Anda di halaman 1dari 66

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 1

1. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia dan perkembangan Arsitektur Modern


2. Pengaruh Arsitektur Kolonial Belanda di beberapa Kota Besar di Indonesia
3. Perkembangan Arsitektur Kolonial 1870-1940
4. Definisi dan Konsep Arsitektur Modern dan Post Modern
5. Aliran dalam Arsitektur Modern dan Post Modern

DI SUSUN OLEH :

ANDI MUHAMMAD YUSUF


03420190032
A1

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

1
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema Arsitektur
Kolonial di Indonesia dan perkembangan Arsitektur Modern ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi ujian
penjamin kualitas dari Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan Bapak Andi Haryanto,
ST., MT. pada Mata Kuliah Sejarah Perkembangan Arsitektur 1. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Arsitektur Kolonial
Belanda di Indonesia dan perkembangan Arsitektur Modern bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan
Bapak Andi Haryanto, ST., MT., selaku Dosen Sejarah Perkembangan Arsitektur 1
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih ke pada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

2
Makassar, 08 Juli 2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................5
1.4 Manfaat............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6
2.1 Arsitektur Kolonial..........................................................................................6
2.1.1. Pengertian Arsitektur Kolonial................................................................6
2.2. Bagaimana Arsitektur Kolonial di Indonesia.............................................7
2.2 Arsitektur Modern...........................................................................................9
2.2.1. Pengertian Arsitektur Modern.................................................................9
2.2.2. Perkembangan Arsitektur Modern...........................................................9
2.2.3. Perkembangan Arsitektur Modern di Indonesia....................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur
yang berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur
Eropa ke dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di
nusantara. Sejarah mencatat, bahwa bangsa Eropa yang pertama kali datang ke
Indonesia adalah Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris dan
Belanda. Pada mulanya kedatangan mereka dengan maksud berdagang. Mereka
membangun rumah dan pemukimannya di beberapa kota di Indonesia yang
biasanya terletak dekat dengan pelabuhan.
Namun karena sering terjadi konflik mulailah dibangun benteng. Hampir di
setiap kota besar di Indonesia. Dalam benteng tersebut, mulailah bangsa Eropa
membangun beberapa bangunan dari bahan batu bata. Batu bata dan para tukang
didatangkan dari negara Eropa. Mereka membangun banyak rumah, gereja dan
bangunan-bangunan umum lainnya dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang
sama persis dengan negara asal mereka. Dari era ini pulalah mulai berkembang
arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Setelah memiliki pengalaman yang cukup
dalam membangun rumah dan bangunan di daerah tropis lembab, maka mereka
mulai memodifikasi bangunan mereka dengan bentuk-bentuk yang lebih tepat dan
dapat meningkatkan kenyamanan di dalam bangunan. Dan Arsitektur Modern
Sejak awal tahun 1960-an, literatur barat mulai masuk ke dunia pendidikan
arsitektur di Indonesia. Karya-karya dan pemikiran-pemikiran para arsitek
terkemuka seperti Walter Gropius, Frank Llyod Wright, dan Le Corbusier menjadi
referensi normatif dalam diskusi di kelas dan latihan di studio, sehingga karakter
pendidikannya menjadi lebih akademis. Iklim politik pada saat itu sangat
berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap teori dan konsep arsitektur
modern, karena pada masa ”Demokrasi Terpimpin” di bawah Presiden Sukarno,

4
”modernitas” diberikan oleh kepentingan simbolis yang merujuk pada persatuan
dan kekuatan nasional. 

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Arsitektur Kolonial?


2. Bagaimana Arsitektur Kolonial di Indonesia?
3. Apa pengertian Arsitektur Modern?
4. Perkembangan Arsitektur Modern?
5. Perkembangan Arsitektur Modern di Indonesia?

1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui arti dari Arsitektur Kolonial.


2. Untuk mengetahui bagaimana Arsitektur Kolonial di Indonesia.
3. Untuk mengetahui arti dari Arsitektur Modern.
4. Untuk mengetahui perkembangan Arsitektur Modern.
5. Untuk mengetahui perkembangan Arsitektur Modern di Indonesia.
6. Penelitian ini diharapkan melengkapi berbagai hasil penelitian arsitektur
kolonial yang telah dilakukan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari mempelajari makalah ini adalah
mengetahui dan mengerti apa itu Arsitektur Kolonial dan apa itu Arsitektur
Modern serta perkembangannya. Diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis
keilmuan dan manfaat praktis arsitektur.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arsitektur Kolonial


2.1.1. Pengertian Arsitektur Kolonial
Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang dikembangkan di
Indonesia selama Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda sekitar abad 16
sampai tahun 1942 (Sidharta, 1987 dalam Samsudi)

Menurut Muchlisiniyati Safeyah (2006) Arsitektur kolonial merupakan


arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan Timur. Arsitektur ini hadir
melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal
di Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan.Arsitektur yang hadir pada awal
masa setelah kemerdekaan sedikit banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial
disamping itu juga adanya pengaruh dari keinginan para arsitek untuk berbeda dari
arsitektur kolonial yang sudah ada (arsitektur jengki).

Arsitektur kolonial Belanda berupa aspek fisik, bergaya kemaharajaan yang


disesuaikan dengan kondisi setempat, bangunan menekankan pada fungsi. Tentu
saja arsitektur tersebut telah berubah menjadi sesuatu yang baru karena proses-
proses adaptasi dan akulturasi dengan konteks lingkungan dan budaya Indonesia.
Wujud atau bentuk pada arsitektur kolonial Belanda adalah terdapat dinding
tembok dari pasangan batu bata tebal dua batu atau lebih, kolom bulat gaya neo
klasik bahan dari besi tuang, pintu dan jendela yang lebar dan tinggi.

Asitektur kolonial banyak terdapat di negara-negara lain di luar Indonesia


karena arsitektur kolonial merupakan arsitektur cangkokan dari negeri Eropa ke
daerah koloni. Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia adalah fenomena yang
unik karena tidak terdapat di lain tempat juga pada negara-negara bekas koloni,

6
kaena terdapat pencampuran budaya penjajah dengan budaya Indonesia. (Haris,
Cyil M dalam Samsudi)

2.2. Bagaimana Arsitektur Kolonial di Indonesia

Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia mengalami pengaruh Occidental


(Barat) dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam tata kota dan bangunan.
Para pengelola kota dan arsitek Belanda banyak menerapkan konsep lokal atau
tradisional Belanda didalam perencanaan dan pengembangan kota, permukiman
dan bangunan-bangunan. Adanya pencampuran budaya, membuat arsitektur
kolonial di Indonesia menjadi fenomena budaya yang unik. Arsitektur kolonial di
berbagai tempat di Indonesia apabila diteliti lebih jauh, mempunyai perbedaan-
perbedaan dan ciri tersendiri antara tempat yang satu dengan yang lain.

Arsitektur kolonial sendiri merupakan arsitektur yang dibangun selama masa


kolonial, ketika Indonesia menjadi negara jajahan bangsa Belanda pada tahun
1600-1942, yaitu 350 tahun penjajahan Belanda di Indonesia. Gaya desain
Kolonial adalah gaya desain yang berkembang di beberapa negara di Eropa dan
Amerika. Dengan ditemukannya benua Amerika sekitar abad 15-16, menambah
motivasi orang-orang Eropa untuk menaklukkan dan menetap pada “dunia baru”,
yaitu daerah yang mereka datangi dan akhirnya dijadikan daerah jajahan. Motivasi
mereka menjelajah samudra bervariasi, dari meningkatkan taraf hidup sampai
membawa misi untuk menyebarkan agama. Selain itu juga tersimpan sedikit hasrat
untuk memperoleh pengalaman dan petualangan baru.

Arsitektur kolonial menyiratkan adanya akulturasi diiringi oleh proses


adaptasi antara dua bangsa berbeda. Proses adaptasi yang dialami oleh dua bangsa
terbentuk dengan apa yang dinamakan arsitektur kolonial. Hal ini mencakup
penyelesaian masalah-masalah yang berhubungan dengan perbedaan iklim,
ketersediaan material, cara membangun, ketersediaan tenaga kerja, dan seni budaya
yang terkait dengan estetika. Ditinjau dari proses akulturasi yang terjadi, terdapat
dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya arsitektur kolonial Belanda, yaitu
faktor budaya setempat dan faktor budaya asing Eropa atau Belanda.

7
Arsitektur kolonial lebih banyak mengadopsi gaya neo-klasik, yakni gaya
yang berorientasi pada gaya arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Ciri menonjol
terletak pada bentuk dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik (cripedoma).
Kolom-kolom dorik, ionik dan corinthian dengan berbagai bentuk ornamen pada
kapitalnya. Bentuk pedimen, yakni bentuk segi tiga berisi relife mitos Yunani atau
Romawi di atas deretan kolom. Bentuk-bentuk tympanum (konstruksi dinding
berbentuk segi tiga atau setengah lingkaran) diletakkan di atas pintu dan jendela
berfungsi sebagai hiasan.

Arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya


Barat dan Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan
diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum
kemerdekaan. Arsitektur yang hadir pada awal masa setelah kemerdekaan sedikit
banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial disamping itu juga adanya pengaruh
dari keinginan para arsitek untuk berbeda dari arsitektur kolonial yang sudah ada.

Arsitektur klonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di


Netherland tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni fasad simetris, material dari batu
bata atau kayu tanpa pelapis, entrance mempunyai dua daun pintu, pintu masuk
terletak di samping bangunan, denah simetris, jendela besar berbingkai kayu,
terdapat dormer (bukaan pada atap).

Arsitektur kolonial adalah arsitektur cangkokan dari negeri induknya


Eropa kedaerah jajahannya,  Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda
yang dikembangkan di Indonesia, selama Indonesia masih dalam  kekuasaan
Belanda sekitar awal abad 17 sampai tahun 1942.

Eko Budihardjo, menjelaskan arsitektur kolonial Belanda adalah bangunan


peninggalan pemerintah kolonial Belanda seperti benteng Vastenburg, Bank
Indonesia di Surakarta dan masih banyak lagi termasuk bangunan yang ada di
Karaton Surakarta dan Puri Mangkunegaran.

Kartono, mengatakan bahwa sistem budaya, sistem sosial, dan sistem


teknologi dapat mempengaruhi wujud arsitektur. Perubahan wujud arsitektur

8
dipengaruhi oleh banyak aspek, akan tetapi perubahan salah satu aspek saja dalam
kehidupan masyarakat dapat mempengaruhi wujud arsitektur.

Arsitektur kolonial Belanda merupakan bangunan peninggalan pemerintah


Belada dan bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang merupakan aset besar dalam
perjalanan sejarah bangsa.

2.2 Arsitektur Modern


2.2.1. Pengertian Arsitektur Modern

Arsitektur Modern adalah suatu istilah yang diberikan kepada sejumlah


bangunan dengan gaya karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk
dan menghapus segala macam ornamen. Karakter ini dosinyalir pertama muncul
pada sekitar tahun 1900. Pada tahun 1940 gaya ini telah diperkuat dan dikenali
dengan Gaya Internasional dan menjadi bangunan yang dominan untuk beberapa
dekade dalam abad ke-20 ini. Bentuk dari Arsitektur modern mengikuti fungsi
yang dicetuskan oleh pemahat Horatio Greenough atau yang lebih dikenal sebagai
Louis Sullivan.

Pencarian identitas arsitektur modern Indonesia bermula dari keinginan


untuk menampilkan identitas arsitektur yang khas, berbeda dengan arsitektur
peninggalan penjajah Belanda yang telah berlangsung ratusan tahun. Keberadaan
Technische Hoogenschool (kemudian menjadi ITB) sebagai sekolah arsitektur
pertama di Indonesia menjadi cikal bakal munculnya ide-ide arsitektur Indonesia
yang justru disemaikan oleh pengajar-pengajarnya yang berkebangsaan Belanda.
Soekarno menjadi salah satu lulusan pertama sekolah tersebut yang sangat
mempengaruhi arah arsitektur modern Indonesia. Dengan visinya, ide-idenya, dan
kebijakannya saat itu. Karya-karya arsitek-arsitek lokal yang satu visi dengannya
tumbuh menjadi benih-benih arsitektur modern Indonesia. Bukan menyeragamkan
langgam, bukan membatasi bentuk, tapi menyediakan wawasan baru yang bisa
terus dikembangkan.

