1. Biografi
Bernama lengkap Álvaro Joaquim de Melo Siza Vieira lebih dikenal dengan
nama Alvaro Siza. Dia merupakan arsitek berkebangsaan Portugal. Lahir 25 Juni 1933
di Matosinhos, Porto. Pada Tahun 1954 ia membuka praktek pribadi di Porto, dengan
proyek pertamanya Boa Nova restaurant di Matosinhos. Lulus tahun 1955, dari
School of Fine Arts University of Porto, yang sekarang dikenal dengan FAUP
(Faculdade de Arquitectura da Universidade Porto). Menjadi pengajar di FAUP
selama tahun 1966-1969, dan melanjutkan lagi di tahun 1976. Dia juga menjadi
profesor tamu di beberapa Universitas ternama di dunia seperti Graduate School of
Design Harvard University, University of Pennsylvania, Los Andes Universitas Bogota,
dan École Polytechnique Fédérale de Lausanne. Mendapat penghargaan pritzker
pada tahun 1992 untuk proyek pembangunan ulang daerah Chiado lisbon yang
terbakar di bulan agustus tahun 1988.
“The relation of a building to its function needs to be much less schematic and formal
if you want to produce good architecture.” (Alvaro Siza)
Gambar 1 Álvaro Joaquim de Melo Siza Vieira
Sumber : http://blog.archpaper.com/wordpress/archives/41536
Ia juga banyak mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari beberapa universitas antara lain
sebagai berikut :
– Politeknik Universitas Valencia;
– École Polytechnique Fédérale de Lausanne
– Universitas Palermo
– Universitas Menendez Pelayo, di Santander
– Universidad Nacional de Ingeniería di Lima, Peru
– Universitas Coimbra
– Lusíada Universitas
– Universidade Federal de Paraíba
– Università degli Studi di Napoli Federico II
– Pollo delle Scienze e delle Tecnologie, dalam Naple
– Universitas Arsitektur dan Urbanisme dari Bucarest "Ion Mincu", Romenia
(2005)
– Universitas Teknik di Pavia, Italia (2007)
Ia juga banyak memenangkan penghargaan arsitektur selain Pritzker Prize pada tahun 1992
yaitu sebagai berikut :
– The Golden Medal of The Superior Council of Arquitecture oleh the College of
Architects di Madrid, tahun 1988
– Mies van der Rohe Award for European Architecture
– the Prince of Wales Prize in Urban Design oleh Harvard University
– the Alvar Aalto Medal, tahun 1988
– Portugal's National Prize of Architecture, tahun 1993
– the Arnold W. Brunner Memorial Prize oleh the American Academy of Arts
– Letters and the Praemium Imperiale, tahun 1998
– the Wolf Prize in Arts, tahun 2001
– the Golden Lion award, tahun 2002
– the Urbanism Special Grand Prize of France, tahun 2005
– the Cultural Merit Order Medal, tahun 2007
– Royal Gold Medal oleh RIBA (Royal Institute of British Architects), tahun 2009
– Gold Medal oleh International Union of Architects, tahun 2011
– the Golden Lion for lifetime achievement oleh Venice Architecture Biennale,
tahun 2012
Alvaro Siza terpilih menjadi arsitek dari bangunan tersebut. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagaimana menginterpretasikan museum dari hasil karya Ibere
Camargo itu sendiri. Dan mencoba untuk konteks terhadap lingkungan sekitar.
Program ruang yang diminta adalah ruang Pamer, Perpustakaan, toko buku, Cafe,
Auditorium untuk 300 orang, Artists’ workshops. Dari program ruang yang didapatkan,
Alvaro Siza memisahkan ruang yang dijadikan areal pameran dan sarana penunjang. Sarana
penunjang ditempatkan di basement seperti perpustakaan, auditorium, workshop seniman,
cafe dan parkir. Sarana pameran berada di bangunan utama. Pemisahan ini bertujuan agar
ruang pamer menjadi eksklusif.
2.1 Preseden
Dalam proses mendesainnya Alvaro Siza mencoba meneliti bangunan sejenis yang
dianggap sukses dan dapat menerapkan beberapa hal yang sama. Berikut bangunan yang
dijadikan preseden bagi Alvaro Siza.
Dari gambar diatas dapat terlihat bahawa pada dasarnya penggunaan ramp sebagai
akses sirkulasi yang digunakan pada museum ibere camargo karya alvaro siza adalah hasil
adopsi dari museum guggenheim di new york karya frank llyod wrigth. Namun dapat terlihat
juga bahwa ramp pada museum ibere camargo telah mengalami pengembangan, dimana
ramp tidak hanya sebagai sirkulasi namun dimanfaatkan juga sebagai sunscreen guna
menghasilkan bayangan bagi area outdoor dari bangunan.
