Anda di halaman 1dari 38

TUGAS MATA KULIAH : ARSITEKTUR POST MODERN

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH : Ir. PILIPUS JERAMAN, MT

ARSITEKTUR MODERN SETELAH


TAHUN 1940
(KASUS STUDI : ARSITEKTUR KARYA ARSITEK LE
CORBUSIER, FRANK LLOYD WRIGHT, HUGO ALFAR
HENRIK ALTO)

OLEH :

FANDY THIMOTIUS RADJA UDJU (22117102)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2020
Arsitektur Karya Arsitek Le Corbusier, Frank Lloyd Wright,

dan Hugo Alfar Henrik Alto

Fandy Thimotius Radja Udju

221 17 102

Jurusan Arsitektur - Fakultas Teknik - Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

ABSTRAK

Arsitektur modern ditandai dengan penyederhanaan bentuk dan penciptaan


ornamen dari struktur dan tema bangunan. Arsitektur modern diadopsi oleh banyak
berpengaruh arsitek dan pendidik arsitektur. Arsitektur Modern adalah gaya
arsitektur baru yang muncul di banyak negara barat dalam dekade setelah Perang
Dunia I. Hal ini didasarkan pada penggunaan "rasional" bahan modern, prinsip -
prinsip perencanaan fungsionalis, dan penolakan terhadap ornamen. Gaya ini
umumnya telah ditunjuk sebagai modern. Tujuan makalah ini adalah untuk
mengetahui konsep dan karakteristik utama dalam merancang dengan
menggunakan teori berupa beberapa hasil karya arsitek Hugo Alfar Henrik Aalto, Le
Corbusier, dan Frank Lloyd Wright. Metode yang digunakan adalah metode atau
pendekatan deskriptif dan komparatif. Data diperoleh melalui pembedahan (analisis)
terhadap buku literatur dan juga sumber lain yang diperoleh dari internet. Hasil
penelitian dalam makalah ini berupa konsep dan karakteristik hasil karya arsitek
arsitek Hugo Alfar Henrik Aalto, Le Corbusier, dan Frank Lloyd Wright sesudah tahun
1940.

Kata Kunci : Arsitektur Modern, Perang Dunia I, Fungsionalis.


ABSTRACT

Modern architecture is characterized by simplification of form and creation of


ornaments from the structure and theme of buildings. Modern architecture was
adopted by many influential architects and architectural educators. Modern
Architecture is a new architectural style that emerged in many western countries in
the decades after World War I. It is based on the "rational" use of modern
materials, the principles of functionalist planning, and the rejection of ornaments.
This style has generally been designated as modern. The purpose of this paper is to
find out the main concepts and characteristics in designing using theories in the
form of the works of architects Hugo Alfar Henrik Aalto, Le Corbusier, and Frank
Lloyd Wright. The method used is descriptive and comparative methods or
approaches. Data obtained through surgery (analysis) of literature books and also
other sources obtained from the internet. The results of this research in the form of
concepts and characteristics of the work of architects Hugo Alfar Henrik Aalto, Le
Corbusier, and Frank Lloyd Wright after 1940.

Keywords : Modern Architecture, World War I, Functionalist.

1. PENDAHULUAN

Gaya Arsitektur sebelum munculnya arsitektur modern diwaranai dengan pernak-


pernik ornamen yang meramaikan fasade bangunannya. Dengan adanya revolusi
industri yang memicu lahirnya Arsitektur Modern, merubah sama sekali gaya
perwajahan yang telah ada sebelumnya ini. Tujuan gerakan Arsitektur Modern
adalah untuk menciptakan sebuah ”gaya murni” yang mengekspresikan zamannya.
Faktor kedua yang mempengaruhi munculnya gagasan Arsitektur Modern adalah
Revolusi Industri. Revolusi Industri telah menyediakan metode konstruksi baru yang
memungkinkan solusi baru, menciptakan dukungan dan masalah-masalah baru, dan
mendorong terciptanya bentuk-bentuk baru.

