KATEDRAL INKULTURASI
(Studi Kasus : Gereja Katedral Kristus Raja di Kupang)
Abstrak
Gereja Katedral bagi umat Katolik tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah melainkan juga
menjadi sebuah simbol identitas. Simbol identitas yang dimaksud adalah dimana Gereja Katedral
hadir sebagai wujud persatuan dari umat Katolik disuatu wilayah. Sebagai simbol identitas, Gereja
Katedral diharapkan mampu merepresentasikan unsur lokalitas setempat. Proses tersebut
merupakan salah satu bentuk usaha Gereja Katolik dalam melakukan inkulturasi dengan kebudayaan
setempat. Mengacu pada hal tersebut, tujuan tesis ini adalah mengangkat unsur lokalitas yang ada
di Pulau Timor, dalam hal ini unsur kebudayaan suku Atoni di Tamkesi, untuk diterapkan dalam
perancangan Gereja Katedral Kristus Raja di Kupang. Proses penerapan unsur kebudayaan kedalam
desain Gereja Katedral dilakukan dengan menggunakan metode transformasi bentuk. Metode
transformasi bentuk dipilih menjadi metode perancangan karena bentuk merupakan unsur yang
paling mudah dipahami oleh manusia. Sehingga diharapkan desain bangunan Gereja Katedral Kristus
Raja dapat dipahami sebagai salah satu hasil dari inkulturasi terhadap unsur kebudayaan setempat.
Kata-kunci : Inkulturasi, Transformasi bentuk, Gereja Katedral Kristus Raja, Kebudayaan suku Atoni di tamkesi
- Kepercayaan asli suku Atoni yang Gambar 4. Pola tata upacara di Kampung
menganut paham dualisme, percaya Tamkesi
akan adanya dua Tuhan/ Dewa yakni
dewa langit (Uis Neno) dan dewi tanah - Kerajinan tangan suku Atoni yang
(Uis Afu). Kehadiran kedua dewa menonjol adalah kain tenun ikat, dengan
diwujudkan dalam bentuk dua gunung beragam jenis motif. Namun secara garis
kapur yang terdapat di sisi timur besar terdapat 2 jenis kain tenun ikat,
(Tapenpah) dan barat (Oepuah) dari yaitu jenis tais yang di pakai oleh kaum
kampung suku Atoni di Tamkesi. wanita dan jenis bete/beti yang dipakai
oleh pria.
- Sistem kosmologi sangat di pengaruhi
oleh kepercayaan akan dua dewa yakni
Uis Neno dan Uis Afu. Perkampungan
suku Atoni di Tamkesi memanjang dari
utara ke selatan menghadap dua gunug
kembar Tapenpah dan Oepuah yang
melambangkan alam raya dan pencipta
alam raya. Gambar 5. Pola kain tenun ikat
S U
Gambar 6. Pola dan keadaan kontur
kampung Tamkesi
Tapak
Isu tapak berhubungan dengan peraturan
daerah yang berlaku, zoning tapak, serta
sirkulasi pada tapak.
Inkulturasi
Isu inkulturasi berhubungan dengan
bagaimana memilih unsur kebudayaan
setempat yang dapat dijadikan acuan dalam
proses perancangan.
Gambar 7. Posisi entrance dan jalur sirkulasi
di kampung Tamkesi
Transformasi bentuk
- Terdapat 5 jenis massa bangunan pada Bagaimana unsur kebudayaan terpilih dapat
perkampungan suku Atoni di Tamkesi diterjamahkan kedalam desain.
yakni sonaf nenoboki, sonaf mnasi, ume
kbubu, ume lopo, ume kbat. Kelima jenis Tujuan Perancangan
massa bangunan tersebut memiliki fungsi
Terkait isu pokok, maka tujuan akhir dari
sosial ekonomi, sosial budaya dan religius.
perancangan Gereja Katedral Kristus Raja
Komposisi bangunan didominasi oleh
adalah sebagai berikut
bentuk atap, massa bangunan relatif
4
Ria Rangga A. Bhadjowawo
Menghasilkan desain bangunan Gereja ketinggian bangunan), keadaan fisik alamiah
Katedral yang mampu mewadahi segala (kontur dan drainase, view), dan sirkulasi
aktifitas terkait, sesuai dengan persyaratan
standar yang berlaku. Keberhasilan desain bangunan Gereja
Katedral Kristus Raja dalam mengangkat
Menghasilkan desain tapak yang dapat unsur kebudayaan tidak dapat semata-mata
mewadahi fungsi bangunan Gereja Katedral diukur dengan variabel tertentu. Hal ini
dengan tetap mengacu pada peraturan yang berkaitan dengan transformasi bentuk yang
berlaku. dipilih sebagai pendekatan dalam
perancangan. Melalui pendekatan
Memperoleh unsur-unsur kebudayaan transformasi bentuk, unsur kebudayaan
setempat yang dianggap paling representatif terpilih diterjemahkan kedalam bentuk baru
dan tidak bertentangan dengan ajaran yang kontekstual degan fungsi bangunan
agama Katolik. Gereja Katedral. Dalam proses tersebut
intuisi dari arsitek sangat berperan, sehingga
Memperoleh bentuk dan pola dari unsur bentuk yang dihasilkan dapat menuai
kebudayaan terpilih yang kemudian pemahaman yang berbeda-beda.
diterapkan kedalam desain guna
menghasilkan desain bangunan Gereja Konsep
Katedral inkulturas.
