Anda di halaman 1dari 23

BAJA

M. Prisma Syafrizal 19.84.0180


Nur Anissyah 19.84.0158
Satria Alfarizi 19.84.0188
DEFINISI UMUM
Baja adalah logam paduan dengan besi (Fe) sebagai unsur dasar dan karbon (C)
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,2 %
hingga 2,1 % berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengerasan pada kisi kristal atom besi. Baja karbon adalah baja yang mengandung
karbon lebih kecil 1,7 %, sedangkan besi mempunyai kadar karbon lebih besar dari 1.7 %.
Baja mempunyai unsur-unsur lain sebagai pemadu yang dapat mempengaruhi

Material baja unggul jika ditinjau dari segi kekuatan, kekakuan dan daktilitasnya. Jadi
tidak mengherankan jika di setiap proyek-proyek konstruksi bangunan (jembatan atau
gedung) maka baja selalu ditemukan, meskipun tentu saja volumenya tidak harus
mendominasi. Tinjauan dari segi kekuatan, kekakuan dan daktilitas sangat cocok dipakai
mengevaluasi struktur yang diberi pembebanan. Tetapi perlu diingat bahwa selain
kondisi tadi akan ada pengaruh lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup
struktur bangunannya. Jadi pada suatu kondisi tertentu, suatu bangunan bahkan dapat
mengalami kerusakan meskipun tanpa diberikan beban sekalipun (belum berfungsi).
Jadi ketahanan bahan material konstruksi terhadap lingkungan sekitarnya adalah
penting untuk diketahui agar dapat diantisipasi baik.

Kelebihan material baja dibandingkan material beton atau kayu adalah karena buatan
pabrik, yang tentunya mempunyai kontrol mutu yang baik. Oleh karena itu dapat
dipahami bahwa kualitas material baja yang dihasilkannya relatif homogen dan
konsisten dibanding material lain, yang berarti juga lebih dapat diandalkan mutunya.
Di sisi lain karena merupakan hasil produk industri, agar prosesnya
menguntungkan harus diusahakan mencapai kondisi optimum. Untuk
itu diperlukan suatu kuantitas tertentu yang terkesan relatif monoton
serta tidak mudah dibuat variasinya. Itulah pentingnya dibuat
standarisasi bentuk profil. Dari tabel profil baja yang ada terlihat
banyak sekali profil yang tersedia, tetapi dalam kenyataannya jika
peminatnya relatif sedikit maka profil yang jarang dipakai tentunya
tidak diproduksi banyak. Jadi akhirnya tidak semua profil pada tabel
dapat dipilih. Hanya profil-profil tertentu yang memang umum
(banyak) digunakan. Hal ini perlu diketahui insinyur perencana
konstruksi baja, jangan hanya berpedoman teoritis hitungan, karena
kalau sampai mengubah profil rencana dengan profil tersedia,
kemungkinan berubah pula detail sambungan yang dibuat. Jika ini
tidak dipikirkan waktu dapat terbuang sia-sia.
Tidak ada jaminan bahwa lokasi pabrik baja akan berdekatan dengan
proyek atau bengkel fabrikasi, sehingga panjang profil baja ditentukan
oleh kemampuan kendaraan transportasi pengangkut (truk atau
kapal) dan jalur transportasi (darat atau air) yang akan dilaluinya.
KELEBIHAN BAJA SEBAGAI MATERIAL STRUKTUR
1. Kekuatan Tinggi
Kekuatan yang tinggi dari baja per satuan berat mempunyai konsekuensi bahwa beban
mati akan kecil. Hal ini sangat penting untuk jembatan bentang panjang, bangunan
tinggi, dan bangunan dengan kondisi tanah yang buruk.

2. Keseragaman
Sifat baja tidak berubah banyak terhadap waktu, tidak seperti halnya pada struktur
beton bertulang.

3. Elastisitas
Baja berperilaku mendekati asumsi perancang teknik dibandingkan dengan material lain
karena baja mengikuti hukum Hooke hingga mencapai tegangan yang cukup tinggi.
Momen inersia untuk penampang baja
dapat ditentukan dengan pasti dibandingkan dengan penampang beton bertulang.

