Anda di halaman 1dari 9

TEORI SEJARAH ARSITEKTUR 1

2017/2018

Disusun oleh:

Sigit Darmawan 16.A1.0179

Cornelius Rafael 16.A1.0069

Achmad Nur Rofiq 16.A1.0136

Dosen kelas : Ch. Koesmartadi, Ir, MT

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG
Arus globalisasi

Arsitektur Nusantara dalam menghadapi arus globalisasi, tantangan terhadap teknologi yang semakin
sophisticated, dan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Nilai-nilai dalam Arsitektur
Nusantara merupakan sebuah kekuatan untuk dijadikan dasar dan pedoman dalam pengembangannya
ketika harus berhadapan dengan kondisi terkini.

(Seminar Rumah Tradisional 2014 – Transformasi Nilai-nilai Tradisional dalam Arsitektur Masa
Kini) Maria I Hidayatun1 (Universitas Kristen Petra, Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Josef
Prijotomo, dan Murni Rachmawati (Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Arsitektur Nusantara merupakan arsitektur yang ditumbuh-kembangkan oleh sedemikian banyak


suku bangsa di Indonesia.

ARSITEKTUR NUSANTARA
DIERA GLOBALISASI

Arsitektur yang berkembang saat ini membuat keberadaan arsitektur Nusantara menjadi langka dan
tersisihkan. Merujuk dari pemikiran “globalisasi adalah kesempatan untuk mengglobalkan
arsitektur Nusantara” upaya dalam mewujudkan hal tersebut memerlukan suatu konsep dan metode

transformasi.
ARSITEKTUR NUSANTARA YANG MENGKINI

Arsitektur nusantara memiliki keragaman yang tinggi karena seluruh etnik memiliki corak berbeda-
beda. Perkembangan arsitektur nusantara mengkini dapat dilakukan pada satu etnik dengan
mengeksplorasi elemen yang apa adanya. Pengambilan sesuatu yang baru dapat dilakukan dengan
mengambil semua atau sebagian dari etnik tertentu. Letakkanlah arsitektur masa lalu sebagai sumber
inspirasi pengetahuan arsitektur, bukan mengulang dan menduplikasinya. Itu hakekat Arsitektur
Nusantara.
(Djuara; Palembang, 15 April 2014)

Arsitektur Nusantara merupakan arsitektur yang ditumbuh-kembangkan oleh sedemikian banyak


suku bangsa di Indonesia. Pengetahuan akan keberadaan pernaungan terwujud dalam bentuk dan
rupa arsitektur Nusantara.
Namun, adanya globalisasi arsitektur yang berkembang saat ini membuat keberadaan arsitektur
Nusantara menjadi langka dan tersisihkan. Merujuk dari pemikiran ‘globalisasi adalah kesempatan
untuk mengglobalkan arsitektur Nusantara’ upaya dalam mewujudkan hal tersebut memerlukan suatu
konsep dan metode transformasi.
Konsep dan metode yang diaplikasikan tersebut sebaiknya dapat mengarahkan arsitek dalam
merancang arsitektur dengan karakteristik yang Nusantara dalam bentuk dan rupa yang mengkini.  
Terdapat beberapa patokan yang dapat diterapkan untuk melakukan pengembangan seperti ini
yaitu dengan menghadirkan penaung, penopang bangunan, ornamen dan dekorasi, serta ruangan.

BEBERAPA CONTOH DESAIN ARSITEKTUR NUSANTARA YANG MENGKINI :

1. Masjid Raya Sumatera Barat


Masjid Raya Sumatera Barat meruakan masjid terbesar di Sumatera Barat dengan luas 40.343
meter persegi dan berkapasitas 5.000 sampai 6.000 jamaah. Masjid megah ini terletak di Kec. Padang
Utara, Kota Padang, Sumatera Barat.
terdapat eksterior berupa kaligrafi dan motif kain songket. Masjid ini dilengkapi beberapa
fasilitas pendukung seperti ruang serbaguna, taman, menara, dan lain-lain.

2. Kantor Walikota BukitTinggi

3. Omah Gunungan
4. Rumah Panjang/Betang,Kalimantan Barat

Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru
Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak.
Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima
meter dari tanah.

5. Taman Buah Mekarsari


Berada di tengah-tengah kompleks wisata taman buah di daerah Cileungsi, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, bangunan dari bilah-bilah bambu yang dikemas dalam sebuah bentukan arsitektur
kontemporer ini berhasil mengundang decak kagum. Bangunan yang dirancang semi-terbuka ini
merupakan amfiteater untuk menampilkan berbagai kegiatan seni seperti tarian, musik tradisional,
wayang dan seni membatik.
Gubahan atap mengambil inspirasi dari berbagai tipikal bentuk atap rumah-rumah tradisional
di wilayah Sunda Besar. Karakter setiap atap kemudian digabungkan menjadi sebuah atap
kontemporer yang estetis, artistik, dan kontekstual. Sebagai penutupnya atap digunakan sirap kayu
ulin yang dipaku ke struktur rangka penutup atap untuk merespons kondisi site yang berangin
kencang.

6. Mali Alor Airport

Merepresentasikan pesona alam dan budaya Alor, Nusa Tenggara Timur, ke dalam rancang
bangun Bandar Udara Mali
KONSEP PERANCANGAN

Konsep yang diaplikasikan tersebut dapat mengarahkan arsitek dalam merancang arsitektur
dengan karakteristik yang Nusantara dalam bentuk dan rupa yang mengkini, antara lain :

CONTOH:
rumah adat Niang di Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, Propinsi NTT dan konsep ikonik
dipakai sebagai pemandu arah rancangan agar menghasilkan output yang berkarakter rumah Niang.

METODE PERANCANGAN

Metode perancangan yang digunakan yaitu metode proses desain Cyclic, dengan urutan
tahapan antara lain:
1. tahap analisa
2. tahap sintesa
3. tahap evaluasi

Dan dilakukan berulang hingga mendapatkan hasil yang terpadu.

Data yang didapat dari tahap analisa ini bersifat diskriptif kualitatif. sedangkan untuk teknik
perancangannya menggunakan teknik komposisi geometri Rob Krier, antara lain:
1. pengerutan
2. penekukan dan pelipatan
3. pematahan dan pemotongan
4. segmen atau pemotongan beberapa bagian dari bidang

karakteristik rumah Niang yang dipakai sebagai acuan antara lain:


1. pola ruang
2. level ruang
3. bentuk dan rupa bangunan
4. bentuk struktur
5. pola tapak rumah Niang
Karakter iklim di Labuan Bajo, kawasan pantai Pede, kepraktisan material bangunan, juga
mempengaruhi hasil yang diperoleh sebagai arsitektur rumah Niang yang mengkini.
DAFTAR PUSTAKA

 https://bandanaku.wordpress.com/2014/02/07/membangun-mbaru-niang-rumah-tadisional-
wae-rebo/. (5 Oktober 2017)
 Prijotomo, Josef. 2004.Arsitektur Nusantara Menuju Keniscayaan.
 http://www.rumahperumahan.com/2016/08/desain-bentuk-rumah-adat.html ( 10 September
2016)

Anda mungkin juga menyukai