlah negara, dalam rangka kebijaksanaan penghematan energi di berbagai
sektor,telah menerapkan rancangan arsitektur dengan pendekatan bioklimatik seperti
Commerzbank di Frankfurt, NMB Bank Amsterdam, Audubon House di New York,
Centre International Rogier di Brussels.
Di lingkungan berikim tropis lembab, penerapan desain arsitektur dengan pendekatan
bioklimatik pada kasus bangunan tinggi, diantaranya adalah hasil karya Ken Yeang
yaitu Menara Mesiniaga setinggi 15 lantai di Kuala Lumpur yang mendapatkan Aga
Khan Award of Architecture pada Tahun 1995 dan Arcasia Award pada Tahun 1996.
Menurut perancangnya, Menara Mesiniaga ini mampu mencapai efisiensi hingga 80%.
Dalam bidang perancangan arsitektur, jaminan terhadap pencapaian standar
kenyamanan,keselamatan dan keamanan di dalam dan disekitar bangunan menjadi titik
tolak kualitas hasil rancangan. Berkaitan dengan aspek penghematan energi bangunan,
jenis kenyamanan yang berhubungan adalah kenyamanan termis dan kenyamanan
penerangan (pencahayaan). Dalam pandangan umum, untuk mencapai kenyamanan
termis dan pencahayaan yang memenuhi standar, seringkali kita dihadapkan pada
kebutuhan penggunaan perangkat pengkondisian udara mekanik (AC) dan lampu.
Pemakaian AC dan lampu jelas dituntut memerlukan energi listrik yang cukup besar.
Jadi dalam hal ini, tantangan terhadap pendekatan arsitektur bioklimatik adalah untuk
mencapai optimasi hasil rancangan guna mendapatkan dua tujuan sekaligus yaitu
tercapainya standar kenyamanan bagi pemakai bangunan dan hemat energi.
TOKOH ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Pria bernama lengkap Kenneth Yeang yagn dikenal sebagai ahli ekologi dan arsitek ini
lahir di Penang, Malaysia 65 tahun silam. Dialah arsitek di Asia yang paling konsisten
membawa angin perubahan dalam pembangunan berwawasan lingkungan. Hasil
karyanya tidak hanya di Asia, tetapi juga berdiri di daratan Eropa dan Australia.
Alam merupakan sumber inspriasi terbesar Ken. Hal ini tampak pada karya-karya
arsitekturnya yang selalu mampu beradaptasi dengan alam sekitar. Bagi Ken, sebuah
karya arsitektur itu bukan merupakan sebuah obyek yang independen, melainkan
bangunan yang berintergrasi dengan baik terhadap karakteristik lingkungan tempat
bangunan itu berada, baik terhadap topografinya, air tanah, vegetasi, maupun spesies
yang lainnya.

Menurut Ken, bangunan seharusnya dapat mengimitasi


system ekologi. Banyak karakteristik dalam ekosistem yang dapat diambil dan dijadikan
contoh. Selain itu, sustainability atau berkelanjutan merupakan salah satu system
ekologi yang mampu diadaptasi pada lingkungan binaan yang dibangun oleh manusia.

Di ekosistem, tidak ada istilah sampah karena hasil akhir dari sebuah proses merupaka
nawal dari suatu proses yang lain. Begitu juga dengan energy. Hal inilah yang harus
diadopsi dan diimitasi dari proses perputaran energy dalam ekosistem. Prinsip
penggunaan energy matahari yagn kemudian terurai melalui proses fotosintesis inilah
yang sering diadopsi oleh Ken Yeang dengan menggunakan solar system (photovoltaic
system) di setiap design bangunannya.
Merenovasi suatu bangunan yang telah ada untuk menjadi lebih hijau, menurut Ken,
sama pentingnya dengan membangun gedung hijau yang baru. Cara yang mudah
digunakan pada bangunan yang telah dibangun, seperti lebih mengutamakan
penggunaan cahaya matahari yang maksimal untuk penerangan bangunan. Cara lain
yang dapat diterapkan adalah pengurangan energy untuk pendingin ruangan dengan
penghawaan alami.
Selain praktisi, Ken Yeang dikenal sebagai akademisi dengan mengajar dan
memberikan kulliah di berbagai institusi pendidikan arsitektur di seluruh dunia, termasuk
University of Sheffield, royal Melbourne Institute of Technology, Curtin University, dan
beberapa universitas lain.
Melalui konsultan arsitek yang didirikannya, penyandang gelar PhD dari Cambridge
University ini telah menerima lebih dari 20 penghargaan termasuk Aga Khan Award for
Architecture (1995) dan The Australian Institute of Architecture International Award
(1997 dan 1999).

