A. Arsitektur Prancis
Prancis adalah kerajaan vasal yang banyak mengadaptasi peradaban Andalusia.
Kerajaan inilah yang kemudian melahirkan era renaisans di Eropa ketika Andalusia
semakin mengecil akibat adanya ekuisisi Spanyol. Sains dan seni kini mulai berpusat di
Prancis. Dengan adanya reanisans muncul pulalah proto-kapitalisme dan sebagai
tandingannya munculah kaum borjuis yang membawa proto-sosialisme ditandai dengan
adanya arsitektur barok dan arsitektur rokoko.
Prancis mulai mulai mengalami dilema ketika proto-sosialsime lahir karena masih banyak
pula borjuis lain yang lebih menyukai proto-kapitalisme. Masalah ideologi dan selera
desain menjadi isu hangat dan ketika arsitektur barok dan arsitektur rokoko membumi
maka munculah arsitektur neo-klasik khas Prancis yang masih menginginkan idealisme
renaisans-klasik.
Arsitektur neo-klasik kali ini memang lahir untuk menandingi arsitektur barok dan rokoko,
lebih layaknya masa renaisans yang lahir untuk menandingi arsitektur gotik. Arsitektur
neo-klasik kembali mengambil kosakata arsitektur klasik yang dinilai lebih teratur dan
tidak berlebihan.
Arsitektur neo-klasik dalam kategori classical revival style di atas memeperlihatkan bahwa
arsitektur ini mengembangkan arsitektur klasik, dapat dilihat dari elemen bangunan yang
mirip meski berbeda cara penyajian gubahan massa hingga ornamen namun tetap sangat
mirip dengan arsitektur klasik.
Geometrical style adalah permainan rasio yang lumrah di arsitektur klasik dan arsitektur
neo-klasik yang satu ini tidak menelan mentah-mentah kosakata arsitektur klasik namun
mempermainkan geomerti klasik dalam karya-karyanya
Gambar Claude Nicolas Ledoux - Hôtel de Mlle Guimard, Prancis (sudah hancur)
Gambar Claude Nicolas Ledoux - Pavillon de Mme du Barry, Prancis (sudah hancur)
Neo-palladian style adalah perkembangan dari gaya palladian di era klasik karya Andrea
Palladio yakni bentuk bangunan mengikuti arsitektur klasik yang melebar bahkan memiliki
'sayap' dengan kepala bangunan di tengah tidak seperti bangunan klasik pada umumnya
yang memanjang dengan kepala bangunan di depan dan arsitektur neo-klasik ini memakai
bentuk palladian namun dibumbui dengan kosakata arsitektur baru sehingga menjadi
langgam baru (neo-palladian)
Gaya arsitektur neo klasik dengan neo-palladian tersebut mengukuti gaya palladian seperti
dibawah ini:
B. Arsitektur Inggris
Inggris adalah kerajaan tetangga dari Prancis. Di era yang sama ketika Prancis
memulai peradaban renaisans, Inggrispun berada di puncak dengan cara imperlialisme
(penjajahan). Inggris banyak menjajah hingga hampir dari ¾ permukaan bumi. Dengan
penjajahan Inggris memperkenalkan budaya barat (Eropa) khususnya budaya Inggris itu
sendiri.
Inggris memang sibuk dengan penjelajahannya dan tidak mengalami revolusi renaisans
separah Prancis, namun bias itu tetap ada. Dalam segi arsitektur Inggris mulai
mengembangkan arsitektur neo-klasik seperti Prancis namun tidak berlandaskan ideologi
atau selera desain, dengan berkembangnya arsitektur neo-klasik Inggris justru
memadukan dengan arsitektur vernakularnya untuk memenuhi hasrat desain ideal yang
mengintrepetasikan nilai lokal.
Arsitektur Inggris banyak berkembang dan melahirkan tipologi arsitektur neo-klasik lain
seperti:
Elizabethian style, adalah gaya arsitektur neo-klasik yang berkembang di Inggris saat
pemerintahan Ratu Elizabeth I, saat masa renaisans. Renaisans masuk dari Italia ke Inggris
dengan membawa order geometri arsitektur klasik yang akhirnya dielaborasi dengan
arsitektur vernakular inggris sehingga terciptalah elizabethian style. Meski tidak memakai
kosa kata arsitektur klasik, arsitektur inggris yang satu ini merupakan arsitektur neo-klasik
dikarenakan order yang digunakan. Ciri-ciri arsitekturelizabethian style adalah:-
menggunakan geometri arsitektur klasik
Jacobean style, adalah gaya arsitektur neo-klasik yang berkembang di Inggris saat
pemerintahan Raja James I Inggris/James VI Skotlandia, setelah pemerintahan Ratu
Elizabeth I. Gaya arsitektur ini masih merupakan pengembangan dari gaya arsitektur
elizabethian hanya saja lebih kaya akan ornamen. Ciri-ciri arsitektur jacobean style adalah:
- adanya menara di kedua ujung bangunan
- adanya kubah kecil dan segitiga yang dibentuk kurva sebagai ornamen
Georgian stye adalah gaya arsitektur neo-klasik yang berkembang di Inggris saat
pemerintahan Raja George I hingga Raja George IV, setelah Raja James. Gaya arsitektur ini
berbeda dengan arsitektur jacobean style, gaya arsitektur ini lebih menyederhanakan
ornamen masih dengan gubahan masa yang sama (persegi). Gaya arsitektur ini akan
berkembang menjadi colonial style di Amerika nantinya. Ciri-ciri arsitektur georgian
style adalah:
Gambar John Leverett and Benjamin Wadsworth - Massachusetts Hall, Harvard University,
Amerika Serikrat
Victorian style adalah gaya arsitektur neo-klasik yang berkembang di Inggris saat
pemerintahan Ratu Victoria. Sangat kontras dengan gaya arsitektur inggris sebelumnya,
gaya arsitektur ini langsung mengacu pada arsitektur klasik yang akan menjadi murni
arsitektur neo-klasik (seperti di Prancis) namun ada juga yang mengaju pada arsitektur
gotik yang nantinya akan menjadi arsitektur neo-gotik, meskipun memang ada unsur
dekoratif tersendiri yang membuatnya menjadi gaya arsitektur sendiri (arsitekturvictorian
style). Arsitektur ini kelak akan berkembang jauh menjadi arsitetur queen ann style yang
berkembang pesat khususnya di Amerika hingga arsitektur art and craft movment di era
industri nanti.
Gambar Captain Francis Fowke and Major General Henry Y. D. - Royal Albert Hall, Inggris, mengelaborasi arsitektur
neo-klasik prancis dengan dekorasi khas Inggris
Gambar Archibald_Simpson - North of Scotland Bank, Inggris, menggunakan elemen kolom korintian dari arsitektur
klasik
C. Arsitektur Amerika
Amerika utara adalah salah satu jajahan Inggris (dari suku Indian) yang sedang
menjadi kerajaan adikuasa saat itu (karena imperialismenya yang ada dimana-mana).
Amerika utara digunakan Inggris sebagai wilayah bagi tahanan dan buangan kerajaan.
Setelah wilayah ini merdeka dari Inggris dalam waktu yang cukup lama wilayah ini hingga
kini bernama Amerika Serikat.
Amerika Serikat dalam pembentukan negaranya memiliki cita-cita yang sangat besar dan
menentukan sikap negaranya hingga kini. Negara yang memakai sistem republik (bukan
kerajaan) ini menjadikan negaranya sebagai poros dunia baru, negara adikuasa baru,
bahkan imperium baru (neo-imperium) seperti Kekaisaran Romawi berabad-abad yang
lalu.
Arsitektur neo-klasik menjadi aroma yang segar ketika negara ini baru berdiri. Sesuai
dengan cita-cita negara dengan neo-imperium Romawi, arsitektur neo-klasikpun
merupakan perkembangan dari arsitektur klasik (Romawi), sehingga arsitektur neo-klasik
mulai banyak digunakan dalam pembangunan negara. Bahkan salah satu presiden awal
Amerika Serikat, Thomas Jafferson yang berkeprofesian awal arsitek banyak membangun
karya neo-klasik dalam bangunan-bangunan negara dengan caranya sendiri. Cara neo-
klasik ala Amerika Serikat inilah yang kemudian dikenal dengan arsitektur amerika.
Arsitektur neo-klasik di Amerika Serikat juga banyak berkembang menjadi banyak tipologi
klasik baru seperti di Prancis dan Inggris. Tipologi klasik yang baru tersebut yakni:
Jeffersonian style adalah arsitektur neo-klasik awal di Amerika yang digagas oleh Presiden
Amerika Serikat ke-2, Thomas Jefferson saat ia masih menjadi seorang arsitek. Karyanya
sangat kental dengan mengadopsi arsitektur neo-klasik classical revival namun menjadi
gaya arsitektur sendiri dengan ciri khasnya dan kelak akan banyak mempengaruhi gaya
yang berkembang selanjutnya yakni federal style.
Thomas Jefferson - Monticello, Amerika Serikat
Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik medesain yang mengacu pada zaman klasik
Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan kekaisaran Romawi. Dalam
sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan
gaya yang berasal dari Yunani.
Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara
formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam
ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur rumah ini dibangun dengan
tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi
rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, pemerintahan,dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga
inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen
hiasan yang rumit. Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci.
Arsitektur Klasik Saat Ini Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan
diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah,
dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap
menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang.
Salah satu alasan mengapa gaya arsitektur klasik masih digemari sampai sekarang adalah sifatnya
abadi atau tidak lekang dimakan waktu. Dalam desain exterior bangunan, gaya ini menghadirkan
kemewahan dalam hunian Anda. Dari sekian banyak elemen exterior yang dipakai, tidak dapat dipungkiri
bahwa profil / ornamen-ornamen hiasan yang rumit khas romawi/yunani memegang peranan penting
dalam menciptakan kemewahan tersebut.
Banyaknya permainan ornamen arsitektur romawi maupun yunani seperti profil maupun patung-
patung bergaya klasik yang menempel pada bangunan klasik, bentuk pilar yang besar, bentuk lengkung di
atas pintu maupun kubah akan memperindah bangunan, menciptakan kesan gagah dan mewah. Meskipun
hal tersebut justru membuat pengerjaan bangunan klasik lebih lama dari pada bangunan bergaya
minimalis, selain itu biaya yang dikeluarkan juga jadi lebih banyak. Bagi sebagian orang yang senang
dengan kemewahan dengan nuansa klasik tentunya bukan menjadi masalah yang berarti.
Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang
terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur rumah klasik juga
banyak memiliki nafas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu
atau marmer dibuat dengan detail sempurna. Kemegahan batu alam mulai di hadirkan dalam desain
arsitektur klasik yang menambah kesan mewah bangunan.
Dalam membangun bergaya klasik anda harus memahami dulu bentuk klasik yang dimau atau paling
tidak anda punya beberapa reverensi banguanan klasik yang cocok dengan keinginan anda. Jika anda
kurang memiliki pengetahuan arsitektur klasik lebih baik anda meminta bantuan konsultan arsitektur /
konsultan exterior yang tentunya memiliki pengetahuan lebih baik dari anda, jangan memaksakan untuk
mendesain sendiri bangunan anda, yang tentunya akan membuat hasilnya tidak maksimal.
A. ARSITEKTUR KLASIK EROPA
Arsitektur klasik Eropa adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang mengacu pada zaman
klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi.
Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari
turunan gaya yang berasal dari Yunani.
Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang
terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak
memiliki napas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau
marmer dibuat dengan detail sempurna.
Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara
formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam
ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalam beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga
fungsi:
Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsitektur di Eropa yang secara
khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan „first class‟. Disebutkan demikian
karena karya-karya ini memperlihatkan aturan/pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati
sebagai landasan berpikir dan mencipta karya tersebut. Rentang waktu zaman ini adalah dari abad
pertama sampai dengan abad ke-14 dengan hembusan angin Romantisism (sebelum masyarakat Eropa
memasuki zaman Renaissance sampai dengan pesan dan gerakan Rationalism yang kuat).
Predikat kata „Klasik‟ diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren (terkandung dalam
benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat dengannya) mengandung nilai-nilai
keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan
suatu perwujudankarya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius
khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia.
Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik
dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan
prinsip-prinsip order, geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni “craftmanship”.
Perlu diketahui bahwa
bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan
penyelesaian berkali-kali hingga sampai pad bentuk akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun.
Tradisi berarsitektur yang diawali oleh Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur Klasik
ini. Hal ini dapat kita jumpai dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro,
dimana Isodore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga unsur/elemen
bangunan yaitu DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Despositio adalah kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan survai lapangan ataupun pekerjaan pada tapak
yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan
pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni ornamen ataupun dekorasi.
Uraian seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran pandangan dari Teori Vitruvius. Lebih jauh
Isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut: “Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat,
menopang seluruh berat
beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah sepertiga
dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian, yang berbeda-beda satu
dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5, dinamakan ATTIC yang berpenampang
persegi-4
ataupun lebih besar dan dibuat dari bata-bata yang disusun”. (Isodore dalam Varro, 19xx).
Pendapat Isodore ini dapat merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-karya arsitektur
sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-bangunan gereja yang
sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru dan menyebar hampir
keseuruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah Hagia Sophia yang digambarkan
dalam suatu konteks urban saat itu sebagai berikut: “Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha
memberikan sajian bentuk yang menakjubkan… sebab gedung ini menggapai keatas langit sampai awan
dan begitu menonjol diantara bangunan-bangunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah
keseluruh pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu dengan kota
Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah, khususnya dalam
wawasan perspektivis “Bird Eye View”. Dan semuanya ini menjadi lengkap dan sempurna dengan
dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan” (Isodore dalam Varro, 19xx).
Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic. Dan untuk meresapkan dan mengerti
Arsitektur Gothic ini diperlukan gambaran suasana masyarakatnya pada saat itu dimana timbul spirit
kejiwaan yang berusaha mencari hakekat sifat-sifat Tuhan yang ilahi. Spirit kejiwaan ini dituangkan
dalam suatu tema
“cahaya ke-Ilahian dalam ruang arsitektur” (Ven, 1991), Kualitas ruang Arsitektur Klasik Gothic ini
dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik, seperti diaphanitas (kesemrawangan), densitas
(kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria (bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga
dinyatakan sebagai konsep kecerlangan atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-
bentuk jendela khususnya bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah
lainnya.
Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam usaha mengerti dan menangkap “cahaya
yang datang dari luar”. Di lain pihak ada karya-karya gereja Gothic yang meminimalisir banyaknya
cahaya yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan sensasi persepsional sampai ke tingkat
imaterial. Beberapa contoh bangunan arsitektur Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral
Rouen, Katedral St.Dennis Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur atau bagian lain
dalam kelompok arsitektur Klasik Barat yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine,
Arsitektur Baroque dan Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat, karena
dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur sejenis, yang
setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda, seperti Candi
Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai aritektur yang disebutkan terakhir ini
dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut: “Kita dapat
menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah bersifat massive-tertutup,
karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-orang dapat berkeliling
melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam mewujudkan identitas bentuk adalah
pengolahan tampak dan tampilannya, pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan
tanah dan ketinggiannya yang menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep
Artikulasi dan Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief” dengan
sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang dilengkungkan, dimana
semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian bawahnya maupun pada bagian
atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum pada diri orang yang mengalaminya akan obyek
arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya, sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagaimana
pentingnya gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan
ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar dapat menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan tidak
hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan “ditancapkan dari
atas langit” (Isodore dalam Varro,19xx).
