Anda di halaman 1dari 22

"Bukchon Hanok Village"

Ditengah belantara kota Seoul yang serba maju, terdapat sebuah sudut yang sangat bertolak belakang
dengan gedung-gedung pencakar langit itu. Disini kita bisa melihat dan merasakan jejak masa lalu Korea
Selatan dengan amat jelas. Ya, di Bukchon Hanok Village inilah rumah-rumah tradisinal Negeri Gingseng
ini berjajar rapi di sebuah desa yang masih amat tradisional.

Hanok adalah istilah yang digunakan untuk rumah tradisional Korea. Sedangkan Bukchon adalah nama
desa tempat hanok-hanok ini berdiri, tepatnya berada di sebelah utara kota Seoul. Beberapa bagian dari
Bukchon Village ini sudah berumur 600 tahun, namun hingga kini masih terawat dengan baik. Setiap
hari, Bukchon Village dikunjungi wisatawan asing maupun domestik. Itu mengapa desa ini sepertinya
sudah sangat siap menerima tamu kapanpun. Disini kita bisa naik turun bukit, melewati lorong-lorong
kecil dan melihat keindahan desa ini yang tertuang dalam penataan wilayah desa dan konstruksi
rumahnya. Setidaknya butuh waktu 2 jam untuk mengelilingi desa tradisional ini. Yang mengasyikkan
adalah panorama Bukchon Village yang dikelilingi gedung-gedung Seoul yang berarsitektur modern.

Bukchon Hanok Village terletak diantara Istana Gyeokbok, Istana Changdeok dan Jongmyo Shrine. Desa
ini membawa kita pada suasana Dinasti Joseon yang selama pemerintahannya memiliki dua desa yakni
di sebelah utara dan selatan. Desa di sebelah selatan terdiri dari rumah-rumah untuk pegawai kelas
rendahan. Sebaliknya yang berada di utara yang kemudian disebut Bukchon dibangun untuk pejabat
tingkat atas. Hunian di Bukchon Village ini dibangun dengan prinsip baesanimsu atau singkat kata mirip
dengan fengsui. Menurut prinsip baesanimsu lokasi rumah-rumah di Bukchon Village ini sangat baik
karena berada di lereng gunung yang dekat dengan aliran air, yakni sungai Han dan Cheonggye. Hal
tersebut dianggap membawa energi positif bagi kawasan ini. Salah satu karakteristik utama Bukchon
adalah topografinya. Di bagian selatan kawasan ini lebih rendah daripada bagian utara yang curam dan
tinggi atau membentuk seperti aliran air. Tak heran jika jalan-jalan utama daerah ini sejajar dengan
sungai. Berdasarkan sensus tahun 1906, 1.932 kepala keluarga yang tinggal di Bukchon berasal dari
keluarga bangsawan atau kelas atas.

Oleh pemerintah setempat, Bukchon Hanok Village sangat dijaga kelestariannya. Pasalnya, disinilah
kawasan terakhir di Seoul yang masih terdapat rumah-rumah tradisional. Total ada 80.000 Hanok di
Seoul namun saat ini hanya tersisa 12.000 dan 900 diantara terkonstrasi di Bukchon. Struktur unik
Hanok memang menjadi daya tarik utama desa ini. Hanok biasanya bertingkat dengan struktur yang
terbuat dari tanah liat, kayu dan batu. Atap genteng yang melengkung disebut Giwa. Bagian dalam
hanok biasanya terdiri dari banyak sekat yang memisahkan ruangan satu dengan yang lainnya.

Sumber :
http://korea.panduanwisata.id/korea-selatan-wisata-asia/seoul/melintasi-buchok-hanok-village-desa-di-
tengah-kota/

Kuliah Lapangan Arsitektur "BUKCHON HANOK VILLAGE"

BAB 1

SEJARAH BUKCHON

Kampung Hanok Bukchon (북촌 한옥마을) adalah sebuah kampung rumah tradisional Korea (hanok) di
Seoul, Korea Selatan. Bukchon berarti “Kampung Utara” dikarenakan berlokasi di sebelah utara Kali
Cheonggye (Cheonggyecheon) dan Jongno. Desa ini terletak di antara 2 istana paling indah di kota, yaitu
Gyeongbokgung dan Changdeokgung. Tidak seperti desa tradisional lainnya, Bukchon tidak dibangun
untuk wisatawan. Di sinilah kelas penguasa hidup selama Dinasti Joseon dan beberapa keturunan
aristokrasi masih berada di sini.