Munculnya arsitektur modern pada akhir abad XIX dan abad XX merupakan
suatu jawaban atas perkembangan jumlah penduduk, budaya dan teknologi yang
sangat cepat (Sumalyo, 1997 : 312). Selain itu, munculnya arsitektur modern
dikarenakan adanya rasa bosan atau jenuh terhadap bentuk dan gaya atau langgam
yang selalu digunakan dalam arsitektur klasik, neo klasik maupun arsitektur lainnya.
Hal ini yang membuat arsitek – arsitek untuk lebih banyak berkarya sesuai dengan
konsep perancangannya. Hasil karya yang dihasilkan disesuaikan dengan fungsi,
bentuk dan ruang dan tidak menggunakan ornamen – ornamen yang digunakan
pada arsitektur klasik. Ornamen pada bangunan hasil karya tokoh arsitektur modern
lebih dapat dijumpai pada penggunaan material bangunan.

2. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
2.1 Metode Pengumpulan data.
Dalam penulisan makalah ini, metode yang digunakan dalam pengumpulan
data, yaitu :
 Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
dengan melakukan studi literatur yaitu suatu cara yang dilakukan untuk
memperoleh data – data dengan melihat atau membaca catatan –
catatan, laporan – laporan yang berhubungan dengan judul makalah ini.
Data sekunder ini berupa studi kepustakaan, yaitu melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan literatur – literatur dan juga
browsing internet guna mendapatkan data – data yang berhubungan
dengan judul makalah ini. Data ini diambil dari buku Mata Kuliah
Arsitektur Post Modern dalam buku Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan
XX.

2.2 Metode Analisa


Metode analisa terdiri dari :
 Analisa Deskriptif
Kegiatan analisa ini dilakukan setelah data yang diperoleh dari sumber
data literature. Saya melakukan analisa terhadap konsep dan karakteristik
hasil karya arsitek Le Corbusier, Hugo Alfar Hendrik Aalto, dan Frank
Lloyd Wright pada masa Arsitektur Modern Setelah tahun 1940.

 Analisa Komperatif
Analisa komperatif merupakan suatu proses membandingkan. Analisa
kami lakukan dengan membandingkan konsep dan karakteristik hasil
karya Le Corbusier, Hugo Alfar Hendrik Aalto, dan Frank Lloyd Wright
pada masa arsitektur modern setelah tahun 1940 dengan pada sebelum
tahun 1940.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Karakter Arsitektur karya Arsitektur Karya Arsitek Le Corbusier, Frank
Lloyd Wright, dan Hugo Alfar Hendrik Aalto :

1. HUGO ALFAR HENRIK AALTO (1898 – 1976)


Alvar Aalto atau lengkapnya asli Hugo Alvar Henrik Aalto
adalah salah seorang arsitek dan designer dari Finlandia.
Di dilahirkan pada 3 Februari 1898 di Kuortane, sebuah
kota di Finlandia dan meninggal pada 11 Mei 1976 di
Helsinki. Proyeknya yang cukup penting yang dibuat
pada masa itu adalah Baker House, di Cambridge,
Gambar 1. Hugo Alfar H.
Aalto
Massachusetts, sebuah asrama untuk mahasiswa
senior. Lokasinya di dalam kampus pinggiran Sungai
Sumber : archdaily.com
Charles, dengan pemandangan ke arah sungai
merupakan yang terbaik dibanding dengan lainnya.
Permukaannya lebih panjang dengan sebuah unit tunggal bentuk “S”. Bangunan ini
sederhana, tanpa penonjolan elemen struktur (kolom dan balok) seperti pada
arsitektur fungsionalisme. Bentuknya meliuk – liuk seperti ular, sangat spesifik dan
khas Aalto.

Karakteristik :
• Konstruksinya menggunakan bata exposed, tidak diplester sehingga dinding –
dindingnya berwarna merah termasuk pada ruang dalamnya.
• Atapnya kombinasi datar dan miring cukup tajam tanpa tritisan, sehingga dari
luar bentuknya kontras, terdiri dari blok di atasnya datar dan runcing –
runcing.
• Konstruksi bata dikombinasikan dengan konstruksi kayu yang juga exposed
menjadi elemen dekorasi pada ruang dalam
• Lingkungan pemukimannya dikelilingi hutan dan berbukit – bukit termasuk
lahan di mana kompleks berdiri, dengan tidak banyak mengubah bentuk
permukaan unit – unitnya disusun berteras – teras tinggi rendah.

Gambar 2. Tampak depan Baker House, di Cambridge, Massachusetts.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Gambar 3. Denah Baker House, di Cambridge, Massachusetts.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Gambar 4. Potongan Baker House, di Cambridge, Massachusetts.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”
Karya berikut dari Hugo Henrik Alfar Alto adalah, Balai Kota (Town Hall)
Saynatsallo di Finlandia (1950-1952).

Karakter :

• Konstruksi bata ini dikombinasikan dengan konstruksi kayu yang juga


exposed menjadi elemen dekorasi pada ruang dalam.
• Lingkungan permukiman gedung Balai Kota Saynatsallo, dikelilingi oleh
hutandan berbukit - bukit termasuk lahan di manak kompleks berdiri, dengan
tidak banyak mengubah bentuk permukaan unit - unitnya disusun berteras -
teras tinggi rendah.

Gambar 5. Eksterior Town hall saynatsallo, Finlandia.


Sumber : architravel.com
Gambar 6. Roof Plan (kiri) Main floor (kanan) Town hall saynatsallo, Finlandia.
Sumber : greatbuildings.com

Gambar 7. Pot. A – A (atas), Pot. B - B (bawah) Town hall saynatsallo, Finlandia.


Sumber : greatbuildings.com
Gambar 8. Tampak kiri (atas), Tampak kanan (bawah) Town hall saynatsallo,
Finlandia.
Sumber : greatbuildings.com

2. Le Corbusier ( 1889 – 1965)

Le Corbusier menangani proyek besar pertama yakni


rencana kota Saint Die (Vosges) (1945) dan La Pallice
(dekat La Rochelle) (1946 – 1947) di Perancis yang
merupakan perumahan blok tunggal raksasa di
Marseilles (1947-1952), kota Pelabuhan di Perancis
Gambar 9. Hugo Alfar H. bagian selatan. Disini Le Corbusier menerapkan konsep
Aalto
perancangan yang disebutnya Unite d’habitation
Sumber : archdaily.com
yaitu permukiman dalam sebuah unit tunggal yang
mendapat inspirasi dari sistem perumahan kolektif di
Rusia. Dalam periode ini Le Corbusier masih konsisten menerapkan konsep “lima
butir dalam arsitektur baru”, antara lain dengan menggunakan atap datar untuk
berjemur, unit bangunan “diangkat” ke atas tanah dengan kolom.
Gambar 10. Perspektif potongan (kiri atas), Denah (kanan atas ) Unite d’habitation, Italy
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Karena letaknya di pinggiran kota, memungkinkan untuk menerpkan konsep


yang sebutnya Ville Radieuse (kota bersinar), dimana semua bangunan mendapat
sinar matahari dan aliran udara alami secara ideal. Bangunan berupa blok segi
empat panjang, terdiri dari 337 unit apartemen, dibagi dalam 23 tipe berbeda, mulai
dari satu kamar hingga apartemen untuk keluarga berjumlah anggota besar. Unit
apartemen sebagian terdiri dari dua lantai dan sebagian satu lantai, sehingga
penampangnya berbentuk L, di bawah berbalikan dengan di atasnya (Sumalyo, 1997
: 312 – 313). Pelaksanaan konstruksi beton bertulang Unite d’Habitation,
menggunakan sistem beton exposed dan susunan kayu perancah disusun
sedemikian rupa sehingga bekasnya tercetak menjadi komposisi dekoratif berupa
garis dan bidang. Pandangan sisi depan dan belakang didominasi oleh bidang, garis
horizontal - vertikal dari teras dengan kisi – kisi penahan sinar matahari dan
balustrade.

Konstruksi dan elemen – elemen arsitektur dari Unite d’habitation, Le


Corbusier menerapkan konsep Le Modulor atau modul (module) yang merupakan
standar diambil dari ukuran harmoni bagian – bagian terkecil manusia, hingga
tersusun lengkap dalam bentuk tubuh. (Sumalyo, 1997 : 313)
Gambar 11. Potongan melintang (atas), tampak depan (bawah ) Unite d’habitation, Italy
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Karakter :
 Permukiman dalam satu unit tunggal.
 Kota bersinar, dimana semua bangunan mendapat sinar matahari dan
aliran udara alami secara ideal.
 Menggunakan atap datar untuk berjemur dan juga tempat bermain
anak – anak dan ruang olahraga.
 Unit bangunan diangkat ke atas tanah dengan kolom.
 Konstruksi beton bertulang dengan sistem beton exposed tanpa
penyelesaian
 Konsep Le Modulor atau modul adalah standar yang diambil dari
ukuran harmoni bagian – bagian terkecil manusia, hingga tersusun
lengkap dalam bentuk tubuh.

Gambar 12. Unite d’ Habitation


Sumber : FondationLeCorbusier.com

Karya kedua dari Le Corbusier berupa rancangan yang merupakan Notre-


Dame-du-Haut Ronchamp (1950-1954) sebuah kapel (Gereja Katolik kecil).
Nama kapel selain diambil dari Ronchamp (kota kecil kurang lebih 300 km disebelah
timur-selatan Paris), juga dari letaknya pada ketinggian punggung dari sebuah
pegunungan (Des Voges). Arsitektur Kapel Ronchamp, secara keseluruhan dapat di
interpretasikan sebagai telungkupan tapak tangan, kapal, merpati, topi Italia bahkan
dapat seperti ibu dan anak (Sumalyo, 1997 : 316).

Jendela – jendela dihias dengan kaca berwarna dari lukisan abstrak bertema
religius katolik, pada waktu mendapat sinar matahari dari luar, menjadi dekorasi
sangat mengesankan.

Atap terbuat dari beton bertulang exposed, melengkung – lengkung berwarna


gelap kontras dengan warna dindingnya yang putih. Ruang dalam terbentuk oleh
atap, lubang – lubang jendela dalam dinding tebal tidak sejajar satu dengan lainnya.

Gambar 13. Sketsa interpretasii Notre-Dame-du-Haut Ronchamp


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”
Gambar 14. Denah, Notre-Dame-du-Haut Ronchamp
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Gambar 15. Perspektif ( kiri), dan perspektif potongan (kanan), dan ruang dalam (bawah),
Notre-Dame-du-Haut Ronchamp
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Karakter :
 Dinding – dindingnya tidak ada yang lurus dan tegak, tetapi semuanya
merupakan komposisi dari dinding meliuk – liuk berdenah kurva.
 Jendela dihiasi dengan kaca berwarna dari lukisan abstrak bertema
religious Katolik, sehingga jika terkena sinar matahari dari luar akan
menjadi dekorasi yang sangat mengesankan.
 Altar dan tempat khotbah terbuat dari beton yang menyatu dengan
bangunan, demikian pula dengan elemen lain dalam ruangan seperti
kursi, tempat berlutut dan lainnya.
 Atap terbuat dari beton bertulang exposed, melengkung – lengkung
berwarna gelap kontras dengan warna dindingnya yang putih.
 Ruang dalam terbentuk oleh atap,
 Lubang – lubang jendela dalam dinding tebal, tidak sejajar satu
dengan lainnya merupakan bagian dari sistem akustik yang sangat
baik.
Setelah selesai merancang Kapel Ronchamp, pada tahun 1955 Le Corbusier
diminta untuk merancang Biara Dominikan La Touret, yang juga merupakan
sebuah bangunan religious Katolik, di Eveux yang terletak 26 km sebelah barat kota
Lyons Perancis bagian tengah. Biara ini digunakan untuk pendidikan, belajar,
meditasi dan tempat tinggal dalam suasana pedesaan yang hijau – teduh, sepi dan
tenang (Sumalyo, 1997 : 316). Bangunan ini merupakan suatu keberhasilan Le
Corbusier mengekspresikan fungsi ke dalam bentuk dari luar.

Gambar 16. Denah Biara Dominikan La Touret

Sumber : Walaretina,rita (2015) "Sejarah Arsitektur Dunia Le Corbusier”


diakses dari : slideplayer.info
Gambar 17. Potongan Biara Dominikan La Touret

Sumber : Walaretina,rita (2015) "Sejarah Arsitektur Dunia Le Corbusier” diakses dari :


slideplayer.info

Gambar 18. Perspektif, Biara Dominikan La Touret


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Gambar 19. Tampak Biara Dominikan La Touret

Sumber : Walaretina,rita (2015) "Sejarah Arsitektur Dunia Le Corbusier”


diakses dari : slideplayer.info
Karakter :
• Sistem konstruksi beton exposed
• Adanya kolong, yang terbentuk oleh kolom – kolom dan lantai kosong
• Jendela dalam kamar dibuat luas, seluas bidang sisinya, teras,
balustrade.
• kisi – kisi penahan sinar matahari, dari luar kelihatan seperti kotak –
kotak berderet horizontal.

Selain merancang bangunan religious, Le Corbusier juga merancang rumah


tinggal untuk keluarga Maisons Jaoul adalah salah satu rumah tinggal yang
dirancang oleh Le Corbusier yang terletak di kawasan Neully-sur-Sein pinggiran kota
Paris pada tahun 1954 – 1956 (Sumalyo, 1997 : 320).

