OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
KUPANG
2020
Arsitektur Karya Arsitek Le Corbusier, Frank Lloyd Wright,
221 17 102
ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
Munculnya arsitektur modern pada akhir abad XIX dan abad XX merupakan
suatu jawaban atas perkembangan jumlah penduduk, budaya dan teknologi yang
sangat cepat (Sumalyo, 1997 : 312). Selain itu, munculnya arsitektur modern
dikarenakan adanya rasa bosan atau jenuh terhadap bentuk dan gaya atau langgam
yang selalu digunakan dalam arsitektur klasik, neo klasik maupun arsitektur lainnya.
Hal ini yang membuat arsitek – arsitek untuk lebih banyak berkarya sesuai dengan
konsep perancangannya. Hasil karya yang dihasilkan disesuaikan dengan fungsi,
bentuk dan ruang dan tidak menggunakan ornamen – ornamen yang digunakan
pada arsitektur klasik. Ornamen pada bangunan hasil karya tokoh arsitektur modern
lebih dapat dijumpai pada penggunaan material bangunan.
2. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
2.1 Metode Pengumpulan data.
Dalam penulisan makalah ini, metode yang digunakan dalam pengumpulan
data, yaitu :
Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
dengan melakukan studi literatur yaitu suatu cara yang dilakukan untuk
memperoleh data – data dengan melihat atau membaca catatan –
catatan, laporan – laporan yang berhubungan dengan judul makalah ini.
Data sekunder ini berupa studi kepustakaan, yaitu melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan literatur – literatur dan juga
browsing internet guna mendapatkan data – data yang berhubungan
dengan judul makalah ini. Data ini diambil dari buku Mata Kuliah
Arsitektur Post Modern dalam buku Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan
XX.
Analisa Komperatif
Analisa komperatif merupakan suatu proses membandingkan. Analisa
kami lakukan dengan membandingkan konsep dan karakteristik hasil
karya Le Corbusier, Hugo Alfar Hendrik Aalto, dan Frank Lloyd Wright
pada masa arsitektur modern setelah tahun 1940 dengan pada sebelum
tahun 1940.
Karakteristik :
• Konstruksinya menggunakan bata exposed, tidak diplester sehingga dinding –
dindingnya berwarna merah termasuk pada ruang dalamnya.
• Atapnya kombinasi datar dan miring cukup tajam tanpa tritisan, sehingga dari
luar bentuknya kontras, terdiri dari blok di atasnya datar dan runcing –
runcing.
• Konstruksi bata dikombinasikan dengan konstruksi kayu yang juga exposed
menjadi elemen dekorasi pada ruang dalam
• Lingkungan pemukimannya dikelilingi hutan dan berbukit – bukit termasuk
lahan di mana kompleks berdiri, dengan tidak banyak mengubah bentuk
permukaan unit – unitnya disusun berteras – teras tinggi rendah.
Karakter :
Karakter :
Permukiman dalam satu unit tunggal.
Kota bersinar, dimana semua bangunan mendapat sinar matahari dan
aliran udara alami secara ideal.
Menggunakan atap datar untuk berjemur dan juga tempat bermain
anak – anak dan ruang olahraga.
Unit bangunan diangkat ke atas tanah dengan kolom.
Konstruksi beton bertulang dengan sistem beton exposed tanpa
penyelesaian
Konsep Le Modulor atau modul adalah standar yang diambil dari
ukuran harmoni bagian – bagian terkecil manusia, hingga tersusun
lengkap dalam bentuk tubuh.
Jendela – jendela dihias dengan kaca berwarna dari lukisan abstrak bertema
religius katolik, pada waktu mendapat sinar matahari dari luar, menjadi dekorasi
sangat mengesankan.
Gambar 15. Perspektif ( kiri), dan perspektif potongan (kanan), dan ruang dalam (bawah),
Notre-Dame-du-Haut Ronchamp
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”
Karakter :
Dinding – dindingnya tidak ada yang lurus dan tegak, tetapi semuanya
merupakan komposisi dari dinding meliuk – liuk berdenah kurva.
Jendela dihiasi dengan kaca berwarna dari lukisan abstrak bertema
religious Katolik, sehingga jika terkena sinar matahari dari luar akan
menjadi dekorasi yang sangat mengesankan.