Kampung Hanok Bukchon memiliki lorong-lorong yang sempit dan menampilkan suasana kota Seoul
pada masa lalu. Rumah-rumah para bangsawan di kampung ini masih terpelihara dengan baik, dan
beberapa di antaranya menawarkan penginapan bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman
kehidupan tradisional Korea.

PERUBAHAN BUKCHON

Pada akhir Dinasti Joseon, tanah skala besar dipartisi menjadi situs bangunan berukuran kecil untuk
alasan sosial dan ekonomi. Diasumsikan bahwa hanok yang terletak berdekatan di desa dibangun
kembali sekitar tahun 1930. Perubahan bentuk hanok mencerminkan kepadatan masyarakat karena
urbanisasi di Korea dimulai pada waktu itu. Situs bersejarah Bukchon dan warisan budaya dari Dinasti
Joseon hingga zaman modern memberi tahu pengunjung tentang sejarah daerah ini.

DINASTI JOSEON
Salah satu ciri utama Bukchon adalah topografinya yaitu bentuk tanah dan aliran air. Bukcheon memiliki
dataran rendah di selatan dan dataran yang lebih tinggi atau lebih curam di utara. Saat air mengalir di
lembah, jalan utama di daerah ini sejajar dengan anak sungai. Jadi jalan di Bukcheon cenderung
membentang dari utara ke selatan.

Selama Dinasti Joseon, Bukchon adalah kota lingkaran tinggi karena fitur geografisnya. Bahkan hari ini
kita dapat menyaksikan di jalan-jalan seperti Samcheongdong-gil, Gahoe-ro, Gyedong-gil dan
Changdeokgung-gil.

Desa ini adalah jantung dari Hanyang (nama lama Seoul) antara Gyeongbokgung (Istana) dan
Changdeokgung (Istana) yang terletak di sisi selatan pegunungan. Menurut sensus pada tahun 1906,
43,6% dari 1.932 rumah tangga di Bukchon berasal dari keluarga bangsawan atau pejabat tinggi. Dari
sini, kita dapat melihat bahwa orang kelas atas berkumpul di Bukchon pada waktu itu.

BAB 2

JENIS - JENIS HANOK

A. Model hanok (한옥) berdasarkan geografis Korea

1. Hanok (한옥) model huruf Miem (ㅁ) atau Persegi

Hanok (한옥) model huruf Miem (ㅁ) ini adalah hanok (한옥) yang ruang-ruang bangunan rumah
disusun seperti bangun bidang persegi, atau huruf Miem (ㅁ) dalam aksara Korea.
Hanok (한옥) model ini membantu menghambat atau mengurangi angin dingin masuk ke bagian dalam
rumah.

Rumah model huruf miem (ㅁ) ini adalah model rumah yang banyak dimiliki oleh rakyat biasa yang
terdapat di wilayah Korea bagian utara dan bagian tengah.

2. Hanok (한옥) model huruf Giyeok/giyôk (ㄱ) atau Nien (ㄴ) atau letter L

Hanok (한옥) model huruf Nien (ㄴ) ini adalah model hanok (한옥) yang ruang-ruang bangunan rumah
disusun seperti huruf L dalam abjad. Dalam aksara Korea (Hangeul ~ 한글) menyerupai huruf Giyôk (ㄱ)
atau huruf Nien (ㄴ).Rumah model ini adalah model rumah rakyat biasa yang banyak terdapat di wilayah
Korea bagian selatan yang lebih hangat.

3. Model huruf I (ㅣ) atau Letter 1

Model hanok (한옥) yang seperti huruf I (ㅣ) ini adalah model hanok (한옥) yang ruang-ruang bangunan
rumah disusun seperti huruf I dalam abjad, atau huruf I (ㅣ) dalam aksara Korea.Rumah ini banyak
dimliki oleh para petani kecil yang terdapat di bagian tengah Korea.

Di Pulau Jeju yang udaranya lebih hangat daripada di wilayah utara dan dan wilayah tengah juga banyak
rumah yang model huruf I ini.
B. Jenis-Jenis hanok (한옥)

1. Umjib (움집) ~ Dugout Huts

Umjib (움집) adalah tipe rumah tradisional Korea yang berbentuk pondok berdinding jerami atau daun-
daunan kering. Model rumah seperti ini sudah ada sejak zaman Neolitikum.Dengan model rumah seperti
ini masyarakat Korea pada zaman bisa bertahan menghadapi dinginnya udara musim dingin. Penghangat
udara adalah tungku yang terdapat di tengah-tengah pondok.

