Said Naum atau Syekh Said Naum adalah seorang Kapitan Arab pertama untuk wilayah Pekojan
dimasa kolonial Belanda berkuasa di Batavia di awal abad ke 19. Beliau juga saudagar muslim kaya
raya dari Palembang yang memiliki armada kapal dagang sendiri. Di tahun 1883 Syekh Said Naum
mendanai perbaikan dan perluasan Masjid Langgar Tinggi Pekojan yang masih berdiri kokoh hingga
kini, dan mewakafkan salah satu lahan tanah miliknya untuk digunakan sebagai lahan pemakaman
umum yang kini berubah menjadi rumah rumah susun dan Masjid Said Naum[i].
Pembangunan Masjid Said Naum ini disayembarakan oleh pemda DKI pada tahun 1975 untuk
mendapatkan rancangan yang iinginkan. Sayembara itu kemudian dimemenangkan oleh Atelier Enam
Architects and Planners / Adhi Moersid.yang berhasil membuat rancangan yang memapu memenuhi
kriteria utama nya yang harus merepresentasikan karakter arsitektur tradisional dan cocok dengan
lingkungan sekitar dan menggunakan material local. Atas alasan itu pulalah bangunan masjid yang
selesai pembangunannya tahun 1977 ini mendapatkan penghargaan honourable Mentiion dari Aga
Khan Award for Architecture pada tahun 1986[ii].
Lahan yang kini menjadi lahan Masjid Said Naum pada awalnya adalah lahan pemakaman umum
wakaf dari Syekh Said Naum di awal abad ke 19. Gubernur DKI (kala itu) Ali Sadikin berencana
memindahkan pemakaman umum tersebut untuk kemudian membangun komplek rumah susun di
sana, mengingat lokasinya yang sudah tidak sesuai lagi bagi peruntukan pemakaman umum. Rencana
tersebut tak pelak lagi mendapat tentangan dan protes dari masyarakat luas.
Setelah musyawarah panjang antara pemerintah DKI Jakarta dengan para tokoh masyarakat dan alim
ulama disepakati bahwa di lahan bekas pekaman umum tersebut juga akan dibangun sarana ibadah
berupa Masjid dan madrasah yang pembangunan serta pengelolaannya berada di bawah kendali para
tokoh masyarakat dan ulama bersama pemerintah DKI Jakarta. Selain itu untuk menjamin bahwa
masjid dan madrasah tersebut berkekuatan hukum tetap dan tidak akan diambil alih pemerintah di
kemudian hari maka dibentuk Yayasan Wakaf Said Naum yang akan mengelola masjid dan seluruh
fasilitasnya. Kontroversi dan protes masyarakat-pun berahir.
Masjid Said Naum diresmikan penggunaannya oleh Menteri Dalam Negeri, Amir Machmud pada
tahun 1975. Proses pembangunan masjid Said Naum dibiayai oleh Pemprov DKI Jakarta dan sebagai
konsekwensinya Pemprov berhak membangun rumah susun di sebagian tanah wakaf tersebut. Masjid
Said Naum juga dilengkapi dengan bangunan sekolah mulai dari Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).Selain itu Meskipun
begitu pemprov DKI tidak memberikan dana operasional bagi penyelenggaraan Masjid Said Naum.
Sejak diresmikan penggunaannya hingga saat ini biaya pengelolaan masjid di dapatkan dari jemaah
masjid dan dari pengelolaan parkir dari lahannya yang cukup luas.
Rancangan Masjid Said Naum ini dapat disebut sebagai suatu rancangan yang sangat berhasil dalam
upaya menghadirkan kosa bentuk masjid tradisional Jawa ke dalam ungkapan ungkapan modern
Masjid yang dirancang arsitek Adhi Moersid dan tim ini jelas memperlihatkan usaha serius
mengakomodasi dua kepentingan berbeda yaitu merepresentasikan karakter arsitektur
lokal/tradisional dengan pendekatan modern [iv][v].
Menurut catatan tertulis dari sang arsitek, pada waktu menggarap rancangan ini sebenarnya tidak ada
pretensi mengupas kemudian merumuskan bagaimana tradisi dan unsur arsitektur tradisional dapat
dimasukkan kedalam rancanngan dengan mengikuti aturan atau teori tertentu. Namun yang dicoba
dilakukan adalah mencarikan landasan untuk memberikan makna pada ungkapan arsitekturnya baik
yang terasa maupun yang tidak terasa.
Arsitektur islam dapat juga dinyatakan sebagai manifestasi fisik dari adaptasi yang harmonis antara
ajaran Islam dengan bentuk bentuk local. Oleh karena itu arsitektur islam bisa amat kaya akan ragam
dan jenisnya sebagaimana yang diungkapkan arsitek muslim turki Dogan Kuban bahwa tidak ada
homogenitas dan kesatuan dalam bentuk dari apa yang disebut arsitektur Islam. Konsep inilah yang
dipakai sanga arsitek sebagai focus sentral dalam mendisain masjid bernuansa modern diatas tanah
wakaf warga keturunan mesir bernama Said Naum.
Area luar bangunanan dirancang dengan berbagai leveldengan tanaman berbeda pada masing masing
tempat. Pepohonan disekeliling batas dan sebagai pengisi antar baris paving lantai menyediakan
baangan dan atmosfir yang relative sejuk yang mengalir secara silang kedalam bangunan.tata letak
Ini semua tidak lepas dari kuatnya ungkapan ungkpan karakter local atau lokalitas dalam rancangan
masjid baik secara keseluruhan maupun detail detailnya. Ungkapan lokalitas memang banyak di olah
dan menjadi cirri penting dalam rancangan masjid modern ini. bahkan materialnya menunjukkan
material lokal kecuali bahan bahan baja untuk struktur atap. ini yang tampaknya patut menjadi
contoh dan perlu dikembangkan perancang/arsitek untuk bangunan masjid khususnya dan bangunan
lain pada umumnya di negeri kita tercinta, Indonesia.
sejuk dan tenang ditengah hiruk pikuk Jakarta yang panas dan
bising (foto : AKDN)
Referensi
Sumber: https://bujangmasjid.blogspot.com/2012/04/masjid-said-naum.html