Lanskap adalah wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini
dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami,
non alami atau keduanya, yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia
beserta mahluk lainnya. Lanskap berarti bentang alam yang luasnya sejauh mata memandang,
sejauh indera dapat merasakan, dan sejauh yang dapat diimajinasikan (ZainRachman).
Sebagai contoh dapat berupa lanskap bukit, lanskap gunung, lanskap pantai, dan lain-lain.
Karena satuannya yang begitu luas, maka tak heran kalau lanskap itu pastinya dibentuk oleh
aspek biotik (makhluk hidup) dan juga abiotik (makhluk tak hidup)
Arsitektur lanskap adalah bidang ilmu (science) dan seni (art) yang mempelajari
pengaturan ruang dan massa di alam terbuka, dengan mengkombinasikan elemen-elemen
lanskap alami ataupun buatan manusia, baik secara horizontal maupun vertikal, dengan
segenap kegiatannya, agar tercipta karya lingkungan yang secara fungsional berguna dan
secara estetika tetap indah.
Arsitektur Lanskap itu menata suatu lanskap yang ukurannya tergantung luasan yang
akan dikaji. Lanskap yang dibahas dalam ilmu ini dapat berupa luasan mikro, meso hingga
makro. Contoh dari lanskap mikro adalah pekarangan rumah, lanskap meso contohnya
taman-taman lingkungan, dan lanskap makro contohnya adalah hutan kota dan taman
nasional
Contoh aplikasi ilmu dari Arsitektur Lanskap yang mungkin sudah biasa terdengar antara lain
:
• Taman kota
• Taman-taman lingkungan
• Cityscape, yaitu lanskap di kawasan kota yang di dominasi oleh area terbangun
• Ruralscape, yaitu lanskap di daerah pedesaan di mana lanskap alami dan lanskap pertanian
merupakan pemandangan dominan.
BIDANG KEILMUAN
Arsitektur Lanskap dapat merupakan ilmu terapan seperti ilmu Arsitektur, yang
cakupan kawasannya. Di dalam penataanya tidak hanya mempertimbangkan keindahan,
tetapi harus memikirkan aspek keberlanjutan dan kelestarian dan keberlanjutan alam
lingkungan serta kehidupan manusia. Karena itu, ilmu Arsitektur Lanskap memadukan antara
seni dan berbagai cabang ilmu sains, mulai dari klimatologi, planologi, ekologi, pertanian,
sipil dan lingkungan, hingga ilmu arsitektur itu sendiri. Jadi Arsitektur lanskap, juga
mempelajari ilmu tanah, ilmu agronomi, ilmu tentang iklim dan banyak ilmu lain yang
berkaitan dengan lingkungan.
Di era saat ini, di mana semakin marak terjadi perubahan struktur lahan terbuka
(hijau) menjadi area terbangun, Arsitektur Lanskap dituntut untuk lebih berkontribusi dalam
membangun lingkungan pemukiman-pemukiman dan perkotaan yang tetap ramah bagi
ekosistem sekitarnya. Dalam penerapannya, Arsitektur Lanskap berkiblat pada ilmu ekologi,
yang mengutamakan keseimbangan hidup antar seluruh makhluk hidup yang ada di muka
bumi. Dalam hal ini, Arsitektur Lanskap berperan menyelaraskan kehidupan manusia dengan
alam, sehingga keduanya bisa terus hidup seimbang dan saling menguntungkan.
Perencanaan Lanskap (Landscape Planning)
denah, desain penanaman (planting desain), tampak depan, tampak samping, tampak burung,
perspektif, hingga gambar potongan. Sedangkan untuk produk 3 dimensi dapat berupa maket.
Hasil perancangan ini, baik 2 dimensi dan juga 3 dimensi dapat disajikan dalam bentuk soft
file maupun hard file.
Menciptakan iklim mikro yang lebih bersahabat, yang panas dan gersang menjadi
lebih sejuk akibat dari berbagai macam penataan vegetasi dan material lainnya. Komposisi
tanaman yang tepat, taman yang diciptakan akan membantu proses pemurnian udara dari
polusi, menyupla ioksigen bagi manusia, serta membuat alam semakin hijau dan asri. Di
samping itu lingkungan dan manusia akan lebih sehat dan aman, dan keindahan alam tetap
terjaga.
a. Dinding masif
b. Dinding transparant
Terdiri dari bidang yang transparant bisaberupa pagar bambu,logam atau kayu yang di
tata tidak rapatatau berupa pohon dan semak yang renggang, sifat dinding inikurang
kuat dalam pembentukan ruang
c. Dinding semu
Dinding yang diciptakan oleh perasaan pengamatsetelah mengamati suatu objek atau
keadaan, dapat terbentukoleh garis-garis batas misalnya garis batas sungai, laut
dancakrawala.