Rumah model ini (움집) ini sudah mulai ditinggalkan masyarakat Korea lama sejak zaman tiga kerajaan
(삼국 시대~samguk sidê), karena mulai sejak zaman tersebut masyarakat Korea sudah tinggal di rumah
model hanok (한옥) yang dikenal sekarang.

2. Gwiteljib (귀틀집) ~ Log House

Gwiteljib (귀틀집) atau Log House adalah model rumah tradisional Korea yang dibuat dengan cara
menyusun atau menumpuk batang-batang kayu secara horizontal, berderet dari bawah sampai ke
atas.Untuk mentutupi rongga-rongga di sela-sela kayu, dan melindungi penghuni dari angin dingin,
rongga-rongga tersebut dilapisi atau ditutup dengan tanah liat.
Gwiteuljib ini disebut juga dengan bangteuljib (방틀집) atau teulmokjib (틀목집). Rumah tradisional
Korea yang seperti ini masih bisa dijumpai di Pulau ulleungdo dan beberapa daerah di daerah provinsi
Gangwon.

3. Neowajib (너와집) ~ Shingle Roof House

Neowajib/nôwajib (너와집) adalah jenis rumah tradisional Korea yang atapnya adalah atap sirap atau
atap terbuat dari potongan-potongan kayu pinus merah.Ukuran potongan-potongan kayu ini adalah 30
cm x 60 cm dan ketebalan 4 cm atau 5 cm. Kayu yang digunakan adalah kayu pohon pinus merah yang
sudah berumur lebih dari 200 tahun.

Potongan-potongan kayu ini disusun dan kemudian dihimpit dengan batu atau kayu pada bagian
atasnya. Keuntungan menggunakan atap dari potongan kayu ini adalah udara di dalam rumah tetap
hangat pada saat musim dingin dan pada saat musim panas udara di dalam rumah tetap segar. Rumah
model ini dulunya banyak terdapat di pegunungan Korea bagian tengah.

4. (초가집) ~ Thatced Roof House

Chogajib (초가집) adalah rumah tradisional Korea yang atapnya adalah berupa jerami, ilalang atau
daun-daunan. Bahan atap yang paling banyak digunakan adalah jerami karena jerami banyak tersedia
dan juga jerami menjaga rumah tetap hangat di musim dingan dan sejuk di musim panas.Rumah ini
biasanya dimiliki oleh rakyat biasa. Dinding rumah chogajib (초가집) ini terbuat dari tanah dan dipagari
oleh batu-batuan.

Di Korea bagian utara yang lebih dingin atap jeram dibuat lebih tebal dan bagian pinggirnya dibuat
menggantug leih rendah. Sementara di Korea bagian tengah atau selatan yang lebih hangat, atap dibuat
agak lebih tipis daripada di Korea bagian utara.
5. (기와집) ~ Tile Roof House

Giwajib (기와집) adalah rumah tradisional masyarakat Korea yang atapnya terbuat dari genteng. Model
rumah ini merupakan tempat tinggal kaum kelas atas seperti kaum bangsawan atau yangban (양반)
pada masa Dinasti Joseon/Josôn (조선) berkuasa di semenanjung Korea.

Giwajib (기와집) ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip confusion yang dianut oleh masyarakat
Joseon/Josôn (조선). Misalnya memisahkan ruangan antara ruanga kaum pria dengan ruangan kaum
wanita dan anak-anak. Rumah model atap genteng atau giwajib (기와집) inilah yang kemudian kita
kenal dengan sebutan hanok (한옥).

C. Bagian-bagian Hanok (한옥)

1. Cheoma/choma (처마)

Cheoma/choma (처마) adalah bagian ujung atap hanok yang melengkung. Choma/choma (처마)
merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi hanok karena panjang atau ukuran choma (처마)
menentukan jumlah sinar matahari dan angin yang masuk ke dalam rumah atau hanok (한옥).

Dengan demikian udara di dalam hanok pada saat musim dingin rumah tetap hangat sementara pada
musim panas rumah tetap segar.

Bentuk cheoma yang ujungnya melengkung dengan lembut merupakan salah satu bentuk artistik hanok
yang membuat hanok terlihat indah.

