Anda di halaman 1dari 14

KAT 1 MATA KULIAH PRANATA PEMBANGUNAN

MARAKNYA PELANGGARAN PEMBANGUNAN


BANGUNAN YANG TERJADI DI INDONESIA

NAMA : ARIEL OTTE

NPM : 2016420013

DOSEN : DR. IR. HARTANTO BUDIYUWONO, M.T.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


Akreditasi Institusi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No: 4339/SK/BAN-PT/
Akred/PT/XI/2017 dan Akreditasi Program Studi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi
No: 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014

BANDUNG

2018
DAFTAR ISI

1. BAB I: Pendahuluan…………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Materi

2. BAB II: Landasan Teori……………………………………………….5


3. BAB III: Pembahasan………………………………………………….6
3.1. Studi Kasus
4. BAB IV: Kesimpulan, Kritik, dan
Saran………………...…………………………………………………...10
5. Daftar Pustaka…………………………………………………………..12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum pranata pembangunan merupakan suatu peraturan perundang – undangan


yang mengatur suatu sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi demi mewujudkan
kesejahteraan hidup bersama. Di Indonesia, pelanggaran peraturan pembangunan masih
banyak dilakukan. Fenomena permasalahan kepranataan sangat beragam, dari proyek
yang diarahkan ke pihak kontraktor (proyek revitalisasi alun-alun lor Surakarta, Suara
Merdeka, 1996), proyek yang menyalahi prosedur (proyek penormalan sungai Tanjung
dan Sinung, Suara Merdeka, 1996), dan proyek sistem tunjuk ( di Yogyakarta banyak
proyek sistem tunjuk, Suara Merdeka, 1996), praktek KKN masih sering terjadi (Inkindo,
kompas, januari 2002), masalah modal dan alat tidak mencukupi sehingga tidak bias ikut
tender (kontraktor Kaltim tidak bisa ikut tender, kompas, januari 2002)1. Masih banyak
bias, penyimpangan, dan penyalahgunaan hasil pengambilan keputusan publik, penyebab
maupun akibat yang terjadi erat kaitannya dengan proses pembentukan peraturan itu
sendiri. Antara yang menyusun peraturan dan yang menjalankan kurang memahami
secara keseluruhan, masih ada kepentingan individu/kelompok lebih dikedepankan
daripada kepentingan yang lebih luas.

Masyarakat di Indonesia belum dapat sepenuhnya sadar akan pentingnya menaati


hukum pranata pembangunan. Bidang lain yang sangat terkait adalah pembangunan
perumahan dan permukiman dan pembangunan kota. Dua kegiatan pembangunan bidang
arsitektur tersebut juga berbeda pada cara pandangnya dalam proses kegiatan
pembangunan, masing-masing memiliki pendekatan yang khusus sesuai konteks yang
ada. Pembangunan perumahan dan permukiman sebagai contoh bahwa pembangunan
perumahan dan permukiman merupakan upaya pemenuhan kebutuhan pokok (basic
needs), bahwa rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, dan ini akan
memberi wacana kepada permasalahan kepranataan pembangunan yang terjadi.

1
Arsitektur, Hijau. 2008. Pranata Pembangunan Bidang Arsitektur. Available:
http://budisud.blogspot.com/2008/04/pranata-pembangunan-bidang-arsitektur.html [5 September 2018]

3
Masalah pembangunan adalah masalah perubahan, perubahan yang sangat rumit. Satu
pendekatan atau cara untuk memahami permasalahan pembangunan (perubahan) adalah
dengan berfikir sistemik. Sistem adalah gejala/fenomena yang telah diketahui
strukturnya, sedangkan struktur merupakan unsur dan keterkaitan antar unsur.
Pemahaman sintesa atau membangun struktur adalah hasil akhir proses pembelajaran
pada tingkat sarjana. Fenomena/gejala dapat dipelajari melalui contoh-contoh yang ada
di lapangan dan dengan cara menyusun gejala tersebut akan diperoleh kemampuan
berfikir logik dan sistemik melalui metoda kritis.
Di Indonesia, salah satu pelanggaran yang paling banyak dilakukan yaitu
pelanggaran terhadap Izin Mendirikan Bangunan, dimana bangunan yang terbangun tidak
sesuai dengan izin yang ada. Banyak masyarakat yang mendirikan bangunan lebih dari
yang seharusnya untuk meraup keuntungan pribadi. Hal ini menjadi penting untuk
diperhatikan mengingat akan besarnya dampak negatif, baik bagi alam sekitar maupun
masyarakat sekitar di kemudian hari jika hal tersebut tidak segera ditertibkan.

1.2. Tujuan

Menelaah penerapan hukum pranata pembangunan di Kota Bandung dan penyebab


permasalahan akan maraknya pelanggaran hukum pranata pembangunan demi
keuntungan pribadi, sebagai evaluasi terhadap semua pihak yang terkait di masa
mendatang.

1.2. Ruang Lingkup Materi

Obyek-obyek bangunan di Kota Bandung.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah perizinan yang
diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu
produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban,
keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum.2 Dengan adanya izin
tersebut, masyarakat diharapkan dapat menaati aturan untuk mencapai ketertiban
lingkungan.

Pada aturannya, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif


dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung (Pasal 7 ayat 1 UUBG).
Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi: persyaratan status hak atas tanah,
status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan (Pasal 7 ayat 2
UUBG).3 Berdasarkan Pasal 48 ayat (3) UUBG disebutkan bahwa: Bangunan gedung
yang telah berdiri, tetapi belum memiliki izin mendirikan bangunan pada saat undang-
undang ini diberlakukan, untuk memperoleh izin mendirikan bangunan harus
mendapatkan sertifikat laik fungsi berdasarkan ketentuan undang-undang ini.4
Peraturan dan perundang-undangan yang memuat IMB:
· Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
· Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
· PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang no. 28
tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

2
Wikipedia. 2004. Izin Mendirikan Bangunan. Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Izin_Mendirikan_Bangunan [5 September 2018]
3
NN. 2012. Sanksi Hukum jika Tidak Memiliki Izin Bangunan. Available:
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50a86f56c173c/sanksi-hukum-jika-tidak-memiliki-izin-
mendirikan-bangunan [5 September 2018]
4
Shalihah, Annisatus. 2017. Available: http://annisatuss.blogspot.com/2017/10/bab-ii-hukum-pranata-
pembangunan-dalam.html [5 September 2018]

5
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan data dari Kepala Seksi Pengawasan Tata Ruang Bangunan Distarcip
Kota Bandung, Dedih Supriatna menuturkan dari 1.900 pelanggaran pembangunan
bangunan pada tahun 2013, 1.000 pelanggaran diantaranya merupakan pelanggaran
pembangunan tanpa IMB. Rata-rata setiap tahun ada 1.000 pelanggaran pembangunan
tanpa IMB. Pada 2014, jumlah sudah mencapai 100 pelanggaran.5 Angka ini dapat
dikatakan cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan masalah-masalah pada ketertiban
lingkungan hingga berkurangnya ruang terbuka hijau dan daerah resapan air.

Dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak penyebab


mengapa pelanggaran terhadap Izin Mendirikan Bangunan terus-menerus terjadi di
Kota Bandung. Beberapa diantaranya adalah:

1. Keterbatasan jumlah petugas pengawas. Di lapangan, seorang pengawas harus


mengawasi lebih dari satu kecamatan, padahal idealnya satu kecamatan diawasi
oleh empat orang pengawas. Dengan demikian, proses pengawasan kepemilikan
IMB di Bandung dinilai tidak maksimal.
2. Banyak warga kota Bandung yang belum sadar memiliki IMB. Ketidaksadaran
ini tidak hanya terdeteksi pada pemilik bangunan kumuh yang berukuran kecil,
tetapi juga bangunan besar, seperti apartemen dan hotel.
3. Kurang tegasnya penerapan hukum dan peraturan terhadap pelaku pelanggaran
Izin Mendirikan Bangunan. (Berdasarkan data dari Kepala Seksi Pengawasan
Tata Ruang Bangunan Distarcip Kota Bandung, dari 1.000 pelanggaran
pembangunan tanpa IMB, hanya 81 bangunan yang disegel sepanjang 2013).

Pada tahun 2015, sebanyak 13 bangunan bertingkat di Kota Bandung disinyalir tidak
memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dari jumlah tersebut, 6 di antaranya adalah
bangunan hotel. Sisanya yaitu pusat perbelanjaan, perkantoran, rumah sakit serta
poliklinik dan perguruan tinggi. Bahkan salah satu dari 13 bangunan tersebut bangunan

5
NN. 2014. Bangunan Tanpa IMB di Bandung Terhitung Tinggi. Available:
http://kabar24.bisnis.com/read/20140324/78/213344/bangunan-tanpa-imb-di-bandung-terhitung-tinggi [5
September 2018]

6
baru kantor partai politik pun disinyalir tidak memiliki izin. Bangunan baru rumah sakit
ternama di Kota Bandung juga diduga tidak memiliki izin, kemudian beberapa hotel
disinyalir menyalahgunakan izin, seperti seharusnya empat tingkat tetapi dibangun tujuh
tingkat dan semi basement.6

Berdasarkan data, dari sekian banyak gedung bertingkat yang melanggar peraturan,
terdapat beberapa contoh pelanggaran yang terjadi di Kota Bandung, antara lain:

1. Pullman Hotel & Convention Hall, di Jln. Ciponegoro, Kec. Bandung Wetan.
Kondisi di lapangan, pembangunannya diduga tak sesuai dengan IMB. Dalam
IMB, hotel itu harusnya memiliki 14 lantai dan 1 basement tapi prakteknya
dibangun 14 lantai dan 2 basement. Pada kasus ini dinas terkait tidak bisa
melakukan tindakan riil di lapangan. Pihak Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
(Distarcip) Kota Bandung tengah menunggu Perwal sebagai dasar hukum terkait
sanksi. Perwal tersebut berkaitan dengan keputusan pemisahan raperwal sanksi
terhadap bangunan yang sudah dibangun dengan diskresi terhadap bangunan yang
belum dibangun.
2. Gedung Infomedia (PT Telkom) di Jln. Terusan Buahbatu No 33.
Bangunan tersebut telah selesai terbangun setinggi 10 lantai tanpa IMB. Saat ini,
di lokasi telah dilakukan penyegelan dan perintah membongkar.
3. Hotel Harper di Jln. Dr. Djunjunan.
Hotel ini dibangun tidak sesuai IMB. Dalam IMB, disebutkan harus dibangun 4
lantai. Namun kenyataan, dibangun 2 masa bangunan, yaitu 9 lantai ditambah semi
basement, basement dan lantai 7 plus semi basement.
4. Noor Hotel di Jln. Madura.
Hotel ini juga dibangun tidak sesuai dengan IMB. Ketinggian dalam IMB harusnya
4 lantai, akan tetapi dibangun 6-7 lantai. Pembangunan hotel itu memiliki IMB
dengan No 503.648.I/2749/BPPT Tahun 2013.
5. Pembangunan Gedung Fiksi tahap 2 dan 3 di Jalan Gatot Subroto.
Sudah 2 kali dilayangkan panggilan dari Distarcip namun tidak dipenuhi.

6
Supriyadi, Yedi. 2015. Di Bandung, Ada 13 Bangunan Bertingkat Tidak Memiliki Izin. Available:
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2015/11/29/351787/di-bandung-ada-13-bangunan-
bertingkat-tak-miliki-ijin [5 September 2018]

7
Anggota Komisi A DPRD Kota Bandung menilai 'penyakit lama' yang 'diderita' Pemkot
Bandung tak kunjung terobati. Pelanggaran demi pelanggaran masih tetap terjadi dan tak
ada langkah konkret di lapangan yang bisa memberikan efek jera. Khusus masalah
perizinan, sistem online yang diterapkan belum berjalan baik. Sistem yang terbilang baru
itu, belum bisa memangkas problem yang kerap terjadi.7

