Anda di halaman 1dari 18

TEKNOLOGI BANGUNAN TINGGI

STRUKTUR BANGUNAN

KELOMPOK – 7
1. IMAM SUBARKAH S. (122 152 0005)
2. HERMAWAN INDRA D. (122 152 0004)
3. MUHAMAD RIDWAN. ( 122 152 000-)

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


Bangunan Tinggi
Bangunan tinggi adalah bangunan atau struktur tinggi. Bangunan tinggi
berdasarkan beberapa standar berkisar antara 75 kaki sampai 491 kaki (23 m hingga
150 m). Sedangkan bangunan yang lebih dari 492 kaki atau 150 m disebut sebagai
bangunan pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki atau 4 m,
sehingga bangunan setinggi 79 kaki atau 24 m memiliki 6 tingkat.

Munculnya bangunan-bangunan tinggi di kota-kota besar di dunia,


disebabkan oleh kebutuhan akan ruang untuk melakukan aktivitas, serta tingginya
harga lahan di pusat kota. Penemuan bahan bangunan yang ringan dan kuat, seperti
alumunium, baja, berbagai ragam kaca, dan beton bermutu tinggi mengakibatkan
orang mempunyai alternatif pilihan bagi rancangan bangunan tinggi. Perkembangan
metode konstruksi mengakibatkan pembuatan bangunan tinggi dapat dilaksanakan
secara lebih cepat dan ekonomis, sedangkan kemajuan di bidang teknologi informasi
dan komputer menyebabkan para perancang dengan mudah melakukan simulasi
terhadap bangunan tinggi yang akan dibangun.

Di Amerika Serikat, perkembangan bangunan tinggi dimulai akhir abad ke-


19 dengan selesainya pembangunan di gedung St. Paul karya arsitek George B.
Post di Broadway, New York dengan tinggi 19 lantai pada tahun 1984.
Perkembangan bangunan tinggi telah melalui berbagai tahapan gaya rancang
bangunan yang masing-masing menghasilkan bentuk Sky Line kota-kota besar dan
memacu orang-orang untuk merancang bangunan yang lebih tinggi lagi.
SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja
untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah.
Menurut KBBI Online arti kata struktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun;
susunan; bangunan; yang disusun dengan pola tertentu.
1 Dalam sistem konstruksi bangunan, struktur berfungsi untuk memberi kekuatan dan
kekakuan untuk mencegah sebuah bangun/bangunan tersebut tetap kokoh berdiri.
2 Fungsi utama dari sistem struktur adalah untuk memikul beban yang bekerja pada
bangunan (beban mati, beban hidup, beban angin, beban konstruksi, dan beban lain;) dan
menyalurkannya ke tanah melalui pondasi.
Pada dasarnya setiap sistem struktur pada suatu bangunan merupakan
penggabungan berbagai elemen struktur secara 3 dimensi, yang cukup rumit. Fungsi
utama dari sistem struktur adalah untuk memikul secara aman dan efektif beban yang
bekerja pada bangunan, serta menyalurkannya ke tanah melalui fondasi. Beban yang
bekerja pada bangunan terdiri dari beban vertikal, horizontal, perbedaan temperatur,
getaran, dan sebagainya.
Sistem struktur dalam proses perancangannya selalu menghadapi kendala, di
antaranya: persyaratan arsitektural, sistem mekanikal dan elektrikal, metode konstruksi,
dan aspek ekonomi.
Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton
bertulang, baja maupun komposit, selalu ada komponen (subsistem) yang dapat
dikelompokkan dalam sistem yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan sistem
untuk menahan gaya lateral.
A. STABILITAS BANGUNAN TINGGI

Bangunan tinggi umumnya


mempunyai bentuk dasar segiempat,
segitiga, bujur sangkar, bulat, elips, atau
kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut.
Bangunan tinggi yang dengan bentuk dasar
empat persegi panjang apabila menerima
beban geser (beban gempa) akan terguling.
(gambar.1)
GAMBAR.1
Agar supaya stabil, maka pada bangunan diberi :
1. Diberi podium, sehingga memperbesar jarak titik berat masa bangunan dengan titik
guling
2. Diberi tiang pancang, sehingga bangunan mempunyai “akar” yang terikat dengan
tanah
3. Dengan basement, sehingga menambah ketahanan nilai momen guling
4. Penggabungan podium dan basement ( atau dengan tiang pancang)

1 2 3 4
B. UNSUR-UNSUR DASAR BANGUNAN TINGGI:

1. Bentuk linier, berupa kolom, balok yang mampu menahan gaya rotasi dan gaya
aksial.
2. Bentuk bidang/permukaan, berupa:
a. dinding, padat maupun berlubang atau berangka, mampu menahan gaya rotasi
dan aksial (gaya yang bekerja tegak lurus)
b. plat atau beruas,ditumpu pada rangka lantai, mampu memikul beban didalam
dan tegak lurus pada bidang tersebut.
3. Bentuk spasial, terdiri dari fasade atau inti (core), dengan mengikat agar berlaku
satu kesatuan.
4. Yang bila unsur-unsur ini disatukan,akan membentuk struktur tulang banguanan
yang menghasilakan system struktur yang mamapu menahan beban pada bangunan.