2. Bang (방)
Bang (방) adalah ruangan, maksudnya di sini adalah ruang-ruangan yang terdapat di dalam hanok.
Ruang-ruangan di dalam hanok dibuat berdasarkan aturan-aturan konfusian yang berkembang di Korea.
Konfusian mengatur pemisahan ruangan di dalam rumah antara ruangan untuk pria yang disebut
sarangbang (사랑방) dengan ruangan untuk wanita dan anak-anak anbang (안방).

a. Sarangbang (사랑방)

Sarangbang (사랑방) adalah ruangan untuk kaum pria atau kepala keluarga. Ruangan ini posisinya
berada di bagian paling depan bangunan rumah. Di sarangbang (사랑방) inilah kaum pria menerima
tamu dan belajar.

Di rumah petani dan rumah rakyat biasa yang ukurannya tidak besar, untuk memisahkan ruangan pria
(사랑방) dengan ruangan wanita dan anak-anak (안방) biasanya menggunakan byeongpung/byôngpung
(병풍) atau folding screen.

Tetapi rumah kaum bangsawan yang besar biasanya memisahkan bangunan antara bangunan untuk
kaum pria dan bangunan untuk kaum wanita dan anak-anak. Bangunan sarangbang (사랑방) yang
terpisah ini dengan disebut dengan sarangchae atau sarangchê (사랑채).

Di dalam sarangbang ini terdapat rak buku, meja belajar yang diatasnya tersedia 4 sahabat ruangan
pelajar atau yang dikenal dengan munbangsau (문방사우) atau empat harta karun dalam
belajar.Munbangsau (문방사우) ini adalah kertas, kuas, batang tinta dan batang tinta. Dan juga ada
folding screen yang berisi lukisan Four Gracious Plants, yaitu plum blossom, chrysanthemum, Orchid dan
bambu. Four gracias plants ini disebut dengan sagunja (사군자)

b. Anbang (안방)
Anbang (안반) dalah ruangan yang digunakan untuk kaum wanita dan anak-anak. Di sini tidak ada kaum
pria termasuk suami sendiri. Ruangan ini digunakan kaum wanita (isteri) untuk beraktifitas dan pada
malam hari berfungsi sebagai kamar tidur bersama suaminya.

Di ruangan ini terdapat lemari yang berfungsi sebagai tempat menyimpan buku, dokumen,
perlengkapan tidur seperti kasur dan selimut yang bisa dilipat dan disimpan. Di lantai juga ada kaca rias
yang disebut gyeongdae/gyôngdê (경대) yang terdapat dalam kotak kecil.

Di dalam rumah yang lebih besar bangunan yang terpisah untuk kaum wanita disebut dengan
anchae/anchê (안채). Bangunan ini berfungsi sebagai bangunan utama rumah. Di dalam anchê (안채) ini
ada ruang yang yang berada di depan anbang yang disebut dengan geonneonbang/ gônnônbang (
건넌방).

c. Sarangdaecheong (사랑대청)

Daecheong ~ dêchông (대청)atau sarangdaecheong (sarangdêchông ~ 사랑대청) adalah ruang terbuka


atau bisa juga disebut dengan teras atau koridor yang beratap yang menghubungkan ruangan utama
dengan bangunan depan yang menghadap ke halaman. Di sini biasanya digunakan keluarga untuk
berkumpul dan mengadakan perayaan khusus seperti pernikahan.

3. Bueok~buôk (부엌)

Bueok/buôk (부엌) adalah dapur. Posisi dapur lebih rendah sekitar 75 cm – 90cm daripada bangunan
utama rumah. Tungku di dapur berfungsi sebagai tempat memasak juga berfungsi sebagai sumber
pemanas tradisional (ondol ~ 온돌) bagi rumah-rumah tradisional Korea.

4. Ondol
Ondol (온돌) adalah sistem penghangat atau pemanas tradisional yang terdapat pada hanok. Tungku
ondol biasanya terdapat di dapur yang sekaligus digunakan untuk memasak. Tetapi ada juga yang
terdapat di bagian belakang rumah.

Di bawah lantai rumah tradisional korea yang lantainya dari kayu dibuat lorong yang digunakan sebagai
aliran penghangat rumah pada saat musim dingin. Lorong untuk aliran yang menghangatkan rumah ini
berpangkal pada bagian belakang tungku di dapur, menuju bawah lantai ruang keluarga dan kamar. Jadi
dengan demikian rumah-rumah tradisional Korea tetap hangat selama musim dingin.

