Rumah Joglo umumnya terbuat dari kayu jati. Disebut Joglo karena mengacu
pada bentuk atapnya. Mengambil filosofi bentuk gunung. Pada awalnya, filosofi bentuk
gunung tersebut diberi nama atap tajug. Tapi kemudian berkembang menjadi atap
Joglo/ Juglo (Tajug Loro). Dalam kehidupan masyarakat Jawa, gunung sering dipakai
sebagai ide bentuk yang dituangka dalam berbagai symbol khusunya untuk simbol yang
skaral. Hal ini karena adanya pengaruh kat bahwa gunung atau tempat tinggi adalah
tempat tinggal para dewa. Konstruksi atap Joglo ditopang oleh Soko Guru yang
berjumlah empat buah. Jumlah ini merupakan simbol adanya pengaruh kuat yang berasal
dari 4 penjuru mata angin, atau biasa disebut dengan konsep pajupak. Dalam konsep ini
manusia berada ditengah perpotongan mata angin, tempat yang dianggap mengandung
getaran magis yang tinggi. Tempat ini selanjutnya disebut sebagai pancer atau
manggating keblat papat.
BAJU ADAT YOGYAKARTA
Busana Paes Ageng
Kuluk kanigaran
Berikut adalah 7 filosofi rumah joglo:
1. Pagar Mangkok
Rumah di Jawa rata-rata tidak memiliki pagar. Umumnya, rumah asli
penduduk masih menggunakan desain lama yaitu tidak berpagar sama
sekali. Atau jika pun terpaksa dipagar, pagarnya terbuat dari tanaman
perdu yang tingginya tidak sampai 1 meter. Rumah adat Joglo
menggunakan pager mangkok yaitu filosofi bahwa rumah lebih baik
tidak dipagar agar penduduk bisa saling membaur di halaman.
2. Teras di Depan Rumah
Halaman depan rumah diberi teras sehingga setiap orang yang datang
bisa saling bercengkrama untuk melepaskan penat atau sekadar
bertegur sapa dengan penduduk sekitar. Kekhasan ini muncul karena
orang Jawa memang lebih suka saling mengunjungi, baik dengan
alasan spesifik maupun hanya ingin mengunjungi saja.
3. Pintu di Tengah Rumah
Desain rumah dibuat dengan model pintu dibuat di tengah rumah.
Karena pintu di tengah rumah ini didesain menembus ruangan
hingga ke belakang rumah. Bayangkan jika pintu dibuka, semua
bagian isi rumah hingga ke belakang akan terlihat.
4. Jendela yang Lebih Banyak dan Besar
Jendela ini bertujuan agar sirkulasi udara lancar. Namun
bagaimana jika sebuah rumah memiliki jendela dengan ukuran
yang besar dan banyak jumlahnya? Sepertinya ini karena
pengaruh arsitektur Belanda yang menjajah Indonesia hingga 3
abad. Rumah di Jawa selalu memiliki jendela yang banyak dan
besar. Jika dibuka lebar akan membuat angin bertiup ke ruangan
hingga sirkulasi udara menjadi lancar. Bedakan dengan rumah
modern yang hanya memiliki 1-2 jendela di depan rumah. Rumah
khas Jawa memiliki banyak jendela bahkan bisa puluhan jika
ditotal dari jendela depan, kanan dan kiri rumah.
5. Halaman yang Lebih luas
Rata-rata orang Jawa asli memiliki rumah yang di depannya ada halaman. Halaman ini bisa
ditanami tumbuhan, namun bisa juga kosongan saja. Halaman ini biasanya digunakan untuk
tempat bermain anak-anak saat terang bulan (purnama). Dulu sebelum ada listrik masuk
desa, mainan yang paling ngehits ya main petak umpet saat terang bulan. Rasanya
menyenangkan karena bisa berkumpul dan membaur bersama anak-anak lain yang satu
desa.
Saton
FAUNA
Peksi Garuda Kemamang
Mirong
ALAM
Mega Mendhung
Gunungan
Anyaman
Rumah Bagi Individu Jawa