B. Arsitektur yunani
Yunani memiliki tioplogi wilayah berbukit yang memisahkan beberapa suku, kemudia suku-suku
tersebut mulai terorganisir dan membentuk suatu polis (negara kota) dan menjalankan pemerintahan
dengan cara demokrasi. Beberapa polis terkenal seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos, Olimpia,
Sparta, dll. Selain itu tipologi berbukit itu juga menjadikan Yunani kaya akan batu, sehingga banyak
material bangunan yang menggunakan batu
Gambar Edward Dodwell - View in Greece, menggambarkan suasana peradaban Yunani dahulu
Arsitektur vernakular Yunani adalah berupa megaron (rumah tinggal) yang terbuat dari kayu dan
menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Megaron inilah yang kemudian menjadi preseden
dalam membuat arsitektur tradisional Yunani (baik itu berupa tempat pemerintahan, tempat peribadatan,
dll.) Partheon (kuil paganism Yunani) adalah salah satu contoh arsitektur tradisional Yunani yang
nantinya akan menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan hingga kini.
Dalam sejarah tidak diketahui siapa pembuat partheon dan arsitektur tradisional Yunani lainnya, karena
pada saat itu profesi arsitek belum ada dan pembangunan dilakukan secara bersama (guilda) dan dipimpin
oleh seorang pemuka masyarakat.
C. ARSITEKTUR YUNANI
Romawi adalah bangsa yang bertetanggaan dengan Yunani. Kelak Yunani akan jatuh dan
menjadi bagian dari Romawi ketika satu per satu wilayah Yunani dipindahtangankan oleh Romawi dan
Kuda Trojan adalah saksi sejarah leburnya Yunani. Kelak Romawi dengan semangat helenismenya dalam
menyebarkan kekuasaan akan membentuknya menjadi imperium (negara multimasional), etruska (negara
multietnis), dan membina masyarakatnya berjiwa nasionalis dan patriotik.
Romawi kedepannya banyak membawa nilai-nilai Yunani dari segi pemerintahannya, kepercayaannya,
bahkan arsitekturnya. Romawi menjadi negara imperium dengan bentang yang lebar persatuan dari
banyak polis di bawahnya. Memilki kepercayaan resmi pagan politheisme hasil adopsi dari kepercayaan
Yunani (dewa langit, laut, dan bawah tanah) dengan nama yang berbeda, Zeus menjadi Jupiter, Poseidon
menjadi Neptunus, dan Hades menjadi Pluto, meski kedepannya berubah menjadi Kristen iman Paulus.
Helenisme, semangat patriotik masyarakat Romawi disebarluaskan dengan meluasnya daerah imperium
dan dari pristiwa itulah nilai-nilai klasik Yunani yang kemudian diadaptasi menjadi nilai klasik Romawi
tersebar di semenangjung Eropa Barat, dataran Afrika Utara, hingga padang Arab dan Persia, membentuk
sebuah budaya metropolis, adikuasa, serta mutahir dalam segi teknologi.
Helenisme Romawi sedikit mengurasi nilai rasionalisme Yunani. Budaya disebarluaskan begitu saja tanpa
adanya pendalaman logika sehingga penerapannya dalam arsitektur fungsi-fungsinya lebih profan, urban,
dan dengan estetika yang lebih ekletik dan merdeka.
Gambar Rudolf von Alt - Das Pantheon und die Piazza della Rotonda in Rom, menggambarkan suasana
peradaban Romawi dahulu
Arsitektur klasik Romawi berkembang dari arsitektur klasik Yunani dan beberapa arsitektur lain tetangga
imperium ini seperti arsitektur Mesopotamia, sehingga lahir tipologi denah dan teknologi baru dalam
arsitektur. Arsitektur klasik Romawi
berupabasilika (pengembangan parthenon), pantheon (parthenon dengan tipologi denah lingkaran),
benteng, aquaduct, kuburan, stadion, theater, sekolah, hypocaust(bagian servis
pemandian), apodyterium (pemandian air hangat), frigidarium(pemandian air
hangat), calidarium (pemandian air hangat).