Rumah-rumah tradisional korea di Pulau Jeju tidak dilengkapi dengan pemanas ondol, seperti halnya
rumah-rumah yang terdapat di wilayah utara dan tengah. Mereka memperoleh udara hangat pada saat
musim dingin dengan cara memanfaatkan panas yang berasal dari dapur.

5. Sadang (사당)

Sadang (사당), yaitu bangunan atau ruangan yang digunakan sebagai ruang abu atau ruang altar untuk
arwah para leluhur yang sudah meninggal.

6. Jangdokdae ~ jangdokdê (장독대)

Jangdokdê (장독대) adalah tempayan-tempayan tembikar yang digunakan untuk membuatan kimchi.
Jangdokini adalah sebutan untuk onggi (옹기 ~ tempayan tembikar) untuk pembuatan kimchi dan
doenjang, gochujang yang terletak di area halaman belakang atau samping rumah. Di Korea ada yang
disebut dengan kimjang (김장) yaitu membuat kimchi pada saat musim gugur untuk persediaan selama
musim dngin. Sekarang sih sudah ada lemari es khusus kimchi.

7. Soseldaemun ~ Soseldêmun (솟을대문)


Soseldêmun (솟을대문) adalah pintu gerbang utama hanok. Biasanya pintu gerbang yang seperti ini
terdapat di rumah-rumah bangsawan atau yangban (양반).

Bagian-bagian lain yang terdapat di dalam area rumah tradisional korea adalah:

Madang (마당) atau halaman rumah.

Haengnangchae ~ hêngnangchê (행랑채) atau bangunan untuk tempat tinggal para pelayan yang
berada di dekat pintu masuk.

Gwangchae ~ gwangchê (광채) atau bangunan untuk gudang.

D. Fasad dan Struktur

Struktur unik Hanok memang menjadi daya tarik utama desa ini. Hanok biasanya bertingkat dengan
struktur yang terbuat dari tanah liat, kayu dan batu. Atap genteng yang melengkung disebut Giwa.
Bagian dalam hanok biasanya terdiri dari banyak sekat yang memisahkan ruangan satu dengan yang
lainnya.

FASAD

STRUKTUR
pilar

atap

rangka atap

BAB 3

LANDSCAPE
INTERIOR

Web untuk download gambar :

http://nnissa96.blogspot.com/2018/04/kuliah-lapangann-arsitektur-bukchon.html?m=1

BUKCHON HANOK VILLAGE

I. INTRODUCTION & HISTORY

Bukchon Hanok Village (Hangeul: 북촌 한옥마을) adalah sebuah kampung rumah tradisional Korea
(hanok) di Seoul, Korea Selatan. Bukchon berarti “Kampung Utara” dikarenakan berlokasi di sebelah
utara Kali Cheonggye (Cheonggyecheon) dan Jongno. Desa ini terletak di antara 2 istana paling indah di
kota, yaitu Gyeongbokgung dan Changdeokgung. Hanok (Hangeul: 한옥) berarti rumah tradisional. Tidak
seperti desa tradisional lainnya, Bukchon tidak dibangun untuk wisatawan. Di sinilah kelas penguasa
hidup selama Dinasti Joseon dan beberapa keturunan aristokrasi masih berada di sini.

Kampung Hanok Bukchon memiliki lorong-lorong yang sempit dan menampilkan suasana kota Seoul
pada masa lalu. Rumah-rumah para bangsawan di kampung ini masih terpelihara dengan baik, dan
beberapa di antaranya menawarkan penginapan bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman
kehidupan tradisional Korea.

Hanok di Bukchon termasuk gaya dari periode yang berbeda, mulai dari akhir abad ke-19 hingga saat ini.
Jalan raya di daerah itu, dengan bangunan modernnya yang tinggi, adalah ciri khas dari daerah lain di
Seoul. Namun, dengan gang-gang sempit di jalanan ini, kita akan memasuki dunia yang sama sekali
berbeda, di mana tepian hanok yang berserakan erat hampir saling bersentuhan. Perbedaan yang sangat
mencolok antara modernitas dan tradisi ini sebagian besar berasal dari upaya pemerintah kota untuk
mengembangkan daerah Gangnam pada tahun 1970-an.

Dalam beberapa tahun terakhir, upaya yang lebih besar telah dilakukan untuk melestarikan hanok dan
menghidupkan kembali warisan budaya Korea ini. Bekas situs istana, Gyeongeundang dan Okchupdang
dari Jongchinbu, Rumah Yun Posun di Angukdong, dan situs Gwanghyewon masih tetap ada. Sementara
itu, pengrajin telah pindah ke Bukchon, mempertahankan dan merevitalisasi berbagai kerajinan
tradisional.

