Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 2

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6
SRI WAHYU NINGSIH SOFYAN
ABD MUAFID MUSA
NOVITA SARI SENEN MUHAMMAD
IKSAN LAUHIN
M FARHAN HAIKAL ALBAR

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Arsitektur Romanesque

2.2. Karakteristik Arsitektur Romanesque

2.3. Contoh Bangunan Arsitektur Romanesque

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Suatu gaya arsitektur dapat menyebar ke wilayah lainnya, terutama ke daerah di sekitar tempat
gaya tersebut berasal. Hal ini memungkinkannya untuk terus berkembang dengan cara baru dan
unik sesuai dengan kondisi sosial, budaya, dan geografi wilayah yang bersangkutan. Misalnya,
gagasan Renaisans yang lahir di Italia pada awal abad ke-15 menyebar ke seluruh Eropa selama
200 tahun lamanya memunculkan Renaisans Prancis, Jerman, Inggris, dan Spanyol dengan
karakteristik yang unik dan tersendiri. Selain itu, gaya arsitektur juga disebarkan melalui
kolonialisme, baik oleh para kolonis dan pendatang, maupun para penduduk setempat yang telah
belajar atau bekerja di tempat gaya tersebut lahir. Salah satu contohnya adalah gaya arsitektur
pada Misi Spanyol di California yang dibawa oleh para kolonis Spanyol pada akhir abad ke-18.

Arsitektur Romanesque adalah gaya arsitektur dari Eropa. Abad Pertengahan (tahun 1517M),
ditandai oleh pelengkung setengah lingkaran, dan berkembang menjadi gaya arsitektur Goth,
ditandai dengan pelengkung berujung, yang dimulai pada abad ke-12. Tidak ada kesepakatan
mengenai waktu berawalnya gaya romanesque, dan pengusulan waktunya beragam mulai dari
abad ke-6 sampai abad kesepuluh, namun contoh-contohnya dapat ditemukan di seluruh penjuru
eropa, sehingga menjadikan arsitektur romanesque sebagai gaya arsitektur pan-eropa pertama
sejak Arsitektur imperial romawi Gaya romanesque di inggris disebut sebagai arsitektur norman

1.2. PERUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana sejarah arsitektur Romanesque?
2. Apa saja karakteristik dari arsitektur Romanesque?
3. Apa saja contoh bangunan dari arsitektur Romanesque?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah arsitektur Romanesque
2. Untuk mengetahui karakteristik dari arsitektur Romanesque
3. Untuk mengetahui contoh bangunan dari romanesque
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Arsitektur Romanesque

Arsitektur Romanesque adalah gaya arsitektur Eropa abad pertengahan yang ditandai dengan
semi-circular arches. Tidak ada konsensus untuk tanggal awal dari gaya ini, tapi diperkirakan
sekitar abad ke-8 sampai ke-12 dimana kemudian beralih ke arsitektur Gothic yang ditandai
dengan pointed arches. Menggabungkan fitur bangunan Romawi Kuno dengan Byzantium dan
tradisi setempat, gaya arsitektur Romanesque dikenal dengan bentuknya yang masif, tembok-
tembok tebal, round arches, pilar yang kokoh, groin vaults, menara-menara besar dan arkade
yang dekoratif.

Bangunan Romanesque memiliki bentuk yang tegas, teratur, dan denah simetris. Secara
keseluruhan tampilan bangunan terlihat sederhana jika dibandingkan dengan era Gothik yang
muncul kemudian Contoh bangunan Romanesque dapat diketemukan di seluruh penjuru Eropa
walaupun setiap daerah mungkin memiliki karakter dan material yang berbeda 