C. PENYALURAN BEBAN
Beban vertikal dapat ditahan oleh balok-balok (beban mati dan beban hidup)
sedangkan beban horizontal dapat ditahan kolom (angin)
1. PENYALUR BEBAN VERTICAL
/ TEGAK / GRAVITASI
Beban gravitasi
merupakan beban yang berasal
dari beban mati struktur dan
beban hidupnya yang bekerja
pada suatu bangunan dengan
cara menyebarkan beban
gravitasi kolom, balok, dinding,
lantai dan disalurkan ke
pondasi/tanah.

2. PENYALUR BEBAN HORIZONTAL /


DATAR .

Beban ini merupakan pengaruh


dari beban hidup, termasuk beban angina
yang menyebabkan struktur melengkung
sampai tumbang. Untuk mengatasinya
dibuatlah bidang geser atau disebut dinding
geser (shear wall) dapat menahan gaya
horizontal.
3. STRUKTUR LANTAI.
Merupakan penahan beban gravitasi dan merupakan bagian terbesar yang perlu
dipertimbangkan pemilihannya, diantaranya:
a. Makin ringan beban lantai, makin berkurang dimensi kolom dan pondasinya dan
memungkinkan untuk bentang yang lebih besar.
b. Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi.
c. Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utuilitas yang diperlukan.
d. Memenuhi persyaratan bagi ketahanan api
e. Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi (waktu)
f. Mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan pelat lantai.
STRUKTUR PLAT LANTAI a. Pelat satu arah (one way slab) : ditumpu balok anak
yang sejajar satu sama lainnya,pelat dianggap sebagai
balaok tipis yang ditumpu banyak tumpuan.
b. Pelat rusuk satu arah (one way rib/joist slab) : ditumpu
rusuk, jarak antar anak balok sangat berdekatan.
c. Pelat dua arah (two way slab on beam) : ke-empat
sisinya ditumpu oleh balok
d. Pelat tanpa balok-tanpa kolom (flat plate) : tanpa
penebalan disekeliling kolom,beban vertikal langsung
dipikul kolom dari segala arah.
e. Pelat tanpa balok-dengan kepala kolom (flat slab) :
terdapat penebalan kepala kolom dan pelat lantai pada
puncak kolom, sehingga dapat menimbulkan gaya
lateral & Momen lentur.
f. Pelat rusuk dua arah (waffle slab) : pelat lantai yang
langsung ditumpu oleh balok 2 arah dengan jarak yang
dekat, kekakuan cukup besar dapat memikul beban
vertikal sehingga bisa untuk bentang yang lebih besar.
4. SISTEM PENAHAN GAYA LATERAL
Gaya lateral adalah gaya angin dan gempa. Beban angin terkait dengan dimensi
ketinggian bangunan, sedangkan beban gempa terkait dengan massa bangunan.
a. Rangka pengaku (braced frame) : terdiri dari kolom dan balok yang diberi pengaku
diagonal,bisa berbentuk X atau K.
b. Dinding geser (shear wall) : komponen vertikal yang sangat kaku boleh mempunyai
bukaan ±5%. Fungsi dinding geser dapat berubah menjadi dinding penahan beban
(bearing wall) apabila menerima beban tegak lurus dinding geser.
c. Pada bangunan tinggi, lebih sering dipakai gabungan portal penahan beban dan
dinding geser.
D. PENGELOMPOKKAN SYSTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
Struktur yang digunakan pada bangunan bertingkat tinggi dan menengah adalah :
1. Sistem struktur rangka (frame) :
Terdiri dari balok-balok horizontal dan kolom sebagai unsur tegak,yang tersusun
teratur dan tegak lurus yang dapat menahan beban yang disalurkan ke pondasi.
“Agar bangunan tetap stabil akibat gaya lateral, maka hubungan antara balok dan kolom
diberi ” :

a. Hubungan kaku (joint


rigidty), menciptakan
sambungan kaku antara
bagian rangka.

b. Triangulasi (triangulation),
menjadikan rangka
menjadi system segitiga
(diberi ikatan angin tau
bracing)
c. Dinding geser (shear wall),
mengakukan rangka dengan
diberi dinding geser. Sistem
tersebut akan menyebabkan
kekakuan pada rangka.