PERUBAHAN BUKCHON

Pada akhir Dinasti Joseon, tanah skala besar dipartisi menjadi situs bangunan berukuran kecil untuk
alasan sosial dan ekonomi. Diasumsikan bahwa hanok yang terletak berdekatan di desa dibangun
kembali sekitar tahun 1930. Perubahan bentuk hanok mencerminkan kepadatan masyarakat karena
urbanisasi di Korea yang dimulai pada waktu itu. Situs bersejarah Bukchon dan warisan budaya dari
Dinasti Joseon hingga zaman modern memberi tahu pengunjung tentang sejarah daerah ini.

DINASTI JOSEON

Salah satu ciri utama Bukchon adalah topografinya yaitu bentuk tanah dan aliran air. Bukcheon memiliki
dataran rendah di selatan dan datarang yang lebih tinggi atau lebih curam di utara. Saat air mengalir di
lembah, jalan utama di daerah ini sejajar dengan anak sungai. Jadi jalan di Bukcheon cenderung
membentang dari utara ke selatan.

Desa ini adalah jantung dari Hanyang (nama lama Seoul) antara Gyeongbokgung (Istana) dan
Changdeokgung (Istana) yang terletak di sisi selatan pegunungan. Menurut sensus pada tahun 1906,
43,6% dari rumah tangga di Bukchon berasal dari keluarga bangsawan keturunan atau klan kerajaan
keturunan Yangban. Dari sini, kita dapat melihat bahwa orang-orang kelas atas yang berkumpul di
Bukchon pada waktu itu.

PERIODE KOLONIAL JEPANG

Reputasi Bukchon sebagai desa orang-orang berpengaruh berlanjut ke pencerahan dan periode kolonial
Jepang.
Foto udara ini diambil pada tahun 1962, hampir semua bangunan di Bukchon adalah Hanoks kecuali
sekolah dan fasilitas umum.

Urbanisasi membuat Seoul kekurangan perumahan, oleh karena itu pembangunan yang didorong oleh
sektor swasta muncul, serta pengembang yang ingin mendapatkan keuntungan dari penjualan rumah
juga muncul.

Setelah tahun 1912, berbagai jenis hanok dibangun di tanah yang dipartisi ini. Pengembang membangun
rumah di gang-gang kecil dengan skala yang besar dan menyebar dengan cepat.

Setelah Kemerdekaan, hanok direformasi dan dibangun terus sampai awal 1960-an. Disebut hanok
reformasi karena berbeda dari yang sebelumnya dalam hal bahan yang digunakan seperti kaca dan ubin.

ZAMAN MODERN

· Pada 1970-an: Transfer Sekolah dan Perubahan Besar di Lanskap Bukcho

Proyek pengembangan distrik Yeongdong di akhir 1960-an hingga awal 1970-an di Gangnam (selatan
sungai) di Seoul. Ketika orang-orang di daerah Gangbuk (utara sungai) mulai pindah ke daerah Gangnam,
sekolah-sekolah di daerah Gangbuk juga dipindahkan ke daerah Gangnam. Misalnya, SMA Kyunggi
dipindahkan pada 1975 dan bekas bangunannya kemudian menjadi Perpustakaan Umum Jeongdok.
Whimoon High School pindah pada 1978 dan Hyundai membangun gedung kantor lima belas lantai di
tanah itu pada tahun 1983.

Setelah Changduk Girls 'High School pindah, Konstitusi Hyundai HQ Building dibangun pada tahun 1983,
setelah pindah dari Whimoon High School pada tahun 1978.

Hyundai HQ Building dibangun pada tahun 1983, setelah pindah dari Whimoon High School pada tahun
1978.

Pengadilan Korea dibangun di tempat itu. Transfer sekolah dan konstruksi bangunan baru inilah yang
merupakan faktor kunci dalam mengubah lanskap Bukchon.