2.2. Karakteristik Romanesque

1.  Dinding

Dinding bangunan Romanesque umumnya memiliki ketebalan yang masif dengan bukaan yang
relatif kecil. Materialnya berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Karena sifat dinding
romantik, penopang tidak fitur yang sangat signifikan, karena mereka dalam arsitektur Gothic.
Romantik penopang profil persegi panjang umumnya datar dan tidak banyak proyek luar tembok.
Dalam kasus gereja aisled, kubah, atau kubah setengah barel selama gang nave membantu untuk
mendukung, apakah itu kubah. Dalam kasus di mana sebuah kubah setengah-barel yang
digunakan, mereka secara efektif menjadi seperti terbang penopang. Seringkali diperpanjang
melalui lorong lantai dua, bukan dari biasanya dalam arsitektur Gothic, sehingga dukungan yang
lebih baik berat badan seorang nave berkubah. Dalam kasus Durham Cathedral, terbang
penopang telah bekerja, tetapi tersembunyi dalam triforium galeri.
(Gambar 2.1. Dinding)

2. Busur (Arches)

Arch yang digunakan hampir selalu berbentuk setengah lingkaran, dan dipergunakan pada bukaan
(pintu dan jendela), pada vault dan arkade. Di atas pintu yang lebar biasanya terdapat semi
circular arch, terkecuali jika di ambang pintu terdapat lintel dengan ukiran dekoratif.

3. Arkade (Arcade)

deretan busur lengkungdengan kolom sebagai penopangstruktur. Muncul baik di interior maupun eksterior

(Gambar 2.2. Arkade)

4. Pier

Pada arsitektur Romanesque, pier sering digunakan untuk mendukung arch. Pier dibuat dari batu,
berbetuk kotak atau persegi panjang. Umumnya memiliki moulding horisontal membentuk
capital pada awal arch. Kadang-kadang pier memiliki poros vertikal yang melekat padanya dan
kadang memiliki moulding horisontal pada bagian base-nya. 

5. Kolom

Kolom adalah fitur struktural penting pada arsitektur Romanesque. Collonettes dan shaft
merupakan bagian dari struktur bangunan sekaligus dekorasi. Di sebagian besar wilayah Eropa,
kolom Romanesque berbentuk masif karena mendukung dinding atas yang tebal dengan jendela-
jendela kecil dan kadang kubah yang berat. Di sebagian besar wilayah Eropa, kolom Romanesque
berbentuk masif karena mendukung dinding atas yang tebal dengan jendela-jendela kecil dan
kadang kubah yang berat. Metode konstruksi yang paling umum adalah dengan membangunnya
dari silinder batu yang disebut dengan drum. Bentuk capital-nya banyak diinspirasi dari gaya
Corinthian.

(Gambar 2.3. Pier dan kolom)

6.Kubah dan Atap

Mayoritas bangunan memakai atap dari kayu dengan penopang sederhana berbentuk tie beam
atau king post. Dalam kasus atap kasau terikat, kadang dilapisi dengan langit-langit kayu. Di
bangunan gereja, biasanya lorongnya memiliki kubah dan atapnya dari kayu. Tipikal kubah
Romanesque bisanya berdenah oktagonal dan menggunakan corner squinch untuk
menerjemahkan bentuk persegi menjadi dasar segi delapan yang cocok.

7. Memiliki jendela yang berukuran kecil.


(Gambar 2.4. Jendela)

Hal ini bertujuan agar dinding tidak roboh apabila jendela terlalu besar. Hal ini sangat
berlawanan dengan gaya Gotik yang memiliki jendela berukuran sangat besar karena adanya
teknologi “flying buttressess” yang menopang dinding.

8. Adanya vault
Vault adalah langit-langit yang berbentuk melengkung. Adanya vault ini memungkinkan
dibuatnya atap dari batu untuk menggantikan atap dari kayu yang mudah terbakar.

(Gambar 2.5. Vault)

Ada tiga jenis vault yang dikenal.


* Barrel vault, yaitu jenis vault yang paling sederhana dimana ada rusuk yang membagi langit-
langit menjadi dua bagian secara horisontal.
(Gambar 2.6. Barel Vault)

* Groin vault, dimana ada rusuk yang membagi langit-langit menjadi empat bagian secara
diagonal.

(Gambar 2.7. Groin Vault)

* Ribbed vault, dimana ada rusuk yang membagi langit-langit menjadi enam bagian (dua
diagonal dan satu horisontal). Ribbed vault sudah merupakan ciri khas gaya gotik.