Konsep desain bangunan Gereja Katedral Kristus
Kriteria Raja, dapat dikelompokan kedalam tiga bagian
antara lain
Dalam mencapai tujuan akhir perancangan,
terdapat beberapa kriteria yang dapat dijadikan 1. Konsep tapak
tolak ukur kesuksesan rancangan antara lain:
Zoning
Analisis fungsi dan luasan ruang
Keberhasilan dari rancangan Gereja Katedral - Konsep zoning tapak merupakan hasil
Kristus Raja dalam mewadahi fungsi dari penyesuaian dari zoning yang terdapat pada
Gereja katedral dapat diukur melalui kampung suku Atoni di Tamkesi. Terdapat 4
kesesuaian hasil rancangan dengan hasil zona utama pada area kampung tamkesi
analisis fungsi (pengguna, aktifitas dan yakni zona eno naikah, eno tnana, natna,
fasilitas) dan luasan ruang. Dalam hal ini dan eno kotin.
sesuai dengan analisis fungsi dan luasan
ruang, maka: - Jika konsep zoning pada kampung tamkesi
mengacu pada strata sosial maka zoning
- Gereja Katedral Kristus Raja harus dapat pada tapak Gereja hanya sebatas
menampung 2.150 umat pada setiap pengelompokan berdasarkan fungsi yang
misa yang diselenggarakan. akan diwadahi
- Luas Maksimal dari bangunan Gereja - Zona pertama adalah area entrance Gereja,
Katedral beserta fasilitas penunjang zona kedua adalah area gedung serbaguna
adalah 7.100 m2. dan sekretariat, zona ketiga adalah area
gedung Gereja dan pastoran, zona keempat
Analisis tapak adalah area hijau atau taman yang turut
Keberhasilan desain tapak dapat diukur dari berfungsi sebagai barrier.
kesesuaiannya dengan hasil dari analisis
tapak yang meliputi, persyaratan tapak
bangunan Gereja, tata guna lahan, tata
wilayah (Garis sempadan, KDB, KLB, KDH,
5
Transformasi Bentuk dalam Perancangan Gereja Katedral Inkulturasi
Elemen landscape
- Pada kampung Tamkesi terdapat akses - Konsep yang diterapkan adalah penggunaan
sirkulasi utama yang menerus dari pintu eno material batu kapur yang disusun secara
naikah (disisi selatan) hingga mencapai area acak pada permukaan dinding penopang.
tersakral disisi utara tempat kediaman kaiser Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan
image layaknya dinding penopang yang
- Pola sirkulasi tersebut coba diadopsi kedalam terdapat pada kampung Atoni di Tamkesi
konsep sirkulasi tapak dengan melakukan
beberapa penyesuaian yakni terdapat
sirkulasi menerus dari area plaza menuju
langsung ke bangunan Gereja
2. Konsep bangunan
- Suasana yang tercipta dari elemen - Terdapat 4 massa bangunan yang mewakili
pembentuk sirkulasi di kampung Tamkesi fungsinya masing-masing yaitu bangunan
coba dihadirkan pada sirkulasi di tapak Gereja, bangunan pastoran, bangunan
Gereja dengan cara membuat sirkulasi dalam sekretariat, serta bangunan serba guna.
wujud terowongan dangan skylight di
beberapa bagian. Hal tersebut dilakukan - Massa bangunan Gereja diletakan di titik
untuk menciptakan kesan layaknya berjalan tertinggi dari tapak (selatan). Mengacu pada
6
Ria Rangga A. Bhadjowawo
kebudayaan suku Atoni, dimana bangunan
tersakral terletak pada posisi yang paling
tinggi.
- Penempatan posisi bangunan Gereja disisi - Konsep dari secondary skin bangunan
selatan dapat dimaknai layaknya posisi diadopsi dari bentuk rangka atap dari
gunung kembar yang dalam kepercayaan bangunan tradisional suku Atoni dengan
setempat melambangkan pencipta alam raya. melakukan beberapa penyesuaian
Dimana kampung berorientasi kearah
gunung tersebut
- Bentuk dasar massa bangunan mengadopsi - Karakteristik bentuk bahane adalah batang
bentuk dasar bangunan adat suku Atoni pohon yang bercabang tiga. Mengacu pada
yaitu lingkaran. karakteristik tersebut, maka dibuat konsep
menara lonceng
- Dilakukan beberapa penyesuaian pada
bentuk dasar lingkaran berupa perubahan
dimensi, pengurangan, serta penambahan
bentuk
7
Transformasi Bentuk dalam Perancangan Gereja Katedral Inkulturasi
Orientasi ruang
Ornamen
8
Ria Rangga A. Bhadjowawo
Sirkulasi pejalan kaki
3. Interior bangunan
2. Bangunan
Gambar 23. Posisi bangunan pada tapak Gambar 28. Interior bangunan Gereja
9
Transformasi Bentuk dalam Perancangan Gereja Katedral Inkulturasi