Prinsip Desain Bioklimatik Menurut Yeang (Bioclimatic Skyscrapers)

1. Penempatan Core Menurut Yeang,


Posisi service core sangat penting dalam merancang bangunan tingkat tinggi. Service
core bukan hanya sebagai bagian struktur, juga mempenagruhi kenyamanan ternal.

Posisi core dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu :


 1. Core pusat
 2. Core ganda
 3 . Core tunggal terletak pada sisi bangunan.

1. Core Pusat
2. Core Ganda

3. Core Tunggal (sisi bangunan)

Core ganda memiliki banyak keuntungan, dengan memakai dua core dapat dijadikan
sebagai penghalang panas yang masuk kedalam bangunan. Penelitian harus
menunjukkan penggunaan pengkondisian udara secara minimum dari penempatan
service core ganda yang tampilan jendala menghadap utara dan selatan, dan core
ditempatkan pada sisi timur dan barat. Penerapan ini juga dapat diterapkan pada
daerah beriklim sejuk

2. Menetukan Orientasi
Bangunan tingkat tinggi mendapatkan penyinaran matahari secara penuh dan radiasi
panas. Orientasi bangunan sangat penting untuk menciptakan konservasi energi.
Secara umum, susunan bangunan dengan bukaan menghadap utara dan selatan
memberikan keuntungan dalam mengurangi insulasi panas.Orientasi bangunan yang
terbaik adalah meletakkan luas permukaan bangunan terkecil menghadap timur – barat
memberikan dinding eksternal pada luar ruangan atau pada emperan terbuka.
Kemudian untuk daerah tropis peletakan core lebih disenangi pada poros timur-barat.
Hal ini dimaksudkan daerah buffer dan dapat menghemat AC dalam bangunan.
3. Penempatan Bukaan Jendela
Bukaan jendela harus sebaiknya menghadap utara dan selatan sangat penting untuk
mendapatkan orientasi pandangan. Jika memperhatikan alasan easthetic, curtain wall
bisa digunakan pada fasad bangunanyang tidak menghadap matahari. Pada daerah
iklim sejuk, ruang transisional bisa menggunakan kaca pada bagian fasad yang lain
maka teras juga berfungsi sebagai ‘ruang sinar matahari’, berkumpulnya panas
matahari, sperti rumah kaca. Penempatan bukaan jendela pada bangunan bioklimatik
dapat dilihat pada gambar 13 berikut ini.

Menggunakan kaca jendela yang sejajar dengan dinding luar dengan menggunakan
kaca dengan sistem Metrical Bioclimatic Window (MBW). MBW didesain sebagai sistem
elemen dengan fungsi yang dikhususkan untuk ventilasi, perlindungan tata surya,
penerangan alami, area visualisasi, dan kebebasan pribadi serta sistem luar yang aktif.
Sistem MBW disadur dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sistem ini
bermaksud mengatur kondisi ternal ruangan dengan menggunakan maksud bioklimatik
teknik, yaitu :
· Penurunan perolehan panas oleh radiasi surya.
· Control perolehan panas oleh konveksi dan penggunaan ventilasi silang ataupun
dengan pemilihan cerobong asap.
Dengan penggunaan teknik diatas, maka pencahayaan lebih maksimal dan udara pada
malam hari dapat menjadi lebih sejuk.
4. Penggunaan Balkon

Menempatkan balkon akan membuat area tersebut menjadi bersih dari panel – panel
sehingga mengurangi sisi panas yang menggunakan panas. Karena adanya teras –
teras yang lebar akan mudah membuat taman dan menanam tanaman yang dapat
dijadikan pembayang sinar yang alami, dan sebagai daerah fleksibel akan mudah untuk
menambah fasilitas – fasilitas yang akan tercipta dimasa yang akan datang.

5. Membuat ruang Transisional


Menurut Yeang, ruang transisional dapat diletakkan ditengah dan sekeliling sisi
bangunan sebagai ruang udara dan atrium. Ruang ini dapat menjadi ruang perantaran
antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Ruang ini bisa menjadi koridor luar
seperti rumah – rumah toko tua awal abad sembilan belas di daerah tropis. Membuat
ruang transisional pada fasad bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar 15
berikut ini.

