“konsep pencegahan banjir dan desain arsitektur anti banjir dan gempa”
Disusun Oleh :
IPAK PUTRI IWANI BENGI
( 1804104010031 )
PRODI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DAFTAR ISI
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana alam merupakan hal yang tidak bisa dihindari, namun harus dihadapi sebagai
bagian dari berkehidupan di Indonesia. Kemampuan arsitektur merespon bencana-bencana
tersebut menentukan tingkat kemampuan bertahan hidup penduduk dalam kondisi yang
tidak diinginkan. Resiliensi arsitektur yang dapat berupa regulasi dan teknik membangun
harus dapat mengakomodasi kebutuhan keamanan penduduk dari bencana-bencana yang
terjadi.
3
PEMBAHASAN
Arsitektur tanggap bencana sangat bergantung pada jenis bencana yang harus
disikapi. Dengan memerhatikan aspek itu, rumah relatif mampu bertahan atau
kalaupun rusak tak sampai menewaskan orang yang tinggal di dalamnya saat
bencana menerpa. Arsitektur tradisional sesungguhnya mencerminkan cara warga
membangun rumah dalam upaya menyikapi serta hidup bersama-sama dengan
alam. Warga awalnya memang sudah beradaptasi pada keadaan alam dan
bencana.
4
Kita harus kembali kepada alam, jadi manusia tropis, kembali mengelola alam.
Pengembangan arsitektur tanggap bencana berbahan material alam, seperti kayu,
harus memperhatikan pasokan bahan baku. Teknologi pemanfaatan potensi alam
untuk pembangunan arsitektur tanggap bencana harus dikembangkan dari waktu
ke waktu. Di luar negeri, dengan teknologi, bangunan dapat dibuat 70-80 lantai
dengan kayu.
Ada dua hal utama untuk mencapai konsep hunian yang tanggap bencana
banjir. Yang pertama penyebab utama banjir harus diselesaikan dalam skala kota
dengan memperbaiki sistem tata kota dan mempersiapkan mitigasi atau
penanggulangan bencana banjir. Dan yang kedua, bangunan yang berada di
daerah rawan banjir memang harus bisa mencegah, tanggap dan beradaptasi
terhadap banjir. Untuk itu, salah satu solusi yang bisa dilakukan sebagai
tanggapan atas kondisi tersebut adalah bangunan harus bisa menghindari banjir
dengan meninggikan dasar bangunan seperti membuat rumah panggung. jika
kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk penerapan rumah panggung atau
modifikasi bangunan secara vertikal, maka solusi yang lain adalah melakukan
modifikasi horizontal di area lahan.
Tujuan utama modifikasi horizontal di area lahan adalah agar air dapat terserap
ke dalam tanah secara maksimal. Ada dua cara, yang pertama membuat sumur
resapan pada tiap rumah dan memasang paving khusus. Sumur resapan mudah
dibuat. Bahkan program satu rumah, satu sumur resapan sudah digalakkan oleh
walikota Bandung. Warga disosialisasikan untuk membuat sumur resapan dari
drum bekas yang sudah dilubangi bagian atasnya, lalu ditanam di tanah dan diisi
dengan pecahan batu, batu-bata, ijuk dan kemudian bisa ditutup dengan urugan
tanah. Cukup dengan begitu saja, potensi banjir bisa dikurangi sekaligus dapat
menyimpan cadangan air tanah.
Pemasangan paving yang biasa belum tentu dapat menyerap air ke dalam
tanah. Bahkan sering kita temui air menggenang di jalan yang
dipasangi paving block. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan yang terjadi di
5
Indonesia paving block harus dipasang di tanah yang datar dan padat. Setelah
selesai dipasangpun, paving block harus dipadatkan kembali dengan
menggunakan baby roller atau stampler kodok agar paving saling mengunci dan
tidak bergeser. Untuk mengatasi banjir maka paving yang sesuai adalah dengan
menggunakan permeable pavement ataupun grass block
Untuk grass block, pada dasarnya proses pemasangan awalnya akan sama
dengan paving block yaitu di tanah padat yang datar, maka penyerapan air
oleh grass block tidak begitu maksimal dan hanya mampu menyerap air sebanyak
30%. Namun alternatif paving lainnya yaitu permeable pavement atau paving
berpori atau dengan istilah lain yaitu paving polieliten merupakan paving yang
paling baik karena memiliki kemampuan menyerap air sebesar 90% dan dapat
diaplikasikan di berbagai elemen seperti lahan parkir karena mampu menahan
beban berat seperti mobil (truegridpaver.com, 2017). Penggunaan porous
concrete atau beton porus sebagai bahan pengganti paving yang sudah
dikembangkan oleh PT. Semen Indonesia juga bisa menjadi alternatif dalam
menangani banjir.
Berikut adalah pilihan desain rumah anti banjir yang wajib diterapkan bila
Anda tinggal di daerah rawan banjir.
Konsep rumah seperti ini sudah diterapkan sejak lama oleh nenek moyang
kita. Bagaikan rumah tradisional, Anda dapat membuat desain rumah
6
menyerupai rumah panggung namun dimodifikasi sehingga terlihat lebih
modern dan kekinian. Alih-alih kayu, Anda dapat menggunakan beton sebagai
tonggak sehingga lebih kokoh dan tahan lama. Dengan adanya beberapa
tonggak beton yang berfungsi sebagai kolom-kolom penguat, maka air bah
saat banjir dapat melewati bagian bawah rumah dengan mudah tanpa adanya
penghalang seperti dinding, furnitur dan lain sebagainya. Bagian bawah rumah
dengan desain seperti ini juga dapat dimanfaatkan sebagai taman, kolam
maupun parkir kendaraan.
2. Manfaatkan levelling
Solusi lainnya untuk membuat desain rumah anti banjir adalah dengan
membuat dinding di sekeliling rumah yang membentengi rumah dari banjir.
7
Dinding yang dibuat tinggi bagaikan benteng dengan gerbang kedap air
merupakan salah satu pendekatan. Anda dapat membangun ‘benteng’ tersebut
mengelilingi seluruh rumah dan taman sehingga aman dari banjir. Alternatif
lainnya adalah dengan membangun ‘benteng’ pada bangunan rumah saja
sehingga rumah aman dari banjir namun harus merelakan taman/lansekap
rumah Anda yang terendam banjir. Hal ini dilakukan pada beberapa rumah
yang berada di luar negeri dan terbukti cukup efektif mencegah banjir masuk
ke rumah. Sistemnya sama saja seperti tanggul/bendungan, hanya saja dibuat
untuk melindungi dan menampung rumah dari banjir, bukan sebaliknya.
Namun cara ini cukup sulit diterapkan di Indonesia.
Alternatif desain rumah anti banjir yang terakhir adalah dengan membangun
rumah di atas struktur beton solid untuk menjamin kekuatannya saat terjadi
pergerakan tanah. Desain rumah yang banyak di gunakan di Jepang ini lebih
kokoh sehingga tahan terhadap berbagai bencana seperti banjir, badai, gempa
bahkan tsunami. Hal ini dikarenakan dinding rumah yang terbuat dari kayu di
dalam serta logam di luar. Ini dilakukan karena logam lebih kuat menahan arus
air saat tsunami atau banjir bandang. Jendela kaca di bawah hanya ada
beberapa karena kaca bisa pecah saat diterpa arus air yang sangat kuat.
8
PENDEKATAN ARSITEKTUR PADA DAERAH RAWAN GEMPA
Hal yang krusial adalah tentang sambungan antarkomponen antara fondasi dengan
kolom, kolom dengan atap, dan kesatuan antarkolom dengan sloof dan balok
cincin (ring balk). Sambungan ini harus benar- benar terkait satu sama lain, untuk
9
memastikan kesatuan bangunan, sehingga bila terjadi gempa dapat stabil.
Kemudian sambungan antarelemen, baik menggunakan bahan kayu, bambu,
beton atau mungkin baja, agar dipastikan sambungannya terkait erat dan kokoh.
Bentuk bangunan tanggap gempa bukanlah dogma yang harus sama dan seragam.
Dengan memberdayakan bahan-bahan lokal, mengajak partisipasi masyarakat,
serta adanya pendampingan terhadap teknik dan metode membangun diharapkan
tercipta bangunan yang homy, lokal, dan tanggap gempa.
Metode learning by doing mungkin salah satu strategi yang baik untuk diterapkan
saat ini untuk diseminasi bangunan tanggap gempa yang melibatkan peran serta
masyarakat. Di satu sisi, masyarakat butuh rumah dengan segera, di sisi lain kita
tidak ingin kehilangan momen untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
memperbaiki lingkungan binaan mereka dengan aman dan berkelanjutan.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://medium.com/kastrathmsitb/resiliensi-bangunan-terhadap-bencana-
alam-dalam-perspektif-arsitektur-a2b8d5826641
https://www.mongabay.co.id/2019/02/02/yu-sing-arsitek-harus-peka-
lingkungan/
https://www.kompasiana.com/afifz/5dfd931ad541df39376fd1f2/arsitektur-
rumah-tanggap-banjir?page=all
https://www.emporioarchitect.com/blog/desain-rumah-anti-banjir-cocok-
untuk-anda-yang-tinggal-di-daerah-rawan-banjir
https://www.kompasiana.com/prihatmaji/54ff04c6a33311164d50f99b/bangu
nan-tanggap-gempa
11