Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................ 3

C. TUJUAN ..................................................................................................................... 4

D. MANFAAT ................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Arsitektur Kolonial ............................................................................... 5

B. Tokoh Arsitektur Kolonial Dan Karyanya ............................................................. 5


1. Henri Maclaine Pont ................................................................................................. 5
2. Herman Thomas Karsten ............................................................................................... 8
3. Charles Prosper Wolff Schoemaker ........................................................................12
4. Jacob Frederik Klinkhamer dan B.J Queendag ......................................................13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................16

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
dipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, daninayah-Nya kepada kita, sehingga saya bisa selesaikan makalah ilmiah ini
mengenai TOKOH ARSITEKTUR KOLONIAL DAN KARYANYA.

Makalah ilmiah ini sudah selesai disusun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut
berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga saya bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang
baik dan benar.

Akhir kata saya meminta semoga makalah ilmiah tentang TOKOH ARSITEKTUR
KOLONIAL DAN KARYANYA ini bisa memberi manfaat utaupun inpirasi pada pembaca.

Kendari, Juli 2020

Muhammad Anggy Saputra

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Arsitektur kolonial merupakan perpaduan antara budaya Barat dan Timur yang hadir
dalam karya-karya Arsitektur Belanda yang diperuntukkan untuk bagi Bangsa Indonesia
sebelum masa kemerdekaan. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan
menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara.

Sejarah mencatat, bahwa bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia
adalah Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris dan Belanda. Pada
mulanya kedatangan mereka dengan maksud berdagang. Mereka membangun rumah
danpemukimannya di beberapa kota di Indonesia yang biasanya terletak dekat dengan
pelabuhan.

Namun karena sering terjadi konflik mulailah dibangun benteng. Hampir di


setiap kota besar di Indonesia. Dalam benteng tersebut, mulailah bangsa Eropa
membangun beberapa bangunan dari bahan batu bata. Batu bata dan para tukang
didatangkan dari negara Eropa. Mereka membangun banyak rumah, gereja dan
bangunanbangunan umum lainnya dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis
dengan negara asal mereka. Dari era ini pulalah mulai berkembang arsitektur kolonial.

Belanda di Indonesia. Setelah memiliki pengalaman yang cukup dalam membangun


rumah dan bangunan di daerah tropis lembab, maka mereka mulai memodifikasi
bangunan mereka dengan bentuk-bentuk yang lebih tepat dan dapat meningkatkan
kenyamanan di dalam bangunan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Arsitektur Kolonial ?


2. Siapa Tokoh dan Karya Arsitektur Kolonial ?

3
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Arsitektur Kolonial.
2. Untuk mengetahui siapa saja Tokoh dan Karya dari Arsitektur Kolonial.

D. MANFAAT

Manfaat yang dapat diambil dari mempelajari makalah ini adalah mengetahui dan
mengerti apa itu Arsitektur Kolonial, kemudian siapa saja yang terlibat dalam tokoh dan
karya dari Arsitektur Kolonial.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ARSITEKTUR KOLONIAL


Arsitektur kolonial merupakan perpaduan antara budaya Barat dan Timur yang hadir
dalam karya-karya Arsitektur Belanda yang diperuntukkan untuk bagi Bangsa Indonesia
sebelum masa kemerdekaan. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan
menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara. Seiring berkembangnya peran dan
kuasa, kampkamp Eropa semakin dominan dan permanen hingga akhirnya berhasil
berekspansi dan mendatangkan tipologi baru.

Semangat modernisasi dan globalisasi (khususnya pada abad ke-18 dan ke-19)
memperkenalkan bangunan modern seperti administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit
atau fasilitas militer. Bangunan –bangunan inilah yang disebut dikenal dengan bangunan
kolonial.

B. TOKOH ARSITEKTUR KOLONIAL DAN KARYANYA

Kekayaan etnik letak geografis ini yang membuat bangunan arsitektural di Indonesia
memiliki khas yang berbeda dengan arsitektural negara-negara lain. Dikarenakan hal itu,
Indonesia menjadi sasaran para penjelajah dari mancanegara. Tidak hanya menjadi sasaran
untuk menjadikan negara Indonesia sebagai tempat bertransaksi jual-beli mancanegara
melainkan menjadikan negara Indonesia sebagai daerah yang patut dikuasai akan
kekayaannya tersebut. Pemikiran tentang menguasai Indonesia sebagai negara jajahan
akhirnya dicapai oleh negara Belanda yang berhasil menjajah selama 350 tahun. Dengan
alasan yang sama pula banyak keuntungan yang didapat oleh kedua pihak secara tidak sadar
meskipun pihak Negara Indonesia banyak dirugikan di zaman tersebut, namun tanpa kita
sadari banyak pula keuntungan yang dapat kita rasakan di zaman sekarang yang belum terasa
di zaman pemerintahan belanda.

Salah satu keuntungannya berada di bidang arsitektural dan penataan kota. Tanpa
disadari pengaruh arsitektural Indonesia beserta pengembangannya dipengaruhi oleh
arsitektur kolonial. Karena hal tersebut, banyak arsitek belanda yang mengeksplor karyanya
disini. Namun, hanya sedikit diantara arsitek tersebut yang mempelajari arsitektural Indonesia
dan mengeksplor budaya Indonesia sebagai bagian dari karyanya.

Berikut tokoh-tokoh yang berperan dalam Arsitektur Kolonial :

1. Henri Maclaine Pont

Henri MacLaine Pont (lahir di Meester Cornelis (Jatinegara), 21 Juni 1885 –


meninggal di Den Haag, 2 Desember 1971 pada umur 86 tahun) adalah arsitek populer
5
di Hindia Belanda pada paruh pertama abad ke-20. Dari garis ibu ia memiliki keturunan
orang Buru, sementara dari garis ayah mengalir darah Skotlandia, Spanyol,
dan Huguenot (Perancis).

Pendidikan arsitektur ia peroleh dari Institut Teknologi Delft (TH Delft), Belanda.
Setelah lulus ia kembali ke Hindia Belanda dan mendirikan suatu firma perancangan
bangunan. Pada masa awal, konsep bangunannya adalah memodifikasi gaya bangunan Eropa
untuk kondisi tropika yang lembap, bersuhu tinggi, dan bercurah hujan tinggi. Namun,
pengalamannya dalam menangani berbagai bangunan candi (terutama di Trowulan)
membuatnya mengubah konsep menjadi berusaha memodernisasi konsep bangunan
tradisional lokal Hindia (Indonesia) yang dikenal sebagai gaya Indisch.

Pada dasawarsa ketiga abad ke-20 Maclaine Pont tertarik dengan arsitektur
percandian di Jawa. Sumbangannya yang terbesar dalam arkeologi Indonesia barangkali
adalah pendeskripsiannya mengenai konsep tata kota ibukota Majapahit di Trowulan. Sejak
1921 ia aktif dalam penggalian (ekskavasi) di tempat itu dan membuat suatu draft mengenai
kemungkinan Trowulan pantas menjadi ibukota kerajaan kuno itu. Pada tahun 1925 ia
mendirikan Museum dan Pusat Penelitian Arkeologi Trowulan.

Ketika Jepang menduduki Hindia Belanda ia sempat dimasukkan dalam kamp


interniran di Bandung (Cimahi). Pada tahun 1945 awal ia dikirim ke Australia karena kondisi
kesehatannya yang buruk. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia diminta menjadi guru besar di
ITB, namun ketika ia datang 1946, posisinya telah dihapuskan. Dengan kecewa ia pindah ke
Belanda dan tinggal di Den Haag hingga akhir hayatnya.

Berikut adalah hasil karya dari Maclaine Pont

a) Universitas Pancasakti

6
Jawa Tengah banyak tinggalan bangunan kolonial. Bangunan-bangunan ini bervariasi
gayanya. Ada yang cukup sederhana adapula yang yang megah dan rumit. Beberpa
bangunan-bangunan ini juga didesign oleh arsitek kenamaan. Salah satu arsitek ini adalah
Henri Maclaine Pont. Karya masterpiecenya telah tersebar di pulau Jawa.

Salah satu karya arsitek legendaris ini adalah Bangunan Universitas Panca sakti di
Tegal. Bangunan ini beralamat di Jalan Pancasila Nomor II Tegal. Propinsi Jawa Tengah.
Sampai sekarang bangunan ini difungsikan untuk kegiatan perkuliahan dibawah pengelolaan
Universitas Pancasakti.