Gambar 5 Ramps Pada Interior Museum Ibere Camargo
Sumber : http://www.concrete.net.au/CplusA/issue11/CCA0011_Ibere%20Camargo_FA.pdf
Pada gambar di atas tampak bentuk serta posisi penempatan dari ventilasi pada
museum ibere camargo menyerupai bangunan court house di chandigarh karaya le
corbusier. Dimna ventiliasi diletakan sepanjang ramp. Namun sekali lagi alvaro siza tidak
hanya mengadopsi secara "mentah-mentah" namun berusaha untuk melakukan
pengembangan yang sesuai.
Gambar 7 Pengaplikasiaan Bukaan Yang Kecil Pada Museum Ibere Camargo
Sumber : www.archdaily.com.br/br/01-2498/fundacao-ibere-camargo-alvaro-siza
Oleh karena itu jika bukaan pada court house tampak begitu banyak karena bukaan
tidak terpapar cahaya matahari secara langsung. Namun beda halnya dengan museum ibere
camargo yang berorientasi kearah barat dimana akan terkena paparan sinar matahari secara
langsung maka bukaan harus seminim mungkin. Selain pertimbangan tersebut Alvaro Siza
berpendapat dengan bukaan yang kecil membuat pengunjung bisa fokus untuk menikmati
lukisan yang dipamerkan. Bisa dibayangkan dengan menerapkan bukaan yang sangat besar
bisa membuyarkan fokus pengunjung dalam melihat lukisan yang dipamerkan. Pengunjung
bisa lebih menikmati pemandangan sungai Guaiba yang sangat indah.
Dalam proses desain Ibere Camargo Museum Alvaro Siza menggunakan genius loci
dalam proses desainnya. Genius Loci adalah suatu potensi lokal, yakni tanggap terhadap
alam setempat, tanggap budaya setempat dan tanggap terhadap teknologi modern. Genius
Loci itu identik dengan upaya ‘menyambung benang merah’ sejarah budaya bangsa serta
upaya memanfaatkan potensi alam dan budaya masyarakat setempat (Jeraman,2009).
Genius loci dalam arsitektur, secara harfiah adalah jiwa dari ruang dan waktu,
lokalitas dan region-region di mana arsitektur tumbuh dan berkembang. Di dalamnya
tercakup pelaku pelaku, pengguna-pengguna, penatap-penatap, penikmat-penikmat dan
keseluruhan masyarakat yang merasa dekat dan terwakili dalam kesadaran dan
pengharapannya. Genius loci adalah semangat “tempat” (spirit of place) dimana semangat
itu menjadikan suatu tempat itu dapat “hidup”.
- Bentuk Bangunan
Alvaro Siza meneliti dengan cara apa bangunan tersebut bisa konteks dengan
vegetasi di belakang bangunan tersebut. Hal ini menurut Alvaro Siza sangatlah penting agar
visual bangunan tersebut tidak terlalu merusak bentukan alam yang sudah ada. Belakang
bangunan yang berupa perbukitan yang berkontur cukup curam.
- Pencahayaan
Untuk memaksimalkan pencahayaan alami, sebagai reaksi dari bukaan jendela yang
menghadap ke arah pantai yang sedkit mengakibatkan sedikitnya cahaya yang masuk. Maka
Alvaro Siza menggunakan skylight di bagian void dan area ruang pamer.
3. Kesimpulan
- Sebelum memulai Proses Desainnya, Alvaro Siza meneliti preseden bangunan
sejenis yang dianggap sukses dalam desainnya.
- Bangunan yang dijadikan preseden adalah Museum Gugenheim di New york karya
Frank Lloyd Wright dan Court house di Chandigarh karya Le Corbusier.
- Proses desainnya menitik beratkan dalam “genius loci”. Hal ini untuk
menyelaraskan dengan kondisi lokasi bangunan sekitar.
4. Referensi
Gallo, Joao, “The Iconic Urban Branding Moves Southwards :“Starchitecture” In Porto
Alegre” , Cairo : Jurnal. 2008
Gomes, Catarina, “ Alvar Aalto and Álvaro Siza: Theory and Project Methodology”, Helsinki
: Jurnal.2012
http://blog.archpaper.com/wordpress/archives/41536
http://alvarosizavieira.com/category/projects
www.europaconcorsi.com/project/16950/museum-for-iber-camargo-foundation
http://ideasandforms.blogspot.jp/2010/06/ibere-camargo-foundation-alvaro-siza.html