Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur Dunia mengalami perkembangan sebelum memasuki era


Arsitektur Modern, hubungan arsirektur dengan masa lampau merupakan
pedoman bagi seorang arsitek untuk menciptakan karya arsitektur yang
proposional. Sejarah arsitektur tersebut baik dari masa pra sejaran, abad
pertengahan, hingga arsitektur modern merupakan sumber inspirasi yang dapat
menjadi suau pertimbangan dalam merancang suatu bangunan sehingga
bangunan tidak hanya memiliki nilai arsitektural, namun juga memiliki nilai
sejarah (Hidayatun I et al., 2014)
Karya bangunan yang ada dapat dijadikan tolak ukur besarnya pengaruh dari
gaya arsitektur yang berkembang pada masa tertentu, sehingga perkembangan
pembangunan selama ini menunjukan bahwa keberhasilan suatu bangsa dalam
membangun dari abad kolonial berbeda-beda adanya.
Indonesia merupakan Negara yang mengalami perkembangan
pembangunan karena mendapat pengaruh dari negeri kolonial yang Indonesia
merupakan bekas jajahan Belanda, selain itu pada abad ke 18 mengalami
pengaruh arsitektur Eropa yang masuk melalui jalur pelayaran sehingga
mengalami pengaruh Arsitektur Zaman Baru yang ada pada periode 1500 M
sampai 1800 M. Arsitektur zaman baru meliputi Arsitektur Renaince, Arsitektur
Barok, dan Arsitektur Rococo (Sampieri, n.d.)
Arsitektur Rococo pertama kali muncul di Prancis pada abad ke 18,
sekarang dikenal dengan pengembangan seni Eropa. Arsitektur Rococa
merupakan perkembangan lanjut dari Arsitektur Barok, keduanya masih
memiliki bentuk dengan sedikit pembeda . Kata Rococo melambangkan cinta,
kurva cinta seperti kerang dan fkus pada hiasan bangunan. Gaya furniture pada
masa itu yaitu percampuran gaya Eropa dan ornamentasi Asia Selatan yang
dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia, sehingga gaya arsitektur Rococo
mengalami kepopuleran pada masa itu, namun di Arsitektur Rococo tidak
mengalami perkembangan yang signifikan terhadap arsitektur tersebut,
sehingga sedikit ditemukan bangunan yang memiliki gaya Arsitektur Rococo.
Implementasi yang sudah ada dan berkembang dilestarikan agar sejarah
Arsitektur Rococo yang pernah berkembang tidak pudar sehingga tetap
memiliki sejarahnya.

1
1.2 Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut.
1.2.1 Mengetahui karakteristik, sejarah dan perkembangan Arsitektur
Rococo
1.2.2 Mengetahui wujud dan bentuk dari penerapan Arsitektur Rococo di
Indonesia dan elemen apa saja yang merupakan penerapan
arsitektur Rococo 1800 M pada bangunan Museum Sejarah Jakarta
Sasaran :
1.2.1 Agar pembaca memahami Arsitektur Zaman Baru dan bagaimana
Arsitektur Rococo berkembang di Indonesia dan penerapan
Arsitektur Rococo 1800 M di Indonesia

1.3 Manfaat Penulisan


Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak sebagai berikut.
1.3.1 Manfaat Teoritis
Sebagai bahan pembanding unutk penelitian yang relavan dan
pengembangan peneliian mengenai Arsitektur Zaman Baru
khususnya Arsitektur Rococo yang diterapkan di Indonesia
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan kepada pemerintah daerah yang ada pada
lingkup berdiirnya bangunan untuk menjaga dan melestarikan
Arsitektur Rococo pada bangunan tersebut.
b. Sebagai informasi kepada mahasiswa Prodi Arsitektur
Warmadewa maupun mahasiswa dari Universitas lainnya
mengenai Arsitektur Zaman Baru khususnya Arsitektur
Rococo.
1.4 Metode
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui studi pustaka yaitu pengumpulan data melalui buku
referensi dan jurnal yang tersebar di internet, analisis data dan
menggabungkannya menjadi data yang lebih ringkas dan mudah dimengerti.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arsitektur Rococo 1800 M


2.1.1 Definisi Arsitektur Rococo 1800 M
Rococo merupakan kombinasi dari bahasa Perancis yaitu Rocaille, atau
kerang. Rococo melambangkan cinta, kurva cinta seperti kerang dan fokus
pada hiasan bangunan. Arsitektur Rococo merupakan Arsitektur Zaman
Baru yang muncul pada abad ke 1800 M, berkembang setelah Arsitektur
Barok. Sejak pertengahan abad ke 19, istilah rokok telah diterima oleh
sejarawan seni. Selagi ada keheningan tentang beberapa perdebatan tentang
seni arti historis dari rococo kini secara luas gaya ini dikenali sebagai periode
utama di dalam pengembangan seni Eropa. Arsitektur Rococo merupakan
langgam arsitektur terutama yang menekankan pada bagian interior dan seni
dekoratif. Berlaku pada interior dan ornamnetasi.
2.1.2 Ciri-ciri Arsitektur Rococo 1800 M
Arsitektur Rococo merupakan Arsitektur Zaman Baru yang muncul
pada abad ke 1800 M, berkembang setelah Arsitektur Barok. Memiliki ciri
khas yang diusung pada bangunannya yaitu :
 Warna-warna terang digantikan oleh warna-warna pastel. Permainan
cahaya difus melingkupi interior bangunan. Permukaan yang kasar
digantikan oleh yang lebih halus dengan penekanan pada titik
tertentu
 Struktur dari bangunan diirngankan, memberi kesempatan interior
lebih berbicara
 Masuknya unsur-unsur detail dari dunia timur, khususnya Cina dan
Arab
 Patung dekoratif dan lukisan yang menyatu dengan struktur

Gambar 1
Salon De La Princesse at Hotel De Soubise, German
(sumber Masyfair Galerry, 2018)

3
Gambar 2, 3, 4
ciri khas/karakteristik Arsitektur Rococo
(sumber : Noken studio, 2018)

2.1.3 Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Rococo 1800 M


Perkembangan Arsitektur Rococo dimulai dari abad ke 18 di Perancis
kemudian berkembang di Eropa dan di German, bentuk-bentuk yang
digunakan masih belum berubah dari Arsitektur Barok namun memiliki ciri
khas tersendiri yaitu dekorasi yang berbentuk abstrak dipahat seperti kerang
yang di cat dengan warna emas, Rococo ditandai oleh suatu kekayaan,
rahmat, dan keirnganan. Namun pada pertengahan abad ke 18 Arsitektur ini
dikalahkan oleh gaya Arsitektur Neoclassic.

2.2 Arsitektur Museum Sejarah, Jakarta


Studi Kasus yang digunakan yaitu bangunan yang menerapkan unsur
Arsitektur Rococo yaitu salah satunya Museum Sejarah Jakarta (Museum
Fatahillah Jakarta) yang mulai dibangun pada tahun 1620, berlokasi di Jalan
Taman Fatahillah 1, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. Bangunan ini
terbentuk menjadi 2 lantai dengan ruang bawah tanah. Memiliki luas lebih
dari 1.300 m2 . Arsitektur pada bangunan ini memiliki gaya Arsitektur abad
ke 17 Neo Klasik dengan ciri khas bangunannya yaitu memiliki cat kuning
tanah, jendela dari kayu jati berwara hijau tua serta interior yang memiliki
ornament serta funiture bergaya Arsitektur Rococo. (Muntu, 2018)
Menurut catatan sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan
pembangunan tingkat kedua dibangun kemudian hari. Tahun 1648 kondisi
gedung sangat buruk. Tanah Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung
menyebabkan bangunan ini turun dari permukaan tanah. Solusi mudah yang
dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi yang
sudah ada, tetapi lantai dinaikkan sekitar 2 kaki, yaitu 56 cm. Pada Tahun
1665 gedung utama diperlebar dengan menambah masing-masing satu
ruangan di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa perbaikan dan
perubahan di gedung stadhuis dan penjara-penjaranya terus dilakukan
hingga bentuk yang kita lihat sekarang ini. Gedung ini selain digunakan
sebagai stadhuis juga digunakan sebagai ”Raad van Justitie” (dewan
pengadilan) yang kemudian pada tahun 1925-1942 gedung ini dimanfaatkan

4
sebagai Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945
dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 markas
Komando Militer Kota (KMK) I, yang kemudian menjadi KODIM 0503
Jakarta Barat. Tahun 1968 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu
diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.

Gambar 5 Gambar 6
Ekterior bangunan Museum Sejarah Jakarta Interior bangunan Museum Sejarah Jakarta
(sumber : Febrina Sri, 2016) (sumber : Febrina Sri, 2016)

Anda mungkin juga menyukai