Bangunan ini dahulu digunakan sebagai kantor Semarang Cheribon


Stoomtrammaatschappij yang dirancang pada tahun 1910 oleh arsitek Henri Maclaine Pont.
Henri Maclaine Pont memakai gaya arsitektur modern dengan bentuk kubus, gabel
horisontal, atap datar dengan warna dominan putih. Sejak tahun 1980 bangunan ini digunakan
untuk aktivitas kuliah Universitas Pancasakti.

b) Institute Teknologi Bandung

7
Apakah Anda tahu siapa sebenarnya yang merancang bangunan ITB pertama kali?
Henri MacLaine Pont-lah yang melakukannya. Bangunan ITB adalah satu di antara
keempat bangunan di Indonesia yang telah dirancangnya yang masih berdiri, yang pada
masanya telah melahirkan seni yang disebut arsitektur Indisch, memadukan unsur nusantara
ke dalam langgam arsitektur barat. Hal ini jelas terlihat pada bentuk atap bangunan Aula
Barat dan Aula Timur ITB, dua di antara beberapa bangunan asli di kampus ITB. Seni
arsitektur Indisch memang dipandang unik dan indah karena memadukan estetika dan
fungsi.
Bangunan-bangunan Indisch didesain dengan dasar kebudayaan barat, namun
adaptif terhadap keadaan iklim tropis yang kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya
mataharinya tinggi. Indah memang bangunan karya MacLaine Pont, namun tidak demikian
dengan kisah hidupnya.

2. Herman Thomas Karsten

Herman Thomas Karsten ini merupakan seorang arsitek yang berasal dari keluarga
terdidik di Amsterdam, Belanda.

Ia menempuh pendidikan arsitektur di Sekolah Tinggi Teknik di Delft. Pada tahun


1909, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya. Semasa kuliah, ia merupakan orang yang
cukup aktif di organisasi.

Pada tahun 1914, ia meninggalkan Belanda untuk pergi ke Indonesia. Ia pergi atas
undangan temannya, Maclaine Pont. Maclaine Pont memiliki biro arsitektur di Semarang
yang akhirnya dibeli oleh Herman Thomas Karsten. Hal ini menjadi awal mula Karsten
merancang gedung-gedung di Indonesia, terutama di Semarang.

8
Karya arsitektur Karsten memiliki ciri khas mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan
kepedulian terhadap lingkungan hidup. Ia tak lupa juga mempertimbangkan iklim tropis
Indonesia dalam merancang bangunan yang tepat.

Berikut adalah hasil karya-karya dari Herman Thomas Karsten

a) Pasar Johar

Pasar Johar merupakan salah satu pasar yang terbesar di Semarang. Pasar ini bahkan
disebut sebagai pasar yang terbesar di Asia Tenggara. Sayangnya, pada bulan Mei 2015
terjadi kebakaran hebat. Saat ini, kawasan Pasar Johar sedang dibangun ulang.

9
Sebelum terbakar, Pasar Johar dinilai memiliki desain arsitektur yang sempurna dan
memperhatikan banyak aspek sosial. Desain yang sempurna ini salah satunya bisa dilihat
setelah kebakaran. Setelah terbakar, desain asli dari Pasar Johar memang dapat terlihat
dengan jelas. Kekuatan tekan beton yang dimiliki membuat pasar ini mampu bertahan dengan
cukup baik meskipun sempat terbakar.

Bangunan Pasar Johar memiliki gaya Belanda dengan tiang penyangga yang tinggi
dan pemberian banyak ruang ke atas. Hal ini memungkinkan pedagang untuk menyimpan dan
menumpuk barang di atas kios. Ruang atas yang tinggi dan lubang pada atap membantu agar
suasana dalam pasar terang dan tidak panas. Selain itu, lantai pasar didesain lebih tinggi
daripada jalan. Tujuannya agar kuli panggul dapat menurunkan dan mengambil barang lebih
mudah.

b) Stasiun Solo Balapan

Stasiun Solo Balapan merupakan salah satu stasiun besar yang tertua di Indonesia.
Stasiun ini dibangun pada abad ke-19 oleh jaringan kereta api masa kolonial dan disebut
memiliki desain arsitektur yang unik dibandingkan dengan stasiun lain. Hal ini tidak lepas
dari sentuhan arsitektur khas Karsten. Seperti telah disebutkan sebelumnya, desain Karsten
selalu memperhatikan aspek iklim lingkungan setempat.

Desain atap stasiun berupa atap tajuk bersusun tiga di lobi atau bagian depan stasiun.
Desain atap tajuk bersusun ini merupakan gabungan dari arsitektur khas Jawa dengan
arsitektur kolonial.

Hal ini membuat ruangan tersebut memiliki atap yang tinggi. Ruangan-ruangan selain
lobi juga memiliki desain atap yang tinggi walaupun tidak bersusun. Hal ini memungkinkan

10
terjadinya sirkulasi udara dan cahaya alami yang baik. Ruangan dalam stasiun pun menjadi
lebih sejuk walaupun tanpa penyejuk ruangan. Karsten tentu telah memperhatikan kondisi
kota Surakarta yang cukup panas.

c) Komplek Kotabaru, DI Yogyakarta

Kotabaru merupakan salah satu kelurahan di Yogyakarta, dan termasuk dalam


wilayah Kecamatan Gondokusuman. Di wilayah ini terdapat berbagai bangunan tua
berarsitektur khas Belanda. Konsep dari Kotabaru yaitu garden city, mirip dengan Kota Tua
di Jakarta.

Karsten merancang Kotabaru dengan gaya Eropa secara umum. Selain itu, ia awalnya
lebih mencontoh gaya bangunan di Inggris daripada gaya bangunan di Belanda. Lokasinya
yang strategis memunculkan ide pengembangan Kotabaru menjadi kawasan hunian yang
nyaman. Kawasan ini dilengkapi dengan boulevard dan jalan-jalan arteri. Sekarang, kawasan
ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum yang cukup lengkap, misalnya berbagai
lapangan olahraga.

Bangunan rumah di Kotabaru didesain agar cocok dengan iklim di Yogyakarta yang
tropis. Pintu dan jendela dibuat lebih besar dan lebar. Atap bangunan juga dibuat lebih tinggi.
Hal ini memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang baik. Akibatnya, bagian dalam rumah
pun terasa lebih segar dan sejuk.

11
3. Charles Prosper Wolff Schoemaker

Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker (lahir di Banyubiru, Semarang, Jawa


Tengah, Indonesia, 25 Juli 1882 – meninggal di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 22
Mei 1949 pada umur 66 tahun) adalah seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang berdiam
di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Selain itu ia juga pernah menjadi guru besar
arsitektur dan rektor ketujuh Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandung - yang
kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung - ITB) yang menjabat pada periode 16 Juni
1934-2 Agustus 1935.

Berikut adalah salah satu hasil karya dari Charles Prosper Wolff Schoemaker

1) Gedung Merdeka

Gedung Merdeka merupakan salah satu gedung bersejarah yang terletak di pusat kota
Bandung. Gedung Merdeka pernah digunakan sebagai tempat diselenggarakannya Konferensi
Asia Afrika pada tanggal 18-24 April 1955. Selain itu juga pernah digunakan sebagai tempat
sidang-sidang sekaligus Sekretariat Konstituante pada tahun 1956 sampai dengan tahun 1959.
Kantor Badan Perancang Nasional, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
Tahun 1960-1965, Konferensi Islam Asia-Afrika pada Tahun 1965, dan pertemuan-
pertemuan lain yang bersifat nasional maupun internasional.

Pada mulanya gedung ini merupakan bangunan sederhana yang didirikan pada tahun
1895 dan berfungsi sebagai warung kopi. Seiring dengan makin banyaknya orang Eropa
terutama orang Belanda yang bermukim di kota Bandung.

Ditambah dengan semakin meningkatnya kegiatan mereka dalam bidang ekonomi


seperti di bidang perkebunan, industri dan pemerintahan, maka diperlukan tempat untuk
rekreasi yang sesuai dengan budayanya. Kebutuhan rekreasi itu antara lain terpenuhi dengan
adanya gedung tersebut yang sering diperbaharui dan semakin lama makin diperluas sesuai
dengan keperluan.

12
Pembaharuan secara besar-besaran dilakukan pada tahun 1920 dan 1928, hasilnya
adalah Gedung Merdeka sekarang yang megah bergaya Romawi dan sejumlah bahan
bangunannya (marmer, lampu hias kristal) didatangkan dari Eropa.

Arsitek pembangunan Gedung Merdeka ini adalah Van Gallen last dan C.P. Wolff
Shoemaker, guru besar arsitektur di Technische Hogeschool (THS) yang sekarang menjadi
Institut Teknologi Bandung (ITB). Gedung yang luasnya 7500 m2 ini dikelola oleh organisasi
Sociteit Concordia yang anggota-anggotanya terdiri kalangan elit Eropa yang bermukim di
kota Bandung dan sekitarnya, terutama pengusaha perkebunan dan perwira-perwira militer.

Pada gedung ini terdapat ruang besar (ruang utama) tempat pertunjukan kesenian atau
pertemuan, rumah makan, rumah bola (tempat bermain bilyard) dan lain-lain. Kadang-kadang
ruang utamanya disewakan bagi pertemuan umum dan pertunjukan kesenian.

4. Jacob Frederik Klinkhamer dan B.J Queendag

Jacob Frederik Klinkhamer lahir 21 Juni 1854 di Amsterdam - meninggal 12


Desember 1928 di Den Haag) adalah seorang arsitek dan profesor arsitektur Belanda. Dia
merancang beberapa bangunan di Belanda, Hindia Belanda dan Afrika Selatan.

Berikut adalah salah satu hasil karya dari Jacob Frederik Klinkhamer dan B.J
Queendag

1) Lawang Sewu

Gedung lawang sewu yang dibangun pada awal abad ke-20 dan diselesaikan pada
tahun 1908 ini dimiliki oleh Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij atau Jawatan
Kereta Api Pemerintah Hindia Belanda dan merupakan Kantor Pusat jawatan tersebut sampai
kemerdekaan RI.

13
Arsiteknya adalah Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag yang merupakan
arsitek-arsitek Belanda ternama saat itu. Gedung ini terletak di sudut jalan. Bagian depannya
dihiasi oleh menara kembar yang mengingatkan pada bentuk-bentuk menara gothic. Di
belakang menara gedung ini membelah menjadi dua sayap, masing-masing memanjang jauh
ke belakang.

Oleh masyarakat Semarang, gedung ini disebut Lawang Sewu yang artinya Pintu
Seribu, karena memang gedung besar dan panjang ini memiliki banyak pintu di sepanjang
sayap-sayapnya. Pintu-pintu berjejer di ruangan-ruangannya yang panjang dan beratap tinggi.
Arsitektur gedung ini unik karena menunjukkan adaptasi arsitektur Eropa terhadap iklim
tropis, karena itulah bangunan ini memiliki pintu yang banyak.

Setelah kemerdekaan gedung tersebut sempat dipakai oleh Kodam IV dan kemudian
dikembalikan kepada Jawatan Kereta Api, yang sekarang adalah PT. KAI. Setelah PT. KAI
pindah, gedung ini sempat dipakai sebagai Kantor Wilayah Departemen Perhubungan sampai
tahun 1994. Setelah itu, gedung yang resminya masih menjadi milik PT. KAI ini ditinggalkan
kosong dan tak terpakai selama 10 tahun menjadikan gedung ini kotor dan berdebu.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu :


1. Arsitektur kolonial merupakan perpaduan antara budaya Barat dan Timur yang hadir
dalam karya-karya Arsitektur Belanda yang diperuntukkan untuk bagi Bangsa
Indonesia sebelum masa kemerdekaan. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi
kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara. Seiring
berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin dominan dan
permanen hingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan tipologi baru.

2. Kekayaan etnik letak geografis ini yang membuat bangunan arsitektural di Indonesia
memiliki khas yang berbeda dengan arsitektural negara-negara lain. Dikarenakan hal
itu, Indonesia menjadi sasaran para penjelajah dari mancanegara. Salah satu
keuntungannya berada di bidang arsitektural dan penataan kota. Tanpa disadari
pengaruh arsitektural Indonesia beserta pengembangannya dipengaruhi oleh arsitektur
kolonial.

3. Beberapa tokoh yang berperan dalam Arsitektur Kolonial seperti, Henri Maclaine
Pont, Herman Thomas Karsten, Charles Prosper Wolff Schoemaker, Jacob Frederik
Klinkhamer dan B.J Queendag

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/renashiru/arsitektur-kolonial

https://km.itb.ac.id/arsitektur-kolonial/

https://www.itb.ac.id/news/read/1660/home/henri-maclaine-pont-tak-seindah-karyanya

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/universitas-pancasakti-satu-lagi-karya-henri-
maclaine-pont/

https://blog.spacestock.com/mengenal-arsitek-herman-thomas-karsten-dan-karyanya/

https://id.wikipedia.org/wiki/Charles_Prosper_Wolff_Schoemaker

https://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Merdeka

https://www.google.com/search?q=Gedung+lawang+sewu&safe=strict&sxsrf=ALeKk01cB7NYgtxAvi
d0QviTPscnI7U82Q:1594277516084&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwj_y5PIyr_qAhVHA
XIKHYSuBPoQ_AUoAXoECBwQAw&biw=1366&bih=657#imgrc=MojZxG4VjPQIrM

16

Anda mungkin juga menyukai