Anda di halaman 1dari 2

Kuliah 1 Yunia Nurlia 2017420055

Perubahan Iklim dan Hubungannya dengan Arsitektur

Iklim merupakan faktor alam yang sangat penting bagi eksistensi arsitektur bangunan di seluruh permukaan
bumi ini. Karena iklim memiliki banyak unsur di dalamnya yang sangat berpengaruh bagi kehidupan,
keberlangsungan hidup manusia sehari-hari serta bermanfaat bagi penerapannya terhadap arsitektur. Bentuk
bangunan di suatu wilayah tidak akan sama, sekalipun bangunan tersebut berada di dalam satu kawasan
pembagian iklim. Namun seperti yang kita ketahui bahwa sudah terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrim
pada decade ini dan menjadi permasalahan global. Salah satu yang menyebabkan adanya perubahan iklim
ini yaitu karena pemanasan global atau yang sering kita sebut dengan global warming. Pemanasan global
adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-
rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang terjadi adalah
akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti; karbondioksida, metana, dinitro oksida,
hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer. Emisi ini terutama dihasilkan dari
proses pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) serta akibat penggundulan dan
pembakaran hutan. Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses efek balik yang
dihasilkannya, seperti pada penguapan air. Peristiwa efek balik ini dapat meningkatkan kandungan air absolut
di udara, namun kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi
menghangat. Akibat pemanasan global ini sudah banyak dampak yang terjadi terhadap lingkungan kita
seperti kekeringan dan menimbulkan kebakaran hutan secara alami, meningkatnya penguapan air laut secara
signifikan yang mengakibatkan hujan lebat di beberapa tempat dan terjadi bencana banjir di kawasan
tersebut, dan perubahan iklim yang tidak menentu dimana kondisi ini sangat tidak menguntungkan dan
menimbulkan berbagai penyakit.
Sebagai seorang arsitek, kita juga menyumbangkan peningkatakan karbon dioksida dari pembakaran bahan
bakar untuk pembangkit listrik yang digunakan bangunan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan fisik
manusia di dalamnya. Arsitek juga dapat merubah kawasan hutan, pertanian, rawa dan ruang hijau lain
menjadi perumahan dan kota, yang berarti mengurangi area hijau dan menambah panas bumi. Dalam
kaitannya dengan arsitektur, perubahan iklim yang paling berpengaruh terhadap kenyamanan manusia
adalah perubahan temperatur udara. Perubahan suhu udara luar yang cenderung meningkat
menimbulkan ketidaknyamanan termal bagi mereka yang berdiam di kawasan tropis, sehingga
meningkatnya penggunaan AC. Dalam konteks arsitektur tropis masa kini dimana bangunan modern yang
digunakan untuk mewadahi aktivitas modern, cenderung bergeser. Contohnya seperti atap dan overstek lebar
mampu menciptakan suhu nyaman di dalam rumah-rumah tradisional masa lalu atau rumah-rumah di
pedesaan, untuk konteks bangunan tropis modern masa kini penyelesaian semacam itu tampaknya
belum cukup. Kondisi iklim di pusat kota berbeda dengan kondisi iklim di tepi kota atau di kawasan
pedesaan. Diperlukan strategi rancangan tambahan untuk menciptakan arsitektur tropis yang mampu
memberikan kenyamanan pengguna bangunan dengan energi rendah. Arsitek sebagai orang yang paling
bertanggung jawab dalam pengukiran kulit bumi, merupakan sosok yang turut bertangung jawab terhadap
pemanasan bumi karena hal tersebut, peran arsitek sangat penting untuk meminimalkan pemanasan global
melalui beberapa strategi seperti berikut ini :
1. Konsep kembali ke alam
Konsep kembali ke alam merupakan suatu konsep kehidupan yang menghormati eksistensi alam,
menyesuaikan dan menyeleraskan diri dengan alam, meminimalkan pembangunan atau
aktifitas yang menyebabkan perubahan fisik alam. Pembangunan ’hijau’, menawarkan konsep
meminimalkan penggunaan sumber daya alam (energi, air, material) dan meminimalkan
dampak negatif pembangunan terhadap alam/lingkungan, meminimalkan produksi limbah,
baik padat, cair maupun gas. Pembangunan yang tidak menimbulkan efek terhadap
pemanasan kawasan dan pemanasan bumi.
2. Penggunaan dan pengolahan tapak
Massa bangunan, jalan dan sarana aktifitas ruang luar sebaiknya dibangun tanpa banyak
harus memodifikasi tapak/permukaan tanah. Perkerasan permukaan tanah harus
mempertimbangkan aspek penyerapan air hujan
3. Menggunakan sumber energi non BBM bagi bangunan
Sumber energi alternatif yang dianggap paling aman adalah energi matahari atau tenaga
surya. Tenaga surya adalah tenaga yang berasal langsung dari radiasi matahari, seperti
halnya panas matahari, energi listrik yang dibangkitkan photovoltaic, serta jenis tenaga
yang terbentuk sebagai akibat (efek) langsung atau tidak langsung dalam jangka yang relatif
pendek dari radiasi matahari, seperti halnya angin. Konversi dari tenaga surya menjadi
tenaga listrik tidak akan menghasilkan polutan ataupun limbah.
4. Penghematan energi