MenurutYeang, penempatan teras pada bagian dengan tingkat panas yang tinggi dapat
mengurangi penggunaan panel – panel anti panas. Hal ini dapat memberikan akses ke
teras yang dapat juga digunakan sebagai area evakuasi jika terjadi bencana seperti
kebakaran. Penggunaan balkon pada bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar
14 berikut ini.Atrium sebaiknya tertutup, tetapi diletakkan diantara ruangan. Puncak
bangunan sebaiknya dilindungi oleh sirip – sirip atap yang mendorong angin masuk
kedalam bangunan. Hal ini juga bisa di desain sebagai fungsi Wind scoopsuntuk
mengendalikan pengudaraan alami yang masuk kedalam bagian gedung.

6. Desain Pada Dinding


Penggunaan mebran yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan dapat
dijadikan sebagai kulit pelindung. Pada iklim sejuk dinding luar harus dapat menahan
dinginnya musim dingin dan panasnya musim panas. Pada kasus ini, dinding luar harus
seperti pelindung insulasi yang bagus tetapi harus dapat dibuka pada musim kemarau.
Pada daerah tropis dinding luar harus bisa digerakkan yang mengendalikan dan cross
ventilation untuk kenyamanan dalam bangunan. Desain dinding pada bangunan
bioklimatik.

7. Hubungan Terhadap Landscape


Menurut Yeang, lantai dasar bangunan tropis seharusnya lebih terbuka keluar dan
menggunakan ventilasi yang alami karena hubungan lantai dasar dengan jalan juga
penting. Fungsi atrium dalam ruangan pada lantai dasar dapat mengurangi tinggkat
kepadatan jalan. Tumbuhan dan lanskap digunakan tidak hanya untuk kepentingan
ekologis dan eastetik semata, tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih sejuk.
Hubungan terhadap landscape dapat dilihat pada gambar 17 berikut ini.
Mengintegrasikan antara elemen boitik tanaman dengan elemen boitik, yaitu :
bangunan. Hal ini dapat memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses
penyerapan O2 dan pelepasan CO2.

8. Menggunakan Alat Pembayang Pasif


Menurut Yeang, pembayang sinar matahari adalah esensi pembiasan sinar matahari
pada dinding yang menghadap matahri secara langsung (pada daerah tropis berada
disisi timur dan barat) sedangkan croos ventilationseharusnya digunakan (bahkan
diruang ber-AC) meningkatkan udara segar dan mengalirkan udara panas keluar.
Penggunaan alat pembayang pasif dapat dilihat pada gambar 18 berikut ini
Pemberian ventilasi yang cukup pada ruangan dengan peraturan volumetric aliran
udara. Dengan adanya ventilasi, maka udara panas diatas gedung dapat dialirkan
kelingkungan luar sehingga dapat menyegarkan ruangan kembali.

9. Penyekat Panas Pada Lantai


Menurut Yeang, insolator panas yang baikpada kulit bangunan dapat mengurangi
pertukaran panas yang terik dengan udara dingin yang berasal dari dalam bangunan.
Karakterisitk thermal insulation adalh secara utama ditentukan oleh komposisinya.
Denga lasan tersebut maka thermal insolation dibagi menjadi lima bagian utama,
walaupun banyak insulator yang utama kerupakan turunan produk jenis – jenis ini.
Penyekat panas pada lantai bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar 19 berikut
ini.
Lima jenis utama, adalah :
· Flake (serpihan)
· Fibrous (berserabut)
· Granular (butiran – butiran)
· Cellular (terdiri dari sel)
· Reflective (memantulkan)
Struktur massa bangunan bekerja melepas panas pada siang hari dan melepas udara
dingin pada siang hari. Pada iklim sejuk struktur bangunan dapat menyerap panas
matahari sepanjang siang hari dan melepaskannya pada siang hari. Solar window atau
solar-collector heat ditempatkan didepan fisik gedung untuk menyererap panas
matahari.