FUNGSI PEMBATAS
Deretan pohon-pohon yang diaturdapat menerangkan kepada kita apakah kita sedang
memasukikompleks perumahan atau markas tentara
b. Pengontrol
c. Penutup efektif
Berguna dalam usaha untuk membuat suaturuang yang bersifat privacy, keamanan dll.
Jika tidak ada unsurpenutup yang efektif atau bahkan tidak ada maka akan
terjadikegagalan dalam penciptaan ruang
PENCAPAIAN RUANG/SIRKULASI
Jalur ini banyak digunakan padaruang-ruang yang bernilai fungsional atau simbolis,
arah jalur iniditentukan oleh lokasi ruang
Untuk mendapatkan hal inimaka perlu ada pembagian pola sirkulasi kendaraan dan
manusia agar tidak terjadi pencampuran kegiatan yang dapatmengganggu kenyamanan
SIRKULASI KENDARAAN
Secara hirarki terbagi menjadi Jalur Distribusi (untuk perpindahan lokasi dari jalur
cepat) dan Jalur Akses (jalur untuk melayani bangunan-bangunan/jalur lambat)
SIRKULASI MANUSIA
Yang harus diperhatika untuk sirkulasipedestrian atau manusia adalah lebar jalan,
penambahan estetis yang menyenangkan, fasilitas penyeberangan jalan, peneduhan dll. Hal
tersebut dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan pada manusia saat beralih dari ruang
satu ke ruang lainnya.
PENCAPAIAN RUANG
a. Pencapaian Frontal
Pencapaian ini mengarah langsung padaruang yang akan dituju, pandangan ke objek
yang dituju sangat jelas
b. Pencapaian Samping
Akan memperkuat efek perspektif objekyang dituju, jalur pada pencapaian ini dapat
dibelokan berkali-kaliuntuk memperbanyak squence sebelum sampai kepada objek
c. Pencapaian Spiral/Melingkar
Menurut Utermann dan Small terdapat tiga fungsi ruang publik biladihubungkan dengan
bidang arsitektur , yaitu :
1. Ruang publik untuk kenyamanan (jalan setapak, jalur hijau , taandan daerah bermain).
Ruang publik untuk menciptakan bentuk dan citra. Adapun ruang terbuang yakni ruang
mati atau ruang sisa yang ada pada bangunan adalah ruang yang di dalam desain harus
dihindari. Maka perancangan ruang yang menandakan belum adanya pemikiran secara utuh
terhadap pemanfaatan tapak secara keseluruhan. Ruang luar menurut kesan fisiknya terbagi
atas :
a. Ruang positif
Yaitu suatu ruang publik denganbperletakan massa bangunan objek tertentu yang
melingkupinya dan memberikan manfaat disebut ruang positif. Biasanya di dalamnya
terkandung berbagai kepentingan dan kegiatan manusia.
b. Ruang negatif
Yaitu ruang publik yang menyebar dan tidak berfungsi dengan jelas serta bersifat
negative , biasanya terjadi secara spontan tanpa kegiatan tertentu. Terbentuk dengan
tidak terencanakan, tidak terlingkup dan tidak termanfaatkan dengan baik sesuai
dengan kebutuhan. Dapat pula terbentuk akibat adanya ruang yang terbentukantara
dua atau lebih bangunan yang tidak direncanakan khusus sebagai ruang publik.
a. Ruang mati
Ruang hidup adalah bentuk yang benar dalam hubungannya dengan ruang-ruang yang
bermutu untuk berkomposisi dengan struktur yang direncanakan dengan baik. Harus
ada hubungannya dengan karakter, massa dan fungsi struktur-struktur tersebut.
SKALA
a. Skala Manusia
Pada skala ini penekanan diarahkan pada penggunaan ukuran dimensi manusia atau
gerak ruang manusia terhadap objek atau bendy yang dirancang.
b. Skala dalam arsitektur adalah suatu kemampuan manusia secara kualitas untuk
membandingkan bangunan atau ruang.
Pada ruang-ruang yang masih terjangkau oleh manusia skala ini dapat langsung
dikaitkan dengan ukuran manusia. Pada ruang yang melebihi jangkauan manusia penentuan
skala harus didasarkan pada pengamatan visual dengan membandingkannya dengan
ketinggian manusia sebagai tolok ukurnya.
Dalam skala ini lebih banyak digunakan skala manusia dan skala generik. Ada beberapa
macam skala ruang dalam suatu lingkungan perkotaan, yakni sebagai berikut.
Merupakan skala ruang yang kecil sehingga memberikan rasa perlindungan bagi
manusia yang berada di dalamnya. Pengertian kecil bukan berarti dikecilkan hingga
menjadi kerdil. Sebagai contoh, sebuah taman pada bangunan rumah tinggal
cende¬rung untuk membentuk ruang intim. Pada ruang intim ini hampir seluruh detail
elemen perkerasan atau tanaman akan terlihat jelas. Bentuk, tekstur, warna, dan aroma
perlu menjadi pertimbangan perancangan dalam menerapkan skala ruang kecil.
Biasanya untuk skala ruang ke¬cil keintiman akan timbul karena gerak manusia
sangat terbatas.
Merupakan skala ruang yang besar dengan suatu objek yang mempunyai nilai tertentu
sehingga manusia akan merasakan keagungan dari ruang tersebut. Manusia akan
terangkat perasaan spiritualnya dan terkesan pada keagungan yang dirasakannya.
Tugu Monumen Nasional merupakan suatu contoh yang jelas pada penggunaan skala
monumental.
Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta ling) ungan manusianya,
sehingga manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan tersebut. Plasa kota
merupakan suatu contoh yang jelas. Ukuran lugs plasa sebaiknya minimum sama
dengan bangunan utama dari plasa tersebut, sedangkan maksimum sebaiknya dua kali
bangunan utama. Plasa yang besar dan dikelilingi oleh bangunan kecil menjadi tidak
sesuai skalanya, demikian pula halnya bila sebuah objek menara tinggi di antara
rumah- rumah kecil.
Pada skala ini objek bangunan mempunyai ketinggian yang berada jauh di atas skala
ukuran manusia. Hal ini akan terasa bila kita berjalan di antara bangunan tinggi
dengan jarak antarbangunan yang berdekatan. Sudut pandang manusia secara normal
pada bidang vertikal adalah 60°, namun bila melihat secara lurus ke depan atau
menuju ke titik objek secara intensif maka sudut pandangannya menjadi 1°.
Mirten dalam tulisannya, Skala in Civic Design, menyatakan bahwa bila orang
melihat lurus ke depan maka bidang pandangan vertikal di atas bidang pandangan
horizontal mempunyai sudut 40°. Orang dapat melihat keseluruhan bila sudut
pandangannya 27°, atau dalam perbandingan jarak bangunan (distance) dibagi dengan
tinggi bangunan (house) sama dengan 2.
Menurut Yoshinobu Ashiara dalam buku Open Spaces menuliskan tentang perbandingan
antara jarak antarbangunan (D) dan tinggi bangunan (H) sebagai berikut.
D/H=1 , ruang terasa seimbang dalam perbandingan jarak dan tinggi bangunannya.
D/H<1 , ruang yang terbentuk akan terlalu sempit dan memberikan rasa tertekan.
Sedangkan menurut Paul D. Spriegen, perbandingan antara tempat seseorang berdiri (D)
dengan objek tinggi bangunannya (H), bila;
Perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sebenarnya dinyatakan dalam bentuk
angka/pecahan yang sederhana.
2. Skala verbal (skala 1 inc : 1 mil atau skala 1 cm : 1 km) Jenis skala ini sering dipergunakan
terutarna pada peta topografi di Amerika atau negara-negara lain yang menggunakan satuan
bukan metrik.
Skala ini ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi dalam bagian-bagian yang sama di mana
tiap bagian menunjukkan kesatuan-kesatuan yang sama.
Untuk memperbesar atau memperkecil skala peta ada beberapa cara. Salah satunya
adalah dengan Square Method. Yaitu dengan membuat garis bantu berupa petak-petak atau
garis grid pada, kertas gambar yang baru. Petak garis bantu tersebut disesuaikan dengan
perbesaran atau perkecilan peta yang diinginkan.