2. Sistem struktur dinding pendukung sejajar


(parallel bearing walls)
Sistem ini terdiri dari unsur bidang
vetikal yang di perkuat dengan berat dinding itu
sendiri, sehingga mampu menahan gaya aksial
lateral secara efisien. Sistem struktur dinding
sejajar ini digunakan pada bangunan-bangunan
apartemen yang tidak membutuhkan ruang
bebas yang luas dan sistem-sistem mekanisnya
tidak memerlukan struktur inti.
3. Sistem struktur inti dan dinding pendukung (core
and bearing walls)
Sistem ini berupa bidang vertikal yang
membentuk dinding luar dan mengelilingi
sebuah struktur inti. Hal ini memungkinkan
ruang interior terbuka yang bergantung pada
kemampuan bentangan dari struktur lantai.
Sistem ini memuat sistem-sistem transportasi
mekanis vertikal serta menambah kekakuan
bangunan.

4. Sistem struktur boks berdiri sendiri (self


supporting boxes)
Sistem ini merupakan unit tiga dimensi
prefabrikasi yang menyerupai bangunan dinding
pendukung yang diletakan di suatu tempat dan di
gabung dengan unit lainnya. Sebagai contoh boks-
boks ini di tumpuk seperti bata dengan pola
“English Bond” sehingga tersusun seperti balok
dinding berselang-seling.
5. Sistem struktur plat terkantilever (cantilever slab)

Pemikulan plat lantai dari sebuah inti


pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom
yang batas kekuatan platnya adalah batas besar
ukuran bangunan. Sistem ini memerlukan banyak
besi, terutama apabila proyeksi pelat sangat
besar. Kekakuan plat dapat di tingkatkan dengan
menggunakan teknik-teknik pratekan.

6. Sistem struktur plat rata (flat slab)


Sistem ini terdiri dari bidang horizontal
yang umumnya adalah plat lantai beton tebal dan
rata yang bertumpu pada kolom. Apabila tidak
terdapat penebalan plat pada bagian atas kolom,
maka sistem ini di katakan sistem plat rata. Pada
kedua sistem ini tidak terdapat balok yang dalam
(deep beam) sehingga tinggi lantai bisa
minimum.
7. Sistem struktur interspasial (interspasial)

Sistem struktur rangka tinggi selantai


yang terkantilever diterapkan pada setiap lantai
antara untuk memungkinkan ruang fleksibel di
dalam dan di atas rangka. Ruangan yang berada
di dalam lantai rangka di atasnya dapat di
gunakan sebagai wadah untuk kegiatan aktivitas
lainya.

8. Sistem struktur gantung (suspension)


Sistem ini dapat memungkinkan
penggunaan beban secara efisien dengan
menggunakan penggantungan sebagai pengganti
kolom untuk memikul beban lantai. Kekuatan
unsur tekan pada sistem ini harus dikurangi
sebab adanya bahaya tekuk, berbeda dengan
unsur tarik yang dapat mendaya gunakan
kemampuan secara maksimal. Kabel-kabel ini
dapat meneruskan beban gravitasi ke rangka di
bagian atas yang terkantilever dari inti pusat.
9. Sistem struktur rangka selang-seling
(staggered truss)
Rangka tinggi yang selantai disusun
sedemikian rupa sehinga pada setiap lantai
bangunan dapat menumpangkan beban di bagian
atas suatu rangka begitupun di bagian bawah
rangka di atasnya. Selain memikul beban vertikal,
susunan rangka ini akan mengurangi tuntutan
kebutuhan ikatan angin dengan cara
mengarahkan beban angin ke dasar bangunan
melalui struktur balok-balok dan plat lantai.
10. Sistem struktur tabung dalam tabung (tube in tube)

Dalam struktur ini, kolom dan balok


eksterior di tempatkan sedemikian rapat
sehingga fasade menyerupai dinding yang diberi
pelubangan (untuk jendela). Seluruh bangunan
berlaku sebagai tabung kosong yang terkantilever
dari tanah. Inti interior (tabung) dapat
meningkatkan kekakuan bangunan dengan cara
ikut memikul beban bersama kolom-kolom
fasade tersebut.
10. Sistem struktur kumpulan tabung (bundled tube)

Sistem struktur ini dapat di


gambarkan sebagai suatu kumpulan tabung-
tabung terpisah yang membantuk tabung
multi-use. Pada sistem ini kekakuan akan
bertambah. Sistem ini dapat memungkinkan
bangunan mencapai bentuk yang paling
tinggi dan daerah lantai yang sangat luas.
Sumber

https://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan_tinggi

https://berandaarsitek.blogspot.com/2015/10/sistem-
struktur-inti-core-structure.html

Anda mungkin juga menyukai