Arsitektur Bioklimatik : Hemat Energi,


Nyaman dan RamahLingkungan
A.Pentingnya penghematan energi bangunan

Penghematan energi dalam masa kontemporer ini sudah seharusnya merupakan bagiandari gaya
hidup kita karena harga energi yang semakin mahal. Termasuk diantaranyaadalah kegiatan atau
upaya penghematan energi operasionalisasi bangunan. Untuk itumaka dibutuhkan kiat dan
strategi perancangan bangunan yang berorientasi pada aspek konservasi energi.Pengertian
konservasi energi tidak sekedar hanya penghematan pemakaian energi tetapi juga dalam hal
mengupayakan penggunaan sumber energi yang masih berkesinambungan (sustainable),
misalnya perhatian pada penggunaan sumber energi matahari, angin,biogas untuk operasional
teknik pada bangunan. Artinya pada bangunan juga harusditerapkan strategi desain yang
mengarah pada peluang penggunaan energi yangterbarukan tersebut.Di beberapa negara,
terutama di negara maju, pemakaian energi pada sektor bangunansudah mencapai lebih dari 30%
terhadap total konsumsi energi bagi semua sektor.Konsumsi energi terbesar di bangunan pada
umumnya adalah untuk pemakaian sistimpenghawaan mekanik yang dapat mencapai sekitar 35%
dan untuk penerangan buatansekitar 20%. Untuk mengupayakan penghematan energi pada
bangunan gedung,

dibutuhkan suatu strategi desain yang dapat dipakai untuk menurunkan angka pemakaianenergi
pada operasional bangunan.Di Indonesia pernah disusun RIKEN, Rencana Induk Konservasi
Energi Nasional yangmana ditetapkan bahwa sampai tahun 2005 ditargetkan adanya penurunan
konsumsienergi bangunan sebesar 10%. Untuk mendukung kebijaksanaan tersebut,
makaditerbitkanlah Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada
BangunanGedung oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1993

Dalam praktek, tidak banyak dari para perancang yang mengedepankan aspek lingkungandan
penghematan energi untuk diterapkan sebagai konsep utama desain pada saatmelakukan tugas
profesi merancang bangunan. Di Australia sebagai contoh, hanya sekitar31% dari para perancang
yang berpendapat bahwa pendekatan hemat energi adalah titik tolak utama dalam praktek
perancangan bangunan

B. Definisi Arsitektur Bioklimatik

Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimanasistim
struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisinyaman bagi
penghuninya. Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi tak terbarukan adalah
seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan energidari alam sekitar bangunan
tersebut.

Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada hakekatnya bertitik
tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang responsif terhadap
lingkungan global yaitu kondisikenyamanan manusia dan penggunaan energi secara pasif

Gambar 1. Prosentase jajak pendapat para arsitek Australia mengenai titik tolak dalam proses
perancangangedung. Pendapat terbanyak adalah pada aspek fungsi bangunan, disusul pendekatan
estetika dankontekstual.

Arsitektur Bioklimatik juga dikatakan sebagai cabang dari arsitektur hijau (

Green Architecture

) yang diterapkan dalam kota dengan mengedepankan sistim alami bagikebutuhan ventilasi dan
pencahayaan bangunan
Pendekatan desain arsitektur bioklimatik dengan demikian mengandung keandalansebagai salah
satu tipe desain arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaanenergi saat pengoperasian
bangunan yang bersangkutan. Sebagai bagian dari kelompok eko-arsitektur, maka tujuan dari
arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan yangramah lingkungan, diantaranya turut
berperan serta dalam meredam efek rumah kacapada lingkungan urban, misalnya melalui upaya
pengurangan produksi gas CO2 dan CFCke atmosfer.Dalam praktek proses perancangan
arsitektur bioklimatik, digunakanlah diagrambioklimatik sebagai bagian dari strategi teknik
perancangan bangunan hemat energi.Kontrol akan variabel iklim dalam koridor kenyamanan
termis dilakukan melaluipenggunaan diagram bioklimatik. Pada diagram tersebut tergambar area
zona nyamantermis menurut fungsi waktu harian, untuk kondisi rencana di dalam ruang
maupunkeadaan di ruang luarSejumlah negara, dalam rangka kebijaksanaan penghematan energi
di berbagai sektor,telah menerapkan rancangan arsitektur dengan pendekatan bioklimatik
sepertiCommerzbank di Frankfurt, NMB Bank Amsterdam, Audubon House di New
York,Centre International Rogier di Brussels.Di Lingkungan berikim tropis lembab, penerapan
desan arsitektur dengan pendekatanbioklimatik pada kasus bangunan tinggi, diantaranya adalah
hasil karya Ken Yeang yaituMenara Mesiniaga setinggi 15 lantai di Kuala Lumpur yang
mendapatkan Aga KhanAward of Architecture pada Tahun 1995 dan Arcasia Award pada Tahun
1996. Menurutperancangnya, Menara Mesiniaga ini mampu mencapai efisiensi hingga 80%.

C. Kenyamanan versus Hemat Energi

Sidang Senat dan Para Hadirin yang saya muliakan,

Dalam bidang perancangan arsitektur, jaminan terhadap pencapaian standar


kenyamanan,keselamatan dan keamanan di dalam dan disekitar bangunan menjadi titik tolak
kualitashasil rancangan. Berkaitan dengan aspek penghematan energi bangunan,
jeniskenyamanan yang berhubungan adalah kenyamanan termis dan kenyamanan
penerangan(pencahayaan). Dalam pandangan umum, untuk mencapai kenyamanan termis
danpencahayaan yang memenuhi standar, seringkali kita dihadapkan pada kebutuhanpenggunaan
perangkat pengkondisian udara mekanik (AC) dan lampu. Pemakaian ACdan lampu jelas
dituntut memerlukan energi listrik yang cukup besar.Jadi dalam hal ini, tantangan terhadap
pendekatan arsitektur bioklimatik adalah untuk mencapai optimasi hasil rancangan guna
mendapatkan dua tujuan sekaligus yaitutercapainya standar kenyamanan bagi pemakai bangunan
dan hemat energi.

E. Arsitektur Bioklimatik menghadapi Tuntutan Kenyamanan Penerangan

Kenyamanan penerangan bagi manusia mengandung arti tercapainya kecukupan kuatpenerangan,


tidak silau dan kesesuaian warna yang terlihat. Jadi pada prinsipnyakenyamanan penerangan
adalah bergantung pada angka kuat penerangan dari sumbercahaya dan komponen
pendukungnya, posisi atau kedudukan dari sumber cahaya, sertaaspek pewarnaan dan material
permukaan lingkungan. Kuat penerangan (dalam satuanLux) untuk berbagai jenis kegiatan
(kebutuhan membaca, bekerja halus, bekerja kasar,menggambar, dll) telah diatur angka
standarisasinya di Indonesia
Pada penerapan sistim pasif yang mengandalkan sumber cahaya siang hari, besarnya kuatcahaya
dalam ruang bersumber dari tiga komponen, yaitu komponen terang langit (yanglangsung masuk
melalui bukaan), komponen pemantulan dalam ruang, dan komponanpemantulan dari ruang luar.
Di iklim tropis, dimana terang langit dapat mencapai 10.000Lux, maka peran dari bukaan/jendela
pada bidang selubung bangunan menjadi pentinguntuk mendapatkan kecukupan kuat cahaya
yang masuk secara langsung ke dalamruangan, serta peran dari warna dinding bagian dalam yang
menyumbangkan efek pemantulan cahaya dalam ruang, agar didapatkan kuat penerangan secara
merata.Dalam konteks pencahayaan alami siang hari, dinding dan plafond ruang dalam
yangdiberi warna mengarah ke warna putih, akan mampu menyumbangkan sampai sekitar20%
dari total kuat cahaya dalam ruang. Sementara itu jenis permukaan dinding kayu(warna cokelat
tua/agak gelap) sebagaimana terdapat pada tipe rumah tradisional, hanyamampu memberi
kontribusi terang dalam ruang sebesar sekitar 5% saja

Apabilasumbangan dari pemantulan dalam ruang, tidak mencukupi untuk mencapai


standarkenyaman penerangan, maka berdampak pada kebutuhan penambahan komponen
lampu.Disini nampak terlihat bahwa tidak selamanya, tipe arsitektur tradisional adalah
mewakili jenis bangunan hemat energi. Diperlukan suatu modifikasi desain pada rumah
tradisionaldengan tetap berdasar pada konsep arsitektur bioklimatik agar tujuan konservasi
energidapat tercapai.Pada sistim aktif, dimana diterapkan sistim penerangan buatan, maka
sasarannya adalahpada penerapan jenis lampu yang memiliki spesifikasi luminasi dan daya
listrik tertentu.Warna dan jenis permukaan dinding hanya berpengaruh secara signifikan terhadap
kuatpenerangan dalam ruang apabila diterapkan teknik pencahayaan tidak langsung.Standarisasi
terhadap sistim penerangan buatan, selain diarahkan pada kecukupan angkakuat penerangan,
juga pada daya rata-rata/m2. Pada ruang-ruang hunian, misalnyadibatasi angka maksimum 15
W/m2

Perkembangan teknologi lampu hemat energitentu saja disambut baik dalam kaitannya dengan
pengembangan konsep arsitekturbioklimatik.

