Anda di halaman 1dari 23

ARSITEKTUR

Arsitektur Mancanegara
By
m. Reky artha wijaya , viata viriezky,
dewinta syofia hirdanati

EKLEKTISME

Pengertian

Eklektis

Eclectic atau eklektik berasal dari bahasa


Yunani = eklegein, artinya

memilih sesuatu
Eklektik
yang
sebelumnya.

memilih yang baik dari


sudah ada

Eclectismus : suatu semangat

ARSITEKTUR EKLEKTISME
aliran memilih , memadukan unsur-unsur atau gaya
dalam
bentuk tersendiri.

Faktor Timbulnya
Aliran Eklektisme

1. Masyarakat sedang cenderung


mengalami kejayaan, ratio ekonomi
dan imperialisme kaum menengah,
yang disebut sebagai kaum borjuis.
2. Adanya mental penjiplak yang
menimbulkan dualisme yang tragis
bila mengingat bahwa manusia
barat kreatif. Dualisme
mempengaruhi terhambatnya cipta
karya arsitektur, karena kreatifitas
dengan pendekatan alam dan
teknologi.
3. Kondisi ketidak nyamanan ini pada
pergantian abad XIX -XX mencari
format dan gerakan gaya yang
disebut art noveau .
4. Tugas arsitek terlanjur disempitkan
menjadi ahli dekorasi, akhirnya
karya-karya arsitektur menjadi
tidak berkembang dan monoton.

Ciri-Ciri Arsitektur Eklektik


1. Pengulangan bentukbentuk lama
2. Memadukan unsur unsur dalam bentuk
sendiri, dan dikembangkan
menjadi bentuk baru

SEJARAH

Berdasarkan arti katanya,

sejak lama,

eklektisme

dalam arsitektur,

sudah ada

misalnya pada zaman Renaissan. Dimana elemen-elemen


Romawi, ( kolom,ornamen dll ) digabung dan ditambah dengan unsur-unsur
kaidah dan bentuk baru. Demikian juga arsitektur Romawi telah mengambil
unsur-unsur Yunani, digabung dan dikembangkan menjadi bentuk baru.

MASA SEBELUM ARSITEKTUR EKLEKTIK (15 M)

Dari segi sejarah dan ciri-ciri pengulangan bentuk-bentuk lama, eklektisme


dalam arsitektur sering disebut sebagai POST RENAISSANCE , NEO
KLASIK, NEO KOLONIAL .
Pada masa itu dapat dikatakan belum terlalu banyak
pencampuran masih terbatas, terikat pada kaidah-kaidah klasik .

pilihan

dan

15 Masehi

Di masa ini arsitektur Yunani dan Romawi ditafsir kembali


(reinterpretation) dengan menggunakan nalar (di-matematik-kan)
dengan tetap mempertahankan rupa-pokok Yunani (pedimen dan
pilar/kolom yang menandai konstruksi balok dipikul tiang)) serta
Romawi (bangun dan konstruksi busur, yakni konstruksi bagi hadirnya
lubangan pada konstruksi dinding pemikul

MASA SEBELUM ARSITEKTUR EKLEKTIK


(16 M)
Arsitektur Modern mulai berkembang pada abad 16 di Eropa, selain
karena kejenuhan terhadap pola klasik lama, tetapi dalam pola,
konsep dan bentuk baru. Arsitektur yang berkembang pada masa ini
adalah arsitektur Barok.

16 Masehi

Pada hal tertentu, arsitektur Barok banyak

Renaissans.
kubah (dome), kolom,

menggunakan gaya arsitektur pada masa

sebelumnya yaitu

Terdapat
pilaster, entablature dan komponen-komponen klasik
lainnya. Yang berbeda pada arsitektur Baroque adalah kebebasan, kebebasan dalam
menggabungkan komponen-komponen tersebut, dimana saat Renaisans kebebasan ini tidak
dapat diterima (ada aturan-aturan baku).

MASA ARSITEKTUR EKLEKTIK (18 M)

Arsitektur Eklektisme, abad XIX, mengandung rasa sentimen dan


nostalgia pada keindahan gaya masa lampau .
Eklektisme menandai perkembangan arsitektur abad XIX dengan
ketidakpastian gaya percampuran bentuk menghasilkan gaya
tersendiri, memperlihatkan adanya pola pikir akademik, tetapi dalam
bentuk konservatif.