· Pada tahun 1980-an: Perlambatan Pelestarian Hanok dan Membangun Bukchon Street

Perubahan lanskap menyebar dengan cepat membuat hanok harus dilindungi. Perlindungan hanok
dimulai pada tahun 1983. Namun, perlindungan saat itu dipimpin oleh pemerintah tanpa kesepakatan
atau diskusi dengan warga. Berdasarkan aturan untuk melindungi hanok di desa tersebut, pemerintah
menghancurkan banyak rumah hanok dalam membangun Bukchon Street. Itu sebabnya warga tidak
terkesan dengan upaya perlindungannya.
· Pada 1990-an: Penghancuran Hanoks dan Penyebaran Beberapa Bangunan Perumahan

Mengikuti permintaan warga untuk meringankan standar konstruksi, Pemerintah Seoul mengurangi
beberapa pembatasan. Misalnya, ketinggian bangunan yang baru diperbolehkan menjadi kurang dari 10
meter. Setelah itu, pembangunan beberapa bangunan perumahan menyebar dengan cepat.
Pembangunan beberapa bangunan perumahan yang tersebar di Wonseo-dong dan daerah lain di
Bukchon mencemari pemandangan desa.

· Di tahun 2000an: Upaya Baru untuk Memperindah Bukchon

Karena lanskap Bukchan yang berubah karena kehancuran hanok dan pembangunan bangunan berlantai
banyak, Seoul Development Institute (SDI) mengeluarkan kebijakan baru untuk memperindah Bukchon.
Dalam proses pembuatan kebijakan, SDI bekerja dengan penduduk, ahli, dan pejabat pemerintah.
Berbeda dari pembatasan sepihak sebelumnya, kebijakan baru ini membuat Data Pendaftaran Hanok
menjadi sukarela dan mendorong orang untuk memperbaiki rumah mereka dengan dukungan
pemerintah. Sejak tahun 2001, kebijakan tersebut telah memperindah Bukchon secara aktif melalui
peningkatan lingkungan hidup dan meningkatkan daya tariknya sebagai tempat tinggal.

Bukchon Hanok Village sekarang.

II. TYPOLOGY

Rumah tradisional Korea Selatan disebut dengan hanok (한옥). Hanok dibangun berdasarkan prinsip
fengshui yang dianut masyarakat Korea dimana rumah dibangun berdasarkan kondisi alam atau georafis
Korea yang berbukit dan bergunung serta iklim empat musim. Prinsip ini mengatur pembangunan hanok
membelakangi gunung dan dekat dengan air (sungai).
Tujuan membelakangi gunung adalah mengurangi udara dingin yang datang dari gunung masuk ke
dalam rumah. Aturan lainnya adalah bagian depan rumah menghadap ke arah selatan dan
menempatkan pintu masuk utama di bagian timur atau selatan.

Denah bangunan utama rumah dapat dikategorikan ke dalam dua atau tiga pola tata ruang. Pola-pola ini
ditentukan oleh berbagai cara menggabungkan ondol, maru, dan dapur.

Konstruksi hanok umumnya terbuat dari kayu, baik kerangkanya, jendela dan juga lantainya. Atap hanok
terbuat dari genteng sementara dinding hanok biasanya terbuat dari tanah. Lantai hanok lebih tinggi
sekitar setengah meter sampai satu meter dari tanah.

Model hanok berdasarkan geografis Korea:

1. Hanok (한옥) model huruf Miem (ㅁ) atau Persegi

2. Hanok (한옥) model huruf Giyeok (ㄱ) atau Nien (ㄴ) atau letter L

3. Hanok (한옥) model huruf I (ㅣ) atau Letter 1

4. Hanok (한옥) model huruf Deegut (ㄷ)

Hanok besar sulit ditemukan di Bukchon saat ini. Sebagian besar Bukchon terdiri dari hanok kecil
berbentuk "ㄷ" atau "ㅁ". Banyak hanok di Bukchon ditemukan sebagai klaster. Hanok juga telah
mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Bahan usang telah diganti, dan isolasi telah diganti
dengan menambahkan lapisan kedua pintu serta jendela. Rumah Bukchon memiliki kenyamanan
modern sambil melestarikan kayu alami. Hanok di sini telah diperbaharui agar ramah lingkungan dan
mudah diakses.

Hanok terdiri dari struktur satu lantai yang terbuat dari tanah liat, kayu dan batu. Mereka memiliki lantai
dipanaskan ondol dan atasnya oleh atap genting melengkung disebut giwa. Rumah Hanok, di wilayah ini,
Korea dibentuk untuk memodelkan huruf Korea geok (ㄱ) atau deegut (ㄷ). Ini memberi rumah halaman
yang indah di tengah-tengah struktur.

Model hanok yang terdapat di Bukchon:

1. Hanok (한옥) model huruf Miem (ㅁ) atau Persegi


Hanok model huruf Miem (ㅁ) ini adalah hanok yang ruang-ruang bangunan rumah disusun seperti
bangun bidang persegi, atau huruf Miem (ㅁ) dalam aksara Korea.