F.Pendidikan Arsitektur Bioklimatik

Dari uraian diatas, jelas bahwa arsitektur bioklimatik merupakan konsep yang dapatdiandalkan
dalam merancang bangunan hemat energi. Adanya permasalahan konsumsienergi pada akhir-
akhir ini khususnya pada sektor bangunan membutuhkan jawaban daripara perancang agar
menyajikan rancangan yang berwawasan hemat energi. Paramahasiswa jurusan arsitektur sudah
selayaknya mendalami topik arsitektur bioklimatik ini, karena merekalah yang dimasa
mendatang harus mampu menjawab permasalahanenergi bangunan.Oleh karena itu penulis
berpendapat bahwa topik Arsitektur Bioklimatik dalamkurikulum pendidikan Arsitektur S-1,
sebaiknya dijadikan mata kuliah wajib, karenamenjadi tolok ukur bagi keberhasilan
penghematan energi pada sektor bangunan dimasamendatang. Adapun landasan teoretis untuk
medalami arsitektur bioklimatik, sudahdisajikan secara tersebar dan terkandung pada sejumlah
mata kuliah lainnya yakni FisikaBangunan/ Sains Bangunan, Sains Arsitektur, Ilmu Lingkungan,
dan Utilitas serta RuangLuar. Dalam pendidikan tingkat pasca sarjana, topik arsitektur
bioklimatik menjadibagian dari program-program studi seperti teknologi bangunan, arsitektur
lingkungan,maupun arsitektur tropis. Untuk menguasai dengan baik topik ini para mahasiswa
perludibekali dengan ketrampilan penggunaan perangkat lunak yang dapat dipakai
untuk kebutuhan simulasi dalam rangka mengevaluasi desain dan menghitung energi
bangunan,misalnya program ECOTECH, TRNSYS, ENEGY+, ARCHIPAK, dsb

CONTOH BANGUNAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

1. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS INDONESIA

2. MASJID AL-IRSYAD KOTABARU PARAHYANGAN BANDUNG, INDONESIA


3. CALIFORNIA ACADEMY OF SCIENCES UNVEILED

4. GREENPIX ZERO ENERGY MEDIA WALL LIGHTS UP BEIJING

5. AMAZING GREEN ROOF ART SCHOOL IN SINGAPORE


6. THE BIOCLIMATE SKYSCAPER
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Arsitektur bioklimatik merupakan konsep yang dapat diandalkan dalam merancang


bangunan hemat energi. Adanya permasalahan konsumsi energi pada akhir-akhir ini
khususnya pada sektor bangunan membutuhkan jawaban dari para perancang agar
menyajikan rancangan yang berwawasan hemat energi. Para mahasiswa jurusan
arsitektur sudah selayaknya mendalami topik arsitektur bioklimatik ini, karena
merekalah yang dimasa mendatang harus mampu menjawab permasalahan energi
bangunan.
DAFTAR PUSTAKA

http://1.bp.blogspot.com/-
Ej2fmwaROac/Uab4HmTsfvI/AAAAAAAAAXQ/9YPrj3Sfa_U/s1600/
bio-design.jpg
https://architektur23zone.files.wordpress.com/2015/02/keysection.jpg
https://architektur23zone.files.wordpress.com/2015/02/75c89-
konseprumahramahlingkungan.jpg
https://aryndevi.files.wordpress.com/2013/12/greenbuildingseoul.jpg
http://archiholic99danoes.blogspot.co.id/2011/05/arsitektur-
bioklimatik.html
http://alvaroferanov.blogspot.co.id/2011/04/arsitektur-bioklimatik-
bioclimatic.html
https://www.scribd.com/doc/111751856/Makalah-Arsitektur-
Bioklimatik
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR II

ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

NAMA : ARMANSYAH
NIM : 1606090054

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN
TEKNIK ARSITEKTUR

Anda mungkin juga menyukai