Material baja unggul jika ditinjau dari segi kekuatan, kekakuan dan daktilitasnya. Jadi
tidak mengherankan jika di setiap proyek-proyek konstruksi bangunan (jembatan atau
gedung) maka baja selalu ditemukan, meskipun tentu saja volumenya tidak harus
mendominasi. Tinjauan dari segi kekuatan, kekakuan dan daktilitas sangat cocok dipakai
mengevaluasi struktur yang diberi pembebanan. Tetapi perlu diingat bahwa selain
kondisi tadi akan ada pengaruh lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup
struktur bangunannya. Jadi pada suatu kondisi tertentu, suatu bangunan bahkan dapat
mengalami kerusakan meskipun tanpa diberikan beban sekalipun (belum berfungsi).
Jadi ketahanan bahan material konstruksi terhadap lingkungan sekitarnya adalah
penting untuk diketahui agar dapat diantisipasi baik.
Kelebihan material baja dibandingkan material beton atau kayu adalah karena buatan
pabrik, yang tentunya mempunyai kontrol mutu yang baik. Oleh karena itu dapat
dipahami bahwa kualitas material baja yang dihasilkannya relatif homogen dan
konsisten dibanding material lain, yang berarti juga lebih dapat diandalkan mutunya.
Di sisi lain karena merupakan hasil produk industri, agar prosesnya
menguntungkan harus diusahakan mencapai kondisi optimum. Untuk
itu diperlukan suatu kuantitas tertentu yang terkesan relatif monoton
serta tidak mudah dibuat variasinya. Itulah pentingnya dibuat
standarisasi bentuk profil. Dari tabel profil baja yang ada terlihat
banyak sekali profil yang tersedia, tetapi dalam kenyataannya jika
peminatnya relatif sedikit maka profil yang jarang dipakai tentunya
tidak diproduksi banyak. Jadi akhirnya tidak semua profil pada tabel
dapat dipilih. Hanya profil-profil tertentu yang memang umum
(banyak) digunakan. Hal ini perlu diketahui insinyur perencana
konstruksi baja, jangan hanya berpedoman teoritis hitungan, karena
kalau sampai mengubah profil rencana dengan profil tersedia,
kemungkinan berubah pula detail sambungan yang dibuat. Jika ini
tidak dipikirkan waktu dapat terbuang sia-sia.
Tidak ada jaminan bahwa lokasi pabrik baja akan berdekatan dengan
proyek atau bengkel fabrikasi, sehingga panjang profil baja ditentukan
oleh kemampuan kendaraan transportasi pengangkut (truk atau
kapal) dan jalur transportasi (darat atau air) yang akan dilaluinya.
KELEBIHAN BAJA SEBAGAI MATERIAL STRUKTUR
1. Kekuatan Tinggi
Kekuatan yang tinggi dari baja per satuan berat mempunyai konsekuensi bahwa beban
mati akan kecil. Hal ini sangat penting untuk jembatan bentang panjang, bangunan
tinggi, dan bangunan dengan kondisi tanah yang buruk.
2. Keseragaman
Sifat baja tidak berubah banyak terhadap waktu, tidak seperti halnya pada struktur
beton bertulang.
3. Elastisitas
Baja berperilaku mendekati asumsi perancang teknik dibandingkan dengan material lain
karena baja mengikuti hukum Hooke hingga mencapai tegangan yang cukup tinggi.
Momen inersia untuk penampang baja
dapat ditentukan dengan pasti dibandingkan dengan penampang beton bertulang.
4. Permanen
Portal baja yang mendapat perawatan baik akan berumur sangat panjang, bahkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi tertentu baja tidak memerlukan
perawatan pengecatan sama sekali.
5. Daktilitas
Daktilitas didefinisikan sebagai sifat material untuk menahan deformasi yang besar tanpa keruntuhan
terhadap beban tarik. Suatu elemen baja yang diuji terhadap tarik akan mengalami pengurangan
luas penampang dan akan terjadi perpanjangan sebelum terjadi keruntuhan. Sebaliknya pada
material keras dan getas (brittle) akan hancur terhadap beban kejut. SNI 03-1729-2002 mendefinisikan
daktilitas sebagai kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan deformasi inelastis
bolak-balik berulang (siklis) di luar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar
kemampuan daya dukung bebannya. Beban normal yang bekerja pada suatu elemen struktur akan
mengakibatkan konsentrasi tegangan yang tinggi pada beberapa titik. Sifat daktil baja
memungkinkan terjadinya leleh lokal pada titik-titik tersebut sehingga dapat mencegah keruntuhan
prematur. Keuntungan lain dari material daktil adalah jika elemen struktur baja mendapat beban
cukup maka akan terjadi defleksi yang cukup jelas sehingga dapat digunakan sebagai tanda
keruntuhan.
6. Liat (Toughness)
Baja strukur merupakan material yang liat artinya memiliki kekuatan dan daktilitas. Suatu elemen baja
masih dapat terus memikul beban dengan deformasi yang cukup besar. Ini merupakan sifat material
yang penting karena dengan sifat ini elemen baja bisa menerima deformasi yang besar selama
pabrikasi, pengangkutan, dan pelaksanaan tanpa menimbulkan kehancuran. Dengan demikian
pada baja struktur dapat diberikan lenturan, diberikan beban kejut, geser, dan dilubangi tanpa
memperlihatkan kerusakan. Kemampuan material untuk menyerap energi dalam jumlah yang cukup
besar disebut toughness.
5. Keruntuhan Getas
Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan keruntuhan
getas dapat terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi.
Jenis beban fatik dan temperatur yang sangat rendah akan memperbesar
kemungkinan keruntuhan getas (ini yang terjadi pada kapal Titanic).
Variasi dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergerigi (interference-body
bolt.) yang terbuat dari baja baut A325. Sebagai pengganti sirip longitudinal, baut
ini memiliki gerigi keliling dan sirip sejajar tangkainya. Karena gerigi sekeliling tangkai
memotong sirip sejajar, baut ini kadang-kadang disebut baut bersirip terputus
(interrupted-rib). Baut bersirip sukar dipasang pada sambungan yang terdiri dari
beberapa lapis pelat. Baut kekuatan tinggi A325 dengan tangkai bergerigi yang
sekarang juga sukar dimasukkan ke lubang yang melalui sejumlah plat; namun,
baut ini digunakan bila hendak memperoleh baut yang harus mencengkram erat
pada lubangnya. Selain itu, pada saat pengencangan mur, kepala baut tidak
perlu dipegang seperti yang umumnya dilakukan pada baut A325 biasa yang
polos.
JENIS SAMBUNGAN BAJA
Menurut AISC 1.2 dan AISC 2.1 kontruksi baja dibedakan atas tiga kategori :
1. Jenis 1 AISC
Sambungan portal kaku, yaitu memiliki kekakuan penuh sehingga sudut-
sudutnya tidak berubah ( restain ) sekitar 90%.
2. Jenis 2 AISC
Sambungan kerangka sederhana ( simple framing), yaitu suatu kerangka
dapat dikatakan sempurna jika sudut semula antara perpotongan dapat
berubah 80% dari perubahan teoritis yang menggunakan sambungan sendi
tanpa gesekan ( frictionless ).
3. Jenis 3 AISC
Sambungan kerangka semi-kaku, ialah sambungan yang pengekangan
rotasinya berkisar antara 20 – 90% untuk mencegah perubahan sudut. AISD
menyatakan jika perencanaan kontruksi berdasarkan jenis 3 dapat
diterapkan jika ‘’ sambungan balok dan gelagar memiliki derajat
pengekangan momen yang dapat diandalkan dan jelas berada diantara
ketegaran ( rigidity) jenis 1 dan fleksibelitas jenis 2.’’
Sambungan Balok Sederhana
Sambungan sederhana untuk jenis 2 AISC biasanya digunakan untuk
menyambung suatu balok dengan balok lainnya atau sambungan ke
sayap kolom. Untuk jenis sambungan ini biasanya dibuat standar dan
untuk info lebih lanjut lihat pada AISC manual “ frame beam connection ”.
sambungan ini, bagian siku dibuat sefleksibel mungkin.
Dalam praktek fabrikasi dewasa ini, sambungan bengkel biasanya dilas,
sedangkan sambungan dilapangan dapat dibaut atau dilas. Akhir-akhir ini
ada beberapa perencanaan menggunakan sambungan plat ujung yang
dilas ke badan suatu balok dan dibaut ke balok atau kolom lainnya. Bila
profil siku biasanya disebut siku penjepit ( clip angle ), yang dipakai untuk
menyambung balok dengan kolom, maka siar antara keduanya ½ inci
dengan demikian jika balok terlalu panjang (dalam batas toleransi) dan
siku tersebut bisa bergeser tanpa harus dipotong. Untuk jumlah baut
berkekuatan tinggi yang dibutuhkan didasarkan pada gaya geser yang
berlangsung dengan mengabaikan eksentrisitas beban, sedangkan
panjang dan ukuran las ditentukan dengan memperhitungkan eksentrisitas
beban.
Tegangan Lentur Pada Siku Penyambung
Gaya tarik T per inci di puncak siku tersebut dihitung berdasarkan
momen yang bekerja ( reaksi P kali eksitensi beban e yang diukur dari
garis alat penyambung A atau garis berat las A ) untuk menghitung
tegangan puncak diujung siku. Jika sambungan baut dianggap
sebagai balok dengan dua tumpuan jepit-jepit dan sambungan las
dianggap sebagai balok sederhana.
Untuk sambungan sederhana, deformasi siku harus memadai agar
sambungan mendekati kondisi tumpuan sederhana.
Kapasitas las yang memikul gaya geser dan tarik pada sambungan
siku
Di lapangan sering kita jumpai sambunggan las. Namun para ahli
masih berbeda pendapat dalam analisis kekuatan sambungan ini.
Sambungan balok dengan kedudukan - tanpa perkuatan
Sambungan balok sederhana atau disebut juga sambungan penghubung
ke badan balok, namun balok dapat ditumpu pada suatu dudukan dan
perkuatan ataupun tanpa perkuatan. untuk dudukan harus selalu
digunakan bersama siku atas pemegang yang hanya berfungsi sebagai
sokong samping ( lateral support) bagi sayap tekan.
SNI BAJA
SNI : 1729-2015