4. Permanen
Portal baja yang mendapat perawatan baik akan berumur sangat panjang, bahkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi tertentu baja tidak memerlukan
perawatan pengecatan sama sekali.
5. Daktilitas
Daktilitas didefinisikan sebagai sifat material untuk menahan deformasi yang besar tanpa keruntuhan
terhadap beban tarik. Suatu elemen baja yang diuji terhadap tarik akan mengalami pengurangan
luas penampang dan akan terjadi perpanjangan sebelum terjadi keruntuhan. Sebaliknya pada
material keras dan getas (brittle) akan hancur terhadap beban kejut. SNI 03-1729-2002 mendefinisikan
daktilitas sebagai kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan deformasi inelastis
bolak-balik berulang (siklis) di luar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar
kemampuan daya dukung bebannya. Beban normal yang bekerja pada suatu elemen struktur akan
mengakibatkan konsentrasi tegangan yang tinggi pada beberapa titik. Sifat daktil baja
memungkinkan terjadinya leleh lokal pada titik-titik tersebut sehingga dapat mencegah keruntuhan
prematur. Keuntungan lain dari material daktil adalah jika elemen struktur baja mendapat beban
cukup maka akan terjadi defleksi yang cukup jelas sehingga dapat digunakan sebagai tanda
keruntuhan.

6. Liat (Toughness)
Baja strukur merupakan material yang liat artinya memiliki kekuatan dan daktilitas. Suatu elemen baja
masih dapat terus memikul beban dengan deformasi yang cukup besar. Ini merupakan sifat material
yang penting karena dengan sifat ini elemen baja bisa menerima deformasi yang besar selama
pabrikasi, pengangkutan, dan pelaksanaan tanpa menimbulkan kehancuran. Dengan demikian
pada baja struktur dapat diberikan lenturan, diberikan beban kejut, geser, dan dilubangi tanpa
memperlihatkan kerusakan. Kemampuan material untuk menyerap energi dalam jumlah yang cukup
besar disebut toughness.

7. Tambahan pada Struktur yang Telah Ada


Struktur baja sangat sesuai untuk penambahan struktur. Baik sebagian bentang baru maupun seluruh
sayap dapat ditambahkan pada portal yang telah ada, bahkan jembatan baja seringkali diperlebar,
dll.
Kelebihan lain dari materia baja struktur adalah:
 kemudahan penyambungan baik dengan baut, paku keling
maupun las,
 cepat dalam pemasangan,
 dapat dibentuk menjadi profil yang diinginkan,
 kekuatan terhadap fatik,
 kemungkinan untuk penggunaan kembali setelah pembongkaran,
 masih bernilai meskipun tidak digunakan kembali sebagai elemen
struktur,
 adaptif terhadap prefabrikasi.
KELEMAHAN BAJA SEBAGAI MATERIAL STRUKTUR
1. Biaya Pemeliharaan
Umumnya material baja sangat rentan terhadap korosi jika dibiarkan terjadi kontak
dengan udara dan air sehingga perlu dicat secara periodik.

2. Biaya Perlindungan Terhadap Kebakaran


Meskipun baja tidak mudah terbakar tetapi kekuatannya menurun drastis jika
terjadi kebakaran. Selain itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik
sehingga dapat menjadi pemicu kebakaran pada komponen lain. Akibatnya,
portal dengan kemungkinan kebakaran tinggi perlu diberi pelindung. Ketahanan
material baja terhadap api dipersyaratkan dalam Pasal 14 SNI 03-1729-2002.

3. Rentan Terhadap Buckling


Semakin langsung suatu elemen tekan, semakin besar pula bahaya terhadap
buckling (tekuk). Sebagaimana telah disebutkan bahwa baja mempunyai
kekuatan yang tinggi per satuan berat dan jika digunakan sebagai kolom seringkali
tidak ekonomis karena banyak material yang perlu digunakan untuk memperkuat
kolom terhadap buckling.
4. Fatik
Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis. Dalam
perancangan perlu dilakukan pengurangan kekuatan jika pada elemen
struktur akan terjadi beban siklis.

5. Keruntuhan Getas
Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan keruntuhan
getas dapat terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi.
Jenis beban fatik dan temperatur yang sangat rendah akan memperbesar
kemungkinan keruntuhan getas (ini yang terjadi pada kapal Titanic).

Demikianlah pembahasan mengenai pengertian baja, serta kelebihan


dan kekurangan baja sebagai material struktur semoga dapat berguna
dan dapat membantu Anda dalam memahami tentang baja serta lebih
mengetahui tentang kekuatan material baja sebagai struktur bangunan.
ALAT-ALAT PADA SAMBUNGAN BAJA

Jenis-jenis sambungan struktur baja yang digunakan adalah


pengelasan serta sambungan yang menggunakan alat penyambung
berupa paku keling (rivet) dan baut. Baut kekuatan tinggi (high
strength bolt) telah banyak menggantikan paku keling sebagai alat
utama dalam sambungan struktural yang tidak dilas.
 Baut kekuatan tinggi
Dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM
sebagai A325 dan A490. Baut ini memiliki kepala segienam yang tebal
dan digunakan dengan mur segienam yang setengah halus
(semifinished) dan tebal. Bagian berulirnya lebih pendek dari pada
baut non-struktural, dan dapat dipotong atau digiling (rolled).
Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan
tegangan tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit
(klem/clamping force) pada sambungan. Oleh karena itu,
pemindahan beban kerja yang sesungguhnya pada sambungan
terjadi akibat adanya gesekan (friksi) pada potongan yang
disambung. Sambungan dengan baut kekuatan tinggi dapat
direncanakan sebagai tipe geser (friction type), bila daya tahan
gelincir (slip) yang tinggi dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu
(bearing type), bila daya tahan gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan.
 Paku keling
Sudah sejak lama paku keling diterima sebagai alat penyambung
batang, tetapi beberapa tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di
Amerika. Paku keling dibuat dari baja batangan dan memiliki bentuk
silinder dengan kepala di salah satu ujungnya.
Proses pemasangannya adalah pertama paku keling dipanasi hingga
warnanya menjadi merah muda kemudian paku keling dimasukkan ke
dalam lubang, dan kepalanya ditekan sambil mendesak ujung lainnya
sehingga terbentuk kepala lain yang bulat. Selama proses ini, tangkai
(shank) paku keling mengisi lubang (tempat paku dimasukkan) secara
penuh atau hampir penuh, sehingga menghasilkan gaya jepit (klem).
Namun, besarnya jepitan akibat pendinginan paku keling bervariasi
dari satu paku keling ke lainnya, sehingga tidak dapat diperhitungkan
dalam perencanaan. Paku keling juga dapat dipasang pada
keadaan dingin tetapi akibatnya gaya jepit tidak terjadi karena paku
tidak menyusut setelah dipasang.
 Baut Hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai
ASTM A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah. Namun,
baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah
karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu
sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur yang ringan,
batang sekunder atau pengaku, anjungan (platform), gording, rusuk
dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil
dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung
sementara pada sambungan yang menggunakan baut kekuatan
tinggi, paku keling, atau las. Baut hitam (yang tidak dihaluskan)
kadang-kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta kepala
dan murnya dapat berbentuk bujur sangkar.
 Baut Sekrup (Turned Bolt)
Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin
dari bahan berbentuk segienam dengan toleransi yang lebih kecil
(sekitar 5'0 inci.) bila dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama
digunakan bila sambungan memerlukan baut yang pas dengan
lubang yang dibor, seperti pada bagian konstruksi paku keling yang
terletak sedemikian rupa hingga penembakan paku keling yang baik
sulit dilakukan. Kadang-kadang baut ini bermanfaat dalam
mensejajarkan peralatan mesin dan batang struktural yang posisinya
harus akurat. Saat itu baut sekrup jarang sekali digunakan pada
sambungan struktural, karena baut kekuatan tinggi lebih baik dan lebih
murah.
 Baut Bersirip (Ribbed Bolt)
Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa, dan berkepala bundar dengan
tonjolan sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai sebagai
alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya pada baut bersirip
dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut tersebut.
Dalam pemasangan baut bersirip, baut memotong tepi keliling lubang sehingga
diperoleh cengkraman yang relatif erat. Jenis baut ini terutama bermanfaat pada
sambungan tumpu (bearing) dan pada sambungan yang mengalami tegangan
berganti (bolak-balik).

Variasi dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergerigi (interference-body
bolt.) yang terbuat dari baja baut A325. Sebagai pengganti sirip longitudinal, baut
ini memiliki gerigi keliling dan sirip sejajar tangkainya. Karena gerigi sekeliling tangkai
memotong sirip sejajar, baut ini kadang-kadang disebut baut bersirip terputus
(interrupted-rib). Baut bersirip sukar dipasang pada sambungan yang terdiri dari
beberapa lapis pelat. Baut kekuatan tinggi A325 dengan tangkai bergerigi yang
sekarang juga sukar dimasukkan ke lubang yang melalui sejumlah plat; namun,
baut ini digunakan bila hendak memperoleh baut yang harus mencengkram erat
pada lubangnya. Selain itu, pada saat pengencangan mur, kepala baut tidak
perlu dipegang seperti yang umumnya dilakukan pada baut A325 biasa yang
polos.
JENIS SAMBUNGAN BAJA
Menurut AISC 1.2 dan AISC 2.1 kontruksi baja dibedakan atas tiga kategori :
1. Jenis 1 AISC
Sambungan portal kaku, yaitu memiliki kekakuan penuh sehingga sudut-
sudutnya tidak berubah ( restain ) sekitar 90%.
2. Jenis 2 AISC
Sambungan kerangka sederhana ( simple framing), yaitu suatu kerangka
dapat dikatakan sempurna jika sudut semula antara perpotongan dapat
berubah 80% dari perubahan teoritis yang menggunakan sambungan sendi
tanpa gesekan ( frictionless ).
3. Jenis 3 AISC
Sambungan kerangka semi-kaku, ialah sambungan yang pengekangan
rotasinya berkisar antara 20 – 90% untuk mencegah perubahan sudut. AISD
menyatakan jika perencanaan kontruksi berdasarkan jenis 3 dapat
diterapkan jika ‘’ sambungan balok dan gelagar memiliki derajat
pengekangan momen yang dapat diandalkan dan jelas berada diantara
ketegaran ( rigidity) jenis 1 dan fleksibelitas jenis 2.’’
 Sambungan Balok Sederhana
Sambungan sederhana untuk jenis 2 AISC biasanya digunakan untuk
menyambung suatu balok dengan balok lainnya atau sambungan ke
sayap kolom. Untuk jenis sambungan ini biasanya dibuat standar dan
untuk info lebih lanjut lihat pada AISC manual “ frame beam connection ”.
sambungan ini, bagian siku dibuat sefleksibel mungkin.
Dalam praktek fabrikasi dewasa ini, sambungan bengkel biasanya dilas,
sedangkan sambungan dilapangan dapat dibaut atau dilas. Akhir-akhir ini
ada beberapa perencanaan menggunakan sambungan plat ujung yang
dilas ke badan suatu balok dan dibaut ke balok atau kolom lainnya. Bila
profil siku biasanya disebut siku penjepit ( clip angle ), yang dipakai untuk
menyambung balok dengan kolom, maka siar antara keduanya ½ inci
dengan demikian jika balok terlalu panjang (dalam batas toleransi) dan
siku tersebut bisa bergeser tanpa harus dipotong. Untuk jumlah baut
berkekuatan tinggi yang dibutuhkan didasarkan pada gaya geser yang
berlangsung dengan mengabaikan eksentrisitas beban, sedangkan
panjang dan ukuran las ditentukan dengan memperhitungkan eksentrisitas
beban.
 Tegangan Lentur Pada Siku Penyambung
Gaya tarik T per inci di puncak siku tersebut dihitung berdasarkan
momen yang bekerja ( reaksi P kali eksitensi beban e yang diukur dari
garis alat penyambung A atau garis berat las A ) untuk menghitung
tegangan puncak diujung siku. Jika sambungan baut dianggap
sebagai balok dengan dua tumpuan jepit-jepit dan sambungan las
dianggap sebagai balok sederhana.
Untuk sambungan sederhana, deformasi siku harus memadai agar
sambungan mendekati kondisi tumpuan sederhana.
 Kapasitas las yang memikul gaya geser dan tarik pada sambungan
siku
Di lapangan sering kita jumpai sambunggan las. Namun para ahli
masih berbeda pendapat dalam analisis kekuatan sambungan ini.
 Sambungan balok dengan kedudukan - tanpa perkuatan
Sambungan balok sederhana atau disebut juga sambungan penghubung
ke badan balok, namun balok dapat ditumpu pada suatu dudukan dan
perkuatan ataupun tanpa perkuatan. untuk dudukan harus selalu
digunakan bersama siku atas pemegang yang hanya berfungsi sebagai
sokong samping ( lateral support) bagi sayap tekan.

 Sambungan dudukan dengan perkuatan


Bila reaksi dudukan tanpa perkuatan terlampau berat, siku dudukan pada
kontruksi baut dapat diperkuat, atau dudukan dengan perkuatan yang
berbentuk Tdapat digunakan pada kontruksi las. Ada dua jenis
pembebanan dasar yang bekerja pada dudukan dengan perkuatan :
salah satu yang umum ialah reaksi disalurkan oleh badan balok langsung
pada garis perkuatan. Jenis lainnya ialah arah balok sedemikian rupa
hingga bidang badannya tegak lurus bidang perkuatan .
N= P/(0,75F_y t_w )- k≥k
 Sambungan menerus balok ke kolom
Sambungan ini berguna untuk memindahkan semua momen dan
memperkecil atau meniadakan rotasi batang pada sambungan. Dalam
perencanaan sambungan yang perlu diperhatikan adalah penyaluran
beban melalui sambungan, dan deformasi setempat yang terjadi.

 Sambungan menerus balok ke balok


Tujuan utama sambungan balok ke balok ialah menyalurkan gaya tarik
pada salah satu sayap balok ke balok yang lainnya yang bertemu di sisi
gelagar yang lain. Sambungan ini dapat dibedakan atas dua kategori : (1)
sambungan dimana sayap-sayap tarik yang bertemu tidak disambung
secara tegar antara satu dengan yang lainnya, (2) sambungan dimana
sayap –sayap tarik yang bertemu di sambung secara tegar.
Pada perencanaannya harus mendapatkan faktor keamanan:
σy2 = σ12 + σ22 + σ1σ2
dimana : σ1 dan σ2 adalah tegangan utama yang bekerja.
 Sambungan Sudut Portal Kaku
Sudut portal kaku telah banyak diselidiki, dan konsep perencanaannya telah diringkas
dalam ASCE Manual No. 41
Pemindahan Gaya Geser pada Sudut Lurus Tanpa Konsol atau Pelebaran
Dengan menganggap semua momen lentur di pikul oleh sayap dan jarak antara titik
berat sayap sama dengan 0,95 db, gaya sayap menjadi :
T=M/0,95D
Kapasitas geser badan sepanjang AB adalah
Vab = Fvtwdc
Dengan menyamakan pers. Kedua di atas serta menyelesaikannya untuk tw, kita peroleh :
t=M/F(0,95D)d
Sambungan Lurus Dengan Pelebaran Lurus
Perencanaan sudut dengan pelebaran lurus harus memperhatikan tifa faktor sebagai
berikut : (1) momen lentur sepanjang daerah yang diperlebar, (2) penyaluran gaya sayap
dan tegangan geser di dalam dan di sekitar bagian yang diperlebar, dan (3) daya tahan
terhadap tekuk setempat dan tekuk puntir lateral.
Dengan demikian, luas sayap yang di perlukan pada daerah yang diperlebar AB adalah :
A=A/cosβ
Dimana : A di atas= luas sayap tekan di luar daerah yang di perlebar.
 Alas Kolom
Ada dua masalah utama yang perlu diperhatikan dalam perencanaan alas
kolom, pertama, gaya tekan pada sayap kolom harus disebar oleh plat (base
plat) ke media penyanggah sedemikian rupa sehingga rupa hingga
tegangan tumpunya masih dalam batas – batas yang diijinkan oleh
spesifikasi. Masalah kedua berkaitan dengan sambungan pada alas dan
kolom ke pondasi beton.
Alas kolom umumnya harus menahan momen di samping tekanan aksial,
sejumlah metode yang rumit tersedia untuk merencanakan alas penahan
momen, yang bervariasi tergantung pada besarnya eksentrisitas beban dan
detail penjangkaran yang khusus. Bila eksentrisitas beban , e = M/P,
sedemikian kecil sehingga tidak melampaui 1/6 dari dimensi plat N dalam
arah lentur (yakni pada bidang galih/kern/jarak1/3 dimensi dari pusat plat)
rumus tegangan gabungan yang biasa berlaku. Jadi untuk e yang kecil,
f = ( P)/A±M/S
dengan M = Pe
S = Ar2/(N/2)= AN/6
r2= N2/12
f = ( P)/A±6Pe/AN= ( P)/A [1±6e/N]
dimana N = dimensi plat dalam arah lentur.
 Sambungan Balok
Ada beberapa alasan yang menyebabkan balok profil giling atau
gelegar plat harus di sambung , seperti (1) panjang yang tersedia dari
pabrik lebih pendek dari bentangan; (2) fabrikator berpendapat
penyambungan lebih ekonomis walaupun panjang penuh tersedia di
pasaran; (3) perencana hendak memanfaatkan sambungan sebagai
alat bantu untuk menghasilkan lengkungan (cembering); dan (4)
perencana hendak merubah penampang agar sesuai dengan variasi
kekuatan yang diperlukan sepanjang bentang.
Sambungan direncanakan terhadap momen M dan gaya geser V
yang terjadi di titik sambungan , atau direncanakan terhadap harga
yang lebih besar sesuai dengan spesifikasi.
Sambungan umumnya terletak padadaerah dimana gaya geser tau
momen lentur sedemikian kecil sehingga seringkali perencana hanya
harus memenuhi kekuatan minimum yang di syaratkan oleh spesifikasi.
DIMENSI BAJA

SNI BAJA
SNI : 1729-2015

Anda mungkin juga menyukai