Anda di halaman 1dari 25

APARTEMEN DENGAN KONSEP LOFT

DI KOTA MAKASSAR

OLEH
Ainun Rezkyana
D511 16 305

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
1. Non Arsitektural............................................................................................2
2. Arsitektural....................................................................................................3
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan......................................................................3
1. Tujuan............................................................................................................3
2. Sasaran..........................................................................................................3
D. Lingkup Pembahasan.......................................................................................3
E. Sistematika Pembahasan...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Tinjauan Umum Apartemen.............................................................................4
1. Pengertian Apartemen...................................................................................4
2. Klasifikasi Apartemen...................................................................................5
B. Tinjauan Umum Loft.........................................................................................9
1. Pengertian Loft..............................................................................................9
2. Jenis Loft.....................................................................................................10
3. Karakter Fisik Loft......................................................................................14
C. Studi Banding/ Referensi Perancangan..........................................................14
BAB III METODE PERANCANGAN...............................................................19
A. Metode Pembahasan.......................................................................................19
B. Waktu Pembahasan.........................................................................................19
C. Metode Pengumpulan Data............................................................................19
1. Studi Pustaka...............................................................................................19
2. Studi Literatur..............................................................................................19
3. Observasi.....................................................................................................19
D. Teknik Analisis Data......................................................................................19
1. Analisis Tapak.............................................................................................20
2. Analisis Fungsi............................................................................................20
3. Analisis Aktivitas........................................................................................20
4. Analisis Pengguna.......................................................................................20
5. Analisis Ruang Luar dan Ruang Dalam......................................................20
6. Analisis Obyek............................................................................................21
7. Analisis Struktur..........................................................................................21
8. Analisis Bentuk..........................................................................................21
9. Analisis Utilitas...........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Raw loft..............................................................................................10


Gambar 2.2 Hard loft.............................................................................................11
Gambar 2.3 New hard loft......................................................................................12
Gambar 2.4 Soft loft...............................................................................................13
Gambar 2.5 Bi-level loft.........................................................................................13
Gambar 2.6 The Summit Kelapa Gading...............................................................14
Gambar 2.7 Citylofts Sudirman.............................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Makassar sekarang ini merupakan salah satu kota besar di Indonesia
dan kini telah menjadi kota terbesar di Kawasan Timur Indonesia dimana kota
Makassar ini pun sekarang merupakan pusat pelayanan jasa perdagangan
Kawasan Timur Indonesia baik berupa perdagangan jasa maupun barang dimana
diharapkan menjadi pioner dalam pembangunan,utamanya pada daerah kepulauan
Sulawesi dalam kaitannya perkembangan Kota Makassar terkait langsung dengan
fasilitas yang telah ada dan pertimbangan efisiensi yang dipunyai suatu wilayah.
Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang relatif telah mencapai tingkat
kemajuan pembangunan yang lebih dibandingkan dengan wilayah lain yang ada di
Kawasan Timur Indonesia. Kondisi objejtif inilah yang menempatkan Sulawesi
Selatan sebagai wilayah yang paling memungkinkan untuk dijadikan sebagai
pioner dalam pengembangan Kawasan Timur Indonesia.
Kota Makassar sebagai salah satu kota terbesar dan merupakan pusat
pengembangan di bagian timur Indonesia dengan penduduk pada tahun 2013
sebanyak 1.408.072 jiwa, tidak luput dari beban akibat peningkatan penduduk.
Pertambahan penduduk yang semakin pesat itu berakibat pada meningkatnya
angka permintaan akan perumahan sebagai kebutuhan dasar. Persoalan tersebut
terjadi di Kota Makassar dimana kebutuhan akan perumahan lebih besar
dibanding dengan lahan yang tersedia untuk dijadikan area permukiman sehingga
timbul kerancuan dalam tata ruang Kota Makassar. (BPS Makassar,2013)
Masuknya tenaga kerja profesional ke daerah ini dan pertumbuhan
penduduk yang belum diimbangi dengan peningkatan sosial ekonomi yang
mapan, mengakibatkan tumbuhnya permukiman yang padat tanpa didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Kekurangan akan hunian yang strategis juga
dirasakan pleh warga negara asing, yang mana tercatat sampai tahun 2013, jumlah
orang asing yang memiliki izin tinggal sementara sebanyak 46.121 orang, izin
kunjung sebanyak 589 orang dan jumlah orang asing tinggal tetap sebanyak 422
orang. (Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar,2013)
Dengan demikian semakin meningkatnya jumlah penduduk,yang disertai
dengan meningkatnya pula sosial ekonomi serta terbukanya informasi dan
kemajuan teknologi maka dipandang dari segi arsitektur menyebabkan timbulnya
masalah perkotaan seperti meningkatnya kebutuhan sarana dan prasarana kota,
1
kecenderungan untuk hidup praktis, efisien, mudah dalam aktifitas tanpa
gangguan serta pemanfaatan waktu yang seoptimal mungkin.