2.2.2. Perkembangan Arsitektur Modern


Arsitektur modern mulai berkembang sebagai akibat adanya perubahan dan
perkembangan dalam teknologi, sosial dan kebudayaan yang dihubungkan dengan

9
revolusi industri pada tahun 1760-1863. Adapun tenggang waktu pada
perkembangan arsitektur modern dapat dibagi sebagai berikut:

Periode I (1900-1929)
Mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi sejumlah pertentangan
dalam dunia arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen
yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok. Eksperimen tersebut
diungkapkan sebagai sebuah pertentangan yang membutuhkan 40 tahun untuk
menciptakan arsitektur Modern. Arsitektur modern mulai menonjol setelah perang
dunia I pada tahun 1917 bersamaan dangan hancurnya sarana, prasarana dan
ekonomi.
Pada masa ini, faktor terbentuknya ruang juga ditunjang faktor komposisi,
rasio dan dimensi manusia. Kemudian berkembang konsep free planatau universal
plan, yaitu ruang yang ada dapat dipergunakan untuk berbagai macam aktifitas atau
ruang dapat diatur fleksibel dan dapat digunakan untuk berbagai fungsi, sehingga
typical concept mulai berkembang yaitu ruang- ruang dibuat standar dan berlaku
universal. Konsep open space nampak dengan menggunakan jendela kaca yang
lebar dan menerus serta pemakaian material utama berupa baja, beton dan kaca
yang menonjolkan bentuk polos. Ornamen dianggap sebagai suatu kejahatan dalam
arsitektur modern. Arsitektur modern berarti putusnya hubungan dengan sejarah
dan daerah serta bersifat universal.

Konsep baru dan sangat mendasar dari arsitektur modern antara lain adalah
“FORM FOLLOWS FUNCTION” yang dikembangkan oleh Louis Sullivan,
dengan beberapa ciri sebagai berikut:
a) Ruang yang dirancang harus sesuai dengan fungsinya.
b) Struktur hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus dengan bentukan masa
lampau (tanpa ornamen).
c) Bangunan tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki.
d) Fungsi sejalan atau menyertai dengan wujud.

Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam periode ini antara lain:


a) Louis Sullivan
b) Frank Lloyd Wright

10
c) Le Corbusier
d) Walter Gropius
e) Ludwig Mies van de Rohe

2.Periode II (1930-1939)
Pada periode ini, perkembangan arsitektur modern sudah sampai di seluruh
Eropa, Amerika dan Jepang. Masing-masing daerah mempunyai perbedaan iklim,
keadaan tanah dan tradisi yang dapat mempengaruhi apresiasi bentuknya.
Perkembangan metode hubungan ruang, bentuk, bahan dan struktur tidak lagi
bersifat universal, akan tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
tempat atau lokasi dimana bangunan itu didirikan, dan dengan karakteristik daerah
tersebut. Karakteristik bentuk dan tampilan dengan gaya international styleatau
universal style dari arsitektur modern pada peride ini diwarnai oleh tipe-tipe
tampilan baru, yaitu tampilan dengan memperhatikan penggunaan bahan-bahan
lokal setempat. Pada prinsipnya arsitektur merupakan perpaduan antara keahlian,
perkembangan teknologi, industri serta seni dengan paham kedaerahan (manusia
dan lingkungan) dengan tidak mengurangi rasa kesatuan yang disebut
kemanusiaan.

Tokoh–tokoh yang berpengaruh dalam periode ini antara lain:


a) Alvar Aalto
b) Arne Jacobsen
c) Oscar Niemeyer.
Tokoh-tokoh pada periode sebelumnya tetap berkarya dengan mengikuti pemikiran
pada periode II.

3.Periode III (1949-1966)


Pada periode III ini, perancangan tidak hanya mempertimbangkan bagian
dalamnya saja, tetapi juga hubungannya dengan keadaan lingkungan bangunan
tersebut akan berdiri, misalnya iklim. Bangunan yang tercipta mencerminkan
hubungan yang erat dengan teknologi. Hal ini terlihat dari penggunaan produk baru
pada masa itu, seperti baja, alumunium, metal dan beton pracetak.

Penggunaannya dapat dibagi menjadi dua prinsip dasar yang berbeda yaitu:

11
a) Dilihat dari segi keindahan eksterior dan interior (estetika).
b) Dilihat dari metode produksi (efisiensi).

Walaupun setiap aliran atau paham yang berkembang pada periode arsitektur
modern mempunyai ciri khas masing-masing, akan tetapi periode arsitektur
modern ditandai dengan sebuah persamaan yang mendasar, yaitu segala bentuk
permasalah dan konsep asitekturnya harus dinyatakan dengan jelas, tegas dan
berdasarkan pada suatu fungsi tertentu.
2.2.3. Perkembangan Arsitektur Modern di Indonesia
Arsitektur modern tidak mengalami perkembangan secara signifikan di
Indonesia. Seperti gaya arsitektur lain yang diimpor dari negara-negara barat, gaya
arsitektur modern masuk ke Indonesia sebagai pengaruh era globalisasi. Gaya
arsitektur modern muncul sebagai gaya internasional atau gaya universal yang
cukup memiliki kesamaan di berbagai negara. Di Indonesia, gaya arsitektur modern
diterapkan sebagai gaya arsitektur yang mengacu pada fungsi ruang juga
merupakan titik awal desain. Gaya arsitektur modern adalah gaya yang sederhana,
bersih dan fungsional. Berdasarkan gaya hidup modern, masyarakat cenderung
menyukai sesuatu yang mudah dan cepat, karena berbagai alat diciptakan secara
industri untuk kemudahan masyarakat.
Sifat dasar gaya hidup modern adalah sebuah tuntutan untuk bergerak dan
melakukan sesuatu dengan lebih cepat serta didukung oleh teknologi dan industri.
Teknologi dikembangkan untuk membuat kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
lebih cepat dan mudah, seperti alat komunikasi berupa tetelpon genggam ataupun
computer.
Dalam berarsitektur, gaya hidup modern memberikan pengaruh terhadap
kebutuhan untuk memiliki bangunan yang sederhana, bersih dan fungsional,
sebagai bentuk dari arsitektur modern. Gaya hidup seperti ini hanya dimiliki oleh
sebagian masyarakat, terutama di kota-kota besar dan berkembang yang menuntut
gaya hidup cepat, mudah, efisien dan fungsional.

Di Indonesia muncul gaya khas arsitektur modern Indonesia yang


menyesuaikan keberadannya, dengan karakter sebagai berikut :
1) Terfokus pada fungsi ruang, yang terbentuk dari pola aktivitas penghuni di
dalamnya.

12
2) Terfokus pada material bangunan yang digunakan untuk menciptakan hasil
akhir bernilai estetika yang diinginkan.
3) Analogi mesin dalam penyusunan dan pengembangan ruang.
4) Menghindari ornamen pada bangunan.
5) Penyederhanaan bentuk.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu Arsitektur kolonial
merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama
masa pendudukan Belanda di tanah air. Arsitektur kolonial merupakan arsitektur
yang memadukan antara budaya Barat dan Timur. Arsitektur ini hadir melalui
karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di
Indonesia. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan menambah
kekayaan ragam arsitektur di nusantara. Arsitektur Kolonial tercipta tidak secara
langsung melainkan secara bertahap dan melalui proses-proses yang panjang.

Arsitektur Modern sudah ada sejak lama, Arsitektur modern mulai


berkembang sebagai akibat adanya perubahan dan perkembangan dalam teknologi,
sosial dan kebudayaan yang dihubungkan dengan revolusi industri pada tahun
1760-1863. Namun arsitektur modern tidak secara serta merta di terima begitu saja,
namun melalui berbagai eksperimen, Konsep baru dan sangat mendasar dari
arsitektur modern antara lain adalah “bentuk mengikuti fungsi”.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan. 2019. Arsitektur Kolonial dalam


https://dheavours.wordpress.com/2015/06/11/arsitektur-kolonial/ diunduh pada
Rabu, 08 juli 2020 jam 06.15.

Sarah Bulqis. 2009. Arsitektur Kolonial Belanda dalam https://www.academia.edu/


diunduh pada Rabu, 08 juli 2020 jam 07.55.

Renashiru. 2018. Arsitektur Kolonial dalam


https://www.slideshare.net/renashiru/arsitektur-kolonial diunduh pada Rabu, 08 juli
2020 jam 08.30.

Fathur Rahman. 2018. Arsitektur Modern dalam http://e-journal.uajy.ac.id


diunduh pada Rabu, 08 juli 2020 jam 08.45.

14
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema pengaruh
Arsitektur Kolonial Belanda di beberapa Kota Besar di Indonesia ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi ujian
penjamin kualitas dari Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan Bapak Andi Haryanto,
ST., MT. pada Mata Kuliah Sejarah Perkembangan Arsitektur 1. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengaruh Arsitektur
Kolonial Belanda di beberapa Kota Besar di Indonesia bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan
Bapak Andi Haryanto, ST., MT., selaku Dosen Sejarah Perkembangan Arsitektur 1
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih ke pada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

15
Makassar, 08 Juli 2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................15
DAFTAR ISI............................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................17
1.1 Latar Belakang...............................................................................................17
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................18
1.3 Tujuan............................................................................................................18
1.4 Manfaat..........................................................................................................18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................19
2.1 Arsitektur Kolonial........................................................................................19
2.1.1 pengaruh Arsitektur Kolonial Belanda pada Kota besar di Indonesia....19
2.2 Contoh-contoh Arsitektur Kolonial di beberapa Kota besar di Indonesia.....20
2.2.1. Restaurant “Hallo Surabaya” Surabaya.................................................20
2.2.2. Kantor UPTD di Benteng Oranje, Ternate............................................21
2.2.3. Kantor Pos Besar, Medan......................................................................24
2.2.4. Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta.............................................25
2.3 Penerapan Arsitektur Kolonial dalam suatu bangunan..................................26
BAB III PENUTUP.................................................................................................30
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................31

16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata kolonial yang kita kenal identik dengan masa penjajahan bangsa Eropa
di Indonesia. Namun dalam penjajahan, Bangsa Eropa juga memperkenalkan Gaya
Arsitektur di Indonesia. Gaya Arsitektur yang berkembang pada masa penjajahan
tersebut, dikenal sebagai Arsitektur kolonial.

Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia dibangun di seluruh Nusantara


yang dulu dikenal sebagai Hindia Belanda. Sebagian besar bangunan era kolonial
yang lebih baik dan permanen terdapat di Jawa dan Sumatra, yang secara ekonomi
dianggap lebih penting selama masa penjajahan Belanda. Akibatnya, lebih banyak
bangunan kolonial yang bertahan masih terdapat di kedua pulau tersebut. Banyak
benteng dan gudang era VOC lama tersebar di seluruh Nusantara, terutama di
sekitar Kepulauan Maluku dan Sulawesi.

Model bangunan kolonial banyak dijumpai di berbagai kota di Indonesia


khususnya di kota-kota yang pernah dijajah oleh Belanda seperti Surabaya, Jakarta,
Yogyakarta, Semarang, Malang dan lainnya. Model bangunan
berarsitektur kolonial ini disebut juga dengan The Empire Style/The Dutch
Colonial. Model bangunan tersebut tidak hanya dijumpai pada bangunan hunian
saja tetapi juga pada model bangunan pemerintahan seperti kantor, stasiun, rumah
peribadatan, contohnya yaitu Museum Fatahillah Jakarta, Stasiun Kota Jakarta,
Museum bank Mandiri Jakarta, dan Gedung Sate Bandung. Keberadaan bangunan
berarsitektur kolonial ini merupakan salah satu konsep perencanaan kota kolonial
yang dibangun oleh Hindia Belanda yaitu perpaduan model bangunan Belanda
dengan teknologi bangunan daerah tropis. Model bangunan berarsitektur Kolonial
ini memiliki kekhasan bentuk bangunan terutama pada fasade bangunannya.

17
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

6. Apa pengaruh Arsitektur Kolonial Belanda di beberapa Kota besar yang ada
di Indonesia?
7. Contoh-contoh Arsitektur Kolonial di beberapa Kota besar di Indonesia?
8. Gambar-gambar yang lebih mejelaskan tentang Arsitektur Kolonial?
9. Bagaimana penerapan Arsitektur Kolonial dalam suatu bangunan yang di
jelaskan secara mendalam?

1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah :

7. Untuk mengetahui pengaruh Arsitektur Kolonial Belanda di beberapa Kota


besar yang ada di Indonesia.
8. Untuk mengetahui pembentuk Arsitektur colonial di Indonesia.
9. Untuk mengetahui contoh-contoh Arsitektur Kolonial di beberapa Kota
besar di Indonesia.
10. Untuk mengetahui Gambar-gambar yang lebih mejelaskan tentang
Arsitektur Kolonial
11. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Arsitektur Kolonial dalam suatu
bangunan yang di jelaskan secara mendalam.
12. Penelitian ini diharapkan melengkapi berbagai hasil penelitian arsitektur
kolonial yang telah dilakukan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari mempelajari makalah ini adalah
mengetahui dan mengerti pengaruh Arsitektur Kolonial di beberapa Kota besar
yang ada di Indonesia. Diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis keilmuan
dan manfaat praktis arsitektur.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arsitektur Kolonial


2.1.1 pengaruh Arsitektur Kolonial Belanda pada Kota besar di Indonesia
Masuknya unsur Eropa ke Indonesia menambah kekayaan ragam arsitektur
di nusantara. Seiring berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin
dominan dan permanen hingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan
tipologi baru.
Pada mulanya kedatangan mereka dengan maksud berdagang. Mereka
membangun rumah dan pemukimannya di beberapa kota di Indonesia yang
biasanya terletak dekat dengan pelabuhan. Dinding rumah mereka terbuat dari
kayu dan papan dengan penutup atap ijuk. Namun karena sering terjadi konflik
mulailah dibangun benteng. Hampir di setiap kota besar di Indonesia. Dalam
benteng tersebut, mulailah bangsa Eropa membangun beberapa bangunan dari
bahan batu bata. Batu bata dan para tukang didatangkan dari negara Eropa. Mereka
membangun banyak rumah, gereja dan bangunan-bangunan umum lainnya dengan
bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara asal mereka. Dari
era ini pulalah mulai berkembang arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Setelah
memiliki pengalaman yang cukup dalam membangun rumah dan bangunan di
daerah tropis lembab,maka mereka mulai memodifikasi bangunan mereka dengan
bentuk-bentuk yang lebih tepat dan dapat meningkatkan kenyamanan di dalam
bangunan
Selain itu, semangat modernisasi dan globalisasi (khususnya pada abad ke-
18 dan ke-19) memperkenalkan Indonesia pada bangunan modern seperti
administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit atau fasilitas militer. Belanda yang
saat itu sudah merupakan salah satu negara yang berkembang, membawa teknologi
konstruksi yang baru yang juga berdampak pada penggunaan material bangunan
permanen seperti beton.

19
2.2 Contoh-contoh Arsitektur Kolonial di beberapa Kota besar di Indonesia
Berikut ini adalah beberapa deretan contoh karya bangunan arsitektur di
zaman kolonial yang berlokasi di berbagai daerah di Indonesia. Setiap bangunan
memiliki sejarahnya masing-masing, simak sebagai berikut :

2.2.1. Restaurant “Hallo Surabaya” Surabaya


Masa kolonial Belanda telah memberi pengaruh dalam perkembangan arsitektur
kota. Jejak-jejak arsitektur kolonial turut memberi warna khas wajah kota-kota di
Indonesia. Salah satunya yaitu Kota Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia,
yang dijadikan basis perkembangan perekonomian dan pemerintahan zaman
penjajahan Belanda. Sebagai bukti perkembangan Surabaya di era kolonialisme
adalah banyaknya sisa-sisa bangunan Belanda yang masih berdiri kokoh dan masih
difungsikan hingga kini dan bahkan banyak dari bangunan tersebut dijadikan pusat
kegiatan pemerintahan Surabaya dan masih terawat hingga kini.
Arsitektur gedung Restoran Hallo Surabaya yang terletak di Jalan Raya Bubutan
93-95, Surabaya. ini didirikan pada tahun 1912 oleh seorang arsitek Belanda yang
bernama W. David. Bangunan ini pada awalnya bernama Meesjesweeshuis yang
dulunya berfungsi sebagai Rumah Sakit Mardi Santoso merupakan bangunan cagar
budaya. Gaya arsitekturnya memiliki ciri pada era kolonial tahun 1900-anyang
terekspresi pada unsur-unsur bentuknya seperti adanya : gavel, kubah dan dormer
dimana unsur-unsur bentukannya dipengaruhi oleh gaya Art Deco dan Art
Nouveau disamping itu bentuk arsitekturnya dipengaruhi oleh iklim tropis dengan
penggunaan material lokal.
Bentuk tatanan ruang yang simetris merupakan konsep Arsitektur “Indische
Empire” yang masih dianut oleh Arsitektur Peralihan sebagai masa peralihan
menuju Arsitektur Kolonial Modern. Pola tatanan ini dapat ditemukan dalam salah
satu contoh bangunan Arsitektur Indis lain, yakni Kantor Pusat “Nillmij”, Jalan
Juanda, Jakarta. Pada bangunan tersebut terlihat jelas terdapat menara (tower),
gevel,dan simetris. Gedung restoran „Hallo Surabaya‟memiliki bentuk denah yang
ramping yang dapat memudahkan penghawaan silang, galeri keliling bangunan
melindungi adanya tampias air hujan dan sinar matahari langsung, serta lubang
ventilasi diperlihatkan sebagai elemen arsitektur yang menarik.Tampilan bangunan
yang berbentuk simetri memberikan kesan monumental bangunan, yang dilihat
dari fungi publik. Balutan bangunan berlanggam arsitektur Indis inimemiliki tata

20
ruang yang terlihat lebih terbuka dan mengundang untuk datingdan masuk ke
dalam bangunan.
Bangunan sebagai kesatuan terdiri atas elemen-elemen massa yang ditata
sedemikian rupa berdasarkan prinsip penataan sebagaimana dikemukakan oleh D.
K. Ching, yakni proporsi, hirarki, sumbu, ritme, repetisi, datum dan transformasi.
Berlandaskan prinsip tersebut, blok massa ditata dari bentuk dasarnya hingga
tercipta ruang binaan yang memenuhi kebutuhan pengguna dan menyikapi kondisi
tapak secara spesifik. Tapak dan pengguna bangunan sebagai dua aspek lokal
(naturedan culture) menjadi pedoman dalam merancang bangunan yang
kontekstual.

Gambar 1
Tampilan depan gedung restoran‟Hallo Surabaya‟di Surabaya

2.2.2. Bangunan Benteng Oranje, Ternate


Gaya bangunan Arsitektur Kolonial dikawasan Benteng Oranje:
a. Kantor UPTD Dinas Pariwisata Kota Ternate, Denah bangunan relatife simetris,
terdapat ruang tengah (central room) yang menghubungkan teras depan (voor
galerij) dan teras belakang (achter galerij). Tampak bangunan simetris mengikuti

21
bentuk denah bangunan, ada usaha menghilangkan kolom gaya Yunanipada teras
depan (voor galerij) dan teras belakang (achter galerij), dengan menggunakan
kolom dari kayu yang berbentuk persegi.

Gambar 2
Kantor UPTD Dinas Pariwisata Kota Ternate

Bangunan kantor UPTD Dinas Pariwisata Kota Ternate menggunakan bahan


utama dari kayubaik pada atap, pintu maupun jendela.Dinding bangunan
merupakan dinding batu yang terbuat dari campuran batu kali dan batu kapur,
diplester, dinding bangunan merupakan konstruksi dinding pemikul.Hasil analisis
menunjukan gaya bangunan kantor UPTD Dinas Pariwisata Kota Ternate adalah
38.50% mendekati gaya Indische Empire (Abad 18-19), 58.00% mendekati gaya
arsitektur Peralihan (1890-1915) dan 14.00% mendekati gaya arsitektur Kolonial
moderen (1915-1940).

22
b. Museumseni dan budaya, Denah bangunan relatif simetris, memiliki teras depan
(Voor galerij) dan teras belakang belakang (Achter galerij), untuk
menghindarimasuknya sinar matahari langsung dan tampiasnya air hujan.Tampak
simetris mengikuti bentuk denah bangunan, ada usaha menghilangkan kolom gaya
Yunani, dengan memakai kolom kayu berbentuk persegi pada teras depan (Voor
galerij) dan teras belakang (Achter galerij).

Gambar 3
Museum Seni dan Budaya
Bangunan Museum seni dan budaya menggunakan bahan utama dari kayu baik
pada atap, pintu maupun jendela. Sudah mulai menggunakan bahan kaca pada
jendela dalam jumlah terbatas. Dinding bangunan merupakan konstruksi dinding
pemikul yangterbuat dari susunan batu kali dan batu kapur yang diplester.Hasil
analisis menunjukan gaya bangunan Museum seni dan budaya adalah 28.25%
mendekati gaya Indische Empire (Abad 18-19), 46.75% mendekati gaya arsitektur

23
Peralihan (1890-1915) dan 14.00% mendekati gaya arsitektur Kolonial moderen
(1915-1940).
2.2.3. Kantor Pos Besar, Medan

Bangunan ini memiliki luas 1200 meter persegi, dengan tinggi mencapai 20
meter. Kantor pos yang terdapat di jantung kota Medan ini juga merupakan ikon
kota Medan. Bangunan yang di dominasi dengan warna putih dan orange, yang
merupakan identitas Pos Indonesia ini memiliki bentuk kubah yang unik.

Bentuk kubah tetap dipertahankan walaupun kantor pos ini telah mengalami
beberapa kali renovasi. Jendela-jendela yang terletak pada sisi-sisi bangunan
berbentuk setengah lingkaran, dengan tiang putih yang menyangganya, membuat
bangunan tersebut terlihat seperti kandang burung.

Di Kantor Pos Besar kota Medan ini juga masih tertera ukiran-ukiran tulisan
yang menjadi penanda tahun bangunan ini. Ukiran tulisan ‘ANNO 1911’ di bagian
atas samping kiri-kanan bangunannya pun masih terlihat jelas. Ia menjadi salah
satu bukti tahun kelahiran bangunan tersebut.

Kantor Pos Medan berdiri tahun 1911, yang diarsiteki oleh arsitek Belanda
bernama Snuyf. Arsitek bangunan bersejarah ini tak lain adalah Snuyf. Dia
memulainya pada 1909 dan selesai pada 1911. Dia sendiri merupakan pejabat
pekerjaan umum Belanda untuk Kesultanan Deli.

Di Eropa, desain bangunan seperti pada Kantor Pos Besar Medan dikenal
dengan nama arsitektur modern fungsional (art deco geometrik). Jenis arsitektur ini
merupakan generasi ketiga setelah arsitektur klasik yang hadir sebelum 1910 dan
arsitektur neo-klasik (art deco ornamental) sebelum 1920. Kedua jenis arsitektur
terakhir juga pernah digunakan Belanda dalam pembangunan beberapa bangunan
yang mereka kontrak di Medan.

Bangunan bergaya geometris rata-rata dibangun sebelum 1935. Jika melihat


waktu berdiri kantor pos pada 1911, diperkirakan ia merupakan bangunan era
pertama yang menggunakan arsitektur geometris di Medan. Oleh karena itu juga,
tak banyak ditemukan bangunan tua dengan gaya arsitektur serupa di kota ini.

Salah satu ciri khas bangunan zaman dulu adalah keberadaan langit-
langitnya yang lebih tinggi. Begitu pun lampu dan kipas angin yang terpasang
dengan pegangan yang panjang, seperti di beberapa ruangan kantor pos.

24
Awalnya, langit-langit vestibule dilapisi dengan kuningan asli. Hanya saja,
lapisan itu mengelupas akibat tragedi kebakaran yang sempat menghanguskan
sebagian kecil bangunan kantor pos pada Juni 2003.

Gambar 4
Kantor pos Besar, Medan

2.2.4. Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta

Bangunan bergaya Indische Empire Stiijl ini, merupakan bekas gedung


pengadilan yang kini berfungsi sebagai Museum Seni Rupa. Museum Seni Rupa
dan Keramik ini terletak di Jalan Pos Kota No 2, Kotamadya Jakarta Barat,
Provinsi DKI Jakarta, Indonesia.Museum yang tepatnya berada diseberang
Museum Sejarah itu memajang keramik lokal dari berbagai daerah di Tanah Air,
dari era Kerajaan Majapahit abad ke-14, dan dari berbagai negara di dunia.
Gedung yang dibangun pada 12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh
Pemerintah Hindia-Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng
Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat
pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1944, tempat itu
dimanfaatkan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer TNI. Pada
10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan
bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Tahun 1973-1976,

25
gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru setelah
itu diresmikan oleh Presiden (saat itu) Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.

Gambar 5
Museum Seni Rupa dan Kramik, Jakarta

2.3 Penerapan Arsitektur Kolonial dalam suatu bangunan


Rumah Sakit Darmo adalah salah satu contoh Arsitektur Kolonial di
Indonesia. Rumah Sakit Darmo didirikan di Surabaya oleh sekelompok orang
Belanda yang dipimpin oleh HJ. OFFERHAUS pada tanggal 9 Juni 1897.

Gambar : bagian depan Rumah Sakit Darmo

26
(Sumber : www.thearoengbinangproject.com)

Bagian depan Rumah Sakit Darmo yang berbentuk segitiga mengikuti


bentuk atap, khas kolonial. Pada puncak gevel terdapat ornamen menara kayu
pendek dengan penangkal petir di pucuknya. Pada gevel terdapat logo Rumah Sakit
Darmo, dengan tulisan pada bidang lengkung berbunyi “Salus Aegroti Suprema
Lex Est” yang secara harafiah berarti “Kesehatan orang sakit adalah hukum
tertinggi”.
Rumah Sakit Darmo memiliki selasar dengan tiga lengkung busur di bagian
depan, dan akses utama yang juga berbentuk lengkung dengan ukuran lebih kecil,
dan dua pasang jendela ganda simetris.
Setelah kemerdekaan sempat timbul semacam penolakan terhadap gaya
arsitektur colonial yang memunculkan gaya arsitektur yang disebut jengki, dengan
diantara ciricirinya adalah atap pelana, gevel miring, adanya teras, kusen jendela
asimetris, dan interior yang lebih cair.

Gambar : Prasasti pada Rumah Sakit Darmo


(Sumber : www.thearoengbinangproject.com)

27
Gambar : Lorong pada Rumah Sakit Darmo
(Sumber : www.thearoengbinangproject.com)

Lorong masuk utama Rumah Sakit Darmo dengan logo dan tulisan “Salus Aegroti
Suprema Lex Est” di atas gerbang lengkung. Pada lorong ini menggunakan finising
berwarna putih dimana warna putih dominan digunakan pada bangunan Kolonial.

Gambar : Pavilium
(Sumber : www.thearoengbinangproject.com)

Paviliun di bagian depan Rumah Sakit Darmo yang berada di sebelah kiri dan
kanan bangunan.

28
Gambar : Lanscape pada Rumah Sakit Darmo
(Sumber : rumahcomplit.ga)

Lorong pedestrian Rumah Sakit Darmo diteduhi dengan pohon-pohon


dan di depannya terdapat taman-taman.

Gambar : Desain pintu pada Rumah Sakit Darmo


(Sumber : wisatasurabaya.50webs.com)

Desain pintu pada Rumah Sakit Darmo dimana terdapat lubang-lubang pada pintu
dimana sebagai sirkulasi udara dan terdapat ventilasi pada bagian atas kusen
sebagai penghawaan dan pencahayaan alami.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu bangunan kolonial
banyak dijumpai di berbagai kota besar di Indonesia khususnya di kota-kota yang
pernah dijajah oleh Belanda seperti Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Semarang,
Malang dan lainnya. Jenis-jenis Arsitektur Kolonial di Indonesia sangat beragam
karna dari awal masuk ke Indonesia, Arsitektur Kolonial terus berkembang, hal itu
membuat arsitektur di Indonesia jadi beragam dan sangat mempengaruhi arsitektur
di Indonesia hingga sekarang. Arsitektur Kolonial sendiri masih banyak di
Indonesia hingga sekarang.

30
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan. 2019. Arsitektur Kolonial dalam


https://dheavours.wordpress.com/2015/06/11/arsitektur-kolonial/ diunduh pada
Rabu, 08 juli 2020 jam 06.15.

Sarah Bulqis. 2009. Arsitektur Kolonial Belanda dalam https://www.academia.edu/


diunduh pada Rabu, 08 juli 2020 jam 07.55.

Renashiru. 2018. Arsitektur Kolonial dalam


https://www.slideshare.net/renashiru/arsitektur-kolonial diunduh pada Rabu, 08 juli
2020 jam 08.30.

Gina qanita. 2018. Arsitektur Kolonial dalam


https://www.arsitur.com/2017/03/perkembangan-arsitektur-kolonial-di.html
diunduh pada Rabu, 08 juli 2020 jam 11.30.

31
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema perkembangan
Arsitektur Kolonial 1870-1940 ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi ujian
penjamin kualitas dari Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan Bapak Andi Haryanto,
ST., MT. pada Mata Kuliah Sejarah Perkembangan Arsitektur 1. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengaruh
perkembangan Arsitektur Kolonial 1870-1940 bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan
Bapak Andi Haryanto, ST., MT., selaku Dosen Sejarah Perkembangan Arsitektur 1
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih ke pada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 09 Juli 2020

32
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................32
DAFTAR ISI............................................................................................................33
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................34
1.1 Latar Belakang...............................................................................................34
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................35
1.3 Tujuan............................................................................................................35
1.4 Manfaat..........................................................................................................35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................36
2.1 Periodesasi Arsitektur Kolonial.....................................................................36
2.1.1 Abad 16 sampai tahun 1800-an..............................................................36
2.1.2 Tahun 1800-an sampai tahun 1902.........................................................36
2.1.3 Tahun 1902 sampai tahun 1920-an.........................................................37
2.1.4 Tahun 1920 sampai tahun 1940-an.........................................................38
2.2 Ciri-ciri Arsitektur Kolonial di Indonesia......................................................38
2.2.1 Gaya Neo Klasik (the Empire Style / the Dutch Colonial Villa) (tahun
1800)................................................................................................................38
2.2.2 Bentuk Vernacular Belanda dan Penyesuaian Terhadap Iklim Tropis
(sesudah tahun 1900).......................................................................................39
2.2.3 Gaya Neogothic ( sesudah tahun 1900)..................................................39
2.2.4 Nieuwe Bouwen / International Style( sesudah tahun 1900-an).............39
2.2.5 Art Deco..................................................................................................40
BAB III PENUTUP.................................................................................................41
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................42

33
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Sejarah mencatat, bahwa bangsa Eropa yang pertama kali datang ke


Indonesia adalah Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris dan
Belanda. Pada mulanya kedatangan mereka dengan maksud berdagang. Mereka
membangun rumah dan pemukimannya di beberapa kota di Indonesia yang
biasanya terletak dekat dengan pelabuhan. Dinding rumah mereka terbuat dari
kayu dan papan dengan penutup atap ijuk. Namun karena sering terjadi konflik
mulailah dibangun benteng. Hampir di setiap kota besar di Indonesia. Dalam
benteng tersebut, mulailah bangsa Eropa membangun beberapa bangunan dari
bahan batu bata. Batu bata dan para tukang didatangkan dari negara Eropa. Mereka
membangun banyak rumah, gereja dan bangunanbangunan umum lainnya dengan
bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara asal mereka.
Dari era ini pulalah mulai berkembang arsitektur kolonial Belanda di
Indonesia. Setelah memiliki pengalaman yang cukup dalam membangun rumah
dan bangunan di daerah tropis lembab, maka mereka mulai memodifikasi
bangunan mereka dengan bentuk-bentuk yang lebih tepat dan dapat meningkatkan
kenyamanan di dalam bangunan.
Awal Belanda datang di Indonesia padaTahun1596 di pelabuan Banten
adalah untuk berdagang dengan nama dagangVOC (Vereeigde Oodst-Indische
Compagnie) yang berdiri padaTahun1602. Lambat laun Belanda dapat menguasai
Indonesia sebagai negara jajahan VOC yang berpusat di Ambon kemudian
berpindah ke Jayakarta (Jakarta). Belanda membuat benteng VOC di Jayakarta
dengan nama Batavia. wilayah Politik VOC di perluas setelah di Batavia, Belanda
bergerak ke timur masuk ke daerah pesisir utara Pulau Jawa, masuk di Jawa-
Tengah yaitu Tegal, Semarang, dan sekitarnya.

34
VOC berhasil memperlemah Kerajaan Mataram dan masuk ke Surakarta.
Arsitektur Kolonial merupakan arsitektur yang dibawa bangsa Belanda dari benua
Eropa ke daerah jajahan. Karya arsitektur peninggalan kolonial Belanda di
Indonesia selama dalam waktu penjajahan (abad 17 sampai Tahun1942), hasilnya
berbentuk gaya Hindia-Belanda yang ber citra “kolonial” yang disesuaikan dengan
lingkungan lokal serta merespon iklim.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

10. Perkembangan Arsitektur Kolonial tahun 1870-1940?


11. Apa saja perkembangan Arsitektur Kolonial?
12. Penjelasan tentang perubahan – perubahan dalam Arsitektur Kolonial?

1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah :

13. Untuk mengetahui perkembangan Arsitektur Kolonial tahun 1870-1940.


14. Untuk mengetahui apa saja perkembangan Arsitektur Kolonial.
15. Untuk mengetahui tentang perubahan – perubahan dalam Arsitektur
Kolonial.
16. Penelitian ini diharapkan melengkapi berbagai hasil penelitian arsitektur
kolonial yang telah dilakukan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari mempelajari makalah ini adalah
mengetahui dan mengerti periodesasi Arsitektur Kolonial dan perkembangan apa
saja yang terjadi selama priodesasi tersebut, serta mempelajari sejarah tentang
arsitektur colonial dan untuk menambah wawasan. Diharapkan dapat memberikan
manfaat teoritis keilmuan dan manfaat praktis arsitektur.

35
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Periodesasi Arsitektur Kolonial


2.1.1 Abad 16 sampai tahun 1800-an
Waktu itu Indonesia masih disebut sebagai Nederland Indische (Hindia
Belanda) di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda, VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie). Arsitektur Kolonial Belanda selama periode ini cenderung
kehilangan orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda. Bangunan
perkotaan orang Belanda pada periode ini masih bergaya Belanda dimana
bentuknya cenderung panjang dan sempit, atap curam dan dinding depan
bertingkat bergaya Belanda di ujung teras.
Selama periode ini arsitektur kolonial Belanda kehilangan orientasinya pada
bangunan tradisional di Belanda serta tidak mempunyai suatu orientasi bentuk
yang jelas. Yang lebih buruk lagi, bangunan-bangunan tersebut tidak diusahakan
untuk beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat.

2.1.2 Tahun 1800-an sampai tahun 1902


Ketika pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Belanda dari perusahaan
dagang VOC. Setelah pemerintahan Inggris yang singkat pada tahun 1811-1815.
Hindia Belanda kemudian sepenuhnya dikuasai oleh Belanda. Indonesia waktu itu
diperintah dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan ekonomi negeri Belanda.
Oleh sebab itu, Belanda pada abad ke-19 harus memperkuat statusnya sebagai
kaum kolonialis dengan membangun gedung-gedung yang
berkesan grandeur (megah). Bangunan gedung dengan gaya megah ini dipinjam
dari gaya arsitektur neo-klasik yang sebenarnya berlainan dengan gaya arsitektur
nasional Belanda waktu itu.
Pada saat itu, di Hindia Belanda terbentuk gaya arsitektur tersendiri yang
dipelopori oleh GubernurJenderal HW yang dikenal engan the Empire Style, atau
The Ducth Colonial Villa: Gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa

36
(terutama Prancis) yang diterjemahkan secara bebas. Hasilnya berbentuk gaya
Hindia Belanda yang bercitra Kolonial yang disesuaikan dengan ingkungan lokal,
iklim dan material yang tersedia pada masa itu. Bangunan-bangunan yang
berkesan grandeur (megah) dengan gaya arsitektur Neo Klasik dikenal Indische
Architecture karakter arsitektur seperti :
Denah simetris dengan satu lantai, terbuka, pilar di serambi depan dan
belakang (ruang makan) dan di dalamnya terdapat serambi tengah yang mejuju ke
ruang tidur dan kamarkamar lainnya.Pilar menjulang ke atas (gaya Yunani) dan
terdapat gevel atau mahkota di atas serambi depan dan belakang. Menggunakan
atap perisai.

2.1.3 Tahun 1902 sampai tahun 1920-an


Antara tahun 1902 kaum liberal di negeri Belanda mendesak apa yang
dinamakan politik etis untuk diterapkan di tanah jajahan. Sejak itu, pemukiman
orang Belanda tumbuh dengan cepat. Dengan adanya suasana tersebut,
maka “indische architectuur” menjadi terdesak dan hilang. Sebagai gantinya,
muncul standar arsitektur yang berorientasi ke Belanda. Pada 20 tahun pertama
inilah terlihat gaya arsitektur modern yang berorientasi ke negeri Belanda.

Secara umum, ciri dan karakter arsitektur kolonial di Indonesia pada tahun
1902 - 1920-an :
1) Menggunakan Gevel (gable) pada tampak depan bangunan.
2) Bentuk gable sangat bervariasi seperti curvilinear gable, stepped gable,
gambrel gable, pediment (dengan entablure).
3) Penggunaan Tower pada bangunan.
4) Tower pada mulanya digunakan pada bangunan gereja kemudian diambil
alih oelh bangunan umum dan menjadi mode pada arsitektur kolonial
Belanda pada abad ke 20.
5) Bentuknya bermacam-macam, ada yang bulat, segiempat ramping, dan ada
yang dikombinasikan dengan gevel depan.
6) Penggunaaan Dormer pada bangunan.
7) Penyesuaian bangunan terhadap iklim tropis basah seperti membuat
Ventilasi yang lebar dan tinggi.

37
2.1.4 Tahun 1920 sampai tahun 1940-an
Pada tahun ini muncul gerakan pembaruan dalam arsitektur, gerakan
pembaharuan dalam arsitektur baik di tingkat nasional maupun internasional,
kemudian mempengaruhi arsitektur kolonial di Indonesia. Hal ini mempengaruhi
arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Pada awal abad 20, arsitek-arsitek yang
baru datang dari negeri Belanda memunculkan pendekatan untuk rancangan
arsitektur di Hindia Belanda. Hanya saja arsitektur baru tersebut kadang-kadang
diikuti secara langsung, tetapi kadang-kadang juga muncul gaya yang disebut
sebagai ekletisisme (gaya campuran). Pada masa tersebut muncul arsitek Belanda
yang memandang perlu untuk memberi ciri khas pada arsitektur Hindia Belanda.
Mereka ini menggunakan kebudayaan arsitektur tradisional Indonesia sebagai
sumber pengembangannya.
Aliran baru ini, semula masih memegang unsur-unsur mendasar bentuk
klasik, memasukkan unsur-unsur yang terutama dirancang untuk mengantisipasi
matahari hujan lebat tropik. Selain unsur-unsur arsitektur tropis, juga memasukkan
unsur-unsur arsitektur tradisional (asli) Indonesia sehingga menjadi konsep yang
eklektis. Konsep ini nampak pada karya Maclaine Pont seperti kampus Technische
Hogeschool (ITB), Gereja Poh sarang di Kediri.

2.2 Ciri-ciri Arsitektur Kolonial di Indonesia


2.2.1 Gaya Neo Klasik (the Empire Style / the Dutch Colonial Villa) (tahun
1800)
Ciri – Ciri dan Karakteristik :
1) Denah simetris penuh dengan satu lanmtai atas dan ditutup dengan atap
perisai.
2) Temboknya tebal.
3) Langit – langitnya tinggi.
4) Lantainya dari marmer.
5) Beranda depan dan belakang sangat luas dan terbuka.
6) Diujung beranda terdapat barisan pilar atau kolom bergaya Yunani (doric,
ionic, korinthia).
7) Pilar menjulang ke atas sebagai pendukung atap.
8) Terdapat gevel dan mahkota diatas beranda depan dan belakang.
9) Terdapat central room yang berhubungan langsung dengan beranda depan.

38
2.2.2 Bentuk Vernacular Belanda dan Penyesuaian Terhadap Iklim Tropis
(sesudah tahun 1900)
Ciri dan karakteristik :

1) Penggunaan gevel(gable) pada tampak depan bangunan


2) Penggunaan tower pada bangunan
3) Penggunaan dormer pada bangunan

Beberapa penyesuaian dengan iklim tropis bsaah di Indonesia:


1) Denah tipis bentuk bangunan rampingBanyak bukaan untuk aliran
udara memudahkan cross ventilasi yang diperlukan iklim tropis basah
2) Galeri sepanjang bangunan untuk menghindari tampias hujandan sinar
matahari langsung
3) Layout bangunan menghadap Utara Selatan dengan orientasi tepat terhadap
sinar matahari tropis Timur Barat

2.2.3 Gaya Neogothic ( sesudah tahun 1900)


Ciri-ciri dan karakteristik :

1) Denah tidak berbentuk salib tetapi berbentuk kotak.


2) Tidak ada penyangga( flying buttress)karena atapnya tidak begitu tinggi
tidak runga yang dinamakan double aisle atau nave seperti layaknya gereja
gothic.
3) Disebelah depan dari denahnya disisi kanan dan kiri terdapat tangga yang
dipakai untuk naik ke lantai 2 yang tidak penuh.
4) Terdapat dua tower( menara ) pada tampak mukanya, dimana tangga
tersebut ditempatkan dengan konstruksi rangka khas gothic.
5) Jendela kacanya berbentuk busur lancip.
6) Plafond pada langit-langit berbentuk lekukan khas gothic yang terbuat dari
besi.

2.2.4 Nieuwe Bouwen / International Style( sesudah tahun 1900-an)

Ciri-ciri dan karakteristik :

39
1) Atap datar
2) Gevel horizontal
3) Volume bangunan berbentuk kubus
4) Berwarna putih

Nieuwe Bouwen/International Style di Hindia Belanda mempunyai 2 aliran utama :

A. Nieuwe Zakelijkheid
Mencoba mencari keseimbangan terhadap garis dan massa

Bentuk-bentuk asimetris void saling tindih ( interplay dari garis hoeizontal dan
vertical) Contoh ; Kantor Borsumij ( GC. Citroen)

B. Ekspresionistik : Wujud
curvilinie

Contoh : villa Isola ( CP.Wolf ), Hotel Savoy Homann( AF aalbers

2.2.5 Art Deco


Ciri – ciri dan karakteristik :

1) Gaya yang ditampilkan berkesan mewahdan menimbulkan rasa romantisme


2) Pemakaian bahan – bahan dasar yang langka serta material yang mahal
3) Bentuk massif
4) Atap datar
5) Perletakan asimetris dari bentukan geometris
6) Dominasi garis lengkung plastis

40
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu bangunan kolonial
telah melalui banyak tahapan-tahapan dalam pengembangannya, serta melalui
periode yang sangat panajang. banyak dijumpai di berbagai kota besar di Indonesia
khususnya di kota-kota yang pernah dijajah oleh Belanda seperti Surabaya, Jakarta,
Yogyakarta, Semarang, Malang dan lainnya. Aliran yang mempengaruhi arsitektur
kolonial di Indonesia di antaranaya Gaya Neo Klasik, Bentuk Vernacular Belanda
dan Penyesuaian Terhadap Iklim Tropis, Gaya Neogothic, Nieuwe Bouwen /
International Style, Art Deco. Sehingga bentuk Arsitektur Kolonial di Indonesia
bermacam-macam. Arsitektur Kolonial sendiri masih banyak di Indonesia hingga
sekarang, sehingga pengaruhnya untuk bangunan-bangunan di Indonesia masih
ada.

41
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan. 2019. Arsitektur Kolonial dalam


https://dheavours.wordpress.com/2015/06/11/arsitektur-kolonial/ diunduh pada
Rabu, 08 juli 2020 jam 06.15.

Sarah Bulqis. 2009. Arsitektur Kolonial Belanda dalam https://www.academia.edu/


diunduh pada Rabu, 08 juli 2020 jam 07.55.

Renashiru. 2018. Arsitektur Kolonial dalam


https://www.slideshare.net/renashiru/arsitektur-kolonial diunduh pada Rabu, 08
juli 2020 jam 08.30.

Gina qanita. 2018. Arsitektur Kolonial dalam


https://www.arsitur.com/2017/03/perkembangan-arsitektur-kolonial-di.html
diunduh pada Rabu, 08 juli 2020 jam 11.30.

Samsudi. 2020. Arsitektur Kolonial dalam https://jurnal.uns.co.id /arsitektura


diunduh pada Kamis, 09 juli 2020 jam 20.15.

KATA PENGANTAR

42
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema Definisi dan
Konsep Arsitektur Modern dan Post Modern ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi ujian
penjamin kualitas dari Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan Bapak Andi Haryanto,
ST., MT. pada Mata Kuliah Sejarah Perkembangan Arsitektur 1. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Definisi dan
Konsep Arsitektur Modern dan Post Modern bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan
Bapak Andi Haryanto, ST., MT., selaku Dosen Sejarah Perkembangan Arsitektur 1
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih ke pada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 09 Juli 2020

DAFTAR ISI

43
KATA PENGANTAR.............................................................................................43
DAFTAR ISI...........................................................................................................44
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................45
1.1 Latar Belakang...............................................................................................45
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................46
1.3 Tujuan............................................................................................................46
1.4 Manfaat..........................................................................................................46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................47
2.1 Arsitektur Modern.........................................................................................47
2.1.1 Definisi Arsitektur Modern....................................................................47
2.1.2 Konsep Arsitektur Modern.....................................................................48
2.2 Arsitektur Post Modern.................................................................................50
2.2.1 Definisi Arsitektur Post Modern............................................................50
2.2.2 Konsep Arsitektur Post Modern.............................................................50
BAB III PENUTUP.................................................................................................52
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................53

BAB I

PENDAHULUAN

44
1.3 Latar Belakang
Arsitektur modern adalah suatu bangunan dengan gaya karakteristik serupa
yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala macam
ornamen. Menurut Rayner Banham pada bukunya yang berjudul “Age of the
Master : A Personal view of Modern Architecture”, tahun 1978, perkembangan
arsitektur modern menekankan pada kesederhanaan suatu desain dengan menganut
Form Follows Function (bentuk mengikuti fungsi) Arsitektur modern timbul
karena adanya kemajuan dalam bidang teknologi yang membuat manusia
cenderung untuk sesuatu yang ekonomis. Arsitektur modern pertama kali muncul
pada tahun 1900, pada tahun 1940 gaya ini telah diperkuat dan dikenal dengan
gaya Internasional dan menjadi bangunan yang dominan dalam abad ke 20.
Arsitektur modern timbul karena adanya kemajuan dalam bidang teknologi
yang membuat manusia cenderung lebih memlih sesuatu yang praktis dan
ekomonis. Arsitektur Modern memiliki prinsip  yaitu fungsional dan efisiensi.
Fungsional yang artinya bangunan tersebut harus mewadahi aktifitas penghuninya
dan efisiensi harus mampu diterapkan ke berbagai hal seperti efisiensi biaya,
efisiensi waktu pengerjaan dan aspek free maintenance pada bangunan.
Istilah Post-Modern sebenarnya sudah dikenal sejak pertengahan tahun
1970-an,tidak hanya di dunia arsitektur tetapi juga pada dunia seni lukis, tari,
patung, film, dan bahkan ideologi. Pada dasarnya Post-Modern merupakan reaksi
(anti-thesis) dari Modernisme (thesis) yang sudah berjalan sangat lama. Irwing
Howe menggambarkannya sebagai “the radical breakdown of the modernist”, jadi
keduanya memang tidak bisa dipisahkan satu samalain dan berkelanjutan. Post-
Modern bukanlah gerakan revolusioner yang ingin lepas dan membuang nilai-nilai
Modernisme (Stern,1980).
Perkembangan Post-Modernisme bahkan sangat dipengaruhi oleh
Modernisme. Di dunia arsitektur sendiri gerakan ini sering disebut sebagai Beyond
the Modern Movement karena memang berkembang setelah Modern Movement.
Tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai Super-mannerism karena merupakan
kelanjutan dari Mannerisme pada era Renaissance di Italia.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

45
13. Apakah definisi dari Arsitektur Modern?
14. Apakah konsep dari Arsitektur Modern?
15. Apakah definisi dari Arsitektur Post Modern?
16. Apakah konsep dari Arsitektur Post Modern?

1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah :

17. Untuk mengetahui apa definisi dari Arsitektur Modern.


18. Untuk mengetahui apa konsep dari Arsitektur Modern.
19. Untuk mengetahui apa definisi dari Arsitektur Post Modern.
20. Untuk mengetahui apa konsep dari Arsitektur Post Modern.
21. Penelitian ini diharapkan melengkapi berbagai hasil penelitian arsitektur
kolonial yang telah dilakukan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari mempelajari makalah ini adalah
mengetahui dan memahami definisi dan konsep Arsitektur Modern. Juga
memahami definisi dan konsep Arsitektur Post Modern. Diharapkan dapat
memberikan manfaat teoritis keilmuan dan manfaat praktis arsitektur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

46
2.1 Arsitektur Modern
2.1.1 Definisi Arsitektur Modern
Arsitektur modern tidak dapat didefinisikan secara mentah. Ada banyak
tokoh dan sumber yang menjelaskan mengenai definisi arsitektur modern. Berikut
merupakan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan arsitektur modern yang
diperoleh dari buku berjudul ‘Arsitektur Modern Akhir abad XIX dan abad XX’
karya Yulianto Sumalyo.

1) Agustus Welby Northmore Pugin (1812-52) 


dalam bukunya yang berjudul ‘Contrasts’ terbit tahun 1836 menjelaskan
bahwa pada jaman pertengahan (mediaeval) Gereja di Kota Khatolik mulai
digantikan oleh pabrik, penjara dan pergantian fungsi lainnya. Penjelasan ini
membuktikan bahwa pada zaman itu muncul bangunan-bangunan dengan
fungsi baru yang tidak pernah ada sebelumnya.

2) John Ruskin (1819-1900) 


seorang arsitek Inggris dalam bukunya yang berjudul Ketujuh Lampu dalam
Arsitektur “Les Sept Lampes de l’architecture (1849) menyebutkan
pentingnya suatu bentuk hommogen atau keseragaman untuk seluruh
masyarakat. Pernyataan ini merupakan tanda berakhirnya arsitektur gotik
dan eklektik yang memiliki ciri khas daerah masing-masing. Disebutkan
juga bahwa Ruskin merupakan tokoh ideologi functionalism dan
menganggap aliran arsitektur gotik hanya dekorasi semata.

3) William Morris (1834-96) 


yang juga murid Ruskin menulis buku yang berjudul ‘Les arts decoratifs,
leur relation avec la vie moderne’ atau yang artinya berbagi seni, dan
hubungannya dengan kehidupan modern. Buku inilah yang menjadi cikal
bakal ‘art noveau’ dan ‘modern style’.

4) Eugen Emmanuel Violet-le-Duc 


dalam bukunya yang berjudul ‘Dictionnarie raisonn de l’archtecture fancaise
du XI au XVI siecle’ (Kamus pemikiran arsitektur perancis abad XI hingga
XVI) menjelaskan bahwa arsitektur hendaknya mengungkapkan ‘kekuatan’
seperti halnya mesin uap, listrik dan dapat memanfaatkan material baru
seperti halnya baja. Pernyataan ini sekaligus menjelaskan munculnya ide
terhadap bentuk yang fungsional dan pemanfaatan material berteknologi
baru dalam arsitektur.Dari pernyataan-pernyataan tokoh diatas dapat dipetik
suatu gambaran bahwa arsitektur modern merupakan suatu aliran/gaya
47
arsitektur yang berkembang setelah arsitektur klasik. Arsitektur modern
berusaha meninggalkan dekorasi yang dianggap tidak fungsional pada
bangunan dan lebih menekankan kepada fungsi sehingga sering disebut juga
fungsionalisme.

Karena hanya mengikuti fungsi, maka bentuk-bentuk pada arsitektur modern


umumnya tidak memiliki makna atau mengacu pada hal-hal tertentu maupun ciri
khas suatu daerah. Hal inilah yang kemudian menjadikan arsitektur modern
bersifat homogen dan diharapkan bisa menjadi gaya yang diterapkan semua orang
dalam internasional atau international style.
Berdasarkan pernyataan tokoh-tokoh di atas juga dapat dikatakan bahwa
arsitektur modern berusah lepas dari pengaruh masa lalu dan berjalan menuju masa
depan yang penuh dengan kecanggihan teknologi serta penggunaan material baru.

2.1.2 Konsep Arsitektur Modern


Arsitektur modern adalah sebuah sesi dalam perkembangan arsitektur
dimana ruang menjadi objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelumnya
arsitektur lebih memikirkan bagaimana cara mengolah façade, ornamen, dan
aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik, maka pada masa arsitektur modern
kualitas non- fisik lah yang lebih dipentingkan. Fokus dalam arsitektur modern
adalah bagaimana memunculkan sebuah gagasan ruang, kemudian mengolah dan
mengelaborasinya sedemikian rupa, hingga akhirnya diartikulasikan dalam
penyusunan elemen-elemen ruang secara nyata. Menurut Rayner Banham pada
bukunya yang berjudul “Age of The Master : A Personal View of Modern
Architecture”, 1978, perkembanagan arsitektur modern menekankan pada
kesederhanaan suatu desain. Para arsitek pada masa itu menginginkan bangunan
rancangannya bersih dari ornamen dan sesuai dengan fungsinya dengan
menghilangkan paham eclecticism pada tiap rancangannya. Arsitektur modern
merupakan Internasional Style yang menganut Form Follows Function (bentuk
mengikuti fungsi). Bentukan platonic solid yang serba kotak, tak berdekorasi,
perulangan yang monoton, merupakan ciri arsitektur modern.
Menurut Peter Gossel dan Gabriele Leu Thauser dalam bukunya yang
berjudul, “Achitecture in the 20th century”, 1991.Ciri – ciri dari arsitektur modern
adalah:

1. Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam),Merupakan suatu


arsitektur yang dapat menembus budaya dan geografis.

2. Berupa khayalan, idealis.

48
3. Bentuk tertentu, fungsional, bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk
menjadi monoton karena tidak diolah.

4. Less is more, Semakin sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap


arsitektur tersebut. Istilah “Less is More” merupakan istilah yang
dipopulerkan tokoh arsitektur modern Ludwig Mies van der Rohe yang
mengacu pada pendekatan minimalis pada bangunan. Tidak ada penggunaan
ornamen atau elemen bangunan lainnya yang berlebihan. Setiap elemen
terbentuk berdasarkan fungsi sekaligus estetika secara bersamaan.

5. Ornamen adalah suatu kejahatan sehingga perlu ditolak,Penambahan


ornamen dianggap suatu hal yang tidak efisien. Karena dianggap tidak
memiliki fungsi, hal ini disebabkan karena dibutuhkan kecepatan dalam
membangun setelah berakhirnya perang dunia II.

6. Singular(tunggal), Arsitektur modern tidak memiliki suatu ciri individu dari


arsitek, sehingga tidak dapat dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang
lainnya(seragam).

7. Nihilism, Penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos,


simple, bidang kaca lebar. Tidak ada apa–apanya kecuali geometri dan
bahan aslinya.

8. Kejujuran bahan ,Jenis bahan/material yang digunakan diekspos secara


polos, ditampilkan apa adanya. Tidak ditutup-tutupi atau dikamuflase
sedemikian rupa hingga hilang karakter aslinya. Terutama bahan yang
digunakan adalah beton, baja dan kaca. Material-material tersebut
dimunculkan apa adanya untuk merefleksikan karakternya yang murni,
karakter tertentu yang khas yang memang menjadi kekuatan dari jenis
material tersebut. Memberi sentuhan plastis seperti membungkus bahan
dengan bahan lain adalah upaya yang tidak dibenarkan karena dinilai
mengaburkan, menghancurkan kekuatan asli yang dimiliki oleh bahan
tersebut.
Contoh penggunaan bahan/material yang di gunakan di Arsitektur
Modern:

1.Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin.


2.Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis.
3.Kaca untuk kesan ringan, transparan,melayang.
49
2.2 Arsitektur Post Modern
2.2.1 Definisi Arsitektur Post Modern
Arsitektur Post-Modern merupakan sebuah era dalam dunia arsitektur yang
bermula dari kejenuhan masyarakat akan era arsitektur modern. Post-modern
termasuk interpretasi skeptic terhadap budaya, sastra, seni, filsafat, sejarah,
ekonomi, fiksi, dan kritik sastra.Arsitektur Post-modern adalah arsitektur yang
menyatukan dan memadukan Art dan Science, Craft dan Technology,
Internasional dan Lokal yang merupakan hasil dari perkembangan sumber daya
manusia terhadap arsitektur modern.
Post-modernisme didefinisikan sebagai aliran atau pemikiran yang berkaitan
dengan reaksi-reaksi atas ‘kegagalan’ yang terjadi dalam aliran arsitektur modern,
yang timbul dalam bentuk kebosanan-kebosanan dalam tampilan bentuk,
hilangnya identitas dari tempat atau lokasi, pengaruh yang mengungkung dari
efisiensi dan efektivitas produksi massal serta pengaruh yang sangat kuat dari
adanya industrialisasi dalam desain bangunan.

2.2.2 Konsep Arsitektur Post Modern


Ciri-ciri yang mendasar pada bangunan-bangunan Post-Modern yaitu
memiliki konsep yang spesifik seperti bangunan-bangunan postmodern aliran
lainnya pada umumnya. Dapat bersifat abstrak tetapi juga merepresentasikan
sesuatu, tidak hanya sebagai stilasi dari suatu bentukan tertentu. Ciri-ciri ini
merupakan ciri-ciri umum yang dapat terlihat secara visual dari bangunan Post
Modern menuju Neomodern. Untuk mengungkapkannya, para arsitek Neo-modern
memanfaatkan bentuk, penggunaan material dan warna serta struktur dan teknologi
yang membuat Neo-modern berkembang juga menjadi beberapa aliran seperti
Plastism, Suprematism, High-tech dan lain-lain.

(a) Masih memperlihatkan kejelasan struktur dan sainsnya dengan ide-ide yang
inovatif, beralasan dan masuk akal.

(b) Pertimbangan yang sangat mendasar terhadap karakter bangunan dengan


tetap memperhatikan segi manusia yang menggunakannya.
(c) Pada umumnya merupakan pengembangan/lanjutan dari bentukan-bentukan
sederhana melalui konsep-konsep dan rekayasa baik secara karakter

50
bangunan maupun fungsi struktur serta sains dengan pemikiran yang
mendalam.

(d) Keseragaman dan keserasian pada facade bangunan lebih diutamakan


dengan penggunaan bahan dan warna terkadang bersifat monoton namun
inovatif.

(e) Memadukan unsur-unsur yang berkesan mungkin dan yang tidak mungkin.

Simpulan yang paling mencolok adalah bahwa cita - cita yang


dikumandangkan oleh modernisme yaitu menolak elektikisme tetapi malah
ditampilkan, ini merupakan tanda – tanda berakhirnya arsitektur modern.
Arsitektur post modern melakukan gugatan – gugatan besar pada arsitektur modern
yang ditujukan terhadap sifat arsitektur modern yang totalitarian dan
fungsional/utilitarian.
Ideological yaitu merupakan suatu konsep bersistem yang menjadi asas
pendapat untuk memberikan arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur
post modern, ideological adalah konsep yang memberikan arah agar pemahaman
arsitektur post modern bisa lebih terarah dan sistematis. Double coding of Style
yaitu bangunan post modern adalah suatu paduan dari dua gaya atau style,
yaitu Arsitektur modern dengan arsitektur lainnya. Popular and pluralist yaitu Ide
atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah tertentu, tetapi
memiliki fleksibilitas yang beragam. Hal ini lebih baik dari pada gagasan
tunggal. Semiotic form yaitu penampilan bangunan mudah dipahami, Karena
bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud. 
Tradition and choice Merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara
terpilih atau disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang. Artist or
client Mengandung dua hal pokok yaitu Bersifat seni (intern) dan Bersifat umum
(extern), yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dipahami secara
umum. Elitist and participative yaitu Lebih menonjolkan pada suatu kebersamaan
serta mengurangi sikap borjuis seperti dalam arsitektur modern. Piecemal
yaitu Penerapan unsur–unsur dasar, secara sub–sub saja atau tidak menyeluruh.
Unsur–unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan lain–lain.

51
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu bangunan
modern telah melalui banyak tahapan-tahapan dalam pengembangannya, serta
melalui periode yang sangat panajang. banyak dijumpai di berbagai kota besar di
Dunia, khususnya di kota-kota besar yang tigkat perekonomiannya tinggi. Karena
bentuk Arsitektur Modern hanya mengikuti fungsi, maka bentuk-bentuk pada
arsitektur modern umumnya tidak memiliki makna atau mengacu pada hal-hal
tertentu maupun ciri khas suatu daerah. Hal inilah yang kemudian menjadikan
arsitektur modern bersifat homogen dan diharapkan bisa menjadi gaya yang
diterapkan semua orang dalam internasional atau international style.
bangunan post modern ada, karna sebagai bentuk aliran atau pemikiran yang
berkaitan dengan reaksi-reaksi atas ‘kegagalan’ yang terjadi dalam aliran arsitektur
modern, karena bentuk kebosanan-kebosanan dalam tampilan bentuk, hilangnya
identitas dari tempat atau lokasi, pengaruh yang mengungkung dari efisiensi dan
efektivitas produksi massal serta pengaruh yang sangat kuat dari adanya
industrialisasi dalam desain bangunan. telah melalui banyak tahapan-tahapan
dalam pengembangannya, serta melalui periode yang sangat panajang. Sehingga
bentuk Arsitektur Post meodern di Dunia bermacam-macam.
Arsitektur Modern dan Arsitektur Post Modern memiliki definisi dan konsep
masing-masing, sehingga ke dua jenis Arsitektur ini juga memiliki kelebihan
tersendiri. Oleh sebab itu Arsitektur Modern dan Arsitektur Post Modern sama –
sama bagus.

52
DAFTAR PUSTAKA

Kania Dekoruma. 2018. Arsitektur Post Modern dalam


https://www.dekoruma.com/artikel/64593/ciri-arsitektur-post-modern diunduh
pada Kamis, 09 juli 2020 jam 09.15.

Setyowibowo. 2015. Arsitektur Post Modern dalam


https://virtualarsitek.wordpress.com/artikel/sejarah-arsitektur/tipologi-
arsitektur/arsitektur-post-modern/ diunduh pada Kamis, 09 juli 2020 jam 09.30.

Asep Goemilar. 2018. Arsitektur Post Modern dalam


https://www.slideshare.net/Agoemilar1/arsitektur-post-modern diunduh pada
Kamis, 09 juli 2020 jam 10.30.

Rizki Surya. 2012. Arsitektur Modern dalam https://www.academia.edu/ diunduh


pada Kamis, 09 juli 2020 jam 10.50.

Silabus. 2019. Arsitektur Modern dalam https://www.silabus.web.id/arsitektur-


modern/ diunduh pada Kamis, 09 juli 2020 jam 11.15.

53
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema Aliran dalam
Arsitektur Modern dan Post Modern ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi ujian
penjamin kualitas dari Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan Bapak Andi Haryanto,
ST., MT. pada Mata Kuliah Sejarah Perkembangan Arsitektur 1. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Aliran dalam
Arsitektur Modern dan Post Modern bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. dan
Bapak Andi Haryanto, ST., MT., selaku Dosen Sejarah Perkembangan Arsitektur 1
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih ke pada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 Juli 2020

54
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................54
DAFTAR ISI...........................................................................................................55
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................56
1.1 Latar Belakang...............................................................................................56
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................57
1.3 Tujuan............................................................................................................57
1.4 Manfaat..........................................................................................................57
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................58
2.1 Arsitektur Modern.........................................................................................58
2.1.1 Aliran Arsitektur Modern.......................................................................58
2.1 Arsitektur Post Modern.................................................................................63
2.1.1 Aliran Arsitektur Post Modern...............................................................63
BAB III PENUTUP.................................................................................................65
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................66

55
BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang


Pada era arsitektur modern, fungsionalisme merupakan dasar pemikiran
utama. Fungsionalisme dimaksudkan sebagai penghambat penggunaan yang tidak
tepat dari bentuk yang penuh gaya akan tetapi tidak cocok dengan maksud
bangunannya. Semboyan “Form Follow Function” yang diungkapkan oleh Louis
Sullvian memberi pandangan bahwa bentuk merupakan turunan dari fungsi dan
fungsi menciptakan serta mengorganisir bentuk.(Wahid & Alamsyah, 2013)
Sebuah bangunan modern harus setia pada dirinya sendiri, dalam bentuk yang
tembus pandang dan bersih dari hal-hal yang tidak diperlukan sehingga dapat
menyesuaikan dengan dunia mekanis dan pengangkutan yang cepat.(Wahid &
Alamsyah, 2013) Semboyan “Machine for Living” yang ditegaskan oleh Le
Corbusier memberikan pandangan bahwa dunia bangunan harus memiliki sifat
yang efisiensi, rendemen, ekonomi dan harus mencapai semaksimum mungkin
seperti dalam perekayasaan setiap mesin.
Gerakan atau gaya arsitektur post modern mulai lahir pada era tahun 1960-
an sebagai bentuk reaksi perlamanan terhadap nilai minimalistik, formalitas, dan
kurangnya variasi dalam gaya arsitektur modern yang berkembang saat itu. Nilai
yang dimaksud ini bisa terlihat dari gaya arsitektur arsitek Le Corbusier dan
Ludwig Mies van der Rohe.
Gaya arsitektur post modern akhirnya terus berkembang dari 1980-an hingga
era 1990-an. Arsitek yang terkenal sebagai tokoh arsitektur post modern adalah
Charles Jenks, Venturi, Philip Johnson, dan Michael Graves. Pada akhir era 1990-
an, arsitektur post modern berkembang lebih jauh dan terbagi ke dalam berbagai
aliran dengan perbedaan pendekatan seperti hi-tech architecture, arsitektur neo-
klasik, dan gaya arsitektur dekonstruktivisme.

56
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

17. Apa aliran dari Arsitektur Modern?


18. Bagaimana aliran dari Arsitektur Modern?
19. Apa aliran dari Arsitektur Post Modern?
20. Bagaimana aliran dari Arsitektur Post Modern?

1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah :

22. Untuk mengetahui apa aliran dari Arsitektur Modern.


23. Untuk mengetahui bagaimana aliran dari Arsitektur Modern.
24. Untuk mengetahui apa dari Arsitektur Post Modern.
25. Untuk mengetahui bagaimana dari Arsitektur Post Modern.
26. Penelitian ini diharapkan melengkapi berbagai hasil penelitian arsitektur
kolonial yang telah dilakukan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari mempelajari makalah ini adalah
mengetahui dan memahami aliran-aliran Arsitektur Modern. Juga memahami
aliran-aliran Arsitektur Post Modern. Menjelaskan perbendaan antara aliran-aliran
yang dimiliki oleh Arsitektur Modern dan aliran-aliran Post Modern. Diharapkan
dapat memberikan manfaat teoritis keilmuan dan manfaat praktis arsitektur.

57
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arsitektur Modern


2.1.1 Aliran Arsitektur Modern
1.Konsep Aliran Kubisme
Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari
penyederhanaanbentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak). Arsitektur
aliran kubisme terinspirasi dari seni lukis yang muncul dan mulai berkembang
pada tahun 1910 - 1914 di Paris. Aliran kubisme muncul karena rasa bosan
terhadap aliran-aliran klasik yang penuh dengan ornamen.
Cubism adalah gerakan paling revolusioner dalam seni rupa, berkembang
mula-mula di Perancis antara tahun 1907-1920-an. Cubism berasal dari seni lukis
yang tidak hanya membuat bentuk dan warna dalam dimensi ruang tetapi juga
dimensi waktu, menyajikan lukisan tidak hanya dari satu sudut pandang yang
lazimnya dalam lukisan tradisional, tetapi dalam berbagai sisi, termasuk sisi yang
seharusnya tidak terlihat dalam lukisan.Cubism tidak sepenuhnya abstrak. Prinsip
dari aliran Cubism menonjolkan aspek ruang atau tiga dimensi dan waktu, dimana
hal itu tidak terdapat dalam aliran klasik-tradisional.
Aliran Cubism tidak langsung diterima begitu saja oleh kalangan masyarakat
pencinta seni. Timbul pro dan kontra terhadap kemunculan alirancubism.
Kelahiran cubism terjadi pada masa Revolusi Industri, dalam tahun 1910-an,
ditandai dengan kejadian bersejarah yaitu penggunaan mesin pertama kali untuk
pemotongan hewan di Chicago. Pengikut aliran cubism adalah orang-orang yang
anti kehidupan borjuis atau kelas menengah yang juga pendukung industrialisasi
dan sistem perdagangan baru.
Aliran cubism mempengaruhi bidang arsitektur dalam elemen utama
pendukung arsitektur yaitu material, ruang dan pencahayaan. Dalam arsitektur
klasik, material adalah hal utama yang memberikan kekuatan dalam konstruksi.
Ruang terletak dibalik dinding tebal di mana cahaya masuk hanya sedikit. Namun
sejak aliran cubism muncul, arsitektur bukan lagi selubung, tetapi ruang menjadi
aspek paling dominan.

58
Aliran Cubism termasuk dalam aliran arsitektur modern awal
Fungsionalisme atau rasionalisme. Elemen bangunan mengutamakan pada fungsi
yang pada akhirnya dapat menimbulkan keindahan tanpa adanya hiasan atau
dekorasi satupun. 
Aliran cubism memanfaatkan teknologi beton bertulang yang bentuk dan ukuran-
ukurannya standar dengan sistem module. Sistem ini menjadikan suatu bangunan
dibangun dalam waktu yang cepat dan memungkinkan dibangun dalam jumlah
yang banyak. Elemen- elemen bangunan dibuat dan dicor di pabrik yang
selanjutnya perakitan dapat dilakukan di lapangan secara langsung serta
memerlukan waktu yang singkat. Bagian-bagian dari bangunan seperti pondasi,
kolom, tiang, tangga dan lain-lain dibuat di pabrik, kemudian dipasang dan
disambung menjadi bangunan dalam jumlah sesuai kebutuhan.

2.Konsep Aliran Futuristik & Rasionalisme

a) Arsitektur Futuristik

Arsitektur Futuristik atau futurisme dimulai pada awal abad ke 20 dengan


bentuk bangunan yang ditandai oleh anti -historicism dan garis panjang mendatar,
kecepatan, emosi dan urgensi yang artistik dan gaya ini dimulai pada Italia dan
berlangsung pada tahun 1909 sampai 1944.
Gaya ini dihidupkan oleh penyair itu Filippo Tommaso Marinetti, dan dia
bekerja pada tokoh arsitektur terkemuka seperti arsitek Antonio Sant'Elia dan
seniman Umberto Boccioni, Giacomo Balla, Fortunato Depero, Enrico Prampolini.
pendukung bangunan futuristik menyarankan kecepatan, teori pengaruh energi dan
ekpresi yang kuat, di dalam usahanya untuk membuat zaman arsitektur yang
modern. 
Setelah permulaannya, Futurism telah menjadi suatu kata yang lebih umum
untuk mengangkat kecenderungan yang luas dalam disain modern yang sangat
ingin menciptakan arsitektur dengan gaya masa depan ataupun sedikitnya gaya
yang akan datang 10 tahun ke masa depan. Futurism modern sebagian besar mulai
dengan gaya desain pada mobil ataupun kereta pada tahun 1950 di California.
Futurism adalah bukanlah suatu gaya tetapi suatu pendekatan terbuka ke arsitektur,
dan telah ditafsirkan kembali oleh generasi arsitek yang berbeda dari beberapa
dekade, tetapi pada umumnya ditandai dengan membentuk ketajaman, bentuk
dinamis, kontras kuat dan penggunaan material yang berguna. Futuristic
mempunyai arti yang bersifat mengarah atau menuju masa depan.

59
1. Citra futuristic pada bangunan berarti citra yang mengesankan bahwa
bagunan itu berorientasi ke masa depan atau citra bahwa bangunan itu selalu
mengikuti perkembangan jaman yang ditunjukkan melalui ekspresi
bangunan.
2. Fleksibilitas dan kapabilitas bangunan adalah salah satu aspek futuristic
bangunan.

Fleksibilitas dan kapabilitas sendiri adalah kemampuan bangunan untuk


melayani dan mengikuti perkembangan tuntutandan persyaratan pada bangunan itu
sendiri. Sedangkan kemampuan untuk melayani dan mengikuti perkembangan
jaman hanya bias diwujudkan atau diimplementasikan dalam penapilan dan
ungkapan fisik bangunan. Menurut Haines (1950) dan Chiara dkk (1980) Kriteria
diatas adalah :
1. Bangunan itu dapat mengikuti dan menampung tuntutan kegiatan yang
senantiasa berkembang.
2. Bangunan tersebut senantiasa dapat melayani perubahan perwadahan
kegiatan, disini perlu dipikirkan kelengkapan yang menunjang proses
berlangsungnya kegiatan.
3. Adanya kemungkinan penambahan ataupun perubahan pada bangunan tanpa
mengganggu bangunan yang ada dengan jalan perencanaan yang matang.

Futuristic sebagai core values atau nilai-nilai dasar BMW mengandung nilai-nilai
yaitu; dinamis, estetis dan inovatif terutama dari segi teknologi yang dipakai
(dinamis, canggih dan ramah lingkungan) dengan mengadopsi bentuk-bentuk
bebas yang tidak terikat oleh bentuk-bentuk tertentu. Dalam futuristic juga perlu
dipikirkan mengenai estimasi atau perkiraaan Pengenalan akan bangunan futuristic
dapat dilakukan dengan pendekatan. Pendekatan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan manusia.
Salah satu carauntuk memprediksi tentang arsitektur masa depan adalah
dengan mengikuti perkembangan arsitektur berteknologi tinggi yang berkembang
setelah tahun 1960-an dengan cirri-ciri :
1. Kebenaran struktur
2. Bentuk bebas cenderung ke bentuk yang berhubungan dengan alam.

Dari analisa contoh-contoh bangunan maka dapat disimpulkan:


1. Proyeksi yang berupa hasil perhitungan menghasilkan sesuatu yang lebih
baik.
2. Pendekatan dengan penemuan hal-hal yang baru.
3. Futuristic adalah lambing perubahan, dinamis dan menembus ruang tidak
nampak.
60
Dalam ilmu arsitektur,teminologi arsitektur futuristic masih rancu atau belum
dapat
Dengan melihat pengertian futuristic yang ada, maka diambil kesimpulan pedoman
dalm perencanaan berdasarkan ungkapan futuristic, yaitu :
1. Mempunyai konsep masa depan terutama sesuai dengan paradigma
perkembangan arsitektur.
2. Bentuk yang didapat bukan bentuk-bentuk tertentu saja, tetapi bentuk bebas
yang dekonstruksi.
3. Memanfaatkan kemajuan di era teknologi melalui struktur dan konstruksi
menggunakan strutur yang dekonstruksi.
4. Memakai bahan-bahan pre-fabrikasi dan bahan-bahan baru, seperti kaca baja
aluminium, dll.
5. Memunculkan bentuk-bentuk baru dari arsitektur yang analog dengan
musim, maksudnya adalah bentuk yang tidak bisa diduga sebelumnya,
dinamis sebagai konsekuensi dari perubahan.

b) Arsitektur Rasionalisme
Dalam pandangan arsitektur modern (1910-1940-an), terjadi
perubahan dalam pola dan konsep keindahan arsitektur, di mana keindahan
timbul semata-mata oleh adanya fungsi dari elemen-elemen bangunan. Oleh
karena itu aliran ini disebut sebagai Arsitektur Fungsionalisme atau
Rasionalisme (berdasarkan rasio/pemikiran yang logis). Bangunan terbentuk
oleh bagian-bagiannya apakah dinding, jendela, pintu, atap, dll tersusun dalam
komposisi dari unsur-unsur yang semuanya mempunyai fungsi.
arsitektur fungsionalisme atau rasionalisme (berdasarkan rasio/pemikiran yang
logis).
Bangunan terbentuk oleh bagian-bagiannya apakah dinding, jendela,
pintu, atap, dan lain-lain tersusun dalam komposisi dari unsur-unsur yang
semuanya mempunyai fungsi. Arsitektur rasionalisme adalah suatu karya
arsitektur yang menerapkan konseprasionalisme (mendasarkan rasio atau
pemikiran yang logis) kedalam sebuah bangunan arsitektur baik
secara fungsional,faktor kenyamanan, maupun estetika.
Rationalism diartikan sebagai prinsip atau kebiasaan untuk menerima
penalaran sebagai kekuasaan tertinggi dalam hal mengemukakan pendapat.
Rationalist adalah orang yang menerima penalaran sebagai kekuasaan tertinggi.
Dalam dunia arsitektur, Rationalisme diartikan suatu paradigma dalam arsitektur
yang didasarkan pada hal-hal yang bersifat nalar. Atau dapat dikatakan sebagai
suatu cara untuk mencetuskan ide-ide arsitektur yang didasarkan pada
pertimbangan yang masuk akal.
61
Paradigma Rasionalis tumbuh pada sekitar pertengahan abad XIX di
Eropa, Hal ini merupakan jawaban atas kondisi yang terjadi pada saat itu.
Adapun penyebabnya adalah
(a) munculnya revolusi industri yang ditandai dengan munculnya
teknologi konstruksi.
(b) meningkatnya kebutuhan rumah tinggal di kota karena pesatnya arus
urbanisasi.
(c) semakin meningkatnya bentuk-bentuk eklektis dalam karya arsitektur
saat itu, yang tidak sesuai dengan perkembangan teknologi.

Paradigma rasionalis memunculkan semboyan-semboyan dari tokoh-


tokoh arsitektnya yang merupakan dasar falsafah bagi karya-karya mereka.
Semboyan tersebut antara lain : Form Follow Function. Semboyan ini
dicetuskan oleh Louis Sullivan yang mendefinisikan arsitektur analog dengan
bentuk alam atau sebagai ekspresi suatu gaya hidup batin dan logika struktur
manusia. Bentuk merupakan turunan dari fungsi yang berarti fungsilah yang
menciptakan dan mengorganisir bentuk. Bagi Sullivan fungsi bukanlah suatu
program bangunan yang mati, melainkan kehendak hidup yang mendiami
substansi, seperti yang mendiami si seniman pencipta (Ven, 1967). Less is More.
Merupakan semboyan yang dicetuskan oleh Ludwig Meis van Der Rohe yang
intinya adalah dalam bentuk yang paling sederhana. Arsitektur berakar pada
pertimbangan-pertimbangan estetika yang essensial, namun arsitektur dapat
menembus segala tingkatan derajat nilai samapai mencapai lingkungan tertinggi
eksistensi spiritual, kedalaman khasanah seni murni (Ven, 1967). Un Machine
d’habiter. Machine for Living, merupakan formula LeCorbusier yang artinya
rumah adalah mesin untuk bermukim. Aspek positif dari perumusan
LeCorbusier itu ialah kesadaran bahwa dalam dunia bangunanpun efisiensi,
rendemen, ekonomi, harus dicapai semaksimum mungkin seperti dalam
perekayasaan setiap mesin (Mangunwijaya, 1988).
Paradigma rasionalis tidak hanya terdapat pada zaman arsitektur
modern, tetapi menurut Mangunwijaya telah dapat kita lihat pada zaman
Yunani maupun pada arsitektur tradisional di berbagai tempat di dunia.

Ciri arsitektur rasionalisme :

1. Penggunaan bahan-bahan baru dan struktur yang kelihatan.


2. Tutupan atap yang datar.
3. Proses yang sederhana.
4. Kaca-kaca besar dan menutupi permukaan internal ruangbangunan.
5. Bentuk bangunan mengikuti fungsi
62
2.1 Arsitektur Post Modern
2.1.1 Aliran Arsitektur Post Modern

1) Aliran Historicism
Gaya Aliran historicism sesuai namanya memiliki perasaan rindu yang
cukup dalam terhadap gaya arsitektur klasik. Jenis Bangunan pos modern dengan
aliran historis ini dihiasi dengan berbgai dekorasi berupa elemen-elemen klasik
yang digabungkan pada gaya bangunan modern. Elemen-elemen tersebut
diantaranya seperti pada kolom dengan corak ionic, doric dan corinthians. Seorang
Arsitek yang menganut aliran ini diantaranya Philip Johnson, Robert Venturi, Eero
Saarinen, Kisho Kurokawa dan Kyonori Kikutake.

2) Aliran Straight Revivalism


Aliran straight revivalism adalah aliran arsitektur yang ingin
membangkitkan kesan arsitektur neoklasik pada bangunan modern. Ciri-ciri gaya
aliran ini seperti adanya kesan monumental dan tegas. Terdapat juga elemen-
elemen arsitektur yang memiliki irama komposisi yang berulang dan simetris.
Arsitek yang menganut aliran ini diantaranya seperti Mario Botta, Ricardo Bofill,
Aldo Rossi dan Monta Mozuna.

3) Aliran Neo Vernakular


Arsitektur Neo vernakular menerapkan gaya tradisional pada perancangan
bangunan modern. Elemen elemen arsitektur tradisional yang diterapkan bisa
berupa bentuk yang sama persis ataupun kesan dan suasana yang dibuat seolah-
olah menyerupai suasana tradisional. Arsitektur tradisional membuat bangunan
modern rasa lokal dan menghidupkan kembali suasana tradisional setempat sesuai
karakteristik arsitektur lokal. Contoh arsitek yang menganut aliran ini diantaranya
Joseph Esherick, Darbourne & Drake dan Aldo Van Eyck.fgfgfdgfddgfdgfdgfdfd

4) Aliran Kontekstualisme (Urbanist + Ad Hoc)


Arsitektur aliran kontekstualisme berusaha membuat bangunan yang
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Sehingga hasilnya adalah
bangunan yang serasi Dan seirama dengan lingkungan di sekitarnya. Arsitektur ini
sangat beradaptasi dengan gaya arsitektur di sebelahnya. Air aki juga disebut aliran

63
arsitektur urbanis karena banyak ditemukan di kota-kota besar. Contoh arsitek
yang menganut aliran ini diantaranya Lion Air James Stirling dan lucien kroll.

5) Aliran Metafora dan Metafisikal


Arsitektur dianggap seperti sebuah bahasa. Dalam arsitektur aliran metafora
mengekspresikan suatu hal tertentu dalam bentuk-bentuk bangunan maupun
elemen bangunan. Diketahui ada 3 macam jenis metaphor dalam arsitektur post
modern yaitu:
1. Metafora Abstrak yaitu metafora terhaap ide, gagasan, budaya maupun benda
yang tak terlihat yang diterjemahkan dalam bentuk bangunan.
2. Metafora Konkrit yaitu bentuk bangunan yang sama persis dengan benda yang
dijadikan konsep.
3. Metaphor kompleks (metafora kombinasi) yaitu metaphor yang menggunakan
beberapa bentuk benda yang digabungkan sekaligus ke dalam bentuk bangunan.
Contoh arsitek yang menganut aliran ini misalnya Stanley Tigerman, Jorn
Utzon, Antonio Gaudi dan takeyama.

6) Aliran Postmodern Space


Aliran post modern Space memperlihatkan proses pembentukan ruang
dengan cara mengkomposisikan komponen-komponen bangunan itu sendiri. Fokus
dari aliran post modern Space ini adalah rancangan special interpretation atau
interpretasi ruang. Ada dua atau lebih ruang yang bertemu dan saling overlap.
Aliran ini sudah maju lebih jauh dalam mendefinisikan ruang lebih dari sekedar
ruang abstrak dan menghasilkan antik arti ganda. Sehingga terjadi
keanekaragaman ruang dan memberi kejutan dan kesan kesan tertentu saat
ditempati. Arsitek yang menganut aliran ini misalnya Robert Stern, Charles
Moore, Kohn, Pederson-Fox dan Peter Eisenman.

64
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu bahwa aliran-
aliran yang di miliki oleh Arsitektur Modern dan Aritektur Post Modern sangat
beragam. Karena bentuk Arsitektur Modern hanya mengikuti fungsi, maka bentuk-
bentuk pada arsitektur modern umumnya tidak memiliki makna atau mengacu pada
hal-hal tertentu maupun ciri khas suatu daerah.
Namun hal inilah yang kemudian menjadikan aliran-aliran arsitektur modern
menimbulkan banyak pertentangan, sehingga muncullah aliran Post Modern yang
saling berkaitan dengan Arsitektur Modern. Sehingga bangunan post modern ada,
karna sebagai bentuk aliran atau pemikiran yang bertentangan dengan Arsitektur
Modern.
Arsitektur Post Modern pun sendiri memiliki banyak aliran yang terjadi dari
gabungan dengan jenis Arsitektur yang lain dan juga memiliki bentuk-bentuk yang
unik dan bervariasi, sehingga tidak menimbulkan kesan monoton.
Arsitektur Modern dan Arsitektur Post Modern memiliki definisi dan konsep
masing-masing, sehingga ke dua jenis Arsitektur ini juga memiliki kelebihan
tersendiri. Oleh sebab itu Arsitektur Modern dan Arsitektur Post Modern sama –
sama bagus.

65
DAFTAR PUSTAKA

Setyowibowo. 2015. Arsitektur Post Modern dalam


https://virtualarsitek.wordpress.com/artikel/sejarah-arsitektur/tipologi-
arsitektur/arsitektur-post-modern/ diunduh pada Kamis, 09 juli 2020 jam 09.30.

Asep Goemilar. 2018. Arsitektur Post Modern dalam


https://www.slideshare.net/Agoemilar1/arsitektur-post-modern diunduh pada
Kamis, 09 juli 2020 jam 10.30.

Rizki Surya. 2012. Arsitektur Modern dalam https://www.academia.edu/ diunduh


pada Kamis, 09 juli 2020 jam 10.50.

Rahadi. 2020. Arsitektur Post Modern dalam https://rekreartive.com/macam-


macam-aliran-arsitektur-postmodern/ diunduh pada jumat, 10 juli 2020 jam 09.15.

Silabus. 2019. Arsitektur Modern dalam


https://www.academia.edu/4074446/ARSITEKTUR_MODERN_PERTENGAHA
N_KONSEP_ALIRAN diunduh pada jumat, 10 juli 2020 jam 15.15.

66

Anda mungkin juga menyukai