Altar dan tempat khotbah terbuat dari beton yang menyatu dengan
bangunan, demikian pula dengan elemen lain dalam ruangan seperti
kursi, tempat berlutut dan lainnya.
Atap terbuat dari beton bertulang exposed, melengkung – lengkung
berwarna gelap kontras dengan warna dindingnya yang putih.
Ruang dalam terbentuk oleh atap,
Lubang – lubang jendela dalam dinding tebal, tidak sejajar satu
dengan lainnya merupakan bagian dari sistem akustik yang sangat
baik.
Setelah selesai merancang Kapel Ronchamp, pada tahun 1955 Le Corbusier
diminta untuk merancang Biara Dominikan La Touret, yang juga merupakan
sebuah bangunan religious Katolik, di Eveux yang terletak 26 km sebelah barat kota
Lyons Perancis bagian tengah. Biara ini digunakan untuk pendidikan, belajar,
meditasi dan tempat tinggal dalam suasana pedesaan yang hijau – teduh, sepi dan
tenang (Sumalyo, 1997 : 316). Bangunan ini merupakan suatu keberhasilan Le
Corbusier mengekspresikan fungsi ke dalam bentuk dari luar.
Sumber : slideplayer.info
Pada tahun 1963, Le Corbusier merancang Pusat Seni Rupa Kerajinan Kayu
(Carpenter Center for the Visual Arts ) di Cambridge, Massachusetts Amerika Serikat.
Gedung ini berfungsi sebagai bagian studi seni rupa di Harvard University yang
terletak dalam lingkungan yang penuh dengan gedung – gedung berarsitektur klasik
Neo-Georgian (Sumalyo, 1997 : 320).
Gambar 28. Perspektif, Carpenter Center for the Visual Arts, Cambrid.
Sumber : Architecture.com
Karakter :
• Bentuk spiral bagian tengahnya kosong dari sebuah kemiringan (ramp)
makin ke atas makin naik, sedikit makin melebar.
• Bentuk luarnya melingkar – lingkar, kontras dengan lingkungan dengan
sekitar yang penuh gedung - gedung hampir semua berbentuk blok, sistem
kerangka dan kotak – kotak mengikuti pola kotanya.
• Bagian puncak spiral terdapat sebuah kubah kaca bergaris tengah 28 m,
sinar matahari menebusnya dan menerangi secara alami semua ruangan.
3.2 Diskusi
Dari berbagai karya yang dirancang dan dihasilkan oleh ke 3 arsitek
yaitu Le Corbusier, Hugo Alfar Henrik Aalto, dan Frank Lloyd Wright
pada dasarnya memiliki konsep, sebagai berikut :
3.2.1 Ruang
• Penataan ruang dari hasil karya Le Corbusier dapat dilihat dari adanya
partisi dalam membentuk ruang – ruang dalam bangunan. Hal ini dapat
kita jumpai pada denah hasil karya Le Corbusier pada Kapel Notre
Dame du Haut.
Gambar 32. Denah, Notre Dame Du Haut.
Sumber : archdaily.com
• Penataan ruang dari hasil karya Frank Lloyd Wright dapat dilihat pada
salah satu karya arsitekturnya yaitu Guggenheim museum, Terlihat
ruang pameran yang menjorok ke luar menggantung , dan ruang –
ruang berbentuk spiral dan terlihat seperti rumah siput sebagai void
dan untuk pemanfaatan cahaya dari skylight, agar cahaya mampu
menembus hingga lantai dasar.
Gambar 34. Ruang dalam dan skylight, Notre Dame Du Haut.
Sumber : archdaily.com
• Penataan ruang dari hasil karya Hugo Alfar Henrik Aalto dapat
disimpulkan bahwa karya Arsitektur dari Alvar Aalto tidak memikirkan
bentuk terlebih dahulu, yang diutamakan dalam perancangannya
adalah tujuannya praktis, mengacu pada fungsi dan kebutuhan ruang
sesuai dengan kegiatannya, selain itu disusun sedemikian rupa
sehingga menampilkan kompleks atau unit bangunan yang indah dan
menarik.
• Salah satu Bentuk dan tampilan karya arsitek Frank Lloyd Wright yaitu
Guggenheim museum, terlihat lebih fleksibel dari karya 2 arsitek lainya
yaitu Le Corbusier dan Hugo Alfar Henrrik Aalto, dimana bangunan
tidak terlalu kaku dengan garis – garis balok horisontal dan garis kolom
yang vertikal, namun bangunan ini dikelilingi kurva melingkar seperti
rumah siput. Selain itu permukaan dari bangunan ini rata dan halus
tanpa tekstur.
Gambar 37. Tampilan depan, Guggenheim museum, New York.
Sumber : archdaily.com
• Struktur dan konstruksi pada salah satu karya Le corbusier yaitu Unite
d’habitation lebih banyak menggunakan sistem konstruksi beton
bertulang exposed. Hal ini dapat dijumpai pada balok – balok beton
horizontal pada balustrade dan kolom – kolom vertikal yang
membentuk sebuah kesatuan dan sangat mencolok, dan juga atap
datar bertulang. Selain itu juga penggunaan material dinding exposed.
Gambar 39. Tampak kolom dan balok balustrade, Unite d’habitation.
Sumber : spacesxplaces.com
• Struktur dan konstruksi pada salah satu karya Frank Lloyd Wright yaitu
Guggenheim museum menggunakan konstruksi beton bertulang untuk balok
dan kolom, dan terlihat pada tampilan bangunan plat kantilever yang disusun
suatu sistem menerus pada tiap lapisan lantai.
• Struktur dan Konstruksi yang digunakan pada karya Arsitektur Hugo Alfar
Henrik Aalto umumnya menggunakan sistem konstruksi beton bertulang yang
di biarkan secara alami “ekspozed” . Hal ini dapat dilihat pada karyanya yang
sering dijumpai atap – atap datar bertulang.
3.2.4 Ragam Hias
• Hasil karya dari ke ketiga arsitek jarang sekali menggunakan ragam hias
sebagai ornamen dalam tampilan bangunan. Namun yang memberi kesan
estetika terletak pada tampilan permiukaan bangunan dengan penggunaan
beton exposed, magterial kaca, dan batu alam.
4. KESIMPULAN
Arsitektur Modern adalah gaya arsitektur baru yang muncul di banyak negara
barat dalam hal ini didasarkan pada penggunaan "rasional" bahan modern, prinsip -
prinsip perencanaan fungsionalis, dan penolakan terhadap ornamen. Hal inilah
mengapa pada setiap karya – karya dari ketiga arsitek diatas menghindari
pemakaian ornamen – ornamaen sebagai penghias karyanya, melainkan
menggunakan material – material yang di ekspozed dan material modern dalam hal
ini adalah kaca sebagai penghias pada karya arsitektur mereka. Hal ini juga tidak
trlepas dari pengaruhnya kemajuan teknologi pada bidang material bangunan. Selain
beberapa hal diatas karya – karya Arsitektur mereka juga di pengaruhi oleh Lima
butir Arsitektur Modern yang dikenal menjadi pendekatan baru untuk desain
arsitektur yaitu elemen penopang, taman atap, rancangan bebas denah dasar,
jendela horisontal, dan desain bebas façade.
DAFTAR PUSTAKA
Sumalyo, Yulianto (1997), Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX ,
Yogyakarta, Gajah Mada University Press
Walaretina,rita (2015) "Sejarah Arsitektur Dunia Le Corbusier” diakses dari :
slideplayer.info (diakses pada Tgl 14 juni 2020)
GLOSARIUM
Fungsional : Hal yang dirancang untuk mampu melakukan satu atau lebih
kegiatan yang practical, lebih mengutamakan fungsi dan
kebergunaan ketimbang hal-hal yang berbau dekorasi atraktif.
Sumber : archdaily.com
Gambar 8. Tampak kiri (atas), Tampak kanan (bawah) Town hall saynatsallo, Finlandia.
Sumber : greatbuildings.com
Gambar 9. Hugo Alfar H. Aalto
Sumber : archdaily.com
Gambar 30. Tampak depan, Museum Gugenhheim, Gambar 31. Ruang dalam, Guggenheim Mesum, New
New York. York.
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur
modern akhir abad xix dan xx” modern akhir abad xix dan xx”
Gambar 32. Denah, Notre Dame Du Haut. Gambar 33. Ruang dalam, Notre Dame Du
Sumber : archdaily.com Haut.
Sumber : archdaily.com
Gambar 39. Tampak kolom dan balok balustrade, Unite Gambar 40. Tampilan depan, Guggenheim
d’habitation. museum, New York.
Sumber : spacesxplaces.com Sumber : archdaily.com