Anda di halaman 1dari 12

ANALISA VITRUVIUS DALAM BANGUNAN

Dibuat oleh :

Heri Susanto 19.84.0168


M. Yanuar Akbar Baraka 19.84.0176
Satria Alfarizi 19.84.0188
Muchlis Saesariawan K. 19.84.0192

UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA


SEMESTER GANJIL 2019/2020
Kampus Terpadu : Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 884201 – 207 Fax: (0274) 884208 Kodepos: 55283
E-Mail: amikom@amikom.ac.id
ARSITEKTUR TRADISIONAL: RUMAH JOGLO

 Kegunaan / Fungsi (Utilitas)


Masyarakat suku Jawa mengenal berbagai macam desain hunian dalam
kebudayaannya. Salah satu yang paling dikenal adalah desain rumah adat yang
bernama Joglo. Desain dari rumah adat ini lebih dikenal dikarenakan selain lebih
banyak dipakai juga dianggap mempunyai gaya arsitektur yang unik dan sarat
akan nilai filosofis kemasyarakatan.
Selain mempunyai fungsi sebagai ikon kebudayaan dan gambaran kehidupan
sosial dari masyarakat Jawa, rumah Joglo pada dasarnya juga berfungsi sebagai
tempat tinggal. Dalam menunjang fungsinya tersebut, rumah adat Provinsi Jawa
Tengah ini dibagi menjadi beberapa susunan ruangan dengan fungsinya masing-
masing yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pendapa, bagian ini terletak di depan rumah dan biasanya digunakan
untuk aktivitas formal, seperti tempat pagelaran seni wayang kulit
pertemuan, tari-tarian, dan upacara adat. Meskipun terletak di depan
rumah, namun bagian ini tidak boleh dilewati oleh sembarang orang yang
akan masuk ke dalam rumah. Jalur untuk masuknya ada sendiri dan
letaknya terpisah, yaitu memutar disamping pendapa.
2. Pringitan, bagian ini terletak diantara pendapa dan rumah dalam (omah
njero). Selain dipakai untuk jalan masuk, lorong juga kerap dipakai
sebagai tempat pertunjukan wayang kulit.
3. Emperan, bagian ini adalah penghubung antara pringitan dan umah njero.
Dapat juga dikatakan sebagai teras depan sebab lebarnya sekitar 2 m.
Emperan dipakai tempat bersantai, untuk menerima tamu, serta kegiatan
publik lainnya. Pada emperan umumnya ada sepasang kursi kayu dan
meja.
4. Omah njero, bagian ini kerap pula disebut dengan omah mburi, dalem
ageng, atau omah saja. Namun terkadang disebut juga sebagai omah-
mburi, dalem ageng ataupun omah. Kata “omah” dalam masyarakat Jawa
juga dipakai sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yakni
sebagai sebuah tempat tinggal.
5. Senthong-kiwa, bagian ini berada disebelah kanan dan terdiri atas
beberapa ruangan. Ada yang berfungsi sebagai gudang, tempat
menyimpaan persediaan makanan, kamar tidur, dan lain sebagainya.
6. Senthong tengah, bagian ini berada ditengah bagian dalam. Kerap juga
disebut dengan boma, pedaringan, atau krobongan. Sesuai dengan
letaknya yang berada jauh didalam rumah, bagian ini memiliki fungsi
sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti sebuah harta
keluarga atau pusaka semacam keris, dan lain sebagainya
7. Senthong-tengen, bagian ini sama halnya dengan Senthong kiwa, baik
dari segi fungsinya maupun pembagian ruangannya.
8. Gandhok, bagian ini merupakan bangunan tambahan yang letaknya
mengitari bagian sisi belakang dan samping bangunan inti.

 Kekuatan (Firmitas)

Rumah Joglo merupakan rumah tradisional Jawa, yang umumnya terbuat


dari kayu Jati (Tectona Grandis Sp.). Disebut Joglo karena mengacu pada
bentuk atapnya, mengambil filosofis bentuk sebuah gunung. Pada awalnya
filosfis bentuk gunung tersebut diberi nama atap Tajug, tapi kemudian
berkembang menjadi atap Joglo/Juglo (Tajug Loro = Dua Tajug ~ penggabungan
dua Tajug). Dalam kehidupan manusia Jawa -gunung sering dipakai sebagai
idea bentuk yang dituangkan dalam berbagai simbol, khususnya untuk simbol-
simbol yang berkenaan dengan sesuatu yang sakral. Hal ini karena adanya
pengaruh kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat
yang dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa.

Konstruksi atap Joglo ditopang oleh Soko Guru (tiang utama) yang
berjumlah 4 buah. Jumlah ini adalah merupakan simbol adanya pengaruh
kekuatan yang berasal dari empat penjuru mata angin, atau biasa disebut
konsep Pajupat. Dalam konsep ini, manusia dianggap berada di tengah
perpotongan arah mata angin, tempat yang dianggap mengandung getaran
magis yang amat tinggi. Tempat ini selanjutnya disebut sebagai Pancer atau
Manunggaling Keblat Papat.
Istilah Guru digunakan untuk menunjukan bagian utama (inti) dari sebuah
konstruksi Joglo. Soko Guru menopang sebuah konfigurasi balok yang terdiri dari
Blandar dan Pengeret -disebut sebagai Pamidhangan atau Midhangan.
Menurut naskah Kawruh Kalang konfigurasi Blandar-Pengeret inilah yang
menjadi patokan, acuan, rujukan bagi perhitungan struktur keseluruhan Joglo.
Semua ukuran dan dimensi struktur serta bangunan mengacu pada ukuran dan
dimensi Blandar-Pengeret tersebut, berdasarkan standar perhitungan tertentu
yang disebut sebagai Petungan. Berikut petikannya :
"Tembung midhangan punika mirit wujudipun angemperi pundhaking griya,
manawi mirid parlunipun tiyang anindakaken damel griya (ukuraning griya)
nama wau leresipun papundhen, dening kajeng midhangan sakawan iji
punika ingkang lajeng manjing nama: guru. Wondene saka ageng sakawan
winastan saka guru, leresipun: sakaning guru, utawi saka ingkang nyanggi
guru, amargi sasampuning wujud catokan sakawan, sakatahing ukur bade
pandamelipun babalungan ageng alit saha panjang celak, tuwin tumpang-
tumpangipun sadaya, sami mendhet ukur saking salebeting gagelengan
kajeng sakawan wau, boten saged tilar utawi boten kenging kaempanan
saking dugi-dugi kemawon."
"Di sini keempat batang kayu yang membentuk midhangan [=pamidhangan,
balandar-pangeret] itu lalu mendapatkan sebutan yaitu guru. Adapun
keempat batang saka [=tiang] yang besar-besar itu lalu dinamakan sakaguru,
yang lebih tepatnya adalah sakaning guru atau saka ingkang nyanggi guru
[saka yang menyangga guru]. Penamaan ini disebabkan oleh karena setelah
terwujud menjadi empat buah cathokan maka segenap pengukuran dalam
membuat besar-kecilnya balungan griya maupun segenap tumpang, sama-
sama mengambil patokan ukuran pada keempat batang balandar-pangeret
tadi. Jadi, mengukur itu tidak boleh sekadar menduga-duga atau asal
mengukur semata."

Karena sifat keutamaan itulah maka konfigurasi Blandar-Pengeret diistilahkan


sebagai Guru ; Sedangkan 4 buah tiang penopangnya disebut sebagai Soko
Guru atau Sakaning Guru (tiang yang menyangga Guru).
Hal-hal tersebut di atas mencerminkan manusia Jawa yang dapat
digolongkan sebagai golongan masyarakat archaic yang menempatkan
kosmologi sebagai sesuatu yang penting dalam hidupnya. Yang meyakini
kehidupan ini dipengaruhi kekuatan yang muncul dari dirinya sendiri (Jagad Alit /
Mikrokosmos) dan kekuatan yang muncul dari luar dirinya atau alam sekitarnya
(Jagad Gede / Makrokosmos). Sehingga perwujudan dari konsep bentuk Rumah
Joglo merupakan refleksi dari lingkungan alamnya yang sangat dipengaruhi oleh
geometric, yang sepenuhnya dikuasai oleh kekuatan dari dalam diri sendiri; dan
pengaruh geofisik, yang sangat tergantung pada kekuatan alam lingkungannya.
Rumah Joglo memiliki struktur utama berupa struktur Rongrongan, yang terdiri
dari :

A. Umpak
B. Soko Guru
C. Sunduk
D. Sunduk Kili
E. Pengeret
F. Blandar
G. Tumpangsari

Tumpangsari merupakan pengakhiran dari struktur Rongrongan ditopang


oleh Beladar & Pengeret. Tumpangsari merupakan susunan balok menyerupai
piramida, dan bisanya dihiasi oleh ukiran yang sangat indah dan berfungsi
menopang bagian langit-langit Joglo (pamindhangan).
Tumpangsari merupakan susunan balok bertingkat pada bangunan Joglo.
Secara struktural berfungsi sebagai penopang atap Joglo. Sedangkan fungsi
arsitektural -merupakan bagian dari langit-langit utama struktur Rongrongan
(Umpak-Soko Guru-Sunduk-Belandar). Tumpangsari ditopang langsung oleh
balok Blandar dan Pengeret. Biasanya Tumpangsari dipenuhi oleh ukiran yang
sangat indah dan merupakan center point bagi interior bangunan Joglo.
Tumpangsari terbagi menjadi 2 bagian yaitu Elar dan Elen, dijabarkan sebagai
berikut :
A. Elar
 Berada diposisi lingkar luar konfigurasi Blandar-Pengeret ;
 Berfungsi sebagai penopang usuk dan struktur atap lainnya ;
 Berjumlah ganjil yaitu 3 (tiga) atau 5 (lima).
B. Elen
 Berada diposisi lingkar dalam konfigurasi Blandar-Pengeret;
 Berfungsi sebagai langit-langit struktur Rongrongan dan menopang papan
penutup langit-langit (Pamindhangan);
 Berjumlah ganjil yaitu 5 (lima), 7 (tujuh), atau 9 (sembilan).
Tumpangsari pada bangunan Joglo terbagi menjadi 2 grid persegi empat
yang sama dan simetris, yang dipisahkan dan ditopang tepat ditengah-tengah
oleh balok Dadapeksi.

Hubungan antara Soko Guru - Sunduk -Sunduk Kili menggunakan sistim


Purus. Sedangkan antara Soko Guru - Pengeret & Blandar menggunakan sistim
Cathokan.
Sistim persendian antara Umpak dan Soko Guru dapat berfungsi untuk
mengurangi getaran pada saat bencana gempa bumi. Sedangkan sistem Purus
& Canthokan yang bersifat jepit terbatas menjadikan atap berlaku sebagai bandul
yang menstabilkan bangunan saat menerima gaya gempa (berlaku seperti
pendulum).
Hal ini merupakan hasil karya manusia Jawa dalam mendesain bangunan
Joglo melalui proses trial by error mengingat letak geografis arsitektur bangunan
Joglo yang berada di daerah Gempa III (gempa sedang) yang membentang
sepanjang Cirebon sampai Banyuwangi.
Perluasan ruang dilakukan dengan penambahan struktur di sekeliling
struktur Rongrongan tersebut -dengan penambahan Soko Pengarak (tiang
samping). Bangunan Joglo dapat berfungsi sebagai ruang pertemuan (Pendopo)
maupun rumah (Omah). Pendopo merupakan bangunan yang bersifat publik
sehingga bangunan Joglo hanya merupakan struktur terbuka tanpa adanya
dinding pelingkup. Sedangkan Omah merupakan hunian yang memiliki ruang
yang bersekat-sekat. Biasanya Rumah Joglo memiliki dinding pelingkup
konstruksi kayu, dan memiliki bukan berupa jendela dan pintu (Gebyok).

 Keindahan / Estetika (Venustas)


Joglo adalah rumah adat masyarakat Jawa. Terdiri dari 2 bagian utama yakni
pendapa dan dalam. Bagian pendapa adalah bagian depan Joglo yang
mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan untuk
menerima tamu atau ruang bermain anak dan tempat bersantai keluarga. Bagian
dalam adalah bagian dalam rumah yang berupa ruangan kamar,ruang kamar
dan ruangan lainnya yang bersifat lebih privasi. Ciri-ciri bangunan adalah pada
bagian atap pendapanya yang menjulang tinggi seperti gunung.
Tak hanya megah, indah, sarat makna dan nilai-nilai sosiokultural, arsitektur
bangunan joglo juga dapat meredam gempa. Bagaimana desainnya? Sebuah
bangunan joglo yang menimbulkan interpretasi arsitektur Jawa mencerminkan
ketenangan, hadir di antara bangunan- bangunan yang beraneka ragam.
Interpretasi ini memiliki ciri pemakaian konstruksi atap yang kokoh dan bentuk
lengkung-lengkungan di ruang per ruang.
Rumah adat joglo yang merupakan rumah peninggalan adat kuno dengan
karya seninya yang bermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan
kebudayaan daerah yang sekaligus merupakan salah satu wujud seni bangunan
atau gaya seni bangunan tradisional.
Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah adat Kudus terdiri
atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo
(tumpang sembilan) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya. Struktur joglo
yang seperti itu, selain sebagai penopang struktur utama rumah, juga sebagai
tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk pencu.
Pada arsitektur bangunan rumah joglo, seni arsitektur bukan sekadar
pemahaman seni konstruksi rumah, juga merupakan refleksi nilai dan norma
masyarakat pendukungnya. Kecintaan manusia pada cita rasa keindahan,
bahkan sikap religiusitasnya terefleksikan dalam arsitektur rumah dengan gaya
ini.
Kesan yang akan timbul dari arsitektur bangunan tradisional joglo sering kali
terasa antik dan kuno, hal ini timbul melalui kehadiran perabot hingga pernak-
pernik pendukung bernuansa lawas yang dibiarkan apa adanya. Namun, dalam
penataan hunian bergaya ini tidak ada salahnya bila dikombinasikan dengan
gaya modern maupun minimalis.
ARSITEKTUR MODERN: GEDUNG OPERA SYDNEY

 Kegunaan / Fungsi (Utilitas)


Sydney Opera House adalah sebuah gedung pertunjukan seni yang paling
terkenal di Australia. Setiap harinya selalu ada pertunjukan seni di gedung yang
menjadi ikon kota Sydney itu. Pertunjukan seni yang biasanya ditampilkan di
Opera House antara lain konser musik pop, jazz, rock, musik rakyat, dansa,
drama, opera, teater, bioskop dan masih banyak lagi yang lainnya.

Fasilitas-fasilitas yang bisa kalian temukan di dalam Gedung Opera Sydney yakni
terdapatnya 1000 ruangan yang ada di dalam gedung, lalu terdapat 6 ruangan
utama yaitu Concert Hall, Drama Theatre, Playhouse, Studio, Reception Hall,
dan Opera Theatre. Selain itu fasilitas yang bisa ditemukan di Opera House
antara lain restoran mewah, ruang istirahat, ruang ganti dan toilet.
Selain sebagai tempat wisata dan gedung pertunjukan untuk publik, Opera
House juga menjadi markas dari kelompok musik Opera Australia, Sydney
Theatre Company, serta Sydney Symphony Orchestra.

 Kekuatan (Firmitas)
Sydney Opera House berdiri di atas tanahseluas 2,2 Ha dan luas bangunan
1,8 Ha dengan bentang bangunan 185 m x 120 m dan ketinggian atap mencapai
67 meter di atas permukaan laut. Atap terbuat dari 2194 bagian beton precast
yang masing-masingseberat 15,5 ton. Kesemuanya disatukan dengan kabel baja
sepanjang 350 km. Berat atap keseluruhan mencapai 27.230 ton yang dilapisi
1.656.056 keramik Swedia.
Berat bangunan 161.000 ton ditopang oleh 580 kostruksi baja yang ditanam
pada kedalaman 25 m di bawah permukaan laut. Penyangga atap terdiri dari 32
kolom beton yang masing-masing 2,5 meter persegi dengan struktur dinding
curtain wall.
Ditinjau dari Struktur Shell, Shell Design adalah rancangan yang sangat rumit,
atap pada merupakan bentuk metafora dengan menerapkan system shell free
form. Dimana bentuk shell yang ada tidak mengikuti pola geometri tetapi terikat
secara structural yang dalam hal ini bentuk geometri tetap ada tetapi bukan
merupakan factor utama. Shell pada Sydney opera house terbentuk dari proses
rotasional kearah vertical dengan lengkung dua arah (vertical dan horizontal)/
double curved shell dengan permukaan lengkung sinklastik.
1. Gaya Meredional
Meredional pada atap Sydney opera house berasal dari berat itu sendiri
yang kemudian gaya itu disalurkan melalui tulangan baja ke kolom
penyangga atap. Gaya meredional yang bekerja pada atap diatas dengan
mempertebal permukaan dan membentuk permukaannya menyerupai sirip-
sirip dengan tujuan agar permukaan lebih kaku.
2. Gaya Rotasional
Gaya rotasional bekerja kearah vertical mengikut ilengkung atap
kemudian beban disalurkan ke tanah melaui tiga kolom yang ada. Beban
tekan dan tarik disalurkan melalui tulangan atap.
3. Beban Lentur
Pertemuan atap dan dinding dibuat lebih tebal agar dapat menyokong
gaya yang bekerja pada arah vertical dan horizontal dari gaya meredional,
yang juga agar yang terjadi.
4. Kondisi Tumpuan
Kondisi tumpuan pada atap Sydney opera house sudah memenuhi syarat
tumpuan layak yang diizinkan untuk shell struktur, yaitu :
 Tumpuan yang disalurkan ke kolom mampu mengerahkan reaksi dari
membrane baik itu reaksi tekan maupun tarik, perpindahan gaya tekan
tarik yang bekerja pada permukaan cangkang.
 Perpindahan-perpindahan membrane pada perbatasan kulit kerang yang
timbul akibat tegangan dan regangan membrane diatasi dengan
memperkaku sudut- sudut pertemuan permukaan shell.
Kesimpulanya, tegangan- tegangan membrane adalah sedemikian kecil sehingga
dalam kasus Sydney Opera House, ketebalan kulit kerang ditentukan oleh
gangguan- gangguan lentur perbatasan, meskipun demikian tegangan-tegangan
yang ada harus tetap dievaluasi dalam usaha untuk :
 Tegangan-tegangan tarik yang mungkin terjadi dan menyediakan tulang tarik
yang cukup kuat disepanjang lengkungan atap.
 Tegangan tekan tertinggi pada puncak atap yang diselesaikan dengan
membuat perkuatan, sedangkan untuk tekanan tekuk terjadi pada sudut
pertemuan atap.
 Keindahan / Estetika (Venustas)

Sydney Opera House, gedung yang sangat ikonik di Australia,


mempunyai daya tarik baru. Pada malam hari pengunjung bisa melihat visual
cantik di atap gedung.
Animasi berupa lukisan-lukisan yang bercerita tentang alam ini
ditampilkan dalam bentuk animasi berdurasi tujuh menit. Nantinya kita akan
melihat lukisan cahaya seolah-olah menari di atap gedung.
Visual ini ditampilkan selain untuk menerangi pelabuhan, juga untuk
mengingatkan kembali warga lokal mengenai sejarah dan seni budaya Australia.
Beragam bentuk dan warna akan menghiasi gedung Opera Sydney pada malam
harinya.
Dilansir detikTravel pada situs CNN Travel, Senin (10/7/2017) animasi
tersebut bernama Badu Gill, yang artinya cahaya air. Gambar tersebut menari-
nari seperti di dalam air. Animasi tersebut menayangkan gambar seni tradisi suku
Aborigin. Mulai dari lukisan batu, hingga corak Melanesia.
Animasi ini diciptakan oleh para seniman yang mewakili masyarakat
Australia. Adapun yang berperan dalam mengerjakan proyek ini adalah Frances
Belle Parker, Alick Tipoti, Jenuarrie (Judith Warrie), mendiang Minnie Pwerle dan
mendiang Lin Onus (yang meninggal pada tahun 2006 dan 1996). Mereka sering
menciptakan karya yang bertemakan alam dan storytelling. Karya berupa gambar
nantinya dijadikan animasi dan ditambahi musik.
Animasi yang ditampilkan pada atap gedung tidak sekedar menampilkan
karya seni. Tetapi terdapat pesan di dalam karya tersebut. Gambar-gambar
tersebut menyampaikan pesan persatuan, bahwa dimanapun kita berada di
wilayah Australia, tetap itu kawasan Aborigin. Selain itu animasi juga membahas
permasalahan lingkungan.
Bila ingin melihat keindahan visual di Sydney Opera House, pengunjung
bisa datang langsung ke sini. Visual tersebut akan ditampilkan setelah sunset
dan jam 7 malam setiap harinya.
Sumber :
https://budayajawa.id/fungsi-rumah-joglo/
http://achmad-jf.blogspot.com/2012/06/mengulas-sistem-struktur-joglo-dan-
arti.html
http://ale-riqwan.blogspot.com/2013/03/nilai-keindahan-rumah-joglo.html
https://travel.detik.com/international-destination/d-3553750/sydney-opera-house-
jadi-keren-begini

Anda mungkin juga menyukai