Hanok model ini membantu menghambat atau mengurangi angin dingin masuk ke bagian dalam rumah.

Rumah model huruf miem (ㅁ) ini adalah model rumah yang banyak dimiliki oleh rakyat biasa yang
terdapat di wilayah Korea bagian utara dan bagian tengah.

2. Hanok (한옥) model huruf Deegut (ㄷ)

Jenis-Jenis hanok (한옥):

1. Umjib (움집) ~ Dugout Huts

Tipe rumah tradisional Korea yang berbentuk pondok berdinding jerami atau daun-daunan kering.

2. Gwiteljib (귀틀집) ~ Log House

Model rumah tradisional Korea yang dibuat dengan cara menyusun atau menumpuk batang-batang
kayu secara horizontal, berderet dari bawah sampai ke atas.

3. Neowajib (너와집) ~ Shingle Roof House

Jenis rumah tradisional Korea yang atapnya adalah atap sirap atau atap terbuat dari potongan-potongan
kayu pinus merah.
4. Chogajib (초가집) ~ Thatced Roof House

Rumah tradisional Korea yang atapnya adalah berupa jerami, ilalang atau daun-daunan. Bahan atap
yang paling banyak digunakan adalah jerami karena jerami banyak tersedia dan juga jerami menjaga
rumah tetap hangat di musim dingan dan sejuk di musim panas.

5. Giwajib (기와집) ~ Tile Roof House

Rumah tradisional masyarakat Korea yang atapnya terbuat dari genteng. Model rumah ini merupakan
tempat tinggal kaum kelas atas seperti kaum bangsawan atau yangban.

Model rumah ini merupakan tempat tinggal kaum kelas atas seperti kaum bangsawan atau yangban
pada masa Dinasti Joseon berkuasa di semenanjung Korea.

Giwajib ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip confusion yang dianut oleh masyarakat Joseon.
Misalnya memisahkan ruangan antara ruanga kaum pria dengan ruangan kaum wanita dan anak-anak.

Rumah model atap genteng atau giwajib inilah yang kemudian kita kenal dengan sebutan hanok (한옥).
Jenis ini lah yang terdapat di Bukchon saat ini.

Bagian-bagian hanok:

1. Cheoma/choma (처마): Bagian ujung atap hanok yang melengkung.

2. Bang (방): ruang-ruangan yang terdapat di dalam hanok.


3. Bueok~buôk (부엌): dapur.

4. Ondol (온돌): sistem pemanas tradisional yang terdapat pada hanok.

5. Sadang (사당): bangunan atau ruangan yang digunakan sebagai ruang abu atau ruang altar untuk
arwah para leluhur yang sudah meninggal.

6. Jangdokdae (장독대): tempayan tembikar yang digunakan untuk membuat kimchi.

7. Soseldaemun (솟을대문): pintu gerbang utama hanok.

FASADE
STRUCTURE

III. LANDSCAPE

Gang-gang kecil Bukchon membentang di sepanjang sungai yang mengalir ke arah selatan dari
punggungan utara. Anak-anak berlari bermain, tetangga saling berbicara, sementara biji-bijian atau
paprika tersebar di halaman rumah agar kering. Sebuah gang yang benar-benar merupakan halaman
bersama yang dimiliki oleh semua penghuni. Dengan kenangan masa lalu, gang-gang di Bukchon masih
berharga sebagai pemandangan yang mewakili sejarah Seoul.

Bagian-bagian lain yang terdapat di dalam area rumah tradisional korea adalah:

1. Madang (마당) atau halaman rumah.


2. Haengnangchae (행랑채) atau bangunan untuk tempat tinggal para pelayan yang berada di dekat
pintu masuk.

3. Gwangchae (광채) atau bangunan untuk gudang.

LANDSCAPE

INTERIOR

http://cefia.aks.ac.kr:84

http://hanok.seoul.go.kr

http://ph.kyongbuk.co.kr

http://img.yonhapnews.co.kr

https://seoulsolution.kr/en/content/urban-regeneration-historic-neighborhood-bukchon

https://firstychrysant.wordpress.com/2012/06/12/%ED%95%9C%EC%98%A5-hanok-rumah-tradisional-
korea-korean-traditional-house/

http://annisatuss.blogspot.com/2018/04/bukchon-hanok-village.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai