Anda di halaman 1dari 58

PERENCANAAN KAMPUNG RAMAH ANAK DI KAMPUNG IROMEJAN,

KELURAHAN KLITREN, KOTA YOGYAKARTA

LAPORAN SPATIAL PLANNING CAPSTONE PROJECT

ROSA SALSABILA
5201511130

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

i
KATA PENGANTAR
Asalammualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kuasanya,
sehingga laporan SPCP ini dapat tersusun dengan baik hingga selesai.
Laporan ini berjudul “Perencanaan Kampung Ramah Anak Di Kampung Iromejan,
Kelurahan Klitren, Kota Yogyakarta”. Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat berharap kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini, sehingga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Terwujudnya laporan ini tidak terlepas dari dukungan moril, materil maupun spiritual
dari berbagai pihak. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini izinkan penulis
mengucapkan terima kasih yang penulis persembahan kepada :
1. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, ibunda Siti Aminah dan ayahanda
Muhammad Saifudin yang tidak pernah selalu memberi kasih sayang yang sangat luar
biasa dan memberikan doa serta dukungan tiada henti.
2. Ibu Ratika Tulus Wahyuhana, ST.,MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah
Kota Universitas Teknologi Yogyakarta.
3. Ibu Annisa Mu’awanah Sukmawati, ST.,MT selaku dosen pembimbing saya yang telah
memeberikan bimbingan, evaluasi dan saran kepada penulis agar penulisan laporan bisa
berjalan dengan baik.
4. Kepada semua Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah Kota Universitas Teknologi
Yogyakarta.
5. Terima kasih kepada keempat ketua RW Kampung Iromejan yang telahmemberikan izin
penelitian kepada penulis dan membantu penulis dalam tahap wawancara dengan sebaik
mungkin.
6. Terimakasih untuk teman-teman mahasiswa PWK 2020 yang memberikan penulis
semangat dan motivasi untuk mengerjakan laporan ini.
Yogyakarta, 13 Januari 2023

Rosa Salsabila

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 2
1.4. Sasaran Penilitian ..................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian.................................................................... 3
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 3
1.7. Keaslian Penelitian ................................................................... 6
1.8. Kerangka Pikir Penelitian......................................................... 9
1.9. Sistematika Penulisan ............................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 12
2.1. Kampung Ramah Anak ........................................................... 12
2.2. Praktis Kampung Ramah Anak Ideal ..................................... 16
2.3. Ruang Publik Ramah Anak .................................................... 21
2.4. Sintesis Literatur..................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 30
3.1 Prinsip Dasar Metode Penelitian ............................................. 30
3.2 Unit Amatan dan Unit Analisis ............................................... 30
3. 3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 30
3.4. Teknik Analisis........................................................................ 33
3.5. Kerangka Analisis/ Tahapan Penelitian ................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 35
4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................... 35
4.2 Analisis dan Pembahasan ........................................................ 38
4.3 Analisis Potensi dan Masalah Kampung Iromejan Menjadi KRA 42
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Yogyakarta .......................................................................................... 4


Gambar 1.2 Peta Administrasi Kecamatan Gondokusuman ......................................................................... 5
Gambar 1.3 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................................................... 10
Gambar 3.1 Kerangka Analisis Penelitian .................................................................................................. 34
Gambar 4.1 Peta Kampung Iromejan .......................................................................................................... 35
Gambar 4.2 Anak Bermain di Jalan ............................................................................................................ 36
Gambar 4.3 Peta Figure Ground Kampung Iromejan ................................................................................. 37
Gambar 5.1 Photomap RW 7 ...................................................................................................................... 44
Gambar 5 2 Photomap RW 8 ..................................................................................................................... 45
Gambar 5.3 Photomap RW 9 ...................................................................................................................... 45

DAFTAR TABEL
Table 1.1 Keaslian Penelitian ....................................................................................................................... 6
Table 2.1 Sintesis Literatur ......................................................................................................................... 23
Table 4.1 Jumlah dan usia anak-anak kampung Iromejan .......................................................................... 36

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak merupakan komponen penduduk yang mempunyai potensi tinggi untuk dikembangkan
dan sangat dibutuhkan untuk berperan aktif dalam pengembangan. Dari data Badan Pusat
Statistik tahun 2020 yang dimuat dalam profil Anak Tahun 2020 oleh Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak memproyeksikan bahwa 29,5 persen atau 79,709 juta Jiwa
Penduduk Indonesia pada tahun 2022 adalah anak-anak berusia 0-17 Tahun. Ini artinya hampir
satu di antara tiga penduduk Indonesia adalah anak-anak. Maka dari itu sangat penting bagi kita
untuk membina mentalitas dan moralitas anak mengingat anak adalah harapan masa depan
bangsa. Implementasi hak anak bukan hanya dalam konsep integrasi hak hak anak dalam sistem
perundang-undangan Indonesia tetapi bagaimana implementasi penegakan hak anak dan hukum
anak yang berjalan dalam praktek kehidupan bermasyarakat. Dalam merealisasikan pemenuhan
hak-hak anak serta perlindungan anak Indonesia yang telah tercantum dalam Undang-Undang
nomor 23 Tahun 2014 yang berisi bahwa Pemerintah Daerah menetapkan Pemberdayaan
perempuan dan perlindungan Anak wajib mengikuti peraturan pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Kabupatan/Kota dalam pelaksanaan pemenuhan hak anak.
Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 71 Tahun 2018 tentang Kampung
Ramah Anak, dalam Bab I Pasal, 1 Nomor 7, Kampung Ramah Anak adalah (KRA)
adalah kesatuan wilayah yang berbasis Rukun Warga yang menyatukan komitmen dan sumber
daya local, masyarakat, dan dunia usaha yang berada di lingkungan setempat, dalam rangka
menghormati, menjamin, dan memenuhi hak anak, melindungi anak dari tindak kekerasan,
eksploitasi, pelecehan, diskriminasi, dan mendengar pendapat anak, yang direncanakan
secara sadar, menyeluruh serta berkelanjutan (Undang- Undang, 2018). Untuk itu, adanya
Kampung Ramah Lingkungan ini, bertujuan untuk meningkatkan dan sebagai usaha masyarakat
dalam mewujudkan lingkungan masyarakat yang menjamin pemenuhan hak - hak anak.
. Dalam perkembangan, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Kantor Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan (KPMP) bekerjasama dengan Gugus Tugas Kampung Ramah
Anak, melakukan pendampingan hingga pengembangan disetiap kelurahan, namun terdapat
beberapa kelurahan yang belum maksimal pendampingan nya.

1
Kelurahan Klitren merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan
Gondokusuman, kota Yogyakarta, di beberapa titik kelurahan masih di jumpai permukiman yang
belum teratur, padat, sempit, dan panas karena kurang penghijauan. Salah satunya adalah
Kampung Iromejan. Kampung Iromejan adalah kampung yang paling padat di kelurahan Klitren,
maka dari itu, kampung ini merupakan daerah yang sangat panas dan daerah yang cukup kumuh.
Kampung iromejan adalah kampung padat penduduk disertai dengan permukiman yang
cenderung berdekatan, hal ini menyebabkan kurangnya ruang terbuka sebagai tempat bermain
anak-anak. Ruang seadanya pun dimanfaatkan oleh anak-anak sebagai tempat mereka bermain,
seperti jalan, teras dan halaman rumah. Ruang yang tidak aman akan berdampak bagi
keselamatan anak dan kenyamanan masyarakat. Namun, ruang yang nyaman untuk bermain dan
belajar anak jakan memberi dampak yang baik bagi kualitas hidup dan peningkatan wawasan
serta kemampuan berkomunikasi anak.

1.2. Rumusan Masalah


Iromejan sebagai kampung padat penduduk menyebabkan penyempitan lahan terbuka
akibat lahan terbangun. Hal ini tentu berdampak pada pemenuhan hak anak yaitu ruang bermain
anak.
Bermain bukan hanya sebatas aktivitas tanpa makna, namun dengan bermain inilah anak-
anak dapat belajar bersosialisasi, mengasah kemampuan berkomunikasi, belajar bermain sesuai
jenis kelamin, perkembangan wawasan diri dan kepribadian. Hal-hal ini akan memberi dampak
besar bagi peningkatan kualitas dan mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat jika di perhatikan
dengan baik.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah yang
akan digunakan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana rumusan strategi penataan kampung
ramah anak dan pengembangan ruang belajar dan bermain anak pada kampung
Iromejan?”

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari perancangan ini adalah untuk merumuskan perencanaan Kampung Iromejan
sebagai kampung ramah anak.

2
1.4. Sasaran Penilitian
1. Menganalisis Permasalahan Ruang Kampung Terkait Anak-anak
2. Menganalisis Kebutuhan Ruang/ Fasilitas di Kampung Iromejan
3. Merencanakan kampung ramah anak dan pengembangan ruang belajar dan bermain anak
pada kampung Iromejan

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Manfaat praktis
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, ide, dan usulan kepada
pemerintah untuk membenahi kampung yang sebelumnya tidak ramah bagi anak menjadi
kampung yang ramah bagi anak.
Manfaat nya bagi masyarakat adalah terwadahi nya keinginan dan gagasan masyarakat
berdasarkan kegelisahan dari masalah yang ada.
1.5.2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber pustaka ilmiah dalam penataan
kampung ramah anak dan pengembangan ruang belajar dan bermain untuk anak di kampung-
kampung lainnya.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian


1.6.1 Ruang Lingkup Wilayah

3
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Yogyakarta

Sumber : Indonesia geospasial (diolah)

Kota Yogyakarta berada pada posisi yang strategis yaitu sebagai ibukota Provinsi dan pusat
kegiatan regional yang mencakup kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa bagian
Selatan. Secara administratif, Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah 32,5 km2 yang terdiri dari
14 kecamatan dan 45 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Sleman.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Bantul.
3. Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Bantul dan Sleman.
4. Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Bantul dan Sleman.

Kota-kota besar di Indonesia salah satunya kota Yogyakarta sebagian besar di tempati
oleh pemukiman tidak terencana yang salah satunya dinamakan kampung. Walaupun kampung
dianggap sebagai permukiman tidak terencana namun kampung-kampung di Yogyakarta
memiliki daya tarik dari segi pariwisata, seperti kampung wisata, kampung kerajinan dan
kampung ramah anak dan lain-lain. Perkembangan kampung-kampung di kota Yogyakarta tidak
hanya disebabkan daya tarik wisata tetapi juga dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan ruang
untuk bertempat tinggal. Kampung–kampung yang letaknya tidak jauh dari fasilitas pendidikan
menjadikan tempat bagi para pelajar dari luar daerah untuk tinggal dan bermukim di kampung.
Pada penelitian ini akan diambil kecamatan Gondokusuman yang memiliki 5 kelurahan yaitu :

4
Gambar 1.2 Peta Administrasi Kecamatan Gondokusuman

Sumber : Indonesia geospasial (diolah)

Pada kelurahan Klitren sendiri terdiri dari 3 kampung yaitu Kampung Klitren Lor,
Kampung Iromejan, dan Kampung Kepuh.
Kampung Iromejan merupakan lokasi yang diambil dalam penelitian ini. Kampung
Iromejan yang berada di kelurahan Klitren, kecamatan Gondokusuman, kota Yogyakarta.
Kelurahan Klitren terdiri dari beberapa wilayah perkampungan yang dibagi berdasarkan RT dan
RW, salah satunya adalah Kampung Iromejan. Kelurahan Klitren terdiri dari 16 RW dan 63 RT,
4 RW diantaranya merupakan perangkat kampung Iromejan yaitu RW 007, 008, 009, dan 010
(BPS Kota Yogyakarta, 2018: 3). Berdasarkan data penduduk Kampung Iromejan berjumlah
2.332 jiwa, dapat dihitung rata-rata banyaknya jiwa setiap rumah tangga adalah empat (4) jiwa.
Luas wilayah kampung Iromejan yaitu 0,0766 km2 yang memiliki batas wilayah sebagai berikut.
- Sebelah Utara berbatasan dengan kampung Samirono.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kampung Klitren Lor.
- Sebelah Barat berbatasan dengan kampung Sagan.
- Sebelah Timur berbatasan dengan kampung Kepuh

1.6.2 Ruang Lingkup Materi


Lingkup pembahasan laporan meliputi beberapa hal terkait, antara lain:

5
1. Pembatasan bahasan dalam laporan meliputi disiplin ilmu Planologi, sedangkan disiplin
ilmu yang lain hanya sebatas pendukung, yang akan dibahas secara garis besar dan
diselaraskan dengan tujuan dan sasarannya.
2. Pemilihan lokasi atau site merupakan lokasi yang sesuai dengan kriteria-kriteria pokok
pembahasan laporan.
3. Kampung Iromejan merupakan bagian Kelurahan Klitren yang padat penduduk, jalan
gang yang sempit, dan cukup panas karena kurang penghijauan. Maka dari itu perlu nya
menata kampung tersebut menjadi kampung yang lebih nyaman dan inklusif yaitu ramah
anak (memenuhi hak-hak anak), serta menjadi salah satu kampung yang berkelanjutan
seiring berkembangnya sebuah kota

1.7. Keaslian Penelitian


Table 1.1 Keaslian Penelitian

KEASLIAN PENELITIAN
Nama, Judul, Fariza Widy Athia, Ari Subowo, Teuku Afrizal : Implementasi
Tahun Program Kampung Ramah Anak (Kra) dalam Pemenuhan Hak Anak
Penelitian Di Kampung Karanganyar Rw 16 Kota Yogyakarta, 2022
Variabel Pemenuhan Hak Anak
Metode Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus.
Kesimpulan Implementasi Program Kampung Ramah Anak dalam Pemenuhan Hak
Anak di RW 16 Kampung Karanganyar belum dapat optimal dalam
1 pelaksanaannya, hal tersebut dibuktikan dengan masih adanya
beberapa kendala yang ditemui pada upaya pemenuhan hak-hak anak
yang dilihat melalui lima klaster hak anak, seperti kendala dalam
kepengurusan organisasi anak yang berdampak pada tidak sampainya
pendapat atau suara anak hingga Musrenbang Kelurahan, serta masih
minimnya fasilitas sarana dan prasarana ramah dan kreatif untuk
pemenuhan waktu luang anak.
Kendala yang ditemui pada pelaksanaan program KRA di RW 16
Kampung Karanganyar juga dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor

6
yang menghambat pada pelaksanaan program kampung ramah anak di
RW 16 Kampung Karanganyar. Berbagai faktor penghambat tersebut
yakni sumber daya pada aspek kuantitas sumber daya manusia, sumber
daya pada aspek finansial atau anggaran, serta komunikasi dan
koordinasi terutama dengan pihak Dinas dan Kelurahan.
Sedangkan, faktor pendukung pelaksanaan program KRA di RW 16
Karanganyar yakni ukuran dan tujuan, sumber daya pada aspek
kualitas sumber daya manusia, karakteristik agen pelaksana, disposisi
pelaksana, dan lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.
Nama, Judul, Noni Novia Berutu : Implementasi Program Kampung Wisata Ramah
Tahun Anak Dalam Upaya Pemenuhan Hak Anak Di Belawan Bahari Kota
Penelitian Medan, 2020
Variable Pemenuhan Hak Anak
Metode Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif.
Kesimpulan Dalam pengembangan kota layak anak ada lima klaster yang terdapat
dalam Hak Anak sesuai Konvensi Hak Anak yaitu Hak sipil dan
2 kebebasan, lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, kesehatan
dasar dan kesejahteraan, pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan
kegiatan budaya dan perlindungan Khusus. Berdasarkan hasil
penelitian saya di Kelurahan Belawan Bahari dari kelima klaster
terebut yang sudah terlaksana yaitu Pendidikan, Pemanfaatan waktu
luang dan Kegiatan budaya ditandai dengan adanya pendidikan
karakter anak dan yang dilingkungan dua belas dengan tema ramah
anak dengan membuat pondok baca, tanaman hidroponik, tembok-
tembok yang di cat warna-warni.
Nama, Judul, Ani Farida : Penerapan Konsep Child Friendly Space Pada Ruang
Tahun Publik Kampung Badran Yogyakarta,2014
3 Penelitian
Variabel Child Friendly Space Pada Ruang Publik
Metode Jenis penelitian pada penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

7
dengan pendekatan kualitatif yang menggambarkan, menceritakan,
serta melukiskan data secara sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang dikaji berdasarkan data yang diperoleh
Kesimpulan Ruang Publik Kampung Badran sudah memenuhi konsep Child
Friendly Space yaitu dalam, a. Menyediakan ruang yang aman bagi
anak untuk bermain dan bersosialisasi, b. Mendukung tumbuh
kembang anak dengan menyediakan fasilitas seperti kolam renang,
ayunan, dan gazebo yang mudah diakses oleh anak. Ruang Publik
Kampung Badran memiliki kekurangan yaitu, a. Tidak memiliki
program pendukung seperti kegiatan rutin untuk memaksimalkan
pemanfaatan fasilitas ruang public Kampung Badran b. Tidak adanya
staff lapangan untuk mengawasi ruang publik Kampung Badran secara
intensif
Nama, Judul, Rosa Salsabila : Perencanaan Kampung Ramah Anak Di Kampung
Tahun Iromejan, Kelurahan Klitren, Kota Yogyakarta, 2022
Penelitian
Variabel Rencana KRA berdasarkan kondisi keruangan
Metode Kualitatif Deskriptif
Kesimpulan Strategi perencanaan KRA berbasis kesiapan masing-masing RW di
Kampung Iromejan. Ada empat RW di Kampung Iromejan ini, yaitu
RW 7, RW 8, RW 9, dan RW 10. Dari empat RW ini yang
4
menunjukan kesiapannya untuk bergerak menuju KRA adalah RW 7,8,
dan 9. Pada perencanaan keruangannya maka perlu dibuatnya tempat
bermain anak di ruang terbuka, perlu diadakan taman baca di ruang
tertutup agar anak-anak dapat dengan nyaman dan fokus dalam
membaca buku, dan perlu ada lapangan terbuka yang cukup luas dapat
menjadi lapangan terbuka yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak
yang gemar bermain bola atau permainan lain yang membutuhkan
tempat terbuka.

Sumber : Data Pribadi, 2022

8
1.8. Kerangka Pikir Penelitian
Berikut merupakan kerangka pola pikir dalam melakukan penelitian guna merumuskan strategi penataan dan
pengembangan kampung ramah anak di kampung Iromejan :

9
Gambar 1.3 Kerangka Pikir Penelitian

Sumber : Data Pribadi, 2022

10
1.9. Sistematika Penulisan
Demi mencapai sebuah laporan Spatial Planning Capstone Project yang terarah dan
sistematis, penulis membuat sistematika penulisan laporan Penataan Kampung Imojeran sebagai
Kampung Ramah Anak, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang, latar belakang pemilihan lokasi, latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan, sasaran, manfaat, ruang lingkup penelitian, ruang lingkup wilayah, kerangka
piker, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Literatur yang membahas tentang kepadatan pendudukan suatu pemukiman, kepadatan
penduduk, ruang bermain anak, perilaku bermain anak dan perancangan ruang bermain.

BAB III METODE PENELITIAN


Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif yang terdiri dari tahap pengumpulan
data, tahap analisis data dan tahap penarikan kesimpulan.

BAB IV ANALISIS dan PEMBAHASAN


Analisis permasalahan berdasarkan data-data yang diperoleh tentang data standar
kepadatan pemukiman, pemetaan lokasi ruang bermain anak, data kegiatan bermain anak-anak di
kampung Iromejan, data kondisi ruang bermain, tempat belajar yang nyama, fasilitas sosial dan
kesehatan yamg tersedia dan strategi pemenuhan nya, pola aktivitas, pola pergerakan, jenis
permainan, jumlah anak yang bermain.

BAB V PENUTUP
Membahas kesimpulan yang berupa temuan dari hasil analisis pada bab sebelumnya serta
memberikan saran dan rekomendasi berupa rumusan strategi.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kampung Ramah Anak


Kampung ramah anak merupakan bagian dari program Kabupaten/Kota Layak Anak
sebagai suatu kegiatan dalam pengembangan suatu pemerintahan. Dalam menciptakan
lingkungan yang kondusif dapat dilakukan dari yang paling bawah yaitu keluarga. Untuk
meningkatkan kualitas pembangunan dalam lingkungan keluarga dibentuklah kebijakan dari
pemerintah dengan adanya kampung ramah anak (KRA).

2.1.1. Pengertian Kampung Ramah Anak


Kampung Ramah Anak merupakan suatu program yang dilakukan oleh warga yang
tergabung dalam rukun kampung berupa usaha pemenuhan hak sipil anak untuk memberikan
kesempatan tumbuh dan berkembang berdasarkan kondisi realistik menuju kampung yang
mampu memberi kenyamanan, layak huni dan layak kembang dengan dasar kesehatan,
pendidikan serta pemenuhan kebutuhan dasar hidup.
Kampung ramah anak merupakan suatu perkampungan/pedesaan yang ada di
daerah/wilayah yang mempunyai tugas dalam melindungi anak khususnya dalam pemberian hak
yang ada pada diri anak. Kampung yang berbenah untuk menuju kampung yang nyaman dan
aman untuk anak, sehingga anak mampu untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkup tempat
tinggalnya. Menurut laporran akhir kajian pengembangan kota layak anak Kota Yogyakarta 2012
(Yudiana, 2016) kampung ramah anak merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan
kepada anak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi realistik
kampung yang mampu memberikan kenyamaan, layak untuk tempat tinggal dengan dasar adanya
kesehatan, pendidikan serta terpenuhinya kebutuhan yang menjadi dasar untuk hidup yang
dilakukan oleh lingkup mayarakat yang ada di Kampung tersebut.
Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 71 Tahun 2018 tentang Kampung
Ramah Anak, dalam Bab I Pasal, 1 Nomor 7, Kampung Ramah Anak adalah (KRA) adalah
kesatuan wilayah yang berbasis Rukun Warga yang menyatukan komitmen dan sumber daya
local, masyarakat, dan dunia usaha yang berada di lingkungan setempat, dalam rangka
menghormati, menjamin, dan memenuhi hak anak, melindungi anak dari tindak kekerasan,

12
eksploitasi, pelecehan, diskriminasi, dan mendengar pendapat anak, yang direncanakan secara
sadar, menyeluruh serta berkelanjutan (Undang-Undang, 2018). Untuk itu, adanya Kampung
Ramah Lingkungan ini, bertujuan untuk meningkatkan dan sebagai usaha masyarakat dalam
mewujudkan lingkungan masyarakat yang menjamin pemenuhan hak-hak anak. Selain itu, dalam
Kampung Ramah Anak menerapkan prinsip-prinsip, yaitu non diskriminasi, hak untuk hidup,
hak kelangsungan hidup, hak perkembangan anak, hak kepentingan terbaik bagi anak, dan
partisipasi anak.
Masyarakat dengan pihak pemerintah bekerjasama dalam membangun kampung dengan
sistem pembangunan berbasis hak anak dengan memegang teguh komitmen dan meningkatkan
sumberdaya yang telah tersusun dan terencana, menyeluruh dan berkelanjutan dalam
tindakan/kebijakan dalam melindungi anak. Hal ini menujukkan bahwa kampung ramah anak
mmerupakan bagian dari Kota/Kabupaten Layak Anak yang telah dicanangkan oleh pemerintah
dalam perlindungan anak.
Kampung Ramah Anak merupakan langkah awal untuk menciptakan Kota Layak Anak
(KLA). Kota Layak Anak menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak nomor 4 Tahun 2011 adalah Kabupaten atau Kota yang mempunyai sistem
pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana dan menyeluruh dan berkelanjutan
dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan anak.
Dengan demikian, Kampung Ramah Anak adalah realisasi program sebagai perwujudan dari
kabupaten atau kota layak anak. Program dari KRA merupakan program yang mempunyai tujuan
untuk memenuhi hak-hak anak melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

2.1.2. Tujuan Kampung Ramah Anak


Kampung ramah anak memiliki suatu tujuan yaitu menjadikan kampung menjadi lebih
maju dalam bentuk kebijakan/peraturan/ketetapan, program maupun kegiatan pembangunan
yang ditujukan untuk pemenuhan hak dan perlindungan anak (PHPA). Tujuan dari pelaksanaan
kampung ramah anak (Yudiana, 2016) diantaranya :

a) Membantu pemerintah, masyarakat, serta dunia usaha untuk membangun inisiatif dalam
mengapresiasikan anak.

13
b) Meningkatkan pemahaman untuk pemerintah, masyarakat maupun lingkungan tempat
tinggal anak dalam memenuhi hak partisipasi anak.

c) Memberikan tempat maupun ruang serta kesempatan bagi anak dalam lingkungannya
untuk menyampaikan kebutuhan dan keinginannya dalam pembangunan.

d) Membangun kemampuan, minat, serta bakat yang dimiliki oleh setiap anak sehingga
kemampuan serta keinginan anak dalam bidang tertentu dapat terus berkembang.

e) Membantu mempercepat dalam proses kesejahteraan, perlindungan dan tumbuh kembang


anak

f) Meningkatkan potensi sumberdaya manusia, keuangan, sarana prasarana, dan teknologi.

Adanya kampung ramah anak membantu meringankan pemerintah maupun lingkungan


untuk memberikan hak-hak yang melekat dalam diri anak serta melindungi anak daritindakan-
tindakan yang berbahaya bagi diri anakdan lingkungannya; mengembangkan kemampuan
potensi, minat dan bakat anak melalui kegiatan-kegiatan yangdiberikan dari pihakpengurus
kampung ramah anak; membantu orangtua dalam mengawasi aktifitas yang dilakukan oleh anak
serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak. Dengan adanya kampung ramah anak
dapat membantu anak untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya serta
masyarakat, lingkungan, dan keluarga ikut berperan serta dalam memajukan kampong ramah
anak.
Gambaran mengenai perlindungan sosial berbasis kampung ramah anak ini
dideskripsikan secara analitis sesuai dengan tujuan penelitian yang antara lain hendak
mengeksplorasi nilai-nilai kampung yang ramah anak berdasarkan pemahaman masyarakat
dimana strtaegi pengembangan dilaksanakan dalam program KRA. Hal ini sangat penting
mengingat Yogyakarta di tengah arus globalisasi atau modernisasi yang melanda dan
mempengaruhi generasi muda rentan oleh buda

2.1.3. Indikator Kampung Ramah Anak

14
Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang pengembangan Kota Layak Anak, semua wilayah kota
dapat dijadikan sebagai Kota Layak Anak/Desa Ramah Anak, tetapi ada 2 indikator yang harus
dipenuhi di tiap wilayah supaya wilayah tersebut dapat dikatakan sebagai kota layak anak. Teguh
Yoga Fitran(2013) menjelaskan adapun indikator yang ditetapkan oleh Kantor Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta adalah :

a) Adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk pemenuhanhak anak,


b) Persentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk untuk penguatan kelembagaan
c) Jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan, program dan kegiatan yang
mendapatkan masukan dari forum anak
d) Tersedia Sumber Daya Manusia terlatih, kluster hak anak dan mampu menerapkan hak
anak kedalam program, kebijakan, dan kegiatannya

Dengan adanya indikator tersebut, diharapkan semua kampung di wilayah kota Yogyakarta
dapat memenuhi seluruh indikator ketika akan merintis kampung ramah anak di wilayahnya.
Sebab menurut data dari Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak Daerah
Istimewa Yogyakarta yang diakses melalui (DP3AP2 Jogjaprov, 2021) menjelaskan bahwa
terdapat 441 anak sebagai korban kekerasan sepanjang tahun 2020.

2.1.3. Pola bermain anak


1. Bermain dengan mainan
Pada permulaan masa awal kanak- kanak bermain dengan mainan merupakan bentuk
yang dominan. Minat bermain dengan mainan mulai agak berkurang pada akhir awal masa
kanak- kanak pada saat anak tidak lagi dapat membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat
hidup.
2. Dramatisasi
Sekitar usia 3 tahun dramatisasi terdiri dari permainan dengan meniru pengalaman-
pengalaman hidup, kemudian anak- anak bermain permainan pura- pura dengan temannya seperti
polisi dan perampok, penjaga toko, berdasarkan cerita- cerita yang dibacakan kepada mereka
atau bisa juga berdasarkan acara filem dan televisi yang mereka lihat.

15
3. Konstruksi
Anak- anak mulai membuat bentuk- bentuk dengan balok- balok, pasir, lumpur, tanah
liat, manik- manik, cat, pasta, gunting, krayon, sebagian besar konstruk yang dibuat merupakan
tiruan dari apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari- hari atau dari televisi. Menjelang
berakhirnya awal masa kanak- kanak, anak- anak sering menambahkan kereativitasnya kedalam
konstruksi- konstruksi yang dibuat berdasarkan pengamatan- pengamatannya dalam kehidupan
sehari- hari.

4. Permainan
Dalam tahun keempat anak mulai lebih mempunyai permainan yang dimainkan bersama
dengan teman- teman sebayanya dari pada dengan orang- orang dewasa. Permainan ini dapat
terdiri dari beberapa permainan dan melibatkan beberapa peraturan. Permainan yang menguji
ketrampilan adalah melempar dan menangkap bola.
5. Membaca
Anak- anak senang dibacakan dan melihat gambar dari buku, yang sangat menarik adalah
dongeng- dongeng dan nyanyian anak- anak, cerita tentang hewan, dan kejadian sehari- hari.
6. Film, radio dan televisi
Anak- anak jarang melihat bioskop namun anak- anak suka melihat filem kartun, filem
tentang binatang, dan filem rumah tentang anggota keluarga. Anak- anak juga senang
mendengarkan radio tetapi lebih senang melihat televisi. Ia lebih suka melihat acara anak- anak
yang lebih besar dari pada usia prasekolah. Perkembangan bermain berhubungan dengan
perkembangan kecerdasan seseorang, maka taraf kecerdasan seseorang anak akan mempengaruhi
kegiatan bermainnya. Artinya jika anak memiliki kecerdasan rata- rata, kegiatan bermain
mengalami keterbelakangan dibandingkan dengan anak

2.2. Praktis Kampung Ramah Anak Ideal


Kampung ramah anak adalah langkah awal untuk menciptakan Kota yang layak anak.
Kota yang layak anak tidak hanya kota yang memiliki bangunan mewah, tetapi juga memiliki
ruang dan fasilitas penunjang tumbuh kembang anak. Menurut Jokowi dalam Sindonews (edisi
April 2013) di sebuah perkampungan harus ada fasilitas penunjang tumbuh kembang anak,
perangkat informasi teknologi juga agar anak yang berada di kawasan kumuh dapat mengakses,

16
mengerti dan mengoperasikan komputer serta mengakses buku-buku. Child Friendly Spaces
adalah pendekatan pemrograman hak anak yang mendukung kesejahteraan anak-anak di tengah
keadaan darurat (unicef.org, 2011).
CFS digunakan sejak tahun 1999 untuk melindungi anak-anak dengan menyediakan
ruang yang aman dan pengawasan terhadap kegiatan, dengan cara menaikkan kesadaran risiko
terhadap anak-anak, dan memobilisasi masyarakat untuk memulai proses menciptakan
Lingkungan pelindung.
Dalam A Practical Guide to Developing Child Friendly Spaces, UNICEF menyatakan:
“Child Friendly Spaces can be defined as places designed and operated in a participatory
manner, where children affected by natural disasters or armed conflict can be provided with a
safe environment, where integrated programming including play, recreation, education, health,
and psychosocial support can be delivered and/or information about services/supports
provided”
http://www.unicef.org/protection/A_Practical_Guide_to_Developing_Ch ild_Friendly_Spaces_-
_UNICEF_(1).pdf
CFS dapat didefinisikan sebagai tempat yang dirancang dan dioperasikan secara
partisipatif, dimana anak-anak yang terkena bencana alam atau konflik bersenjata dapat
diberikan lingkungan yang aman, program terpadu (termasuk bermain, rekreasi, pendidikan,
kesehatan) dan dukungan psikososial. Secara umum CFS mengacu pada program jangka pendek
hingga jangka menengah, dan sering dioperasikan dari tenda dan/atau struktur sementara
misalnnya di sekolah, di bawah pohon atau bangunan kosong (UNICEF, 2011:9). Selain
menetapkan standar minimum untuk mereka, UNICEF terlibat dalam pembentukan dan
koordinasi. Dalam A Practical Guide to Developing Child Friendly Spaces terdapat enam Prinsip
Utama CFS yang digunakan untuk perencanaan, pengembangan dan operasi ruang ramah anak.

a. CFS are secure and "safe" environments for children (CFS merupakan tempat
yang aman dan terlindungi untuk anak-anak)
Anak-anak memerlukan dukungan segera dan lingkungan aman dalam keadaan yang
berbahaya. Semua pihak yang terlibat (yaitu pemerintah, donor, organisasi, LSM) harus
berkomitmen untuk memastikan bahwa anak-anak aman dan terlindungi setiap saat dalam
keadaan darurat. CFS menyediakan sistem yang aman dan mendukung anak-anak dan keluarga

17
selama masa krisis. Lingkungan yang aman selalu menjadi fokus CFS. Keamanan harus menjadi
faktor dalam desain sebuah ruang fisik dan operasi CFS. Staf lapangan dapat mendukung upaya
keamanan dengan memberikan informasi dan berbagi pengetahuan dengan orang tua dan anak-
anak dan mendorong partisipasi aktif mereka dalam proses mengembangkan lingkungan yang
aman untuk anak-anak. Upaya tersebut antara lain:
1) Menyediakan sistem dukungan cepat dan efisien dan respon untuk keselamatan anak-
anak setelah keadaan darurat
2) Menciptakan lingkungan untuk anak-anak yang melindungi mereka dari kekerasan,
eksploitasi dan penyalahgunaan;
3) Memiliki kemampuan sebagai pelindung
4) Menyediakan tempat untuk mengidentifikasi anak-anak berisiko tinggi

b. CFS provide a stimulating and supportive environment for children (CFS


menyediakan lingkungan yang mendukung dan merangsang pertumbuhan anak)
Penting dalam CFS untuk menyediakan lingkungan yang mendukung anak-anak. Lingkungan
yang mendukung memerlukan tiga unsur kunci:
1) serangkaian kegiatan dan program yang sesuai;
2) lingkungan fisik untuk memfasilitasi kegiatan dan program;
3) staff yang mendorong, mendukung dan sensitif.
Dalam keadaan darurat, anak-anak perlu merasa bahwa mereka memiliki struktur dalam
hidup mereka. Misalnya, adalah penting untuk memiliki program yang terstruktur dengan baik di
CFS. Anak-anak harus memiliki kebebasan untuk memilih kegiatan, dan memutuskan dalam
kegiatan mana akan berpartisipasi. Struktur fisik juga penting untuk melaksanakan berbagai
macam kegiatan. Ketersediaan material yang tepat, alat, dan objek bermain merupakan hal yang
penting. Jika suatu saat terdapat kekurangan material, ada risiko bahwa akan ada kompetisi,
perkelahian, dan frustrasi di kalangan anak-anak. Partisipasi anak dan masyarakat dalam
pemilihan kegiatan akan meningkatkan sifat mendukung CFS. Staf dituntut untuk menyadari dan
mempraktekkan pendekatan belajar aktif. Anak-anak harus dibiarkan untuk membangun ikatan
dan berinteraksi sosial sebanyak mungkin.

18
c. CFS are built on existingstructures and capacities within a community (CFS
dibangun di dalam struktur yang ada di masyarakat)
Pemrograman CFS dalam keadaan darurat akan sukses jika diintegrasikan pada kapasitas
yang ada pada struktur masyarakat, masyarakat sipil dan organisasi pemerintah. Selama situasi
krisis masyarakat mengembangkan mekanisme bertahan hidup untuk merespon keadaan yang
mendadak dan belum diketahui. Memahami mekanisme penanggulangan bencana sangat penting
untuk mengembangkan kegiatan dan layanan di CFS yang sesuai untuk situasi yang ada. Dalam
mengembangkan CFS harus ada pemahaman tentang kehidupan keluarga dan anak-anak dalam
masyarakat. Memahami kehidupan anak-anak dan keluarga yang penting untuk setiap desain dan
program yang berpusat pada anak.

d. CFS use a fully participatory approach for the design and implementation (CFS
menggunakan pendekatan partisipasif sepenuhnya untuk desain dan implementasi)
Yang intinya bahwa partisipasi memberikan suara kepada sub-kelompok yang berbeda
dari anak-anak dan memungkinkan rasa kepemilikan daerah setempat yang berkontribusi untuk
kualitas program, kesetaraan dan keberlanjutan”. Pendekatan yang paling efektif dan
berkelanjutan untuk mempromosikan kesejahteraan psikososial dan pemulihan adalah untuk
memperkuat kemampuan keluarga dan masyarakat untuk mendukung satu sama lain. Manfaat
yang melibatkan keluarga dan anak-anak meliputi:
1) Keluarga memiliki pengetahuan ahli tentang komunitas mereka. Mereka akan dapat
menentukan apa yang akan atau tidak akan berhasil.
2) Partisipasi akan membantu menghindari tantangan dan kesalahpahaman dalam jangka
panjang
3) Partisipasi aktif akan memberdayakan anggota komunitas. Ini akan memberikan mereka
kesempatan untuk kepemilikan dan “sense of control” atas kehidupan mereka dalam
kondisi tidak stabil.
4) Kontribusi masing-masing aktor untuk pengembangan inisiatif sesuai dengan kapasitas
mereka dan bekerja sama dengan mitra lain memberikan kemungkinan bagi
keberlanjutan lainnya.

19
e. CFS provide or support integrated services and programmes (CFS menyediakan
layanan dukungan dan program terpadu)
Aktivitas pemrograman harus diintegrasikan sebanyak mungkin. Tiga sektor yang paling
terlibat dari CFS adalah pendidikan, perlindungan, dan kesehatan (Namun, CFS tidak terbatas
pada sektor-sektor ini saja dan memberikan kesempatan untuk melibatkan berbagai sektor yaitu
air dan sanitasi).
Kegiatan yang diintegrasikan ke dalam sistem yang lebih luas yaitu mekanisme dukungan
masyarakat, sistem sekolah formal, pelayanan kesehatan umum, pelayanan kesehatan mental
umum, dan pelayanan sosial, serta cenderung menjangkau lebih banyak orang Memberikan atau
mendukung layanan dan program terpadu berarti:
1) Penyisihan seperangkat terintegrasi yang saling memperkuat paket pelayanan dasar
untuk anak-anak dan keluarga mereka (yaitu dukungan untuk ibu dan bayi, rekreasi,
dan konseling bagi orang tua.);
2) Layanan terpadu holistik dan mendukung;
3) Penyediaan pelayanan dasar, dengan menggunakan pendekatan berbasis hak untuk
menjamin hak atas kelangsungan hidup, pengembangan, partisipasi dan perlindungan.
4) rujukan sistem / mekanisme yang terkoordinasi untuk memastikan anak-anak memiliki
akses ke layanan dasar yang relevan, seperti air bersih, makanan bergizi, sanitasi yg
kering, jamban, imunisasi, perawatan dan pengobatan untuk HIV dan AIDS, dll;
Selain itu, memberikan informasi tentang sektor yang berbeda, mengirim pesan
tentang kebersihan, gizi, dan kesehatan, dan bagaimana untuk mendapatkan akses ke
berbagai layanan;
5) Pemrograman terpadu yang membahas kebutuhan dan kesenjangan dalam pelayanan,
membangun kapasitas lokal.

f. CFS are inclusive and non-discriminatory (CFS adalah tempat terbuka dan tidak
diskriminatif)
Sebuah proses yang inklusif dan pendekatan non-diskriminatif memastikan bahwa semua
anak terlepas dari kelas, gender, kemampuan, bahasa, etnis, orientasi seksual mereka, agama,
kewarganegaraan memiliki akses yang sama ke CFS. Kepentingan terbaik anak harus menjadi
pertimbangan utama, yaitu mempertimbangkan apa yang akan menjadi dampak yang baik bagi

20
anakanak dan menghindari dampak yang merugikan bagi anak-anak. Dalam banyak kasus,
bagaimanapun, kelompok yang paling rentan, termasuk anak yang beresiko yang tidak dapat
mengakses layanan dan program CFS dengan alasan:
1) Kegiatan di CFS mungkin bertentangan dengan kehidupan sehari-hari dan kebutuhan
hidup kelompok;
2) Biasanya pengasuh membawa anak-anak ke CFS atas dasar sukarela. Kadangkadang,
yang paling keluarga tidak memahami nilai CFS untuk anak-anak mereka;
3) Kegiatan CFS mungkin tidak atau mungkin bertentangan dengan keyakinan budaya
kelompok dalam masyarakat;
4) Keluarga yang paling parah terkena dampak dan rentan cenderung untuk
berpartisipasi dalam proses masyarakat untuk perencanaan dan operasi; 5)
Kesetaraan gender ditegakkan dan perbedaan kelas, kasta, agama diterima;
5) Diakses untuk semua orang, termasuk anak perempuan hamil dan perempuan dan
anak-anak dengan cacat. Hambatan tersebut dapat diatasi dengan menetapkan awal
inklusif, nondiskriminatif dan partisipatif proses untuk desain dan operasi CFS
2.3. Ruang Publik Ramah Anak
Ruang publik adalah lingkungan sosial bagi perkembangan anak. Menurut Urin
Bonfrenbrenner, seorang pakar perkembangan mengatakan bahwa, anak-anak berkembang
dipengaruhi oleh konteks sosial dalam kehidupan anakanak (Fajri, 2009: 4).
Masalah utama yang masih terjadi pada anak-anak di Indonesia yaitu kesenjangan pada
berbagai aspek, salah satunya adalah kesenjangan sosial. Dalam mengatasi kesenjangan,
pemerintah melalui Kemen PPPA membina organisasi anak yaitu Forum Anak Nasional (FAN).
Forum ini dikembangkan pada setiap jenjang administrasi pemerintahan seperti kelurahan, desa,
kawasan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga tingkat nasional. Tentunya, untuk
mendukung program ini sebagaimana tercantum dalam pasal 21 undang-undang perlindungan
anak bahwa pemerintah daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mendukung kebijakan nasional dalam penyelenggaraan perlindungan anak di daerah dengan
diwujudkan melalui upaya dalam membangun Kabupaten/kota Layak Anak (KLA). Melalui
program tersebut, pemerintah mengintegrasikan komitmen dari pemerintah, masyarakat, media
dan dunia usaha dalam rangka pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak (Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik, 2019).

21
Ruang publik menurut teori ekologi ditempatkan sebagai mesosistem, yakni ruang
kolektif di mana anak-anak melaksanakan tugas-tugas perkembangannya di luar rumah. Ruang
kolektif ini sangat menentukan kualitas perkembangan anak, sehingga ruang publik adalah
bagian penting dari pembentukan kualitas sosial perkembangan anak di luar rumah. Ruang
publik berupa taman bermain adalah suatu lingkungan yang penting bagi anak-anak untuk
bermain dan bergaul dengan teman sebaya mereka. Aktivitas anak-anak pada taman bermain
akan lebih hidup jika pada taman bermain dilengkapi dengan fasilitas bermain yang aman dan
nyaman sehingga anak-anak merasa senang dan menikmati waktu mereka.
Meskipun aman dan nyaman, pengawasan orang tua tetap dibutuhkan untuk memastikan
bahwa anakanak tersebut dijaga sehingga aman. Mengawasi anak secara langsung atau bahkan
bermain dengan anak adalah suatu kesempatan bagi orang tua untuk mengakrabkan diri sekaligus
menjalankan kewajiban orang tua untuk mendidik anak. Pengawasan orang tua menjadi hal yang
penting dan merupakan salah satu persyaratan ruang publik ramah anak. Kalau kita merujuk
kembali ke UU Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 dan peraturan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan 23 Anak, berikut ini adalah beberapa hak anak yang
dapat terpenuhi dengan adanya taman bermain yang ramah anak:
1) Anak dapat bertemu dan bermain bersama teman-temannya
2) Anak aman bermain di taman ini
3) Merupakan ruang hijau dan pohon-pohonnya berfungsi membersihkan udara
4) Semua orang bisa mengakses taman karena tidak dikenakan biaya masuk
5) Menjadi sarana berkegiatan bersama keluarga (membantu orang tua melaksanakan
kewajiban orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak, pasal 26) Perkembangan ruang ramah
anak tidak membutuhkan modal besar, hanya sebuah taman yang dilengkapi sarana permainan
anak dan berbagai jenis pohon dan tanaman sebagai vegetasi yang dapat menyejukkan dan
memberi rasa nyaman
Perwujudan lingkungan ramah anak diawali dengan penelitianmengenai persepsi anak
dalam ruang kota, oleh Kevin Lynch (1977). Dalampenelitian tersebut dinyatakan bahwa peran
komunitas merupakanhal penting dalam proses kegiatan anak dalam kota. Lynch juga
menyatakanbahwa persepsi anak merupakan aspek penting dalam perbaikan sebuahkota. Lynch
mengemukakan empat kriteria yang perlu diperhatikan dalampencapaian lingkungan yang ramah
anak bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu:

22
1) Keamanan, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan lokasi dengan sifat yang
tidak membahayakan baik dari pihak luar maupunpihak dalam yang menjadi ancaman. Serta
tidak ada sesuatu yangmembatasi akses visual orang tua ke tempat bermain,
dalamkonteksmengamati keadaan anak.
2) Keselamatan, yaitu jarak aman dari lalu lintas, serta segala permukaanyang bersifat
tidak membahayakan.
3) Kenyamanan, yaitu tersedianya sarana dan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan anak,
serta mencegah adanya gangguan dalamaktivitasnya.
4) Jangkauan Pelayanan, yaitu akses menuju sarana dan fasilitas denganjarak yang
terjangkau.

2.4. Sintesis Literatur

Table 2.1 Sintesis Literatur

Sasaran Uraian teori Sumber Indikator


Faktor penghambat Ketersediaan lahan
muncul dari kurangnya terbuka
respon positif dari
masyarakat atau warga,
kurangnya area dan
fasilitas untuk
Menganalisis mendukung
Permasalahan terlaksananya kampung
Jazariyah (2016)
Ruang Kampung ramah anak seperti
Terkait Anak-anak tidak adanya area yang
cukup untuk bermain
anak-anak, sulitnya
kerjasama dari para
koordinir, kurang
berjalannya sosialisasi
antar warga.

23
Menurut Urin
Bonfrenbrenner,
seorang pakar
perkembangan
mengatakan bahwa, Fajri (2009)
anak-anak berkembang
dipengaruhi oleh
konteks sosial dalam
kehidupan anak-anak
Perwujudan lingkungan
ramah anak diawali
dengan
Kevin Lynch (1977)
penelitianmengenai
Menganalisis
persepsi anak dalam
Kebutuhan Ruang/
ruang kota Tersedia dan tidak
Fasilitas untuk anak-
Dalam konteks tersedianya fasilitas
anak di Kampung
pendidikan anak usia anak
Iromejan
dini yang harus
diciptakan adalah
lingkungan yang
menyenangkan
sehingga anak dapat
tumbuh dan
Hidayatullah (2014)
berkembang optimal.
Karakteristik
lingkungan
menyenangkan menurut
pemikiran Montessori,
sebagai berikut :
1. Accessibility and
availability (mudah

24
diakses dan tersedia).
Kebanyakan anak
menyukai area terbuka
yang dapat digunakan
untuk berbagai aktivitas
individu maupun
kelompok. Montessori
menganjurkan pula
bahwa taman atau area
terbukahendaknya
memiliki area tertutup
juga, sehingga
memungkinkan untuk
digunakan anak dalam
berbagai cuaca.
Organisasi materi atau
alat-alat, aktivitas, dan
kesibukan lain juga
merupakan aspek
lingkungan
menyenangkan yang
menawarkan
ketersediaan dan
kemudahan akses.
Secara umum, tiap-tiap
aktivitas memiliki
areanya yang
mendukung anak untuk
bebas memilih.
2. Freedom of
movement and choice

25
(ada kebebasan
bergerak dan memilih).
Terkait dengan hal ini,
guru hendaknya
memiliki rasa percaya
dan hormat kepada
anak. Anak akan bisa
menentukan pilihan
yang “tepat” jika ia
memiliki kesempatan
untuk bergerak ke mana
pun yang ia suka, dan
menemukan apa yang ia
butuhkan untuk
memuaskan dirinya.
Untuk poin kedua ini,
Montessori merasa,
“...there must be
freedom within the
prepared environment
to develop his physical,
mental, and spiritual
growth.”
melalui konsep child-
friendly city diharapkan
pemerintah di suatu
kota mampu
Riggio (2002)
memberikan suatu
jaminan terhadap hak-
hak anak seperti:
kesehatan,

26
perlindungan,
perawatan, pendidikan,
tidak menjadi korban
diskriminasi, mengenal
lingkungan dan
budayanya dalam arti
yang luas, berpartisipasi
dalam merencanakan
kota tempat tinggalnya,
memiliki kebebasan
bermain, dan
memperoleh
lingkungan yang bebas
dari polusi.
Aktivitas luar ruangan
yang terjadi di sekitar
rumah, lingkungan
tempat tinggal, atau pun
di tempat-tempat umum
juga merupakan hal
penting yang harus
dialami oleh anak untuk
dapat mengenal apa Jazariyah (2016)
saja yang ada di sekitar
mereka. Eksplorasi
lingkungan perlu
dimodifikasi sesuai
kebutuhan yang
menjamin terpenuhinya
hak-hak anak. Selain
indoor perlu juga

27
mendesain ruang-ruang
luar rumah (outdoor)
untuk dibentuk sebagai
wadah yang sesuai bagi
anak-anak untuk
menunjang
perkembangan mereka
yakni untuk bermain
ekslusif. Ruangruang
tersebut tidaklah harus
berupa area bermain
tetapi juga ruang-ruang
publik yang dapat
diakses dengan aman
oleh siapapun termasuk
anak-anak
Merencanakan Beberapa hak anak
kampung ramah yang dapat terpenuhi
anak dan dengan adanya taman
pengembangan bermain yang ramah
ruang belajar dan anak : UU Perlindungan
bermain anak pada 1. Anak dapat bertemu Anak No 23 Tahun
kampung Iromejan dan bermain 2002 dan peraturan Tersedianya ruang
bersama teman- Kementerian untuk implementasi
temannya Pemberdayaan rencana
2. Anak aman bermain Perempuan dan
di taman ini Perlindungan 23 Anak
3. Merupakan ruang
hijau dan pohon-
pohonnya berfungsi
membersihkan udara

28
4. Semua orang bisa
mengakses taman
karena tidak
dikenakan biaya
masuk
5. Menjadi sarana
berkegiatan bersama
keluarga
Secara umum hak-hak
anak yang seharusnya
terpenuhi seperti: hak
menuntut ilmu agama
(Taman Pendidikan Al
Qur’an ), adanya hak
belajar menuntut ilmu
sekolah (Bimbingan
Sri Imawati (2017)
Belajar), hak
menyalurkan bakat dan
seni (tari, silat, dan
marawis), hak
kesehatan (posyandu,
imunisasi, dan jum’at
bersih), jam belajar, dan
jam bermain.

Sumber : Data Pribadi, 2022

29
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Prinsip Dasar Metode Penelitian


Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan secara utuh kepada subjek
penelitian dimana terdapat sebuah peristiwa dimana peneliti menjadi instrumen kunci dalam
penelitian, kemudian hasil pendekatan tersebut diuraikan dalam bentuk kata-kata yang tertulis
data empiris yang telah diperoleh dan dalam pendekatan ini pun lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang
sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video
dan lain-lain. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya
umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang
menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa
pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan.
Justifikasi

3.2 Unit Amatan dan Unit Analisis


1. Unit Amatan
Unit amatan dalam penelitian ini adalah anak-anak berstatus penduduk asli kampung
iromejan yang setiap sore bermain di lingkungan tempat tinggal mereka.
2. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perilaku anak-anak, pola bermain anak, lingkungan
bermain anak, bahaya yang mengancam, dan kecukupan hak anak, keb ruang

3. 3 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap pertanyaan penilitian. Jawaban itu masih perlu diuji dan untuk
maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan oleh sampel yang telah

30
ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran
penelitian.
Variabel-variabel yang diteliti terletak pada unit analisis yang akan diuraikan dalam
sampel penelitian.

3.3.1 Populasi dan Sampel


Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini, populasi yang akan menjadi subjek penelitian adalah
anak-anak.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Sampel yang
baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat
representative atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi. Pada penelitian ini,
sumber data menggunakan sampel purposive (purposive sample) yang focus pada informan-
informan terpilih yang memiliki pengetahuan mendalam terkait lokasi amatan.
Data yang diperlukan untuk mengetahui permasalahan mendalam terkait kesiapan
kampong iromejan adalah data yang dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Metode wawancara memerlukan informan yang dapat memberi informasi valid
sesuai dengan kondisi eksisting berdasarkan pengalaman terjun kemasyarakat dan
berpengalaman membuat regulasi. Dengan demikian, dalam penelitian ini yang dijadikan
informan atau partisipan oleh peneliti adalah lurah, ketua rw, dan beberapa orang tua.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data


Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu data sebagai hasil akhir dari penelitian. Untuk
pengumpulan data yang konkrit peneliti melaksanakan beberapa teknik pengumpulan data,
sebagai berikut :
1. Observasi
Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data antara lain :
1) Mengamati lokasi yang dijadikan sebagai ruang bermain oleh anak-anak

31
2) Mengamati pola bermain anak, meliputi permainan yang dimainkan dan waktu anak-
anak bermain.
3) Mengamati lokasi penelitian dan lingkungan tempat tinggal anak
Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu
Kampung Iromejan, Kelurahan Klitren untuk mengamati keadaan anak-anak, pola bermain anak,
dan perlindungan serta bahaya yang ada.
Observasi dilakukan secara langsung untuk mendapatkan gambar dan faktanyang valid. Hasil
pengamatan disusun dalam catatan lapangan.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan tema tertentu yang bertujuan mendapatkan informasi.
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang mewawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu. Wawancara yang peneliti lakukan adalah dengan berdialog dan tanya jawab dengan Lurah,
dan beberapa ketua RW. Hasil-hasil wawancara kemudian dinarasikan dalam pembahasan.
3. Audio visual
Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama
berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, atau hukum-hukum dan
lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian

3.3.3 Instrumen Pengumpulan Data


Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan berbagai metode-metode
penelitian seperti observasi, wawancara, telaah dokumen, dan audio visual, Instrumen yang
dimaksud yaitu kamera, telepon genggam untuk recorder, ballpoint, dan buku tulis. kamera
digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk merekam kejadian yang penting pada suatu
peristiwa baik berupa foto atau video. Recorder digunakan untuk merekam suara ketika
melakukan pengumpulan data. sedangkan ballpoint dan buku digunakan untuk menulis hasil
wawancara dan observasi.

32
3.4. Teknik Analisis

Menganalisis data penelitian merupakan suatu langkah yang sangat kritis,apakah


menggunakan data statistic atau non statistic.Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dansatuan uraian sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data.16 Dalam penelitian ini
analisis data dilakukan secara berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian, baik
dilapangan maupun diluar lapangan dengan memperguankan teknik seperti yang dikemukan
oleh Miles dan Huberman :

a. Reduksi data, yaitu membuat abstraksi seluruh data yang diperoleh dari seluruh catatan
lapangan hasil observasi wawancara dan pengkajian dokumen. Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis data yang menajamkan, mengaharapkan hal-hal penting, menggolongkan
mengarahkan, membuang yang tidak dibutuhkan dan mengorganisasikan data agar sistematis
serta dapat membuat satu simpulan yang bermakna. Jadi, data yang diperoleh melalui observasi,
wawancara dan pengkajian dokumen dikumpulkan, diseleksi, dan dikelompokkan kemudian
disimpulkan dengan tidak menghilangkan nilai data itu senidri.

b. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakakan. Proses penyajian data ini mengungapkan
secara keseluruhan dari sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca dan dipahami, yang
paling sering digunakan unuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Data dapat menggambarkan bagaimana kebutuhan ruang dan fasilitas untuk
menjadikan Kampung Iromejan sebagai Kampung Ramah Anak.

c. Kesimpulan dan verifikasi, data yang sudah diatur sedemikian rupa (dipolakan, difokuskan,
disusun secara sistematis) kemudian disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan. Namun,
kesimpulan tersebut hanya bersifat sementara dan umum. Dengan kegiatan mereduksi data, dan
penyimpulan terhadap hasil penelitian yang dilakukan memberikan kemudahan pembaca dalam
memahami proses dan hasil penelitian tentang perencanaan kampong iromejan sebagai kampong
ramah anak.

33
3.5. Kerangka Analisis/ Tahapan Penelitian
Tahapan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Analisis Penelitian

Sumber : Data Pribadi, 2022

34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian


Kampung Iromejan merupakan lokasi yang diambil dalam penelitian ini. Kampung
Iromejan yang berada di kelurahan Klitren, kecamatan Gondokusuman, kota Yogyakarta.
Kelurahan Klitren terdiri dari beberapa wilayah perkampungan yang dibagi berdasarkan RT dan
RW, salah satunya adalah Kampung Iromejan. Kelurahan Klitren terdiri dari 16 RW dan 63 RT,
4 RW diantaranya merupakan perangkat kampung Iromejan yaitu RW 007, 008, 009, dan 010
(BPS Kota Yogyakarta, 2010: 3). Berdasarkan data penduduk Kampung Iromejan berjumlah
2.332 jiwa, dapat dihitung rata-rata banyaknya jiwa setiap rumah tangga adalah empat (4) jiwa
(Karvistina, 2011).
4.1.2 Kondisi geografis Kampung Iromejan
Luas wilayah kampung Iromejan yaitu 0,0766 km2 yang memiliki batas wilayah sebagai
berikut.

Lokasi
Kampung
Iromejan

Gambar 4.1 Peta Kampung Iromejan

Sumber : Data Pribadi, 2022

- Sebelah Utara berbatasan dengan kampung Samirono.

35
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kampung Klitren Lor.

- Sebelah Barat berbatasan dengan kampung Sagan.

- Sebelah Timur berbatasan dengan kampung Kepuh.

4.1.2 Kependudukan Kampung Iromejan

Table 4.1 Jumlah dan usia anak-anak kampung Iromejan

Usia 7-15 tahun


NO Rukun Warga Balita
Laki-laki Perempuan
1 RW 07 21 anak 25 anak 19 anak
2 RW 08 20 anak 40 anak 33 anak
3 RW 09 15 anak 19 anak 14 anak
4 RW 10 8 anak 11 anak 6 anak
5 Total 64 anak 95 anak 72 anak

Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kampung
Tangguh Bencana (KTB) Kampung Iromejan.

Pada tabel 4.1 tentang jumlah anak kampung Iromejan menunjukkan bahwa anak dengan
jenis kelamin laki-laki berjumlah 95 anak dan anak perempuan berjumlah 72 anak dengan
jumlah keseluruhan anak laki-laki dan perempuan yaitu 167 anak.

Gambar 4.2 Anak Bermain di Jalan

Sumber : Data Pribadi, 2022

36
Pada gambar 4.2 menunjukkan kegiatan bermain anak yang menggunakan jalan, gang
sebagai tempat bermain. Hal ini sangat berbahaya bagi keamanan dan keselamatan anak karena
jalan kampung sering dilewati kendaraan. Anak-anak membutuhkan ruang untuk beraktivitas
yaitu ruang bermain. Ketersediaan ruang sebagai tempat bermain anak di lingkungan kampung
sangat dibutuhkan. Dunia anak adalah bermain dan memperoleh kesenangan. Bermain
merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan, perkembangan jiwa anak dan
perkembangan intelegensi nya. Ruang bermain anak yang baik, sebaiknya memenuhi faktor-
faktor kenyamanan fisik, kenyamanan psikologis, dan keamanan (Karim, 2008).

4.1.3 Figure grond di Kampung Iromejan

Gambar 4.3 Peta Figure Ground Kampung Iromejan

Sumber : Data Pribadi, 2022

Gambar di atas merupakan figure ground kawasan kampung Iromejan yang menunjukkan
kepadatan bangunan (solid) dan minimnya ruang-ruang terbuka (void) yang berdampak pada
terbatasnya ruang bagi anak-anak. Dampaknya adalah anak-anak menanggapi ruang jalan, gang
dan teras rumah sebagai tempat untuk bermain. Hal ini juga dipengaruhi karena banyak fasilitas
seperti tempat bermain di mall atau wahana permainan yang membutuhkan biaya.

37
4.2 Analisis dan Pembahasan
4.2.1 Gambaran kasus RW 7
RW 7 sebagai salah satu wilayah yang memiliki jumlah besar penduduk usia anak-anak
diperhatikan sangat memerlukan fasilitas umum untuk anak-anak, namun RW 7 ini masih belum
terpikirkan cara nya karena memerlukan bimbingan dari pemerintah khususnya dinas dan
kelurahan sendiri. Di kondisi sekarang ini RW 7 tetap memerlukan upaya kecil untuk dapat
memenuhi hak-hak anak di wilayah RW 7 sendiri, telah hadir beberapa kegiatan seperti :
1. Sekolah PAUD
2. Balita = Dinas memberi mainan anak-anak berlokasi di rumah bapak ketua RW dan
di posyandu
3. Posyandu
4. Taman Pendidikan Al Qur’an
5. Jam Belajar Masyarakat
Menilik dari lokasi bermain anak-anak, anak laki-laki khususnya, mereka bermain sepak
bola di depan masjid, anak-anak yang memiliki pola bermain yang lain bermain di jalan dan
halaman rumah. Pada periode menjabat, pernah terjadi kasus tenggelamnya seorang balita di
sungai belik yaitu embung langsari, yaitu tenggelam saat diarikan ke Rumah Sakit. Sungai ini
memang akan meluap hingga mencapain 1 meter lebih jika hujan deras. Untungnya sekarang ini
telah dibuatkan pagar pembatas agar air tidak meluap kemana-mana dan dapat mencegah anak-
anak untuk terjatuh kedalam sungai. Melihat hal-hal tersebut, bapak ketua RW 7 berwacana
ingin membuat fasilitas umum untuk anak-anak berupa Ruang terbuka untuk bermain yang
dilengkapi dengan permainan anak-anak.
Taman baca merupakan salah satu wacana yang dulu sempat hamper terealisasi
dikarenakan telah sampai pada tahap pengukuran tempat. Tapi prosesnya belum di lanjutkan lagi
hingga sekarang. Jam Belajar Masyarakat sudah aktif dijalankan setiap hari jum’at pukul 16.00 –
18.00 atau sekitar 2 jam. JBM tersebut dilaksanakan dengan metode bimbingan belajar sesuai
dengan jenjang pendidikan anak, yaitu SD, SMP, dan SMA dan dibimbing dengan tutor masing-
masing. Kegiatan bimbingan belajar ini bekerja sama dengan Gereja Gondokusuman.
Hingga sekarang, bapak ketua RW 7 sendiri mengakui belum ada sosialisasi dari
pemerintah mengenai KRA, sehingga warga tidak mengerti betul konsep KRA dan tidak ada

38
arahan dari kedinasan dalam perwujudan KRA ini. RW 7 tidak bisa bergerak sendiri dalam
mewujudkan KRA, harus ada penunjukan dan bimbingan dari kelurahan. Harapan bapak ketua
RW 7 mewakili warganya ialah agar pemerintah dapat meneruskan pekerjaan-pekerjaan yang
dulu sempat hamper direalisasikan, dan dapat lebih mendengar apa yang diajukan dari
masyarakat.

4.2.2 Gambaran Kasus RW 8


RW 8 belum memiliki gambaran mendetail mengenai Kampung Ramah Anak karena tidak
adanya sosialisasi dari pemerintah mengenai KRA. Namun, Ketua RW 8 sendiri memiliki
wacana dan keinginan menjadikan RW 8 sebagai KRA melihat bahwa pada RW 8 ini di huni
oleh banyak anak-anak, namun karena factor-faktor penghambat berikut maka wacana tersebut
belum dapat direalisasikan :
1. Ruang Terbuka tidak terpenuhi
2. Kurang teredukasinya masyarakat terhadap makna KRA (99% orang tua tidak mengerti
KRA)
3. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai KRA
4. Anggaran yang tidak sedikit
Dalam membina anak-anak yang bertempat di RW 8 ini, Ketua RW beserta pengurus dan
jajarannya telah mengadakan kegiatan rutin untuk anak-anak dari usia PAUD hingga pra-remaja,
kegiatan-kegiatan tersebut adalah :
1. Bina Keluarga Balita
2. Posyandu
3. Dapur Balita
4. Sekolah PAUD
5. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
6. Taman baca di rumah warga yaitu rumah ketua RT 33 dan ketua RW 8
7. PIK R
8. Bina Keluarga Remaja
9. Jam Belajar Masyarakat

39
Karena kurangnya ruang terbuka maka anak-anak di RW 8 ini sebagian besar bermain di
jalan dan di lapangan milik SMP 6 Muhamadiyyah yang juga berlokasi di RW 8.
Melihat kondisi tersebut Ketua RW 8 pun mengiyakan bahwa kondisi anak-anak yang
bermain di jalan ini beresiko terhadap keselamatan anak, namun perangkat RW juga masih
kesulitan dalam menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut tanpa
adanya bimbingan dari pemerintah, dengan begitu sangat diharapkan adanya sosialisasi dari
pemerintah dengan segera untuk memberikan pengetahuan mengenai KRA, pembangunan Ruang
Terbuka untuk tempat bermain anak, dan edukasi kepada warga mengenai SOP KRA.
Anak-anak di RW ini juga beberapa mengutarakan kegelisahannya bahwa di umur mereka
yang senang bermain bola dengan teman-temannya, mereka membutuhkan lapangan bola karena
selama ini mereka hanya menumpang di lapangan SMP 6 Muhamadiyyah.

4.2.3 Gambaran Kasus RW 9


Sekitar 2-3 tahun yang lalu ada sosialisasi dari dinas BKKBN tentang pengadaan KRA.
Namun belum ada pergerakan lebih lanjut setelahnya, yang menjadi kendala utama adalah
kebebasan warga dalam merokok belum bisa dikendalikan, sedangkan untuk mewujudkan KRA,
untuk perokok sendiri tidak boleh merokok didepan rumah, dan di dalam rumah jika didalam
rumah ada anak-anak. Ini diakibatkan karena baru sekitar 20% orang tua di RW 9 ini yang
mengerti tentang konsep KRA, sehingga belum semua orang tua sadar akan hal-hal dasar seperti
asap rokok sangatlah tidak ramah anak. Hal ini menimbulkan suatu angan dan harapan akan
dibuatkannya satu tempat khusus untuk bapak-bapak merokok dan juga butuh konseling untuk
orang tua tentang SOP KRA dan apa yang harus mereka lakukan untuk mensupport KRA.
Namun RW 9 tetap berupaya dalam mencukupi fasilitas dan kebutuhan hak anak.
Terdapat fasilitas beserta kegiatan-kegiatan rutin diantaranya :
1. Posyandu
2. Sekolah PAUD
3. Taman Pendidikan Al Qur’an
4. Taman Baca = Masih bergabung dengan RW 8
5. Jam Belajar Masyarakat
6. PIK R
7. Permainan anak di Balai RW 9

40
Kegiatan tersebut hingga sekarang berjalan dengan baik, JBM dilaksanakan setiap malam
jum’at pukul 18.00 – 20.00 bertempat di balai RW dengan tutor dari mahasiswa yang kos di
sekitaran RW 9. Dengan bantuan dana JBM dari pemerintah sejumlah Rp1.200.000 setiap
tahunnya, maka dilengkapilah alat-alat bantu untuk belajar dan bermain seperti papan tulis, dan
permainan-permainan anak.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu anak-anak untuk
memenuhi hak bermain dan belajarnya. Mengingat kasus yang pernah terjadi hingga sekarang,
sebanyak 3-4 anak pernah tersenggol kendaraan bermotor karena jalan gang di RW 9 ini sering
mejadi jalur alternative pengendara ketika jalan sedang macet dan bertepatan dengan banyaknya
anak yang bermain di jalan gang terutama di sore hari.
Harapannya agar dibuatkan fasilitas umum untuk anak-anak agar mereka dapat bermain
lebih aman dan nyaman. Dibuatkan taman baca khusus untuk RW 9, dan alat bantu untuk anak-
anak belajar di balai RW setiap JBM.

4.2.4 Gambaran Kasus RW 10


Berbeda dengan RW 8, RW 10 ini tidak berwacana untuk menjadikan RW ini sebagai
kampung ramah anak, melihat bahwa tidak adanya ruang terbuka dan kurangnya minat
masyarakat dalam memakai fasilitas umum yang telah disediakan dikarenakan stigma
masyarakat yang menganggap bahwa fasilitas umum hanyalah untuk warga yang tidak mampu.
Selain itu dikarenakan jumlah anak-anak di RW ini tidak terlalu banyak maka belum
mewacanakan dibuatkannya KRA. Namun, ketua RW 10 juga sepakat bahwa anak-anak hanya
punya jalan sebagai tempat bermain mereka, Untuk sekarang pun RW 10 ini belum memiliki
TPA dan sekolah PAUD sebagai tempat belajar dan bermain mereka. Melihat peristiwa ini,
beliau sangat ingin menstimulus pendidikan anak-anak di RW ini dengan membangun fasilitas
berupa taman baca, dan menertibkan kembali jam belajar masyarakat.

4.2.5 Kesiapan Kampung Iromejan Menjadi KRA


Dari hasil penelitian di atas, dapat di tentukan bagaimana kesiapan kampung iromejan
menjadi kampung ramah anak, pada RW 7, RW 8, RW 9 telah terpogram kegiatan-kegiatan
sebagai media pemenuhan hak anak, telah dengan mandiri menyediakan sarana bermain anak di

41
dalam ruangan seperti rumah warga dan balai, serta telah menyediakan taman baca di beberapa
rumah warga, sekolah PAUD, TPA, juga konseling yang ditujukan kepada orang tua anak.
Berbeda dengan ketiga RW sebelumnya, RW 10 tidak menunjukan sikap memprioritaskan
fasilitas dan kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak-anak karena jumlah anak-anak yang
sedikit, dan stigma masyarakat yaitu bahwa fasilitas umum hanya ditujukan kepada masyarakat
yang kurang mampu.
RW 7, RW 8, RW 9 memerlukan bimbingan teknis lebih lanjut mengenai KRA dari dinas
dan kelurahan sendiri, tidak sampai situ, kedinasan juga perlu merencanakan fasilitas umum
sesuai dengan kondisi keruangan yang ada sekarang agar anak-anak memiliki tempat bermainnya
sendiri dan terhindar dari bahaya di jalan.

4.3 Analisis Potensi dan Masalah Kampung Iromejan Menjadi KRA


Strength :
1. RW 7, 8, dan 9 telah menunjukan keinginan dan persiapannya untuk menjadi kampung
ramah anak, di buktikan dengan ragam kegiatan untuk menunjang pemenuhan hak anak.
2. Terdapat beberapa ruang terbuka yang dapat difungsikan menjadi ruang terbuka bermain
anak
3. Kondisi anak-anak yang banyak di beberapa rw menjadi faktor penting dibuatkannya
ruang bermain anak
Weakness :
1. Pada RW 10, belum memiliki pengetahuan mendetail mengenai apa itu kampung ramah
anak, dibuktikan dengan kurangnya kegiatan-kegiatan untuk mensitimulus tumbuh
kembang anak di RW ini
2. Pada RW 10, belum memiliki PAUD dan TPA
3. Ruang terbuka yang terbatas menyebabkan sulitnya merealisasikan ruang bermain
terbuka untuk anak
4. Belum adanya Tempat Pendidikan Al Quran dan Taman Baca yang seharusnya sangat
penting untuk menstimulus pendidikan anak dari usia dini

42
BAB V
PENUTUP

Pada bab ini akan dijabarkan strategi perencanaan Kampung Ramah Anak di Kampung
Iromejan melalui photomap dan deskripsinya. Strategi perencanaan KRA tersebut adalah sebagai
berikut :

Perlu dibuatnya tempat bermain anak di ruang terbuka yang


masih tersedia yaitu berupa ruang bermain yang berisi alat-
1
alat rekreasional seperti jungkat-jungkit, mangkok putar,
ayunan, perosotan, besi panjat, bak pasir, kuda jungkit,
rumah permainan dan labirin.

Perlu diadakan taman baca di ruang tertutup agar anak-anak


dapat dengan nyaman dan fokus dalam membaca buku.
Taman baca memerlukan ruangan dengan pencahayaan yang
2
cukup dan juga kondusif dan sejuk, selain itu juga perlu
dilengkapi dengan rak buku, rak display dan juga meja
belajar, buku-buku yang cukup dan memadai, serta dekorasi foto-foto pahlawan dan
presiden.

Lapangan terbuka yang cukup luas dapat menjadi lapangan


terbuka yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak yang
3 gemar bermain bola atau permainan lain yang
membutuhkan tempat terbuka.

43
1

Gambar 5.1 Photomap RW 7

Sumber : Data Pribadi, 2022

Taman bermain anak akan dibangun di Ruang Terbuka Hijau yang masih ada namun lebarnya tidak
1 selebar lapangan.

2 Taman Baca dibangun di tempatkan di Rumah Bapak RW 7 karena dulu sudah ada peninjauan disini
dan perlu diteruskan lagi.

Lapangan bermain memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau yang masih ada, namun perlu diadakan
3
pembersihan dan perawatan

44
1

Gambar 5 2 Photomap RW 8

Sumber : Data Pribadi, 2022

1 Taman bermain akan memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau yang masih tersedia.

Sedangkan taman baca akan tetap memanfaatkan yang sudah tersedia sekarang, dan lapangan
bermain dikarenakan ruang terbuka yang terbatas, maka sementara akan memohon kerja sama
kepada SMP 6 Muhammadiyyah agar lapangannya diizinkan untuk dipakai anak-anak bermain
ketika sore.

Gambar 5.3 Photomap RW 9

Sumber : Data Pribadi, 2022

45
1 Taman bermain anak akan di bangun di Ruang Terbuka Hijau yang masih tersedia.

2 Taman baca akan di bangun prasarananya di Balai Warga.

Sedangkan untuk lapangan bermain, RW 9 akan bergabung dengan RW 8 dalam pemanfaatan


lapangan SMP 6 Muhammadiyyah, karena lokasi 2 RW ini yang masih berdekatan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Athia, F. W., Subowo, A., & Afrizal, T. (2022). IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG
RAMAH ANAK (KRA) DALAM PEMENUHAN HAK ANAK DI KAMPUNG
KARANGANYAR RW 16 KOTA YOGYAKARTA. Journal of Public Policy and
Management Review, 11(2), 57-73.
Berutu, N. N. (2022). Penerapan Program Kampung Wisata Ramah Anak Dalam Upaya
Pemenuhan Hak Anak Di Belawan Bahari Kota Medan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ilmu
Sosial dan Politik [JIMSIPOL], 2(5).
Farida, A. (2014). Penerapan Konsep Child Friendly Space Pada Ruang Publik Kampung Badran
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hardiyanto, A., Wisnu Setiawan, S. T., & Arch, M. (2016). Penataan Kawasan Semanggi
Surakarta Sebagai Kampung Ramah Anak (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Perdana, F. R. (2019). Pemberdayaan Berbasis Partisipasi Masyarakat Melalui Program
Kampung Ramah Anak di Badran Kota Yogyakarta. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat:
Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan, 3(1), 161-188.
Jazariyah, J. (2017). Kampung Ramah Anah Gendeng Sebagai Alternatif Pemenuhan Hak
Berkembang Pada Anak Usia Dini. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak
Usia Dini, 1(2), 27-38.
Widiyanto, D., & Rijanta, R. (2012). Lingkungan Kota Layak Anak (Child-Friendly City)
Berdasarkan Persepsi Orang tuadi Kota Yogyakarta. Jurnal Bumi Lestari, 12(2), 211-216.
Imawati, S. (2018). EVALUASI PEMBERLAKUAN KAMPUNG RAMAH ANAK DI RW 02
KELURAHAN MANGGARAI KECAMATAN TEBET JAKARTA SELATAN. Jurnal
Holistika, 1(1).
Besari, R. (2018, March). Ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA): layakkah sebagai ruang
publik ramah anak. In Prosiding Seminar Nasional Pakar (pp. 293-298).

47
Lampiran
PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah Bapak/Ibu sudah mengetahui dan memahami apa itu Kampung Ramah Anak ?
2. Apakah di RW ini sudah ada wacana untuk menuju Kampung Ramah Anak ?
3. Apakah sudah ada program dari pemerintah untuk perencanaan kampung layak/ramah
anak dikampung ini?
4. Bagaimana fasilitas tentang pemenuhan untuk anak seperti taman bermain, perpustakaan
dikampung ini?
5. Adakah kegiatan-kegiatan khusus untuk anak yang saat ini berjalan rutin ? Apa saja ?
6. Adakah kasus yang pernah menimpa anak ketika bermain di jalan atau di tempat yang
tidak seharusnya ?
7. Apa yang paling dibutuhkan agar kampung ini semakin ramah anak?

HASIL WAWANCARA

Apakah Bapak/Ibu sudah mengetahui dan memahami apa itu Kampung Ramah
Peneliti :
Anak ?
Secara general sudah saja, tapi sebenarnya butuh sosialisasi dari pemerintah juga supaya
Suratmin
saya selaku ketua RW dan juga para orang tua bisa lebih paham tentang konsep KRA
Rahardjo :
sendiri
Untuk saya sudah paham, tapi kemungkinan 99% orang tua di RW 8 ini belum tahu dan
Anita :
paham apa itu KRA karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah
Sudah paham kok, sekitar 2-3 tahun lalu sudah ada sosialisasi dari dinas BKKBN
Harimega : mengenai pengadaan KRA. Tapi yang baru tahu juga sedikit di RW ini, kalua dari orang
tua kemungkinan masih 20% yang tahu mengenai KRA ini
Nuza Belum tahu ya, pernah dengar tapi belum paham juga mengenai konsepnya
Priyanto :
Peneliti : Apakah di RW ini sudah ada wacana untuk menuju Kampung Ramah Anak ?
Suratmin Kalau keinginan dan wacana ada ya, tapi kami di wilayah RW ini tidak bisa bergerak
Rahardjo : sendiri, perlu ada penunjukan dan bimbingan teknis dari kedinasan dan kelurahan baru

48
bisa meentukan langkah
Wacana sudah ada, tapi KRA itu sendiri salah satu syaratnya adalah tidak boleh ada
Anita : polusi asap rokok, dan saya masih sulit mengkontrol bapak-bapak disini untuk tidak
merokok didalam rumah atau ketika ada anak di dalam rumah
Sudah ada wacana, namun menurut pengertian KRA sendiri haruslah bebas polusi asap
rokok dan kebetulan di RW 9 ini masih banyak yang merokok, sepertinya harus ada
Harimega :
tempat khusus untuk meokok supaya bapak-bapak ini tidak lagi merokok di dalam dan
luar rumah
Nuza Disini sih tidak mewacanakan dan tidak memprioritaskan KRA karena jumlah anak
Priyanto : sangat sedikit
Apakah sudah ada program dari pemerintah untuk perencanaan kampung
Peneliti :
layak/ramah anak dikampung ini?
Dulu sudah ada dinas yang kesini, udah nyatet beberapa keluhan tentang fasilitas umum
Suratmin anak, udah ukur tempat juga untuk dijadiin taman baca tapi sampai situ aja belum ada
Rahardjo : gerakan lagi untuk merealisasikan itu, tapi ya sampai sekarang juga ada bantuan nominal
uang dari dinas dan itu saya pakai untuk beli permainan-permainan anak
Pemerintah belum ada yang kesini untuk sosialisasi langsung dan berarti belum juga ada
bantuan khusus dari pemerintah untuk perlengkapan permainan anak dan sebenarnya ya
Anita :
sangat butuh itu, karena sejauh ini masih mandiri untuk mengadakan taman baca
misalnya.
Setiap tahun itu ada dana JBM dari pemerintah sebesar Rp 1.200.000, dan itu dipakai
untuk membeli permainan-permainan anak di dalam ruangan dan untuk membeli alat-
alat bantu belajar seperti papan tulis di balai. Sejauh ini karena juga di RW 9 ini banyak
Harimega :
kegiatan untuk anak dan itu dapat support dari BKKBN. Kedinasan yang bergabung di
Iromejan ini sudah memfasilitasi kampong selama 4 tahun saya menjabat ini dengan
baik.
Tidak ada sosialisasi apapun dari pemerintah dan tidak ada bantuan dana untuk program
Nuza
ramah anak, paling hanya posyandu, itupun posyandu hanya melayani 2 balita. JBM juga
Priyanto :
tidak berjalan.
Bagaimana fasilitas tentang pemenuhan untuk anak seperti taman bermain,
Peneliti :
perpustakaan dikampung ini?

49
Untuk fasilitas anak yang sudah ada yaa sudah ada sekolah PAUD, Balita di fasilitasi
Suratmin permainan-permainan anak ada puzzle, balok-balok, dan lain-lain, tempat mainannya ada
Rahardjo : di rumah saya dan di posyandu. Taman baca belum ada, taman bermain belum ada,
anak-anak biasanya bermain bola di halaman depan masjid, dan juga mainan di jalan.
Fasilitas yang sudah ada seperti taman baca, taman baca nya ada di rumah saya ini
selaku ibu ketua RW karena kebetulan saya juga punya sekolah PAUD. Selain dirumah
saya, taman baca ada di rumah pak RT 33, kalua di rumah pak RT 33 bukuna sebagian
Anita : besar buku saing dan ilmu pengetahuan yang cocok untuk usia SD kelas 5, kelas 6,
samapai SMP, kalau di saya bukunya untuk anak-anak PAUD, TK, SD kelas 1,2,3
seperti itu. Selain taman baca ada juga TPA, Posyandu, namun kurang taman bermain,
karena selama ini masih numpang di lapangan bola SMP 6 Muhammadiyyah.
Sudah ada posyandu, TPA Al-Inayah, dan sementara Taman Baca masih bersama RW 8.
Untuk fasilitas bimbingan belajar ada di balai warga, disitu ada permainan-
Harimega :
permainannya dan alat bantu belajarnya, namun kalua ruang terbuka itu disini memang
sudah sangat padat jadi tidak ada.
Belum ada fasilitas yang secara khusus untuk anak-anak sih, tidak mengarah kesitu juga
Nuza
karena jumlah anak yang sedikit di RW ini. Tidak ada PAUD, tidak ada TPA, paling
Priyanto :
hanya posyandu
Adakah kegiatan-kegiatan khusus untuk anak yang saat ini berjalan rutin ? Apa
Peneliti :
saja ?
Kegiatan-kegiatan yang sudah ada yaitu kegiatan PAUD, setiap tanggal 18 Januari di
jam 04.00 sore ada pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan dan konsultasi orang tua.
JBM aktif dilakukan disetiap jum’at jam 04.00 – 06.00 sore atau sekitar 2 jam dan di
Suratmin
bagi jadi 3 kelas, ada SD, SMP, SMA. Kalau yang SD di rumah Ibu David, yang SMP
Rahardjo :
di rumah Ibu Benardi, dan yang SMA ada di rumah mba Vita, nah bimbingan belajar ini
bekerja sama dengan Gereja Gondokusuman. Kalau untuk pertemuan anak-anak usia pra
remaja dan remaja belum ada.
Ada kegiatan-kegiatan berupa kegiatan PAUD, JBM juga sudah aktif dilaksanakan 2 kali
seminggu, BKB (Bina Keluarga Balita) yaitu edukasi orang tua yang punya balita. Ada
Anita :
kegiatan Dapur Balita yang kegiatan ini tercetus ketika pandemi covid-19, kegiatan ini
berupa pemberian gizi tambahan untuk balit dari swadaya masyarakat dan kegiatan ini

50
hanya ada satu di kelurahan klitren. Ada juga kegiatan PIK R dan BKR untuk sesi
konseling kepada remaja-remaja.
Untuk kegiatan-kegiatan ada kegiatan sebulan sekali di posyandu berupa penimbangan
dan pemberian gizi berupa 4 Sehat 5 Sempurna. JBM diadakan rutin setiap malam
Harimega : jum’at dari pukul 18.00 – 20.00, diadakannya di balai warga, kecuali kalua di balai
sedang ada kegiatan maka di arahkan ke rumah warga, JBM ini diadakan dengan system
bimbingan belajar dan di tutori oleh mahasiswa-mahasiswi yang ngekos disini.
Nuza Di RW 10 ini belum ada kegiatan-kegiatan untuk anak-anak, hanya kegiatan di posyandu
Priyanto : saja. JBM juga sudah tidak terpantau.
Adakah kasus yang pernah menimpa anak ketika bermain di jalan atau di tempat
Peneliti :
yang tidak seharusnya ?
Kalau di jalan si ga ada ya, tapi kalua musim hujan gitu anak-anak pada renang di sungai
belakang itu, namanya sungai belik yang jadi embung langsari juga, itu kan kalau hujan
Suratmin meluap ya, jadi ada kasus waktu itu balita tenggelam disitu, pas di larikan dirumah sakit
Rahardjo : nyawanya sudah tidak tertolong, sekarang sih udah dibuatkan pagar pembatas, barusan
aja diresmikannya kok, tapi kalau hujan tetap saja airnya meluapnya lebih besar daripada
pagarnya, tapi ya tidak separah sebelum tidak ada pagar pembatasnya.
Anita : Belum ada kasus seperti itu syukurnya sejauh ini.
Iya ada, terhitung dari awal saya menjabat ada sekitar 3-4 kali kejadian anak-anak yang
sedang main itu kesenggol motor, termasuk anak saya sendiri juga pernah. Jadi kan jalan
Harimega : gang ini sering jadi jalan alternatif kalau jalan solo atau jalan sagan itu macet, dan
jadinya jalan gang ramai pengendara juga ramai sama jam anak bermain, jadi terjadilah
kejadian yang seperti itu.
Nuza Tidak ada sih, kebetulan disini orang-orangnya juga jarang keluar rumah gitu, termasuk
Priyanto : anak-anaknya.
Peneliti : Apa yang paling dibutuhkan agar kampung ini semakin ramah anak?
Yang paling dibutuhkan ya seperti tempat bermain terbuka dilengkapi dengan
Suratmin permainan-permainan berupa jungkat – jungkit, perosotan, dan permainan anak-anak
Rahardjo : yang lain. Harapannya juga ada bimbingan yang serius dari kedinasan dan apa-apa yang
terdunda dapat direalisasikan.
Anita : Untuk sekarang ya butuh sosialisasi langsung dari pemerintah, butuh juga pembuatan

51
Ruang Terbuka untuk anak, dan adanya kegiata sesi edukasi kepada warga terutama para
orang tua tentang apaa saja hal-hal yang dapat dilakukan untuk mensupport KRA.
Harimega : Butuh alat-alat bantu belajar dan bermain anak untuk di tempatkan di balai warga.
Nuza Mungkin saya lebih tertarik untuk menstimulus pendidikan, ya mungkin d engan cara
Priyanto : membuat taman baca itu tadi.

52
BIODATA PENULIS

A. Identitas Pribadi

NPM : 5201511130

Nama : Rosa Salsabila

Tempat/Tanggal Lahir : Bulungan, 4 Agustus 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nomor Handphone : 082255696571

Alamat : Bintara RT 12 RW 04, Desa Bunyu Selatan, Kecamatan

Bunyu, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara

Email : rosasalsabila88@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

TK : TK Tunas Mekar, Bunyu, Bulungan, 2005 - 2006

SD : SD N 005 Bunyu, Bulungan, 2006 - 2012

SMP : SMP N 1 Bunyu, Bulungan, 2012 - 2015

SMA : SMA N 1 Bunyu, Bulungan, 2015 - 2018

Perguruan Tinggi : Universitas Teknologi Yogyakarta, 2020 - Sekarang

53

Anda mungkin juga menyukai