Gambar 20. Denah maisons joul house

Sumber : slideplayer.info

Gambar 20. Maisons joul house


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan xx”
Gambar 21. Potongan Maisons joul house
Sumber : slideplayer.info

Gambar 22. Maisons joul house


Sumber : slideplayer.info

Karakter bangunan ini berupa :


• Dinding dari batu merah dan tidak diplester ( exposed) sehingga warna
dan garis – garis lapisannya menjadi warna dinding.
• Balok – balok beton bertulang juga exposed.
• Jendela dibuat melengkung, mendapat inspirasi dari rumah – rumah
tinggal di Chios (sebuah pulau bagian dari Yunani).
• Beratap datar

Berikutnya, Pada tahun 1947, Persatuan Bangsa – Bangsa membentuk komite


dalam rangka pembangunan kantor pusatnya di New York dan Le Corbusier menjadi
salah satu anggotanya. Karena itu, ia membuat rancangan berupa sketsa bentuk
dan tata unit secara global yang diterima oleh komisi. Rancangan ini kemudian
dalam pelaksanaan dilanjutkan oleh K. Harrison (1895 - ) dan Max Abramowitz
(1908 - ) dengan beberapa perubahan (Sumalyo, 1997 : 320).

Gambar 23. Sketsa Le corbusier untuk gedung PBB, New York.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan xx”

Gambar 24. Gedung pusat PBB, New York.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan xx”

Gambar 25. Gedung pusat PBB, New York.


Sumber : archdaily.com
Konsep bangunan ini yaitu : bentuk keseluruhan dan susunan tiga unit
terpisah menjadi tiga blok yaitu gedung sekretariat, ruang – ruang rapat ( meeting
halls) dan gedung pertemuan umum. Gedung sekretariat dan ruang – ruang rapat
dirancang berupa gedung pencakar langit disusun satu dengan lain tegak lurus.
Selain itu, bentuk warna dan karakter bidang juga dibuat kontras, antara sisi menara
sekretariat berwarna gelap dari jendela kaca transparan merata pada seluruh
permukaan, dengan gedung sidang masif berdinding putih dari marmer (Sumalyo,
1997 : 320).

Pada tahun 1963, Le Corbusier merancang Pusat Seni Rupa Kerajinan Kayu
(Carpenter Center for the Visual Arts ) di Cambridge, Massachusetts Amerika Serikat.
Gedung ini berfungsi sebagai bagian studi seni rupa di Harvard University yang
terletak dalam lingkungan yang penuh dengan gedung – gedung berarsitektur klasik
Neo-Georgian (Sumalyo, 1997 : 320).

Gambar 26. Carpenter Center for the Visual Arts, Cambrid.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan xx”
Gambar 27. Site Plan, Carpenter Center for the Visual Arts, Cambrid.
Sumber : wordpress.com

Gambar 28. Perspektif, Carpenter Center for the Visual Arts, Cambrid.
Sumber : Architecture.com

Karakter pada bangunan ini yaitu :


• Sistem struktur dan konstruksi menggunakan beton bertulang exposed
• Menggunakan kisi – kisi horizontal sebagai penahan sinar matahari
dari jendela,
• Bidang – bidang, balok, kolom dan elemen – elemen lainnya
membentuk komposisi garis tebal tipis, bidang horizontal dan vertikal
pada permukaan sisi – sisinya.
• Bangunan dengan susunan yang kontras dari unit dan elemen masif
dan transparan, lengkung dan tegak.

3. Frank Lloyd Wright (1867 – 1959)

Pada usia mendekati 70 tahun, Wrigth terlibat dalam


perancangan dan pembangunan Solomon R. Guggenheim
Mesum di New York. Proses perancangan sudah dimulai dari
sejak tahun 1942, namun baru dilaksanakan mulai tahun
1957 dan selesai tahun 1960. Lokasinya terletak pada
seberang jalan dari Central Park, sebuah taman sangat luas
di Manhattan, di tengah kota New York. Konsep
Gambar 29. Frank
perancangan museum, bertitik tolak pada fungsinya sebagai
Lloyd Wright
“pusat seni”, termasuk di dalamnya studio atau sanggar
Sumber :
seni. archdaily.com
Wrigth memandang proyek ini sebagai suatu
penangkal dari suasana hiruk pikuk kota penuh dengan
pencakar langit (Sumalyo, 1997 : 332).
Gambar 30. Tampak depan, Museum Gugenhheim, New York.
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan xx”

Gambar 31. Ruang dalam, Guggenheim Mesum, New York.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan xx”

Karakter :
• Bentuk spiral bagian tengahnya kosong dari sebuah kemiringan (ramp)
makin ke atas makin naik, sedikit makin melebar.
• Bentuk luarnya melingkar – lingkar, kontras dengan lingkungan dengan
sekitar yang penuh gedung - gedung hampir semua berbentuk blok, sistem
kerangka dan kotak – kotak mengikuti pola kotanya.
• Bagian puncak spiral terdapat sebuah kubah kaca bergaris tengah 28 m,
sinar matahari menebusnya dan menerangi secara alami semua ruangan.

Prinsip Wrigth adalah bahwa arsitektur merupakan penghubung antara manusia


dengan lingkungan.

3.2 Diskusi
Dari berbagai karya yang dirancang dan dihasilkan oleh ke 3 arsitek
yaitu Le Corbusier, Hugo Alfar Henrik Aalto, dan Frank Lloyd Wright
pada dasarnya memiliki konsep, sebagai berikut :

3.2.1 Ruang
• Penataan ruang dari hasil karya Le Corbusier dapat dilihat dari adanya
partisi dalam membentuk ruang – ruang dalam bangunan. Hal ini dapat
kita jumpai pada denah hasil karya Le Corbusier pada Kapel Notre
Dame du Haut.
Gambar 32. Denah, Notre Dame Du Haut.
Sumber : archdaily.com

Gambar 33. Ruang dalam, Notre Dame Du Haut.


Sumber : archdaily.com

• Penataan ruang dari hasil karya Frank Lloyd Wright dapat dilihat pada
salah satu karya arsitekturnya yaitu Guggenheim museum, Terlihat
ruang pameran yang menjorok ke luar menggantung , dan ruang –
ruang berbentuk spiral dan terlihat seperti rumah siput sebagai void
dan untuk pemanfaatan cahaya dari skylight, agar cahaya mampu
menembus hingga lantai dasar.
Gambar 34. Ruang dalam dan skylight, Notre Dame Du Haut.
Sumber : archdaily.com

Gambar 35. Denah, Notre Dame Du Haut.


Sumber : archdaily.com

• Penataan ruang dari hasil karya Hugo Alfar Henrik Aalto dapat
disimpulkan bahwa karya Arsitektur dari Alvar Aalto tidak memikirkan
bentuk terlebih dahulu, yang diutamakan dalam perancangannya
adalah tujuannya praktis, mengacu pada fungsi dan kebutuhan ruang
sesuai dengan kegiatannya, selain itu disusun sedemikian rupa
sehingga menampilkan kompleks atau unit bangunan yang indah dan
menarik.

3.2.2 Bentuk dan Tampilan

• Bentuk bangunan yang dihasilkan dari rancangan Le Corbusier yaitu


dengan menggunakan modul manusia, karena bangunan lebih
ditekankan pada fungsinya. Sedangkan tampilan dari bangunan adalah
komposisi garis dan bidang horizontal, vertikal yang dielaborasi dari kisi
– kisi , balustrade, kolom dan balok dari bangunan, karena
menggunakan konsep material exposed dan beton bertulang exposed.
Dalam hal ini menggunakan konsep brise soliel untuk menghasilkan
sinar matahari lembut. Hal ini dapat dibuktikan pada bangunan Unite
d’ Habitation (terdapat komposisi garis dan bidang – bidang horizontal,
vertical)

Gambar 36. Perspektif Unite d’habitation, Italy


Sumber : archdaily.com

• Salah satu Bentuk dan tampilan karya arsitek Frank Lloyd Wright yaitu
Guggenheim museum, terlihat lebih fleksibel dari karya 2 arsitek lainya
yaitu Le Corbusier dan Hugo Alfar Henrrik Aalto, dimana bangunan
tidak terlalu kaku dengan garis – garis balok horisontal dan garis kolom
yang vertikal, namun bangunan ini dikelilingi kurva melingkar seperti
rumah siput. Selain itu permukaan dari bangunan ini rata dan halus
tanpa tekstur.
Gambar 37. Tampilan depan, Guggenheim museum, New York.
Sumber : archdaily.com

• Bentuk bangunan yang dihasilkan dari rancangan Hugo Alfar Henrik


Aalto yaitu mengacu pada fungsi dari bangunan itu sendiri. Sedangkan
pada tampilan bangunan Aalto lebih menekan pada komposisi garis
dan bidang horisontal , dan menggunakan material expozed.

Gambar 38. Tampak dari depan Baker House, di Cambridge, Massachusetts.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

3.2.3 Struktur dan Konstruksi

• Struktur dan konstruksi pada salah satu karya Le corbusier yaitu Unite
d’habitation lebih banyak menggunakan sistem konstruksi beton
bertulang exposed. Hal ini dapat dijumpai pada balok – balok beton
horizontal pada balustrade dan kolom – kolom vertikal yang
membentuk sebuah kesatuan dan sangat mencolok, dan juga atap
datar bertulang. Selain itu juga penggunaan material dinding exposed.
Gambar 39. Tampak kolom dan balok balustrade, Unite d’habitation.
Sumber : spacesxplaces.com

• Struktur dan konstruksi pada salah satu karya Frank Lloyd Wright yaitu
Guggenheim museum menggunakan konstruksi beton bertulang untuk balok
dan kolom, dan terlihat pada tampilan bangunan plat kantilever yang disusun
suatu sistem menerus pada tiap lapisan lantai.

Gambar 40. Tampilan depan, Guggenheim museum, New York.


Sumber : archdaily.com

• Struktur dan Konstruksi yang digunakan pada karya Arsitektur Hugo Alfar
Henrik Aalto umumnya menggunakan sistem konstruksi beton bertulang yang
di biarkan secara alami “ekspozed” . Hal ini dapat dilihat pada karyanya yang
sering dijumpai atap – atap datar bertulang.
3.2.4 Ragam Hias

• Hasil karya dari ke ketiga arsitek jarang sekali menggunakan ragam hias
sebagai ornamen dalam tampilan bangunan. Namun yang memberi kesan
estetika terletak pada tampilan permiukaan bangunan dengan penggunaan
beton exposed, magterial kaca, dan batu alam.

4. KESIMPULAN

Arsitektur Modern adalah gaya arsitektur baru yang muncul di banyak negara
barat dalam hal ini didasarkan pada penggunaan "rasional" bahan modern, prinsip -
prinsip perencanaan fungsionalis, dan penolakan terhadap ornamen. Hal inilah
mengapa pada setiap karya – karya dari ketiga arsitek diatas menghindari
pemakaian ornamen – ornamaen sebagai penghias karyanya, melainkan
menggunakan material – material yang di ekspozed dan material modern dalam hal
ini adalah kaca sebagai penghias pada karya arsitektur mereka. Hal ini juga tidak
trlepas dari pengaruhnya kemajuan teknologi pada bidang material bangunan. Selain
beberapa hal diatas karya – karya Arsitektur mereka juga di pengaruhi oleh Lima
butir Arsitektur Modern yang dikenal menjadi pendekatan baru untuk desain
arsitektur yaitu elemen penopang, taman atap, rancangan bebas denah dasar,
jendela horisontal, dan desain bebas façade.

DAFTAR PUSTAKA
Sumalyo, Yulianto (1997), Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX ,
Yogyakarta, Gajah Mada University Press
Walaretina,rita (2015) "Sejarah Arsitektur Dunia Le Corbusier” diakses dari :
slideplayer.info (diakses pada Tgl 14 juni 2020)

GLOSARIUM

Dekorasi : Ornamen – ornamen yang memperindah.


Dinamis : Sesuatu hal yang terus berubah dan berkembang secara aktif.

Efektifitas : Pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan


yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan
menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.

Ekspos/Ekspozed : Menunjukan, memamerkan, terbuka.

Fasad/Fasade : Suatu sisi luar (eksterior) sebuah bangunan.

Fungsional : Hal yang dirancang untuk mampu melakukan satu atau lebih
kegiatan yang practical, lebih mengutamakan fungsi dan
kebergunaan ketimbang hal-hal yang berbau dekorasi atraktif.

Industrialisasi : Suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah


sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri.

Ornamen: : Dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari


sebuah bangunan atau objek.

Rasional : Hal yang bisa dilakukan dengan hal yang ada.

Refolusi : Perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara


cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan
masyarakat.

Reputasi : Gambaran yang ada di dalam benak seseorang.


LAMPIRAN

Gambar 2. Tampak depan Baker House, di Cambridge, Massachusetts.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Gambar 1. Hugo Alfar H. Aalto

Sumber : archdaily.com

Gambar 3. Denah Baker House, di Cambridge, Massachusetts.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Gambar 4. Potongan Baker House, di Cambridge, Massachusetts.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Gambar 5. Eksterior Town hall saynatsallo, Finlandia.


Sumber : architravel.com
Gambar 6. Roof Plan (kiri) Main floor (kanan) Town hall saynatsallo, Finlandia.
Sumber : greatbuildings.com

Gambar 7. Pot. A – A (atas), Pot. B - B (bawah) Town hall saynatsallo, Finlandia.


Sumber : greatbuildings.com

Gambar 8. Tampak kiri (atas), Tampak kanan (bawah) Town hall saynatsallo, Finlandia.
Sumber : greatbuildings.com
Gambar 9. Hugo Alfar H. Aalto

Sumber : archdaily.com

Gambar 10. Perspektif potongan (kiri atas), Denah (kanan atas )


Unite d’habitation, Italy
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix
dan abad xx”

Gambar 11. Potongan melintang (atas),


tampak depan (bawah) Unite
d’habitation, Italy
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).”
Arstektur modern akhir abad xix dan abad
xx”

Gambar 12. Unite d’ Habitation


Sumber : FondationLeCorbusier.com

Gambar 13. Sketsa interpretasii Notre-Dame-du-


Haut Ronchamp
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur
Gambar 14. Denah, Notre-Dame-du-Haut Ronchamp
modern akhir abad xix dan abad xx”
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern
akhir abad xix dan abad xx”
Gambar 15. Perspektif ( kiri), dan perspektif potongan
(kanan), dan ruang dalam (bawah),
Notre-Dame-du-Haut Ronchamp
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern
Gambar 16. Denah Biara Dominikan La Touret
akhir abad xix dan abad xx”
Sumber : Walaretina,rita (2015) "Sejarah Arsitektur Dunia
Le Corbusier” diakses dari : slideplayer.info

Gambar 17. Potongan Biara Dominikan La Touret


Sumber : Walaretina,rita (2015) "Sejarah Arsitektur Dunia Le Corbusier” diakses dari :
slideplayer.info

Gambar 18. Perspektif, Biara Dominikan La Touret


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”
Gambar 20. Denah maisons joul house
Sumber : slideplayer.info

Gambar 20. Maisons joul house


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan xx”
Gambar 21. Potongan Maisons joul house Gambar 22. Maisons joul house

Sumber : slideplayer.info Sumber : slideplayer.info

Gambar 23. Sketsa Le corbusier untuk gedung PBB, New York.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan xx”

Gambar 24. Gedung pusat PBB, New York.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan
xx”

Gambar 25. Gedung pusat PBB, New York.


Sumber : archdaily.com

Gambar 26. Carpenter Center for the Visual Arts, Cambrid.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad Gambar 27. Site Plan, Carpenter Center for the
xix dan xx” Visual Arts, Cambrid.
Sumber : wordpress.com
Gambar 29. Frank Lloyd
Gambar 28. Perspektif, Carpenter Center for the Visual Wright
Arts, Cambrid.
Sumber : archdaily.com
Sumber : Architecture.com

Gambar 30. Tampak depan, Museum Gugenhheim, Gambar 31. Ruang dalam, Guggenheim Mesum, New
New York. York.
Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur
modern akhir abad xix dan xx” modern akhir abad xix dan xx”

Gambar 32. Denah, Notre Dame Du Haut. Gambar 33. Ruang dalam, Notre Dame Du
Sumber : archdaily.com Haut.
Sumber : archdaily.com

Gambar 35. Denah, Notre Dame Du Haut.


Gambar 34. Ruang dalam dan skylight, Notre Sumber : archdaily.com
Dame Du Haut.
Sumber : archdaily.com
Gambar 37. Tampilan depan, Guggenheim

Gambar 36. Perspektif Unite d’habitation, Italy museum, New York.

Sumber : archdaily.com Sumber : archdaily.com

Gambar 38. Tampak dari depan Baker House, di Cambridge, Massachusetts.


Sumber : sumalyo,yulianto (1997).” Arstektur modern akhir abad xix dan abad xx”

Gambar 39. Tampak kolom dan balok balustrade, Unite Gambar 40. Tampilan depan, Guggenheim
d’habitation. museum, New York.
Sumber : spacesxplaces.com Sumber : archdaily.com

Anda mungkin juga menyukai