5 Februari 2020
Kuliah 1 Yunia Nurlia 2017420055

Penghematan energi mencakup skala makro, kawasan atau wilayah dan skala mikro bangunan.
Rancangan dan tata letak massa bangunan sangat mempengaruhi penggunaan energi
kawasan secara menyeluruh. Orientasi bangunan-bangunan mempengaruhi tingkat
kenyamanan fisik serta konsumsi energi. Selain itu juga dengan menurunkan suhu di dalam
bangunan, pengurangan radiasi matahari ini dapat dilakukan dengan menciptakan
‘pembayangan’ oleh bangunan lain di sekitarnya, atau dengan pembayangan pohon besar
di sekitar bangunan. Jika perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka suhu udara di
dalam rumah akan rendah. . Aliran udara juga sangat berpengaruh dalam menciptakan ‘efek
dingin’ pada tubuh manusia, dengan desain ventilasi atau bukaan yang cukup besar akan
sangat membantu pencapaian kenyamanan suhu sehingga tidak memerlukan AC

Daftar Pustaka
Riyanto. 2007. Strategi Mengatasi Pemanasan Global (Global Warming).
https://www.neliti.com/id/publications/22802/strategi-mengatasi-pemanasan-global-global-warming (diakses 04/02/2020)

Tri Harso Karyono. 2006. Konsekuensi Perubahan Iklim dan Lingkungan Terhadap Strategi Perancangan Kota di Indonesia.
https://www.researchgate.net/publication/281856302_KONSEKUENSI_PERUBAHAN_IKLIM_DAN_LINGKUNGAN_TERHADAP_STRATEGI_PERANCANG
AN_KOTA_DI_INDONESIA_THE_IMPACT_OF_CLIMATIC_AND_ENVIRONMENTAL_CHANGES_TO_THE_URBAN_DESIGN_STRATEGIES_IN_INDONESIA
(diakses 04/02/2020)

Tri Harso Karyono. 2009. Pemanasan Bumi sebagai Konsekuensi Pembangunan Modern yang Tidak Terkontrol.
https://www.researchgate.net/publication/280560910_Pemanasan_Bumi_sebagai_Konsekuensi_Pembangunan_Modern_yang_Tidak_Terkontrol
(diakses 04/02/2020)

Tri Harso Karyono. 2007. Pemanasan Bumi dan Tanggung Jawab Arsitek.
https://www.researchgate.net/publication/280561043_Pemanasan_Bumi_dan_Tanggung_Jawab_Arsitek (diakses 04/02/2020)

5 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai