Anda di halaman 1dari 33

TUGAS JEMBATAN 2

PERBEDAAN KARAKTER JEMBATAN BALOK, RANGKA, PELENGKUNG

Oleh :

Albert Hendrik Benaya (4117010010) 3-PJJ

Jurusan Teknik Sipil


Prodi Perancangan Jalan dan Jembatan

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


Jl. Prof. Dr. G.A Siwabessy, Kampus Baru UI Depok 16424
Telp : +6221 7270036, ext 217 ; Telp : +6221 7270044 ; Fax : (021) 7270034
http://pnj.ac.id/
JEMBATAN BALOK
Pengertian Jembatan Balok
Sebuah jembatan balok pada dasarnya adalah sebuah struktur
horizontal kaku yang sedang beristirahat pada dua dermaga, satu di
setiap akhir. Berat jembatan dan lalu lintas di atasnya secara langsung
didukung oleh dermaga. Berat melakukan perjalanan langsung ke bawah.
Kekuatan kompresi memanifestasikan dirinya di sisi atas geladak
jembatan balok (atau jalan). Hal ini menyebabkan bagian atas geladak
untuk mempersingkat.
Hasil kompresi pada bagian atas dek penyebab ketegangan di bagian
bawah dek. Ketegangan ini menyebabkan bagian bawah balok untuk
memperpanjang.
Ambil dua-by-empat dan letakkan di atas dua kosong susu peti - Anda
baru saja membuat sebuah jembatan balok mentah. Sekarang tempat
berat 50 pon di tengah-tengah itu. Perhatikan bagaimana kedua-by-empat
belokan. Sisi atas berada di bawah kompresi dan sisi bawah berada di
bawah ketegangan. Jika Anda terus menambahkan berat, akhirnya dua-
by-empat akan pecah. Sebenarnya, sisi atas akan gesper dan sisi bawah
akan snap.

Banyak balok jembatan yang Anda temukan di layang jalan


raya menggunakan beton atau baja balok untuk menangani
beban. Ukuran balok, dan khususnya tinggi balok, kontrol jarak bahwa
balok bisa span.Dengan meningkatkan ketinggian balok, balok memiliki
lebih banyak bahan untuk mengusir ketegangan.
Jembatan dengan material beton banyak digunakan dan perkembangan
teknologi jembatan beton sangat pesat baik teknologi strukturnya
maupun cara pelaksanaannya. Jembatan dengan material beton sering
dilaksanakan dengan cara cor ditempat atau dengan beton pracetak
dengan berbagai bentuk sesuai kegunaan. Konstruksi jembatan harus
dirancang dengan teliti dan cermat. Perancangan yang baik akan
melibatkan berbagai disiplin ilmu konstruksi Sipil. Berbagai kriteria
perencanaan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat
antara lain adalah dengan melakukan survei dan investigasi yang
meliputi :
1) Survei tata guna lahan,
2) Survei lalu-lintas,
3) Survei topografi,
4) Survei hidrologi,
5) Penyelidikan tanah,
6) Penyelidikan geologi,
7) Survei bahan dan tenaga kerja setempat.
Hasil survei dan investigasi tersebut sangat diperlukan sebagai dasar
untuk membuat rancangan teknik selanjutnya. Perencanaan struktur
jembatan yang ekonomis dan memenuhi syarat teknis ditinjau dari segi
keamanan serta rencana penggunaannya, merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk diupayakan. Dalam perencanaan teknis jembatan
perlu dilakukan identifikasi yang menyangkut beberapa hal antara lain:
1. Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun
lokasi jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
2. Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu
lintas.
3. Struktur tanah, geologi dan topografi serta kondisi sungai dan
perilakunya.
4. Pemilihan jenis struktur dan bahan konstruksi jembatan yang sesuai
dengan kondisi medan, ketersediaan material dan sumber daya manusia
yang ada.
5. Penguasaan tentang teknologi perencanaan, metode pelaksanaan,
peralatan, material/ bahan mutlak dibutuhkan dalam
perencanaanjembatan.
6. Analisis Struktur yang akurat dengan metode analisis yang tepat agar
diperoleh hasil perencanaan jembatan yang optimal.
Struktur Atas (Upper Structures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban
langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan,
beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi:
1) Trotoar:
a. Sandaran dan tiang sandaran,
b. Peninggian trotoar (Kerb),
c. Slab lantai trotoar.
2) Slab lantai kendaraan,
3) Gelagar (Girder),
4) Balok diafragma,
5) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
6) Tumpuan (Bearing).
Struktur Bawah (Sub Structures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas
dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan
hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan, untuk kemudian
disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh
pondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliputi :
1) Pangkal jembatan (Abutment),
a. Dinding belakang (Back wall)
b. Dinding penahan (Breast wall),
c. Dinding sayap (Wing wall)
d. Oprit, plat injak (Approach slab)
e. Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
f. Tumpuan (Bearing).
2) Pilar jembatan (Pier),
a. Kepala pilar (Pier Head),
b. Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
c. Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
d. Tumpuan (Bearing).

3) Pondasi Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban


jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau
pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis, antara
lain :
a) Pondasi telapak (spread footing)
b) Pondasi sumuran (caisson)
c) Pondasi tiang (pile foundation)
d) Tiang pancang kayu (Log Pile),
e) Tiang pancang baja (Steel Pile),
f) Tiang pancang beton bertulang (Reinforced Concrete Pile),
g) Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete
Pile),
h) Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place),
i) Tiang pancang komposit (Compossite Pile),

Berikut ini dapat dilihat ilustrasi komponen jembatan


Klasifikasi Jembatan Beton menurut bentuk Struktur Didasarkan pada
bentuk atau tipe stuktur jembatan, jembatan dibedakan dari bentuk
struktur Gelagar induknya yaitu Gelagar yang menopang seluruh elemen
struktur jembatan dan mentransfer seluruh beban struktur yang langsung
berhubungan dengan bangunan bawah. Adapun bentuk struktur
jembatan terdiri atas :
Jembatan Balok Monolit Beton Bertulang Merupakan Jembatan Beton
bertulang yang antara Gelagar Induk dan Pelat lantai Kendaraan dicor
bersamaan dan menyatu sebagai Balok ”T”. Seluruh struktur yang terdiri
dari Balok dan pelat lantai, yang juga sering diantara balok dipasang
balok anak atau balok diafragma menopang diatas Abutment , seperti
gambar berikut
Jembatan Balok Beton Prategang (Pre Strees) Gelagar Induk dari jembatan
ini merupakan balok beton bertulang yang diberi pra tegangan dari kabel
yang dipasang sedemikian rupa sehingga seluruh beban hidup jembatan
dapat di lawan dengan prategang yang didapat dari penarikan kabel
dalam tendon yang diletakkan di dalam balok tersebut. Jembatan ini
sering digunakan pada jembatan dengan bentang yang relatif panjang,
seperti pada jembatan layang mono rell, dan banyak yang lainnya.
Berikut ini perlu diketahui komponen tendon seperti terlihat dalam
gambar, agar dalam proses penggambaran dapat mengaplikasikan
dengan mudah.

Selongsong kabel tendon dimasukkan dengan posisi yang benar pada


cetakan beton beserta atau tanpa tendon dengan salah satu ujungnya
diberi angkur hidup dan ujung lainnya angkur mati atau kedua ujungnya
dipasang angkur hidup. Beton dicor dan dibiarkan mengeras hingga
mencapai umur yang mencukupi. Selanjutnya, dongkrak hidrolik
dipasang pada angkur hidup dan kabel tendon ditarik hingga mencapai
tegangan atau gaya yang direncanakan. Baji dipasang pada ujung angkur
untuk mencegah kabel tendon kehilangan tegangan akibat slip. Gaya
tarikan berpindah pada beton sebagai gaya tekan internal akibat reaksi
angkur. Ilustrasi hasil pengecoran girder I beton presstres terlihat dalam
gambar , a,b, dan c
Karakteristik dan Kegunaan Komponen Utama Jembatan
Pelat Lantai Kendaraan
Merupakan bagian konstruksi jembatan yang langsung menerima beban
lalu-lintas yang berjalan di atasnya, yang di dalam perencanaan
diperhitungkan terhadap beban hidup/muatan “T” dari tekanan gandar
roda kendaraan dan berat konstruksi yang dipikulnya (termasuk berat
sendiri lantai).
Trotoar
Merupakan bagian layanan jembatan yang digunakan untuk sarana
pejalan kaki, yang berada dibagian pinggir kiri-kanan lantai kendaraan.
Ketinggian permukaan lantai Trotoar dibuat lebih tinggi dari pada
ketinggian permukaan lapisan aus lantai kendaraan
Tiang Sandaran
Tiang sandaran yang dilengkapi dengan pipa sandaran merupakan
bagian struktur jembatan yang dipasang dibagian tepi luar lantai Trotoar
sepanjang bentang jembatan berfungsi sebagai pengaman untuk pejalan
kaki yang lewat diatas trotoar, dan merupakan konstruksi pelindung bila
terjadi kecelakaan lalu-lintas.
Balok Girder
Merupakan bagian konstruksi jembatan yang berfungsi memikul lantai
kendaraan yang kemudian meneruskan beban-beban tersebut kebagian
konstruksi di bawahnya. Tipikal balok girder berbagai bentuk, khusus
untuk konstruksi jembatan umumnya yang banyak berbentuk I, bentuk
Box (bentuk trapesium terbalik) yang dibahas dalam latihan tugas dalam
bab ini.
Tumpuan Jembatan
Sebagai bagian struktur yang diletakkan diatas abutmen dan pier head
sebagai landasan gelagar induk. Bahan yang sering digunakan sebagai
tumpuan ini adalah besi cor (berupa roll dan engsel), dan lempengan
super rubber elastic yang dilapisi pelat baja (bearing pad) seperti terlihat
pada Gambar.

Drainase
Drainase pada Jembatan berfungsi untuk mengalirkan air yang ada di
lantai kendaraan ke saluran pembuang sehingga tidak menggenangi
lantai kendaraan jembatan, yang sangat mengganggu lalu-lintas.
Abutment
Bagian yang memikul kedua pangkal jembatan yang terletak di ujung
bentang jembatan yang berfungsi untuk meneruskan seluruh beban
bangunan atas ke pondasi/tanah pendukung, bagian ini dibangun dari
bahan beton bertulang atau pasangan batu kali yang dilengkapi dengan
sayap Abutment (wing wall).
Pilar
Merupakan bagian lain dari bangunan bawah yang terletak di bentang
jembatan diantara pangkal jembatan, berfungsi seperti Abutment yang
membagi beban dan memperpendek bentang jembatan. Biasanya
dibangun dari beton bertulang atau tiang panjang (beton atau pipa baja)
dan di atasnya terdapat kepala pilar.
Pondasi
Pondasi berfungsi menyalurkan dan meratakan beban dari abutment ke
tanah pendukung. Penggunaan jenis pondasi tergantung dari kondisi
tanah pendukung.
Tahapan Penggambaran
Salah satu keuntungan Konstruksi Beton adalah dapat dicetak berbagai
bentuk dengan Formwork yang sesuai dengan keinginan. Demikian juga
halnya dengan Konstruksi Jembatan Beton, sangat banyak ditemui tipikal
konstruksinya mulai dari pondasi sampai ke struktur atas. Namun perlu
diingat bahwa struktur beton yang menerima beban tarik adalah besi
tulangan beton. Maka penempatan besi tulangan beton maupun tendon
dalam gambar struktur harus benar-benar tepat posisinya sesuai desain,
karena gambar desain memiliki peran penting sebagai pedoman
pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Tahapan Penggambaran sebagai berikut :
1. Pelajari konsep gambar dari prencana atau buat konsep gambar dalam
bentuk sketsa lengkap dengan dimensi dan jenis material yang dipakai
sesuai dengan data yang diberikan perencana.
2. Identifikasi tipikal konstruksi dan data perencanaan serta tentukan
jenis gambar yang dibutuhkan sesuai standar yang ditetapkan.
3. Persiapkan rencana setting gambar dengan program CAD, mulai
setting format kertas, dimensi, text style, dan layer. Nama-nama layer
dianjurkan agar disesuaikan dengan nama elemen-elemen garis gambar
dengan tujuan untuk memudahkan proses editing gambar.
4. Proses penggabaran dapat dilakukan terlebih dahulu dengan
menggambar situasi, gambar denah untuk mengetahui panjang dan lebar
konstruksi tersebut.
5. Selanjutnya dengan memproyeksikan gambar denah dengan
menggunakan garis bantu dapat di buat tampak depan, tampak samping
serta potongan memanjang atau melintang.
6. Proses penggambaran denah maupun tampak dapat juga dengan cara
menggambar komponen konstruksi, seperti girder, pilar, abutmen, dan
komponen lainnya.
7. Elemen gambar dapat dirobah dalam bentuk polyline dan disesuaikan
dengan nama layernya, lalu dilanjutkan dengan merakit elemen tersebut.
8. Bagian gambar yang tidak terlihat jelas, sedangkan konstruksinya sulit
dipahami, maka gambar tersebut dibuatkan detailnya pada bagian-
bagian yang dibutuhkan dengan skala yang sesuai dengan kebutuhan.
9. Untuk memudahkan proses penggambaran komponen gambar yang
satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Maka penggambaran dapat
dilakukan dengan mengedit gambar sebelumnya, dengan memanfaatkan
perintah-perintah AutoCAD secara optimal yang telah dipelajari
sebelumnya.
10. Semua gambar dilengkapi dengan notasi/legenda, ukuran yang
diperlukan.
11. Buat daftar material seperti; daftar baja, bar bending diagram, dan
lain-lain yang merupakan kelengkapan dari Shop Drawing guna untuk
memudahkan perkerjaan estimasi biaya dan pelaksanaan konstruksi
mengerjakan tugasnya.
12. Periksa semua kelengkapan dan kebenaran gambar setiap lembarnya,
selanjutnya sesuaikan dengan nama atau judul gambar, urutan
penomoran, skala gambar serta data-data yang dibutuhkan oleh gambar
tersebut sesuai fungsinya sebagaimana yang tercantum dalam dokumen
pekerjaan

Jembatan tidak standar


Jembatan non standar merupakan jembatan yang mempunyai
kompleksitas tinggi, baik dalam perancangan, pelaksanaan,
maupun pemeliharaannya. Biasanya jembatan non standar ini
merupakan jembatan-jembatan bentang panjang. Tipe jembatan non
standar terdiri dari: cable stayed bridge, suspension bridge, steel
arch bridge.

Jembatan tidak standar adalah jembatan yang belum distandarisasi


oleh pemerintah. Jembatan tidak standar digunakan untuk
penampang sungai yang panjang dan sangat panjang karena agar
lebih ekonomis jika dibandingkan menggunakan jembatan standar.
Jembatan tidak standar ini biasanya menggunakan material kuat
dan ringan serta memanfaatkan kabel sebagai elemen utama
konstruksi. Jembatan jenis ini memiliki kekhususan dalam segala
aspek perancangannya.

Jembatan Lengkung (Arch Bridge)

Jembatan lengkung adalah struktur setengah lingkaran dengan


abutmen di kedua sisinya. Desain lengkung (setengah lingkaran) secara
alami akan mengalihkan beban yang diterima lantai kendaraan jembatan
menuju ke abutmen yang menjaga kedua sisi jembatan agar tidak
bergerak kesamping.
Jembatan Arch sangat umum. Mereka dibangun dengan batu sebelum
jembatan besi dan baja diperkenalkan. Sebuah contoh yang baik terlihat
dalam gambar di bawah. Bangsa Romawi menggunakan jembatan
lengkung di seluruh Eropa dan banyak dari mereka yang masih berdiri
hari ini karena mereka sangat kuat.
Ketika menahan beban akibat berat sendiri dan beban lalu lintas, setiap
bagian pelengkung menerima gaya tekan, karena alasan itulah jembatan
pelengkung harus terdiri dari material yang tahan terhadap gaya tekan.
Walaupun lengkung tidak mengalami gaya tarik yang membuat
lengkung lebih efisien dari jembatan balok, namun kekuatan struktur
jembatan lengkung juga masih dibatasi. Misal, untuk jembatan yang
struktur utamanya diatas lantai kendaraan, semakin besar sudut
kelengkungannya (semakin tinggi lengkungannya) maka pengaruh gaya
tekan akan semakin kecil, namun itu berarti bentangnya menjadi lebih
kecil, jika diinginkan membuat jembatan pelengkung dengan bentang
panjang, maka sudut pelengkung harus diperkecil sehingga gaya
tekanpun menjadi lebih besar dan diperlukan abutmen yang lebih besar
untuk menahan gaya horizontal tersebut. Jadi sama seperti jembatan
balok bentang dari jembatan pelengkung juga dibatasi hingga 50 sampai
150 m.
Bentuk melengkung dari struktur memungkinkan berat sendiri
struktur disalurkan ke pondasi sebagai gaya normal tekan tanpa lenturan.
Hal ini sangat penting untuk material pasangan batu dan beton yang
memiliki kuat tekan relatif sangat tinggi dibandingkan kuat tariknya.,
bahan tersebut juga memiliki kekakuan yang sangat besar sehingga faktor
tekukan akibat gaya aksial tekan tidak menjadi masalah utama.
Karena bentuk struktur utamanya yang melengkung maka diperlukan
lantai kerja untuk lalu lintas yang bisa diletakkan diatas, dibawah, atau
diantara struktur utamanya.
Untuk struktur lengkung yang dikakukan oleh lantai kerjanya (Deck
Stiffened-arch) atau jembatan lengkung yang struktur utamanya diatas
lantai kerja, seperti pada jembatan Sydney Harbour, Australia, lantai kerja
tersebut harus lebih tebal dari lengkungnya karena lantai kerja harus
dapat mengatasi dari kemungkinan melentur/menekuk dan pelengkung
tetap menerima gaya tekan. Pada beberapa jembatan, lantai kerja bisa
lebih tipis dari balok sedehana biasa karena berat sendirinya sudah
ditopang oleh pelengkung dan lengkung bisa juga lebih tipis dari
pelengkung biasa karena sudah dikakukan oleh balok diatasnya. Karena
alasan inilah jembatan lengkung bisa membentang lebih panjang dari
jembatan balok.
Efesiensi pemakaian struktur pelengkung akan lebih tinggi lagi jika
lokasinya tepat seperti lembah ataupun sungai yang dalam dimana
pondasi melengkung terletak pada tanah keras. Masuk akal apabila
jembatan pelengkung adalah salah satu jembatan paling sederhana
karena jika kita membangun jembatan pelengkung di atas tanah keras
kita hanya memerlukan pelengkung tanpa memerlukan bagian yang lain.
Tanah keras tersebut bisa berperan sebagai abutmen dan kita bisa
menempatkan tanah atau batu disampingnya dengan sudut yang tepat
seperti terlihat pada gambar.
Pada tanah yang kurang keras kita perlu menyediakan abutmen yang
lebih besar untuk menahan gaya horizontal seperti yang terlihat pada
gambar.
Kegunaan dari abutmen ini adalah untuk membuat tegangan yang
terjadi akibat dorongan lengkung menurun sampai pada titik yang bisa
dipikul oleh tanah karena tanah mampu menerima tekan dan tanah tidak
akan bergerak lagi (selama tegangan tanah lebih besar dari tegangan yang
terjadi), biasanya juga ada gaya geser yang bekerja di daerah dekat
abutmen.
Jembatan lengkung pada awalnya terbuat dari batu, bata, besi cor, besi
tempa dan baja. Saat ini jembatan lengkung seperti beton pratekan dan
baja membuat jembatan lengkung bisa dibuat lebih panjang dan lebih
elegan

Kelebihan Jembatan Lengkung

 Keseluruhan bagian lengkung menerima tekan, dan gaya tekan ini


ditransfer ke abutmen dan ditahan oleh tegangan tanah dibawah
lengkung. Tanpa gaya tarik yang diterima oleh lengkung
memungkinkan jembatan lengkung bisa dibuat lebih panjang dari
jembatan balok dan bisa menggunakan material yang tidak
mampu menerima tarik dengan baik seperti beton.
 Bentuk jembatan lengkung adalah inovasi dari peradaban manusia
yang memiliki nilai estetika tinggi namun memiliki struktur yang
sangat kuat yang terbukti jembatan lengkung Romawi kuno masih
berdiri sampai sekarang.

Kekurangan Jembatan Lengkung

 Konstruksi jembatan lengkung lebih sulit daripada jembatan balok


karena pembangunan jembatan ini memerlukan metode
pelaksanaan yang cukup rumit karena struktur belum dikatakan
selesai sebelum kedua bentang bertemu di tengah-tengah. Salah
satu tekniknya dengan membuat "scaffolding" dibawah bentang
untuk menopang struktur sampai bertemu dipuncak.

A. The Keystone (Batu Kunci)

Batu kunci adalah batu yang paling penting dalam jembatan lengkung,
tanpa ini batu lengkungan akan runtuh. Memegang batu kunci
lengkungan bersama-sama.
Menggambar lengkungan batu batu kunci dan label. Jelaskan mengapa
Keystone sangat penting.
Cara Untuk Membangun Sebuah Arch

Sebelum lengkungan dapat dibangun kerangka kayu dibangun. Hal ini


memungkinkan batu untuk diletakkan di posisi. Frame dihapus setelah
batu berada di posisi.

Ini adalah jembatan


lengkung yang khas seperti
yang ditemukan
menyeberangi
banyak sungai di Inggris. Batu kunci itu dapat dilihat di pusat
lengkungan.

Jembatan busur adalah suatu tipe jembatan yang menggunakan


prinsip kestabilan dimana gaya-gaya yang bekerja di atas jembatan di
transformasikan ke bagian akhir lengkung atau abutment.
Dibandingkan dengan tipe jembatan yang lain, jembatan ini mampu
memberikan sistem yang kokoh pada struktural keseluruhan yang
ada pada jembatan tersebut. Transformasi beban pada jembatan
pelengkung sendiri merupakan salah satu kelebihan tipe jembatan ini.
Transformasi beban pada jembatan pelengkung berbeda-beda
disesuaikan dengan bentuk ikatan ataupun bentuk struktur baja yang
digunakan.
Bentuk ikatan dan bentuk struktural tersebut menjadikan
jembatan busur terbagi atas berbagai jenis tipe. Sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 2.1, jembatan busur dapat dibagi menjadi 11
jenis tipe dengan sistem konstruksi yang berbeda- beda. Berikut
beberapa jenis jembatan busur yang digunakan dalam sistem
konstruksi jembatan busur baja:
1. fixed arch, 7. trussed deck arch,
2. one-hinged arch, 8. trussed through arch (tied arc),
3. two-hinged arch, 9. trussed through arch,
4. three-hinged arch, 10.closed spandrel deck arch,
5. solid ribbed arch (tied arch), 11.open spandrel deck arch
6. spandrel braced (cantilever) arch,
Gambar 2.1 Tipe-Tipe Jembatan
Busur Sumber : Jurnal 2TS1 1921
UAJY, 2010

Jembatan busur dapat dibuat dari bahan batu, bata, kayu, besi
cor, baja maupun beton bertulang dan dapat digunakan untuk
bentang pendek maupun bentang panjang. Jembatan lengkung tipe
closed sprandrel deck arch biasa digunakan untuk bentang hanya sekitar
0.5 m sampai 2 m dan biasa disebut dengan gorong-gorong. Untuk
bentang besar jembatan busur dapat digunakan untuk bentang
sampai 500 m.
Pada perencanaan ini digunakan jembatan busur tipe sprandel
braced (cantilever) ”arch”. Jenis jembatan busur ini letak lantainya
berada tepat di springline busurnya, jembatan seperti ini biasanya
dibangun dengan menggunakan bahan baja dengan terdapat ikatan
pada busur atasnya.

- Struktur Atas Jembatan Busur


Menurut (Purnowo dkk, 2007) struktur atas jembatan adalah
bagian dari struktur jembatan yang secara langsung menahan beban
lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan bawah
jembatan: bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan
terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan,
sambungan siar muai, dan perlengkapan lainnya: struktur utama
bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, sistem
rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau busur.
Pada perencanaan jembatan ini digunakan sistem busur
dengan tambahan sistem sway bracing (komponen transversal yang
menghubungkan bagian dalam pelengkung) pada bagian
pelengkung baja atas. Sway bracing berfungsi sebagai pengikat
antara kedua pelengkung baja atas.

Gambar 2.2 Bagian-bagian Jembatan Pelengkung Baja


Sumber: Manual Pemeliharaan Jembatan Pelengkung Baja Dinas
PU, 2011
a. Deck Girder
Deck girder atau lantai jembatan termasuk ke dalam struktur
bangunan atas (Upper-Structure). Bagian ini berfungsi
langsung untuk memikul beban lalu lintas dan melindungi
terhadap keausan. Biasanya untuk jembatan busur baja
konstruksi deck menggunakan pelat dari beton bertulang
atau pelat baja.

b. Batang Lengkung (Arch)


Merupakan bagian dari struktur yang penting sekali karena
seluruh beban disepanjang beban jembatan dipikul olehnya.
B agian struktur ini mengubah gaya-gaya yang bekerja dari
beban vertikal dirubah menjadi gaya horisontal/tekan
sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi jembatan
tersebut. Dengan kelebihan utama dari jembatan busur
yaitu adanya gaya tekan yang mendominasi gaya pada
jembatan busur dan dengan adanya teknologi beton, baja,
maupun komposit yang
semakin maju, pada penggunaan material tersebut dapat
mengurangi bobot jembatan dan meningkatkan panjang
lantai jembatan. (Chen, Wai-Fah, Duan, Lian. Bridge
Engineering Handbook. London. 2000). Selain harus memiliki
kekuatan yang cukup, rangka batang juga harus memiliki
tinggi lengkung busur yang cukup dan ideal. Sehingga
kekuatan busur dapat optimum. Tinggi lengkung busur
tergantung pada panjang bentang jembatan.
Sedangkan dari segi materialnya jembatan busur dibagi menjadi:
 Masonry Arch (jembatan busur dari batu)

Gambar Jembatan busur batu


Jembatan busur bahan batu yang banyak ditemukan pada masa
lampau dan sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Pada masa Romawi
kuno, masonry arch berfungsi sebagai  “aqueduct”  (jembatan yang dibuat
untuk saluran air).
Setelah perkembangan zaman, jembatan tipe masonry arch mulai
dipakai sebagai jalur lalu lintas. Banyak berada di Eropa, seperti negara
Jerman, Inggris, Perancis, Italia, dan Spanyol.
2. Timber Arch (jembatan lengkung kayu)

Gambar Jembatan Lengkung Kayu


Jembatan ini terbuat dari kayu  laminasi  direkatkan,  juga disebut 
Gluelam  atau glulam,  adalah jenis  produk  kayu  struktural  yang
terdiri  dari beberapa lapisankayu  dimensioned  direkatkan.

3. Iron (jembatan lengkung besi)

Gambar Jembatan Kademangan


4. Steel (jembatan lengkung baja)
5. Concrete (jembatan lengkung beton)

Struktur Jembatan Busur dan Fungsinya


Komponen bagian dari jembatan busur terbagi dalam 2 komponen:
(1) Struktur atas dan (2) Struktur bawah
1. Struktur  Atas
Menurut Pranowo, dkk (2007) struktur atas jembatan adalah  bagian dari
struktur jembatan yang secara langsung menahan beban lalu lintas untuk
selanjutnya disalurkan ke bangunan bawah jembatan. Pendapat lain yang
dikemukakan Siswanto (1993) struktur atas jembatan adalah
bagianbagian jembatan yang memindahkan beban-beban lantai jembatan
kearah perletakan.bagian-bagian struktur bangunan atas tersebut terdiri
dari:
a.       Trotoar
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih
tinggi dari lantai kendaraan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal
cukup untuk dua orang berpapasan dan dipasang pada bagian kanan
serta kiri jembatan.
b.      Lantai Kendaraan
Lantai kendaraan adalah lintasan utama yang dilalui kendaraan. Lebar
jalur kendaraan yang diperkirakan cukup untuk berpapasan dua buah
kendaraan. Dimana lebar badan jalan adalah 7 meter.
c.       Gelagar lengkung
Bagian struktur ini mengubah gaya–gaya yang bekerja dari beban vertikal
dirubah menjadi gaya horizontal/tekan sehingga menjadi keuntungan
sendiri bagi jembatan tersebut.
d.      Balok lantai
Balok lantai berfungsi menerima beban lantai kendaraan, trotoar dan
beban lainnya dan menyalurkannya ke rangka utama.
e.       Spandrel columns
Berfungsi menyalurkan beban dari balok lantai ke gelagar lengkung.
f.        Ikatan Angin
Ikatan angin berfungsi untuk menahan atau melawan gaya yang
diakibatkan oleh angin, baik pada bagian atas maupun bawah jembatan.
g.      Landasan/Perletakan
Landasan/Perletakan dibuat untuk menerima gaya-gaya dari konstruksi
bangunan atas baik secara horizontal, maupun vertikal dan
menyalurkannya ke bangunan di bawahnya. Selain itu, berfungsi juga
untuk mengatasi perubahan panjang yang diakibatkan perubahan suhu.
Terdapat 3 (tiga) macam perletakan, yaitu: sendi, rol dan elestomer.
h.      Hanger
Hanger yang berfungsi  sebagai komponen penghubung dek jembatan ke
gelagar lengkung. Harus ada dalam  jembatan lengkung karena sebagai
penahan tarik
2. Struktur Bawah (Sub Structure)
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (Modul Pengantar dan
Prinsip-Prinsip Perencanaan Bangunan Bawah/Pondasi Jembatan, 1988),
fungsi utama bangunan bawah adalah memikul beban-beban pada
bangunan atas dan pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan
ke pondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke
tanah.  Bangunan ini terletak pada bagian bawah konstruksi yang
fungsinya untuk memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas.
Kemudian disalurkan ke pondasi untuk diteruskan ke tanah keras di
bawahnya. Bangunan bawah secara umum terdiri atas :
a.       Abutment
Abutment adalah salah satu bagian konstruksi jembatan yang terdapat
pada ujung-ujung jembatan yang berfungsi sebagai pendukung bagi
bangunan di atasnya dan sebagai penahan tanah timbunan oprit. Jenis
abutment ini dapat dibuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang.
b.      Pelat injak
Plat injak berfungsi untuk menahan hentakan pertama roda kendaraan
ketika akan memasuki pangkal jembatan.
d.   Pondasi
Pondasi berfungsi sebagai pemikul beban di atas dan meneruskannya ke
lapisan tanah pendukung tanpa mengalami konsolidasi atau penurunan
yang berlebihan.Adapun hal yang diperlukan dalam perencanaan
pondasi adalah sebagai berikut:  1) Daya dukung tanah terhadap
konstruksi.  2) Beban-beban yang bekerja pada tanah baik secara
langsung maupun yang tidak langsung.  3) Keadaan lingkungan seperti
banjir, longsor dan lainnya.  Secara umum pondasi yang sering
digunakan pada jembatan ada 3 (tiga) yaitu: 1) Pondasi sumuran  2)
Pondasi tiang pancang  3) Pondasi borpile.

Kelebihan dan Kekurangan Jembatan Lengkung


1. Kelebihan Jembatan Lengkung
·         Keseluruhan   bagian   lengkung   menerima   tekan,   dan   gaya  
tekan transfer  keabutment   dan   ditahan   oleh   tegangan   tanah  
dibawah lengkung. Tanpa gaya tarik yang diterima oleh lengkung
memungkinkan jembatan lengkung bisa dibuat lebih panjang dari
jembatan balok dan bisa menggunakan material yang tidak mampu
menerima tarik dengan baik Abutment, Pelat injak, Pondasi  seperti
beton.
·         Bentuk jembatan lengkung adalah inovasi dari peradaban manusia
yang memiliki nilai estetika tinggi namun memiliki struktur yang sangat
kuat yang terbukti jembatan lengkung Romawi kuno masih berdiri
sampai sekarang.

2. Kekurangan Jembatan Lengkung


·         Konstruksi jembatan lengkung lebih sulit daripada jembatan balok
karena pembangunan jembatan ini memerlukan metode pelaksanaan
yang cukup rumit karena struktur belum dikatakan selesai sebelum
kedua bentang bertemu   di   tengah-tengah.   Salah   satu   tekniknya  
dengan   membuat "scaffolding" dibawah bentang untuk menopang
struktur sampai bertemu dipuncak.

Metode Pelaksanaan Jembatan Busur


1.    MSS (Movable Scaffolding System)
MSS (Movable Scaffolding System) suatu metode yang digunakan
pada pelaksanaan Cast insitu dimana pengecoran dilaakukan di lokasi
setelah selesainya bekisting. Prinsipnya adalah memindahkan Scaffolding
dengan cara digeser ke segmen berikutnya setelah beton mengeras.

Sumber: http://handsetformwork.com/wpcontent/uploads/2015/05/PE_SP
04_t.jpg

Sumber: https://encryptedtbn0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcQWOSVUlTsvPvV2NAIUZIsnQnV_hEqzJYL7O2E37bVuhztt
IU0X

2.    Balanced Cantilever dengan FormTraveller
Metode konstruksi balanced cantilever adalah metode pembangunan
jembatan dimana dengan memanfaatkan efek kantilever seimbangnya
maka struktur dapat berdiri sendiri, mendukung berat sendirinya tanpa
bantuan sokongan lain (perancah/falsework). Metode ini dilakukan dari
atas struktur sehingga tidak diperlukan sokongan di bawahnya yang
mungkin dapat mengganggu aktivitas di bawah jembatan. Metode
balanced cantilever dapat dilakukan secara cor setempat (cast in situ) atau
secara segmen pracetak (precast segmental).

Sumber : http://dnec.com/wp-content/uploads/2013/10/balanced-
cantilever-construction-method-for-dubai-metro-bridges-16.jpg

Sumber : https://files1.structurae.de/files/350high/2055/img_3497.jpg
2.4.2 Busur Rangka Baja
Suatu busur rangka baja biasanya terdiri dari solid ribs atau
truss ribs dan braising. Bentuk penampang melintang dari solid
ribs biasanya menggunakan profil I, circular, box atau yang lainnya
yang terbuat dari pelat baja. Pengaku digunakan pada busur solid
ribs untuk mencegah local buckling akibat gaya yang bekerja.

Solid steel ribs digunakan pada busur kurang dari 200 m.


Untuk bentang yang sangat pendek, profil I mungkin lebih efektif
dalam hal biaya dari pada bentuk box, namun seiring dengan
pengembangan dari teknologi pengelasan, membuat bentuk box
dengan lentur yang besar dan kekakuan terhadap torsi lebih
dapat bekerja, jadi arch ribs yang menggunakan profil I lebih
jarang digunakan pada desain busur modern, sebaliknya welded
box banyak digunakan. Sekarang bahkan untuk jembatan baja
busur dengan bentang lebih dari 200 m, solid box dapat digunakan
untuk jembatan busur, seperti pada Lupu Bridge di China yang
mencapai 550 m.
Bentuk circular itu tertutup dan memiliki sifat isotropic.
Distribusi sekeliling dari baja memaksimalkan jari-jari girasi, yang
bermanfaat untuk tahan terhadap compression dan torsi. Ini lebih
sering digunakan pada daerah yang berangin seperti lepas pantai
atau lembah pegunungan karena bentuk circular menurunkan
tekanan angin.
Kedalaman dari steel arch ribs yang seragam biasanya
diantara 1/25 dan 1/80 dari panjang bentang dan normalnya
berkisar 1/70 dan 1/80 (Konishi 1981; Wright and Brunner, 2006).
Nilai ini umumnya menurun dengan peningkatan panjang
bentang. Untuk tied arch yang memiliki momen tekuk, sebagian
ditahan tie rods, dengan demikian kedalaman dapat dikurangi.
Jika deep tie rods bekerja, kedalaman dari arch rib antara 1/140
sampai 1/90 dari bentangnya (Wright dan Brunner, 2006). Pada
bentuk arch rib yang tidak seragam, kedalamanan dapat
dikurangi. Truss ribs dapat lebih efektif digunakan dalam
jembatan busur dan lebih dipilih ketika panjang bentang lebih
dari 200 m. Bagian dari truss ribs lebih kecil dan lebih ringan dari
pada solid rib, oleh karena itu lebih mudah untuk pengiriman dan
pengangkatan. Dari lima jembatan busur baja dengan bentang
lebih dari 200 m, empat diantaranya adalah jembatan truss rib
yaitu Sydney Harbour Bridge, the New York’s Bayonne Bridge, the
River Gorge Bridge dan the Chaotianmen Bridge. Kedalaman dari
truss arch antara 1/25 dan 1/50 untuk keduanya, jembatan busur
dan jembatan busur pengikat (tied arch), karena pengikat tersebut
hanya memiliki dampak yang kecil terhadap kedalaman jembatan
busur yang dibutuhkan kecuali pengikat tersebut berfungsi juga
sebagai struktur rangka (truss). (Konishi 1981; Wright and
Brunner 2006).
Pada busur yang tak tentu, jika ketinggian terlalu besar
maka akan menyebabkan meningkatnya tegangan termal. Pada
saat yang bersamaan, lendutan yang disebabkan tegangan
tambahan menjadi berkurang. Rasio bentangnya dapat
ditentukan, dengan menghitung maksimum tegangan pada ¼
bentang yang diakibatkan beban utama, kedalaman yang sesuai
pada penampang melintang dapat ditentukan secara kasar.
Secara umum berdasarkan jembatan busur yang telah
dibangun, rata-rata rasio tinggi dan bentang jembatan busur
adalah 1:4,5 sampai 1:6.

2.5 Perencanaan Profil Baja


Perencanaan harus berdasarkan pada suatu prosedur yang
memberikan jaminan keamanan, kenyamanan, dan keawetan
selama umur rencana jembatan. Struktur jembatan harus
direncanakan dapat menahan semua beban yang mungkin terjadi
dan diramalkan sebelumnya secara rasional.
Perencanaan kekuatan elemen baja sebagai komponen
struktur jembatan yang diperhitungkan terhadap lentur, geser,
aksial, puntir serta kombinasinya, harus didasarkan pada cara
perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor (PBKT).
Faktor reduksi kekuatan, ϕ diambil dari nilai-nilai yang dapat
dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Faktor Reduksi Kekuatan untuk Keadaan Batas
Ultimit
Situasi Rencana Faktor Reduksi
Kekuatan
Lentur 0,9
Geser 0,9
Aksial tekan 0,85
Aksial tarik
Terhadap kuat tarik leleh 0,9
Terhadap kuat tarik fraktur 0,75
Penghubun 0,75
0,75
g geser
Sambungan
baut
Hubungan las
Las tumpul penetrasi penuh 0,9
Las sudut dan las tumpul 0,75
penetrasi sebagian
Sumber : RSNI T-03-2005

Ketika menahan beban akibat berat sendiri dan beban lalu lintas, setiap
bagian pelengkung menerima gaya tekan, karena alasan itulah jembatan
pelengkung harus terdiri dari material yang tahan terhadap gaya tekan.
Walaupun pelengkung tidak mengalami gaya tarik yang membuat
pelengkung lebih efisien dari jembatan balok, namun kekuatan struktur
jembatan pelengkung juga masih dibatasi. Misal, untuk jembatan yang
struktur utamanya diatas lantai kendaraan, semakin besar sudut
kelengkungannya (semakin tinggi lengkungannya) maka pengaruh gaya
tekan akan semakin kecil, namun itu berarti bentangnya menjadi lebih
kecil, jika diinginkan membuat jembatan pelengkung dengan bentang
panjang, maka sudut pelengkung harus diperkecil sehingga gaya
tekanpun menjadi lebih besar dan diperlukan abutmen yang lebih besar
untuk menahan gaya horizontal tersebut. Jadi sama seperti jembatan
balok bentang dari jembatan pelengkung juga dibatasi hingga 50 sampai
150 m.
Jembatan lengkung memiliki dinding tumpuan pada setiap
ujungnya.Jembatan lengkung yang paling awal diketahui dibangun
olehmasyarakat Yunani, contohnya adalah Jembatan Arkadiko. Beban
dari jembatan akan mendorong dinding tumpuan pada kedua sisinya.

Anda mungkin juga menyukai