Gaya Arsitektur Eklektik

Eklektisme tidak selalu menggabungkan tetapi kadang-kadang hanya menerapkan salah satu gaya saja,
tetapi dalam bentuk sistem konstruksi, fungsi, dan sisi konseptual, berbeda dari sistem klasik asli.

Secara estetika, gaya ini


lebih berkaca pada gaya
masa lampau ketimbang
pada masa depan. Tak
heran, di dalamnya
terdapat berbagai unsur
arsitektur seperti
Renaissacnce, gothic, dan
rococo.
Namun, eklektik juga
menjadi simbol
romantisme dalam
arsitektur karena di
dalamnya terdapat
beragam detail yang
penuh cerita sejarah.

British Museum London,


Inggris

Gaya Romawi dengan kolom

Massachusetts State House ,


Amerika

Kubah Byzantine, kolom Romawi, Jendela

Stasiun kereta api Gare de


LEst , Perancis

Bentuk Renaissance dengan jendela Gothic

Gereja Blenduk Protestan


Semarang

Pengaruh Gaya Renaissanve

Sejarah Gereja Blenduk

GerejaBlenduk merupakangereja
KristenProtestandengannamaasliGerej
a ImmanuelyangterletakdijalanLetjen.

Gereja
inidibangunsekitarabadke-18dan
MODULVol.11No.2Agustus2011
data-data

yang didapat,

bahkanadayangmenulisberdasarkananalisa

bahwa Gereja inimulaidibangunsekitartahun 1750 dan

55

ISSN:0853-2877

pernah mengalami perbaikan- perbaikan.

Denah Gereja Blenduk Protestan Semarang


Gereja ini memiliki bentuk
denah segi delapan,
dipengaruhi oleh arsitektur

Renaissance.

Gereja protestan mempunyai


pintu masuk dari keempat arah
mata angin, yang pada setiap
pintu masuknya mempunyai
konstruksi yang menempel pada
bangunan pertama berupa

portico

Gereja Blenduk memiliki denah


bangunanutamaberbentuksegidelapan
denganempattranseptpadasisiutara,
barat, selatan,dantimur,sehinggamembentuk
massamenjadisebuahsalibYunani.

Padasisiselatan/dibagiandepan

terbukadanberfungsisebagai

hall

terdapatduamenarayangmengapitteras

untuk

entranceyangdisanggaolehempattiangDorik

Romawi.Padabangunanutamadengandenah segidelapanberfungsisebagairuangibadah parajemaat

Bentuk kubah pada gereja ini mengadaptasi arsitektur


Byzanthium dengan dimensi yang sangat besar sehingga
oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan

Gereja Blenduk,

Pada bagian tengah gereja memiliki atap pelana dan gable atau
dinding segitiga di ujung atap identik dengan pedimen dari

portico.

Pengaruh arsitektur Yunani - Romawi tercermin pada kolomkolom Doric dan Corinthian Romawi, terlihat pada
ruangan koor, keempat pintu masuk gereja yang mengadaptasi
bentuk parthenon terlihat pada pintu masuk utama.

Pada gereja tersebut terdapat aliran Palladianisme , yaitu


merupakan bangunan yang memiliki ciri simetris untuk memudahkan
mendapatkan keselarasan dan keseimbangan bentuk.

Pengaruh Eklektisme di
Indonesia
Pengaruh Eklektisme di Indonesia berawal pada masa pendudukan Belanda.
Masa kolonialisme di Indonesia dimulai abad XVII pertengahan abad XX.
Arsitektur modern di Indonesia pada abad XIX ditandai dengan bangkitnya
kembali gaya klasik, yang terlihat pada pembangunan gedung gedung yang
cenderung bercirikan arsitektur Eropa, dengan memasukkan unsur budaya
setempat dan arsitektur tropis, dalam hal ini arsitektur neo klasik dan eklektisme
banyak diterapkan pada bangunan penting orang orang Belanda, misalnya
gereja, benteng, kantor pemerintahan, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai