Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH : ARSITEKTUR NUSANTARA

DOSEN PENGASUH MATA KULIAH : Ir. PILIPUS JERAMAN, MT

TANGGAPAN ARSITEKTUR NUSANTARA TERHADAP IKLIM


TROPIS LEMBAB
(Studi Kasus : Rumah Adat Belaraghi, Ngada, Nusa Tenggara Timur)

DISUSUN OLEH :

MARIA ANGELINA BUE 221 18 041

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG

2020
TANGGAPAN ARSITEKTUR NUSANTARA TERHADAP IKLIM TROPIS
LEMBAB
MARIA ANGELINA BUE

(22118041)

Program Studi Arsitektur – Fakultas Teknik


Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
Jalan San Juan, Penfui Timur, Kupang Tengah 85148

ABSTRAK

Indonesia adalah Negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang berada disetiap
daerah di Indonesia. Salah satunya adalah arsitektur nusantara yang memiliki ciri khas
dan keunikan dari masing-masing daerah dan menjadi identitas dari budaya daerah itu
sendiri. Arsitektur nusantara berkembang melalui proses waktu yang panjang dan
beradaptasi terhadap lingkungan, baik iklim, budaya maupun sosial masyarakat.
Arsitektur nusantara dibangun berdasarkan iklim tropis dan konteks wilayah tertentu
yang berada dalam garis khatulistiwa. Indonesia termasuk dalam iklim tropis lembab
dimana membutuhkan penanganan khusus dalam mendesainnya. Iklim sangat
berpengaruh terhadap bentuk hunian diantaranya variabel-variabel iklim seperti
temperatur, kelembaban, angin, curah hujan dan pencahayaan menjadi pertimbangan
utama dalam tanggapan bangunan arsitektur nusantara terhadap iklim.

Rumah adat Ngada merupakan rumah adat yang memiliki bentuk dan tata ruang yang
dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat. Salah satunya adalah rumah adat
kampung Belaraghi. Bagaimana rumah adat Belaraghi menjawab tantangan iklim,
melindungi serta mewadahi kegiatan penghuninya. Pada makalah ini menggunakan
metode pengumpulan data dan metode analisa dengan cara pendekatan deskriptif.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membentuk keilmuan arsitektur
khususnya arsitektur yang tanggap terhadap iklim di Indonesia.

Kata Kunci : Arsitektur Belaraghi, tanggap iklim, tropis lembab


1. PENDAHULUAN

Adaptasi terhadap iklim mempengaruhi penentuan bentuk pada arsitektur


(Rapoport, 1969 dalam Said dan Aufa, 2012). Rapoport menguraikan
bahwa aspek mendasar dalam mengatasi permasalahan iklim ada pada
kemampuan masyarakat melakukan pemilihan tapak, material yang sesuai
dengan iklim lokal, menggunakan sumber daya minimum untuk
mendapatkan kenyamanan maksimum, dan adaptasi model tradisional
terhadap kondisi iklim. (Nuffida, 2013, ARSITEKTUR NUSANTARA YANG
TANGGAP IKLIM : PARADIGMA DALAM PENENTUAN POTENSI
KEBERLANJUTANNYA).

Arsitektur nusantara berkembang melalui proses akumulasi waktu yang


panjang dan merupakan cerminan bentuk dan adaptasi terhadap lingkungan,
baik iklim, budaya maupun kondisi sosial masyarakat. Hal itu menyebabkan
arsitektur tradisional mampu bertahan hingga kini, walaupun sebagian bangunan
tradisional telah mengalami perubahan. Namun ekspresi bentuk arsitektur
tradisional nusantara masih dijadikan simbol atau identitas bagi entitas
masyarakat tertentu. Iklim merupakan salah satu pertimbangan dalam
merancang bangunan, sedangkan selubung bangunan merupakan elemen
penting dalam mengontrol dan memfilter iklim (Broadbent 1973). Untuk
memahami bagaimana bentuk mengalami gubahan-gubahan geometris dari
bentuk dasar (platonic solid) akibat pengaruh iklim, diperlukan adanya
pemahaman terhadap perilaku iklim. Bentuk platonic solid yang mengalami
perubahan akibat perilaku iklim akan menghasilkan ekspresi yang berbeda
sebagai akumulasi konsep-konsep yang melatarbelakanginya seperti budaya,
iklim, teknologi, dan ideologi. (Prasetyo, Astuti, 2017 : 80-81, EKSPRESI BENTUK
KLIMATIK TROPIS ARSITEKTUR TRADISIONAL NUSANTARA DALAM
REGIONALISME).
Untuk Indonesia karakter yang menjadi dasar pertimbangan adalah iklim
tropis lembab. Apabila konsep desain dengan seksama memperhatikan
penyesuaian terhadap iklim tropis lembab maka dapat dikatakan bangunan
tersebut telah memperhatikan dan menerapkan konsep yang secara umum
diistilahkan sebagai: “Arsitektur Tropis Lembab”. Hal utama sebagai prinsip dasar
yang harus diperhatikan pada arsitektur tropis lembab adalah: Pemanfaatan
angin untuk ventilasi, Perlindungan terhadap radiasi matahari yang masuk ke
dalam ruangan dengan memperhitungkan garis lintasan matahari, mencegah
akumulasi kelembaban pada ruangan, Perlindungan terhadap air hujan yang
masuk kedalam ruangan.

1. METODE ANALISA
2.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data
sekunder.
a. Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dengan cara melakukan
pengumpulan data-data yang terkait dengan studi literatur atau studi
pustaka seperti :
1. Literatur mengenai budaya dan bentuk arsitektur
2. Internet
2.2 Metode Analisa
Metode analisa dilakukan dengan cara pendekatan deskriptif. Pada
pendekatan deskriptif menjelaskan tentang bagaimana rumah adat Belaraghi
dalam menanggapi masalah terkait iklim tropis dengan desain rumah adat
belaraghi yang merespon dengan iklim setempat yang terletak pada atap,
dinding dan juga material yang digunakannya.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN


 ARSITEKTUR TRADISIONAL BELARAGHI
Rumah adat Belaraghi merupakan salah satu bagian rumah adat orang
Ngada yang berada didesa Belaraghi, Keligejo, Aimere yang terletak
dilereng perbukitan. Rumah adat ini masih terjaga hingga sekarang. Pola
dari permukiman secara umum saling berhadapan dan berderet sejajar
dikiri dan kanan jalan. Dibagian tengah permukiman merupakan ruang
publik untuk melaksanakan kegiatan adat. Bentuk bangunan rumah adat
Belaraghi yaitu berbentuk kotak. Atap kampung adat Ngada umumnya
memiliki dua bentuk atap yaitu berbentuk trapesium dan pada bagian
depan memiliki bentuk atap datar. Atap yang terbuat dari alang-alang dan
bambu. Pada bagian dinding rumah yang terbuat dari papan kayu dan
lantai juga yang terbuat dari kayu. Pada bagian depan rumah terdapat
satu pintu masuk yang terletak dibagian tengah. Karena rumah adat ini
berbentuk panggung, maka pada bagian pondasi yang penyangganya
ditanam didalam tanah.
 TANGGAPAN ARSITEKTUR NUSANTARA TERHADAP IKLIM TROPIS
LEMBAB
Pada bagian ini akan membahas bagaimana rumah adat Belaraghi dalam
menanggapi iklim tropis ini. Ada empat aspek iklim tropis lembab, yakni
sinar matahari, pergerakan udara, kelembaban serta hujan.
Respon Terhadap Radiasi Matahari
Gambar 1. Rumah Adat Belaraghi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Rumah adat Belaraghi yang memiliki pola permukiman yang


berderet dan saling berhadapan masa bangunan yang mengarah
kebagian selatan dan utara. Bagian rumah yang menghadap
kebagian selatan biasanya cahaya matahari tidak pernah dari
bagian depan melainkan dari sisi bagunan yang lebih tertutup.
Namun karena bukaan pada bangunan yang kurang sehingga sinar
matahari yang masuk juga kurang sehingga menyebabkan ruangan
menjadi lebih gelap. Bentuk atap dari rumah adat Belaraghi yang
tinggi juga memberikan keuntungan dalam penanggulangan radiasi
sinar matahari karena sudut jatuh sinar menjadi kecil sehingga
intensitas radiasi berkurang. Atap bangunan yang tinggi juga
mengurangi panas yang diakibatkan rambatan panas sinar
matahari yang masuk. Sehingga membuat ruangan didalamnya
tidak menjadi panas dan tetap membuat nyaman penghuni
didalamnya.
Respon Terhadap Pergerakan Udara
Gambar 2. Rumah Adat Belaraghi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Pada pola pemukiman rumah adat Belaraghi yang masih dikelilingi


oleh pepohonan sehingga masih mendapatkan udara yang banyak
mengalir. Dinding yang terbuat dari kayu yang memiliki celah-celah
dapat memungkinkan udara yang masuk kedalam ruangan. Rumah
adat Belaraghi juga yang minim bukaan sehingga udara yang
masuk juga hanya melalui pintu. Pada atap yang menggunakan
alang-alang, sehingga masih memberikan ruang untuk udara yang
masuk kedalam bangunan.
Respon Terhadap Hujan
Gambar 3. Atap Rumah Adat Belaraghi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Penggunaan atap yang berbentuk trapesium memberikan


keuntungan dalam hal pengaliran air hujan. Sudut yang tinggi
kemudian melandai pada bagian bawahnya serta makin landai pada
bagian depan atapnya membuat aliran air lancar dan tidak terlalu
deras ketika jatuh dari teritisan. Alang-alang juga mampu meredam
suara pada saat hujan. Sehingga jika turun hujan tidak akan
membuat keributan dan juga mampu membuat penghuni
didalamnya tetap merasa nyaman.
Respon Terhadap Kelembaban Udara

Gambar 4. Rumah Adat Belaraghi


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Rumah adat Belaraghi yang memiliki bentuk rumah panggung


sehingga mampu mengurangi suhu udara juga akan mengurangi
kelembaban pada ruangan didalamnya. Hal yang menguntungkan
juga karena bangunan rumah yang diangkat cukup tinggi dari
permukaan tanah yang banyak mengurangi lembab dari tanah.
Penggunaan dinding kayu yang ketahanannya terhadap iklim
lembab tidak maksimal. Iklim tropis lembab menyebabkan kayu
mengalami susut yang berlebihan, sehingga bahan menjadi lapuk,
baik karena iklim maupun jamur dan serangga.

3. KESIMPULAN
Sebagaimana dikatakan Rapoport (1969) bahwa iklim merupakan salah satu
pertimbangan penting dalam pembentukan rumah. Namun pada bagian lainnya
dikatakan bahwa iklim bukan faktor yang dominan dalam menentukan bentuk
melainkan budaya. Pada rumah tradisional Belaraghi, arah hadap rumah yang
menghadap kearah selatan menjadi salah satu faktor yang penting dalam
merespon iklim yang ada. Rumah adat Belaraghi yang berkonstruksi panggung
pada bangunan akan mengurangi kelembaban yang berasal dari tanah. Rumah
adat Belaraghi yang cukup baik dalam merespon iklim sehingga membentuk
bangunan yang sesuai pula dengan budaya dari masyarakat Belaraghi.
Sebenarnya elemen maupun faktor utama tidak semata-mata karena kepikiran
terhadap iklim, namun lebih pada kepercayaan dan kebudayaan serta wadah dari
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Nuffida, 2013, ARSITEKTUR NUSANTARA YANG TANGGAP IKLIM : PARADIGMA


DALAM PENENTUAN POTENSI KEBERLANJUTANNYA

Prasetyo, Astuti, 2017 : 80-81, EKSPRESI BENTUK KLIMATIK TROPIS


ARSITEKTUR TRADISIONAL NUSANTARA DALAM REGIONALISME
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Rumah Adat Belaraghi…………………………………………………………………………..4

Gambar 2. Rumah Adat Belaraghi…………………………………………………………………………..5

Gambar 3. Atap Rumah Adat Belaraghi……………………………………………………………………6

Gambar 4. Rumah Adat Belaraghi…………………………………………………………………………..7

Anda mungkin juga menyukai