(Gambar 2.8. Ribbed Vault)

2.3. Contoh Bangunan Arsitektur Romanesque

1. Romansque di Italia

Cattedrale Metropolitana Primaziale di Santa Maria Assunta; Duomo di Pisa adalah sebuah
katedral Katolik dari abad pertengahan yang terletak di Piazza dei Miracoli di kota Pisa, Italia.
Katedral ini dipersembahkan untuk Santa Maria Diangkat ke Surga dan merupakan salah satu
contoh bangunan bergaya Romanesque, khususnya gaya yang disebut "Romanesque Pisa". [1]
Katedral ini merupakan tempat berkedudukannya Keuskupan Agung Pisa.

(Gambar 2.8. Cattedrale Metropolitana Primaziale di Santa Maria Assunta; Duomo di Pisa )

Pembangunan katedral ini dimulai pada tahun 1063 (1064 menurut kalender Pisa pada masa itu)
dan dilaksanakan oleh arsitek Buscheto, dan biaya pembangunannya diperoleh dari rampasan
perang yang diperoleh dalam perang melawan Muslim di Sisilia pada tahun 1063.[2]

Ciri dari Romanesque italia, terlihat pada wajah depan, sangat ramai dengan hiasan, deretan
kolom dengan pelengkung bertingkat tingkat menghias seluruh wajah bagian atas dari wilayah
depan. Kolom kolom yang berfungsi sebagai hiasan tersebut silindris, langsing dan pendek,
kepalanya berpola hiasan korintien. Dinding dinding luar termasuk bagian depan ini dilapis
dengan marmer berwarna putih dan coklat. Disusun dalam pola kotak kotak dan garis garis
sebagai hiasan luar.

2. Romanesque di Inggris, Irlandia

Tradisi arsitektur Pra-Romanesque adalah Saxon. Gereja-gereja berdinding tebal yang tak
bertulang memiliki gerbang lengkung yang mengarah ke segi empat. Menara lonceng sering
memiliki menara melingkar yang melingkar. Windows sering melengkung atau memiliki kepala
segitiga.
(Gambar 2.9. St Mary The Virgin, Iffley)

3. Romanesque di Spanyol, Portugal, Andorra


Gereja-gereja romantik terletak di bagian utara semenanjung, dengan sejumlah yang terjadi di
Avila yang didirikan kembali dan dibentengi sekitar tahun 1100 dan Toledo di Spanyol tengah
dari tahun 1098. Banyak gereja Pra-Romawi kuno didirikan di abad ke-10 dengan karakteristik
khas khas termasuk kubah, lengkungan tapal kuda, dan jendela mawar dari batu yang ditindik.
Banyak biara Benediktin didirikan di Spanyol oleh uskup dan abbas Italia, diikuti oleh ordo
Prancis Cluniac dan Cistercians.
Pada 1032, gereja Santa Maria de Ripoll dibangun untuk sebuah rencana yang kompleks dengan
gang ganda, yang terinspirasi langsung oleh Basilika Santo Petrus Lama. Gereja menetapkan
standar baru untuk arsitektur di Spanyol.

(Gambar 2.10. Santa Maria de Ripoll)


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Romanesque Architecture merupakan gaya arsitektur abad pertengahan khususnya di Eropa.


Mulai bangkit untuk melanjutkan kebesaran Romawi, yang sudah runtuh berabad sebelumnya,
pada abad 10 M hingga 12 M sebelum arsitektur Gothic. Pada masa Romanesque, banyak kastil,
gereja dan katedral, bangunan pemerintahan, tembok kota. Namun kini yang masih dapat
disaksikan hanya sebuah chapel kecil hingga katedral yang besar.

Karakteristik seacara umum meliputi : Gereja-gereja kecil umumnya tanpa gang, dengan apse
yang memproyeksikan, gereja-gereja besar basilis dengan nave diapit gang dan dibagi oleh
arcade, gereja-gereja biara dan katedral sering memiliki transept, lengkungan bundar di arcade,
jendela, pintu, dan brankas, dinding besar-besaran, menara, piers, kolom kekar, penopang
proyeksi dangkal, selangkangan melengkung, portal dengan patung dan cetakan.

Anda mungkin juga menyukai