Perkembangan Kota Makassar diiringi dengan banyaknya kegiatan yang


sangat kompleks membuat lahan menjadi terbatas, utamanya lahan permukiman.
Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan daya tampung pada lahan terbatas adalah
dengan membangun kearah vertikal.
Salah satu bntuk bangunan vertikal yang dapat dibangun di Kota Makassar
adalah apartemen, karena pada dasarnya perencanaan apartemen adalah suatu
bentuk lingkungan di dalam kota dimana fasilitas dan masyarakat penghuninya
dapat berdampingan dengan sektor perdagangan dan jasa, serta dapat saling
menunjang eksistensinya dan berintegrasi satu sama lain. Beranjak dari pemikiran
tersebut di atas maka sudah selayaknya dipertimbangkan pembangunan apartemen
untuk para tenaga kerja professional yang bermukim di Kota Makassar maupun
dari luar, karena jenis hunian vertikal tersebut sudah lebih akrab dengan gaya
hidup, dan juga penduduk golongan ekonomi menengah ke atas yang
membutuhkan tempat tinggal berupa hunian flat. Adapun konsep yang digunakan
untuk perencanaan apartemen ialah konsep loft. Konsep loft sendiri merupakan
konsep yang pas untuk diterapkan melihat situasi dan kondisi permasalahan
tersebut.
Istilah loft Apartemen mungkin masih asing di telinga sebagian orang. Loft
muncul sebagai sebuah konsep perancangan hunian di kota. Konsep loft sendiri
sudah banyak digunakan di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika. Loft
apartemen adalah konsep unit dari sebuah apartemen yang terdiri dari 2 lantai
tetapi tidak sepenuhnya 2 lantai, karena biasanya luas lantai kedua tidak seluas
lantai utama. di Indonesia saat ini apartemen yang mengusung konsep loft adalah
apartemen “The Summit Kelapa Gading” dan ‘Citylofts Sudirman”.

B. Rumusan Masalah
1. Non Arsitektural
1) Bagaimana menentukan kebutuhan apartemen di Kota Makassar di lihat
dari pertumbuhan penduduk pendatang Kota Makassar
2) Sejauh mana konsep loft diterapkan hingga menjadi sebuah konsep hunian
di Kota Makassar
2
2. Arsitektural
1) Bagaimana menentukan lokasi site yang sesuai bagi peruntukan
Apartemen di Makassar agar fungsi dan potensi dapat terpenuhi.
2) Bagaimana sistem struktur dan tata ruang dalam merancang bangunan
apartemen dengan konsep loft

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan


1. Tujuan
Menyusun suatu konsep loft pada bangunan apartemen sehingga menjadi
sebuah konsep hunian di kota dan juga sebagai wadah hunian khususnya bagi
pekerja profesional, baik pekerja pendatang (perantau) maupun yang berdomisili
tetap di Kota Makassar.
2. Sasaran
Dapat mewujudkan apartemen dengan konsep loft di Kota Makassar.
a. Non Arsitektural
Mengetahui konsep,teori,standar dan aturan yang dibutuhkan untuk merancang.
b. Arsitektural
Mendapatkan konsep perancangan loft apartemen yang memenuhi persyaratan
beserta fungsinya.
D. Lingkup Pembahasan
Pembahasan dibatasi pada aspek-aspek arsitektural dalam perencanaan dan
perancangan suatu bangunan apartemen dengan konsep loft, yaitu menyatukan
seluruh fungsi kegiatan yang diwadahi, serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya
sehingga tujuan dan sasaran dapat terpenuhi.
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan disusun dalam format bab disertai penjelasan isi bab
seperti diuraikan berikut ini:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan memberikan gambaran umum tentang latar
belakang,rumusan masalah,tujuan dan sasaran pembahasan,lingkup
pembahasan serta sistematikan pembahasan.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai tinjauan umum atau uraian
mengenai pengertian dari apartemen dan konsep loft serta mengambil
contoh terkait studi banding dan literatur.
BAB III. METODE PERANCANGAN
Bab ini menjelaskan metode perancangan yang akan digunakan dalam
perancangan serta mengenai hal-hal yang terkait masalah sistematis dan
teknis dalam perancangan apartemen dengan konsep loft.
BAB IV. ANALISIS PERANCANGAN
Bab ini membahas tentang analisis terhadap hal-hal yang terkait dengan
perencanaan dan perancangan apartemen dengan konsep loft berisi
analisis kegiatan ruang, analisis sitem utilitas, analisis site dan bentuk
bangunan.
BAB V. KONSEP PERANCANGAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai hal-hal yang akan dijadikan sebagai
konsep dasar acuan dalam merancang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Umum Apartemen
1. Pengertian Apartemen
Kamar atau beberapa kamar (ruangan) yang diperuntukkan sebagai
tempat tinggal, terdapat di dalam suatu bangunan yang biasanya mempunyai
kamar atau ruangan-ruangan lain semacam itu. (Poerwadarminta, 1991)
Apartemen adalah tempat tinggal (terdapat kamar duduk, kamar ridur,
kamar mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan bertingkat yang
besar dan mewah,dilengkapi beberapa fasilitas. (Departemen Pendidikan
Nasional. (2012), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan
Kedua,Balai Pustaka,Jakarta).
Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah vertikal dan
horizontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara

4
terpisah yang dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda
bersama (pasal 1 UURS no.16 tahun 1985).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa apartemen
merupakan kamar atau beberapa kamar yang digunakan untuk tempat tinggal
dalam satu gedung bertingkat, dibangun secara vertikal maupun horizontal yang
dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah yang dilengkapi dengan bagian
bersama, tanah bersama dan benda bersama. Bangunan harus memberikan rasa
aman, nyaman serta privasi bagi keluarga atau penggunanya. Apartemen biasanya
terbagi atas beberapa unit dalam satu bangunan. Penyusunan ruang yang
sederhana namun terkesan rapih serta efisien dalam penggunaanya menjadi salah
satu faktor penting dalam apartemen. Apartemen biasanya selain sebagai bisnis
juga digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan.
Apartemen biasanya dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang.
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang dapat digunakan secara bersamaan
oleh pengguna apartemen yang menjadi keunggulan dari bangunan tersebut.
Fasilitas ini bisa berupa kolam renang, jogging track, atm, cafe, pusat
perbelanjaan dsb. Apartemen juga memiliki privasi serta sistem keamanan yang
baik bisa berupa CCTV maupun access card dan sebagainya.
Apartemen merupakan bangunan yang disewakan baik pada kelompok
atau sebuah keluarga maupun perorangan. Berbeda dengan ketika kita membeli
rumah maka kita akan mendapatkan SHM (surat hak milik), maka ketika kita
menyewa apartemen kita akan mendapatkan sertifikat HGB (hak guna bangunan)
dimana status kepemilikan dibagi menjadi tiga yaitu HGB murni, HGB hak milik,
dan HGB diatas HPL. Status kepemilikan yang paling aman adalah HGB hak
milik yaitu apartemen dibangun diatas tanah kepemilikan developer. Status
kepemilikan yang paling aman kedua adalah HGB murni yaitu apartemen
dibangun di atas tanah negara sehingga jika negara meminta kembali atas
tanahnya maka penghuni akan mendapatkan ganti rugi. Status kepemilikan yang
tergolong kurang aman yaitu HGB di atas HPL (hak pengelolaan lahan) yang
artinya adanya perjanjian kerjasama antara developer dengan pemilik tanah
sehingga ketika masa perjanjian antara developer dengan pemilik tanah habis
maka hak bangunan dan tanah menjadi hak pemilik tanah.
2. Klasifikasi Apartemen
a. Berdasarkan tipe pengelolaan
1) Serviced apartement
5
Apartemen yang dikelola secara menyeluruh oleh menajemen tertentu.
Biasanya menyerupai cara pengelolaan sebuah hotel, yaitu penghuni
mendapatkan pelayanan menyerupai hotel bintang lima misalnya unit
berperabotan lengkap, housekeeping, layanan kamar laundry, business center.
2) Apartemen milik sendiri
Apartemen yang dijual dan dapat dibeli oleh pihak individu. Mirip dengan
apartemen sewa, apartemen ini juga tetap memiliki pengelola yang mengurus
fasilitas umum penghuninya.
3) Apartemen sewa
Apartemen yang disewa oleh individu tanpa penyelayanan khusus.
Meskipun demikian, tetap ada menejemen apartemen yang mengatur segala
sesuatu berdasarkan kebutuhan bersama seperti sampah, pemeliharaan bangunan,
lift, koridor, dan fasilitas umum lainnya.
b. Berdasarkan kategori jenis
1) High-rise Apartement
Bangunan apartemen yang terdiri lebih dari sepuluh lantai.
Dilengkapi area parker bawah tanah, system keamanan dan servis penuh. Struktur
apartemen lebih kompleks sehingga desain apartemen cenderung standard. Jenis
ini banyak di bangun di pusat kota
2) Mid-rise apartement
Bangunan apartemen yang terdiri dari enam sampai dengan sepuluh lantai.
Jenis apartemen ini lebih sering di bangun di kota satelit.
3) Walked-up Apartement
Apartemen yang terdiri atas tiga sampai dengan lima lantai. Apartemen ini
kadang-kadang memiliki lift, tetapi bisa juga tidak. Jenis apartemen ini disukai
oleh keluarga yang lebih besar (keluarga inti ditambah orang tua). Gedung
apartemen hanya terdiri atas 2 (dua) atau 3 (tiga) unit apartemen.
4) Garden Apartement
Bangunan apartemen 2 (dua) sampai 4 (empat) lantai. Apartemen memiliki
halaman dan taman disekitar bangunan. Apartmen ini sangat cocok untuk keluarga
inti yang memiliki anak kecil karena anak-anak dapat mudah mencapai ke taman.
c. Berdasarkan tujuan pembangunan
6
1) Komersial
Apartemen yang hanya ditujukan untuk bisnis komersial yang
mengejar keuntungan atau profit.
2) Umum
Apartemen yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, akan
tetapi biasanya hanya dihuni oleh lapisan masyarakat kalangan menengah
kebawah.
3) Khusus
Apartemen yang hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja, dan
biasanya dimiliki suatu perusahaan atau instansi yang dipergunakan oleh para
pegawai maupun tamu yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Berdasarkan penghuni
1) Apartemen keluarga
Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anaknya. Bahkan tidak jarang orang tua dari ayah atau ibu tinggal bersama.
Terdiri dari 2 hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar tidur pembantu yang
tidak selalu ada. Biasanya dilengkapi dengan balkon untuk interaksi dengan
dunia luar.
2) Apartemen lajang
Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum menikah dan
biasanya tinggal bersama teman mereka. Mereka menggunakan apartemen
sebagai tempat tinggal, bekerja, dan beraktivitas lain diluar jam kerja.

3) Apartemen pebisnis
Apartemen ini digunakan oleh para pengusaha untuk bekerja karena
mereka telah mempunyai hunian sendiri di luar apartemen ini. Biasa terletak dekat
dengan temapat kerja sehingga memberi kemudahan bagi pengusaha untuk
mengontrol pekerjaannya.
4) Apartemen manula
Apartemen ini merupakan suatu hal baru di Indonesia, bahkan bisa
dikatakan tidak ada meskipun sudah menjadi sebutah kebutuhan. Diluar negeri
seperti Amerika, China, Jepang dan lain-lain telah banyak dijumpai apartemen
7
untuk hunian manusia usia lanjut. Desain apartemen disesuaikan dengan kondisi
fisik para manula dan mengakomodasi manula dengan alat bantu jalan.
5) Apartemen mahasiswa
Apartemen ini dihuni oleh mahasiswa yang sedang menempuh jenjang
pendidikan dengan berbagai fasilitas yang difungsikan untuk memenuhi
kebutuhan mahasiswa.
e. Berdasarkan bentuk massa bangunan
1) Apartemen dengan bentuk slab
Tinggi bangunan dan lebar atau panjang bangunan pada apartemen
berbentuk slab ini hampir sebanding, sehingga bentuk apartemen ini seperti kotak
yang pipih. Pada apartemen ini biasanya memiliki koridor yang memanjang
dengan unit-unit hunian yang berada di salah satu sisi atau di kedua sisi koridor.
2) Apartemen dengan bentuk tower
Apartemen dengan bentuk tower ini memiliki lebar atau panjang bangunan
yang kebih kecil jika dibandingkan dengan ketinggian bangunan, sehingga bentuk
bangunan seperti tiang. Ketinggian bangunan apartemen ini umumnya di atas 20
lantai. Sistem sirkulasi yang umumnya digunakan pada apartemen tipe ini adalah
sistem core. Ada beberapa variasi bentuk tower, anatara lain:
a) Single tower
Apartemen single tower merupakan apartemen yang hanya terdiri dari satu
massa bangunan. Unit-unit hunian akan berada dekat dengan tangga dan lift
sehingga ruang koridor dapat diminimalkan. Core pada bangunan tipe single
tower ini umumnya berada di bagian tengah. Berdasarkan bentuk massa,
apartemen single tower dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tower plan,
expanded tower plan, circular plan, cross plan, dan five wing plan.
b) Multi tower
Apartemen multi tower merupakan apartemn yang memiliki lebih dari satu
massa bangunan. Massa bangunan satu dengan massa abngunan lainya dapat
dihubungkan dengan suatu massa penghubung ataupun hanya berupa pedestrian
sebagai penghubung. Apabila antara massa bangunan satu dengan lainya
dihubungkan oleh suatu massa penghubung, maka pada umumnya massa
penghubung tersebut diletakkan di tengah beberapa massa hunian yang ada dan
digunakan sebagai sistem sirkulasi vertikal berupa tangga dan lift. Jika massa
8
bangunan dihubungkan dengan pedestrian, maka pada umumnya tiap massa
bangunan akan memiliki sistem sirkulasi vertikal berupa tangga dan lift masing-
masing.
3) Apartemen dengan bentuk varian
Apartemen dengan bentuk varian ini merupakan kombinasi antara bentuk
slab dan tower.
3. Fungsi Apartemen
Sebagai wadah tempat tinggal,apartemen harus menyediakan berbagai
wadah kegiatan sehari-hari, yang terdiri dari:
1) Tempat tinggal
2) Tidur/Istirahat
3) Memasak
Kegiatan ini umumnya diwadahi oleh ruang tamu, ruang keluarga ,ruang
tidur, ruang makan, dapur dan kamar mandi. Ruang-ruang tersebut harus mampu
memberikan layanan privasi yaitu melakukan kegiatan tanpa gangguan orang lain.
Jadi dapat disimpulakan bahwa apartemen merupakan suatu kelompok
hunian yang terdiri dari beberapa kamar yang dapat disewakan atupun dimiliki.
Dimana motivasi untuk tinggal di apartemen bukan hanya sebagai hunian akan
tetapi dijadikan wadah investasi dan gaya hidup.
B. Tinjauan Umum Loft
1. Pengertian Loft
Kata loft berasal dari loft (O.E), lopt (O.N) dan luftuz (P.Gmc) yang berarti
udara dan langit. Kata-kata tersebut digunakan untuk menyebut ruangan atau
kamar yang terletak di atas atau tempat penyimpanan yang terletak di atas.
Adapun definisi loft yang terdapat dalam Dictionary of Architecture and
Construction adalah:
1) Ruang tidak berplafon yang terletak di bawah atap,biasanya digunakan
sebagai tempat penyimpanan (loteng)
2) Ruang atas di dalam gudang
3) Ruang yang tidak memiliki partisi dalam sebuah bangunan loft
4) Ruang di antara bagian atas
9
Sementara itu yang dimaksud bangunan loft adalah sebuah bangunan yang
denah lantainya terbuka, tidak memiliki partisi atau pembatas dan digunakan
untuk tujuan keperluan komersial. Berdasarkan Oxford English Dictionary, loft
merujuk kepada ruang yang secara relatif besar atau luas,pada umumnya berupa
ruang terbuka di tiap lantai dalam bangunan-bangunan bertingkat.
2. Jenis-jenis loft
1) Raw loft
Raw loft merupakan sebuah ruang loft yang tidak selesai. Sebuah raw loft
yang mungkin tidak memiliki dapur, toilet, atau tempat cuci. Jika loft ini tidak
memiliki kamar mandi pribadi mungkin terdapat fasilitas lain yang bersifat
komunal. Kebanyakan raw loft baru yang telah direnovasi memiliki kamar mandi
sendiri. Istilah raw digunakan untuk mendeskripsikan loft tanpa atau dengan
sedikit keindahan. Pada raw loft, semua elemen dari pipa-pipa dan plambing
hingga tembok bata dan kabel-kabel terekspos.

Gambar 2.1 Raw loft


Sumber: http://www.cdn.home-designing.com
2) Hard loft
Konversi dari bangunan menjadi loft menghasilkan apa yang disebut
dengan hard loft. Bangunan-bangunan ini memiliki sejarah dan karakter. Mereka
memiliki penampilan yang keras. Salah satunya konstruksi beton atau konstruksi
“mill” dari bata ekspos tua dan original wood posts, balok dan lantai berupa
konstruksi kayu berat. Mereka memiliki ductwork, electrical dan plumbing ekspos
10
yang asli yang digunakan sebagai pelengkap dekorasi.

Gambar 2.2 Hard loft


Sumber: http://www.theglobeandmail.com

3) New Hard Loft


Adanya permintaan yang tinggi terhadap loft dan kurang tersedianya
bangunan yang sesuai untuk konversi gaya bangunan industri yang asli,
memunculkan new hard lofts. Pengembang loft mengatakan terdapat empat ciri-
ciri utama yang mendefinisikan sebuah loft yakni high ceiling, open space,
material bangunan yang terekspos dan jendela-jendela yang besar. Para
pengembang kini meniru ciri-ciri utama tersebut, new hard loft akan menduplikasi
detail asli dari hard loft dengan penambahan elemen hemat energi.

11
Gambar 2.3 New Hard Loft
Sumber: http://www.i-cdn.apartmenttherapy.com
4) Soft loft (upscale)
Dalam loft jenis ini terdapat kamar tidur dengan partisi mencapai ceiling.
Soft loft biasanya ditemukan di bangunan-bangunan baru. Soft loft cenderung
terlihat seperti apatemen tradisional dan biasanya lebih hemat energi
dibandingkan hard loft. Mereka memiliki elemen-elemen dari hard loft namun
dengan penampilan yang lebih halus. Penampilan yang halus tersebut termasuk
karpet yang menutupi lantai dan drywall encasements yang menyembunyikan
ductwork electrical, dan plumbing. Beberapa dari soft loft memiliki tembok yang
tidak sampai ceiling yang sering disenut dengan tinggi 3/4.

12
Gambar 2.4 Soft loft
Sumber: http://www.digsdigs.com

5) Bi-Level loft
Sebuah loft dua level yang memiliki lantai mezanin di level dua dimana
kita dapat melihat ke lantai bawah. Sebuah loft tidak selalu memiliki dua level.
Tipikal bangunan industri memiliki lantai mezanin yang dapat dimanfaatkan atau
lantai mezanin sengaja dibuat untuk memanfaatkan ketinggian ruangan.

Gambar 2.5 Bi-Level loft


Sumber: http://www.stylemotivation.com
13
3. Karakter Fisik Loft
1) Denah lantai terbuka
Bangunan yang cenderung tidak memiliki partisi menciptakan denah lantai
terbuka. Hal tersebut juga muncul pada hunian loft dimana tidak hadirnya partisi
pada ruang dalam kecuali pada kamar mandi. Jika ada tembok-tembok pemisah
pun biasanya tidak menyentuh ceiling.
2) Ceiling yang tinggi
Loft memiliki ceiling yang tinggi. Pada hunian loft ketinggian ceiling dua
kali lipat ini biasa ditambahkan/dilengkapi dengan mezanin pada lantai dua yang
dapat digunakan untuk area kerja/kamar tidur dengan pemandangan ke bawah
yaitu lantai utama.
3) Jendela yang besar
Akibat dari ketinggian ceiling yang tidak biasa membuat jendela atau
bukaan yang terdapat pada loft berukuran tidak biasa (besar). Hal tersebut
memberikan keuntungan seperti memaksimalkan masuknya cahaya alami dan
memberikan pemandangan yang luas ke dalam hunian loft.
C. Studi Kasus/ Referensi Perancangan
1. The Summit Kelapa Gading

Gambar 2.6 The Summit Kelapa Gading


Sumber: http://www.rumah.com
14
Apartemen The Summit Kelapa Gading dibangun di dalam kawasan
Superblok Sentra Kelapa Gading seluas dua puluh hektar dengan menghimpun
pusat belanja Mal Kelapa Gading (MKG) 1-3, Pusat gaya hidup La Pizza, dan
pusat makanan Gading Food City. Bahkan sebentar lagi akan disusul dengan
berdirinya hotel bintang di MKG 5, Bangunan perkantoran (office building) dan
education center.
The Summit memiliki fasilitas yang menunjang gaya hidup urban. Semua
fasilitas umum yang ditujukan untuk para penghuni dan tamu terdapat di lantai
dasar apartemen. Fasilitas yang ada seperti club house meliputi kolam renang
(anak dan dewasa, jacuzzi), lapangan tennis, taman bermain anak (children
playground), gym/fitness centre, bilyard room, aerobic, kid’s club, perpustakaan,
entertainment dan games room serta kafe. Selain itu The Summit juga didukung
oleh fasilitas bisnis dan komersil seperti ruang serbaguna (functions room),
reception lounge, 0kantor sewa (leasing office), shop serta business center.
Secara keseluruhan The Summit memiliki massa bangunan berbentuk memanjang
dan dibagi menjadi dua blok. Setiap blok dibagi lagi menjadi tiga subtower yang
masing-masing dilayani oleh dua lift penumpang. Komposisi unit seperti ini
bertujuan untuk mengoptimalkan ventilasi silang dan pemandangan yang leluasa
dari setiap unit. The Summit terdiri dari 24 lantai, dengan total 386 unit hunian.
The Summit terdiri 24 lantai, dengan total 386 unit hunian, 118 unian diantaranya
tipe loft. Secara umum tipe hunian yang ada terbagi menjadi dua jenis, yaitu tipe
dua kamar tidur dan tiga kamar tidur. Setiap tipe terbagi menjadi tipe satu lantai
dan loft dengan luas 108 m2 sampai 208 m2.
Tipe loft pada The Summit merupakan satu unit apartemen terdiri dari dua
lantai yang dirancang dengan void terbuka dan transparan. Menurut pihak
pengembang tipe loft merupakan tipe unggulan karena mengadaptasi budaya
masyarakat Indonesia yang biasa tinggal di hunian dua lantai dan mendukung
penghuni yang menghendaki privasi lebih tinggi dengan memisahkan area privat
dengan area semi publik.
Khusus untuk tipe loft mungkin penamaan tipe dua lantai ini perlu
ditelusuri terlebih dahulu, apakah penamaan loft pada tipe ini sesuai dengan
konsep loft.
1) Desain ruang yang terbuka
Pada lantai satu living area dan dining area menyatu (tidak terdapat partisi), dapur

15
pun terbuka terhadap area tersebut. Pada lantai dua khusus tipe 2 kamar tidur
hanya terdapat sebuah ruang dan tidak terpartisi kecuali pada bagian area kamar
mandi.
2) Mempunyai ceiling yang tinggi
Ceiling yang tinggi hanya terdapat pada living area, karena pada area tersebut
terdapat void yang lebar sehingga double height ceiling dapat dirasakan.
3) Jendela berukuran besar
Desain fasadnya yang sebagian besar merupakan bidang solid transparan (kaca)
menghasilkan unit yang memiliki jendela atau bukaan yang besar juga. Sehingga
setiap unit dapat memanfaatkan cahaya secara maksimal. Walaupun hal ini
berlaku juga pada tipe unit apartemen biasa (satu lantai) namun adanya void pada
unit berlevel dua ini membuat luasan kaca akan lebih besar yakni dari lantai satu
hingga ceiling di lantai dua sehingga menghasilkan efek ruangan yang lebih
dramatis.
4) Apartemen ini jelas bukan merupakan hasil konversi dari bangunan industri
melainkan pembangunan bangunan baru sehingga karakter fisik loft seperti
material bangunan yang terekspos tidak muncul. Saluran udara, plambing,
elektrikal dan mekanikal pun disembunyikan (tidak terlihat) dengan rapi. Dilihat
dari karakter fisik yang diuraikan di atas unit loft dapat dikatakan apartemen ini
mengandung soft loft sekaligus bi-level loft.
The Summit diperuntukan bagi kalangan profesional atau keluarga muda
kelas menengah atas lebih condong sebagai apartemen residensial yang berusaha
mengakomodasi kebutuhan keluarga. Selain sebagai tempat tinggal utama,
beberapa penghuni memanfaatkan apartemen di The Summit sebagai rumah kedua
(tempat singgah ataupun peristirahatan di akhir pekan) maupun sebagai lahan
investasi (disewakan kembali). Hal ini tidak sejalan dengan gaya hidup bertinggal
di loft yakni gaya hidup bertinggal dan bekerja.
Fleksibilitas atau kemampuan beradaptasi dari unit hunian ini sebatas
pada lapisan stuff saja. Karena unit ini hanya dapat menjawab perubahan
kebutuhan penghuni dengan jalan mengubah efek visual dari ruang dalam seperti
mengganti material batas, merubah furnitur, memberikan sentuhan dekorasi, dsb.
2. Citylofts Sudirman

16
Gambar 2.7 Citylofts Sudirman
Sumber: http://www.spacestock.com
Citylofts adalah apartemen berkonsep loft yang menghubungkan fungsi
tempat tinggal dengan tempat kerja dalam setiap unitnya atau yang dikenal small
office home office (SOHO). Sebagai sebuah hunian vertikal, Citylofts dilengkapi
dengan citywalk (mall) yang difungsikan untuk food and beverage, leisure,
entertainment, fitness centre (gym), kolam renang dan fasilitas pendukung
lainnya.
Citylofts terdiri dari satu tower dengan 40 lantai, terdiri dari 466 unit lofts
dimana fungsi SOHO mulai dari lantai 7-40. Setiap lapis citylofts terdapat 6 tipe
hunian. Penamaan unitnya mengambil nama-nama kota besar di dunia yakni San
Fransisco, Paris, Boston, Milan, London, dan New York. Unit-unit ini memiliki
kesamaan secara umum yakni memiliki mezanin, void luas, ketinggian ceiling 5,4
m pada bagian void, denah terbuka tanpa sekat, jendela yang besar dan tidak ada
area servis. Perbedaan bentuk muncul dari tiap tipe karena unit-unit ini disusun
menyesuaikan dengan struktur, peletakan lift dan tangga darurat serta ruang-ruang
ME.
Citylofts memiliki ketinggian 40 lantai, maka dapat dikatakan Citylofts
merupakan apartemen tingkat tinggi dan apartemen pebisnis karena sarana yang
diberikan lebih ditekankan untuk sarana bekerja. Dilihat dari sisrem penyusunan
lantainya Citylofts merupakan apartemen dupleks (unit dua lantai). Citylofts juga
17
merupakan apartemen dengan bentuk massa Slab karena pencapaian ke setiap unit
melalui koridor. Denah yang terbuka tanpa partisi memberikan peluang bagi para
penghuni untuk berkreasi. Misalnya, Lantai mezanin dapat dimanfaatkan untuk
area yang sifatnya lebih privat sedangkan lantai bawahnya digunakan untuk
kegiatan yang bersifat publik. Area dekat dengan pantri dapat digunakan sebagai
dining area, serta pada daerah void dapat dimanfaatkan sebagai living area. Yang
perlu diperhatikan pada unit-unit yang berada di citylofts adalah tidak adanya
ruang servis, hal ini dikarenakan Citylofts ditujukan untuk kalangan pebisnis.
Luasan pada unit di Citylofts dapat dikatakan kecil karena itu segala cara
dilakukan untuk membuat unit ini terasa lebih leluasa, dari mulai denah yang
terbuka tanpa adanya partisi, variasi pada ceiling dari ketinggian ceiling 2,7 m ke
5,4 m pada bagian void, ditambah lagi dengan adanya jendela kaca (merupakan
fasad bangunan) yang penuh setinggi 5,4 m. Pemandangan kota yang ditawarkan
menjadi bagian dari interior. Cara ini cukup berhasil membuat unit terasa lebih
lapang.
Khusus untuk tipe loft mungkin penamaan tipe dua lantai ini perlu
ditelusuri terlebih dahuli, apakah sesuai dengan konsep loft sebagai berikut:
1) Denah ruang yang terbuka, baik lantai satu maupun dua memiliki denah lantai
yang terbuka tanpa partisi kecuali kamar mandi.
2) Setiap unit di Citylofts mempunyai ceiling yang tinggi hingga 5,4 m pada
bagian void.
3) Jendela yang besar akibat dari fasadnya. Hak ini sama dengan yang terdapat
pada kasus sebelumnya.
4) Sama dengan The Summit, Citylofts merupakan bangunan baru sehingga unit-
unitnya terlihat ‘rapi’ tidak seperti loft (bangunan industri). Apartemen ini dapat
dikategorikan sebagai Soft loft dan bi-level loft.
Menurut pihak pengelola perubahan terhadap unit yang biasanya penghuni
lakukan adalah memperluas lantai mezanin, memindahkan letak tangga dan
memberikan sentuhan dekorasi. Fleksibilitas terjadi pada lapisan space plan dan
stuff nya. Fleksibilitas pada space plan diwujudkan dengan adanya unit yang
digabungkan.

18
BAB III
METODE PERANCANGAN
A. Metode Pembahasan
Jenis metode pembahasan yang digunakan adalah metode kualitatif. Dalam
pembahasan digunakan beberapa studi kasus untuk menunjang judul perancangan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada setiap komponen perancangan memiliki
keterkaitan antar satu unit lainnya. Oleh karena itu, pendekatan ditekankan pada
setiap komponen yang berhubungan satu sama lain didalam sistemnya, serta
keseluruhan sistem tersebuy berhubungan dengan sistem yang ada di luarnya.
B. Waktu Pembahasan
Proses pengumpulan data, analisis data, hingga kesimpulan pembahasan mulai
dilakukan Juli-Agustus 2020.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam perancangan ini dikumpulkan dengan menggunakan
prosedur pengumpulan data, sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu metode pengumpulan data arsitektural maupun non-
arsitektural dengan cara mencari dan mengumpulkan data mengenai perancangan
Apartemen dengan Konsep Loft yang bersumber dari internet, buku, karya ilmiah,
jurnal dan hasil kajian terdahulu yang berkaitan dengan rancangan yang akan
dibahas.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
kelebihan dan kekurangan dari bangunan Apartemen yang telah menggunakan
konsep loft, sebagai pertimbangan dalam menyelesaikan masalah rancangan.
3. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan mengamati langsung
di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat,
merekam, mengukur dan mencatat kejadian. Metode ini dilakukan yaitu pada
penentuan tapak, orientasi bangunan, dan aspek-aspek yang berkaitan dengan
lokasi secara langsung.
D. Teknik Analisis Data
19
Dalam proses perancangan yang dilakukan, melalui beberapa tahapan
dengan melakukan terlebih dahulu berbagai analisa guna mendapatkan hasil yang
memuaskan. Analisa berhubungan langsung dengan obyek rancangan yang akan
dirancang, setelah menganalisa data – data tersebut digabungkan dan di olah
menjadi sebuah konsep perencanaan dan perancangan Apartemen dengan Konsep
Loft di Kota Makassar.
1. Analisis Tapak
Analisa tapak melipiti persyaratan tapak, analisa aksisbilitas, analisa
kebisingan, analisa pandangan/view, analisa sirkulasi matahari, analisa
angin,analisa vegetasi, dan zoning kawasan. Dengan mengumpulkan data maupun
melihat lokasi yang dapat digunakan untuk menentukan sebuah kawasan yang
akan dirancang.
2. Analisis Fungsi
Analisis ini bertujuan untuk menentukan fungsi ruangan yang akan
digunakan pada sebuah bangunan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Pengelompokan fungsi tersebut untuk lebih menata kondisi bangunan.
Penyusunan tersebut didasarkan pada kebutuhan ruang maupun jenis kegiatan.
Fungsi tersebut juga termasuk fungsi sosial yang dimiliki oleh bangunan agar
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang telah ada sebelumnya.
3. Analisis Aktivitas
Mengumpulkan data tentang berbagai jenis kegiatan yang dilakukan dalam
sebuah bangunan yang nantinya akan mempengaruhi besaran ruang yang ada pada
bangunan tersebut.
4. Analisis Pengguna
Menganalisis beberapa perusahaan yang berada di sekitar lokasi tapak
sebagai pelaku dalam obyek rancangan beserta aktivitas yang mereka lakukan.
Proses ini dilakukan dengan cara survey pada bangunan yang sudah ada maupun
mengambil data standar/literatur.
5. Analisis Ruang Luar dan Ruang Dalam
Berupa analisis fisik yang mendukung pendekatan masalah dari
perancangan yang dilakukan. Analisis ini terdiri dari kebutuhan ruang luar
(eksterior) maupun kebutuhan ruang dalam (interior). Analisis ruang terdiri dari
penyesuaian karakter fungsional bangunan, transformasi bentuk sesuai dengan
20
tema yang diambil, fungsi, hubungan antar ruang.
6. Analisis Obyek
Analisis obyek dilakukan dengan melakukan pendekatan yang disesuaikan
dengan tema yang digunakan dan melihat lingkungan lokasi. Analisis obyek
bertujuan untuk memahami obyek lebih jauh yang akan serasi terhadap
lingkungannya.
7. Analisis Struktur
Analisis yang berkaitan dengan bangunan, tapak, dan lingkungan sekitar
dan berpengaruh terhadap material ataupun struktur bangunan yang akan dipakai.
8. Analisis Bentuk
Analisis bentuk arsitektur bangunan maupun wilayah di karenakan suatu
bentuk atau rupa sangat mempengaruhi penafsiran seseorang terhadap suatu
tempat. Seseorang akan menafsirkan suatu tempat melalui makna yang ia tangkap.
Jika makna tersebut memperkuat pemahaman seseorang terhadap suatu area atau
tempat, maka tempat tersebut memiliki kualitas yang disebut kesesuaian visual.
Analisa bentuk bertujuan untuk mencapai kualitas daan kesesuaian visual.
8. Analisa Utilitas
Melihat bentuk rancangan yang mempunyai sitem tata massa yang sangat
luas, sangat diperlukan pemahaman utilitas yang nantinya akan digunakan agar
bangunan tersebut dapat bekerja dengan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Apartemen
https://www.academia.edu/13167018/Definisi_apartemen_2
https://www.99.co/blog/indonesia/kelebihan-loft-apartment/
https://www.99.co/blog/indonesia/loft-apartemen-konsep-unik-hunian/
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125407-050833.pdf
https://interiordesign.id/tipe-apartemen/
https://www.arsitur.com/2017/03/klasfifikasi-jenis-dan-pengelompokan.html
http://e-journal.uajy.ac.id/2183/3/2TA12174.pdf

Anda mungkin juga menyukai