3.1. Studi Kasus

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mulai


bertindak tegas terhadap bangunan yang tidak
sesuai izin. Dalam sepekan ini, tindakan
penyegelan terus dilakukan oleh Pemkot
Bandung. Terakhir yang disegel adalah
bangunan Rumah Susun (Rusun) komersil
Alpina, yang berada di kawasan Jalan Bukit
Indah RT04/09, Kelurahan Hegarmanah, Gambar 1. Rusun Alpina
Sumber: www. google.com
Kecamatan Cidadap, Kota Bandung.
Bangunan yang memiliki dua tower dan setinggi 7 lantai itu disegel Wakil Wali Kota
Bandung Oded M Danial, Jumat (6/10/2017). Oded menyebutkan, Rusun Alpina terpaksa
disegel karena menyalahi berbagai macam aturan yang ditetapkan Pemkot Bandung.
Salah satu aturan yang tidak dipatuhi pemilik adalah tidak sesuainya bangunan dengan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)."Ada delapan pelanggaran. Di antaranya kelebihan
lantai, kerengganan sungai, fungsi bangunan juga yang harusnya komersial, tapi di
sewakan jadi kos-kosan. Karena, banyak pelanggaran, kami harus menyegel," kata
Oded seusai menyegel bangunan Apartemen Alpina mulai lantai 5 hingga 7, Jumat
(6/10/2017).
Dia menyebutkan, pemilik bangunan harus bisa bertanggung jawab untuk segera
menyelesaikan ketentuan yang diberlakukan di Kota Bandung. Termasuk melakukan
sosialisasi kepada penghuni yang berada di lantai 5 hingga 7. "Saya tidak ada urusan

7
Supriyadi, Yedi. 2015. Di Bandung, Ada 13 Bangunan Bertingkat Tidak Memiliki Izin. Available:
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2015/11/29/351787/di-bandung-ada-13-bangunan-
bertingkat-tak-miliki-ijin [5 September 2018]

8
dengan penghuninya. Itu urusan pemilik. Silakan saja pemilik yang urus. Yang jelas,
bangunan ini memiliki banyak pelanggaran, jadi harus disegel," tegas Oded.

Oded memperingatkan seluruh pemilik bangunan ikut memberikan edukasi


kepada masyarakat agar tidak memanfaatkan bangunan yang belum sesuai izin.
"Seharusnya pemilik bangunan ikut berkolaborasi dengan Pemkot Bandung membantu
mengedukasi kepada masyarakat. Jangan sampai bangunan yang melanggar
dioperasionalkan atau langsung disewakan," ungkap dia.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja


(Kasatpol PP) Kota Bandung Dadang
Iriana mengatakan, bangunan rusun Alpin
terpaksa disegel Pemkot Bandung karena
banyak menyalahi aturan. Mulai fungsi
bangunan yang seharusnya komersil
ternyata dijadikan kos-kosan. Selain itu,
kata dia, garis sepadan sungai yang
Gambar 2. Proses Penyegelan Rusun Alpina
seharusnya tidak diganggu gugat saat
Sumber: www. google.com
pembangunan, ternyata terjadi
penyempitan. "Bangunan ini sudah tidak ada toleransi di proses perizinan. Karena
peruntukannya juga tidak sesuai," ungkap dia. Sementara itu, Pengelola Rusun Alpina,
Sidarto Wardoyo mengakui bangunan yang dikelolanya telah menyalahi aturan sesuai
ketentuan Pemerintah Kota Bandung. Namun, dia berkilah, terjadinya kesalahan tersebut
berawal dari tahapan pembangunan.

"Kalau aparat sudah bilang melanggarkan ya pasti disegel. Kenapa melanggar?


Nah, ini semua ada tahapannya. Waktu pembangunan saat itu ada manager
pembangunan atau mandor. Tapi, sekarang mandornya sudah tidak ada.
Permasalahan ini adalah pelanggaran bangunan," ujar dia. Dia menyebutkan, bangunan
yang dikelola saat ini mencapai 180 kamar. Namun, karena adanya penyegelan di
bangunan yang melanggar aturan menjadi berkurang sekitar 22 kamar. "Bangunan yang
disegelkan dari lantai 5 hingga 7. Sekitar 22 kamar yang tidak akan dioperasikan," ungkap
dia.

9
Proses penyegelan Rusun Alpina ini menjadi perhatian sejumlah penghuni kos-
kosan berlantai 7 tersebut. Beberapa di antara penghuni sudah mengetahui jika kamar
mereka akan dilakukan penyegelan oleh Pemkot Bandung. Sehingga, mereka memilih
pindah dan keluar dari rusun tersebut. Penghuni Rusun Alpina, Suara mengaku terpaksa
pindah dari kosnya karena disegel. Dia mengungkapkan, tidak pernah mengeatahui
apakah bangunan tersebut menyalahi aturan Dia menyebutkan, untuk menyewa satu
kamar di rusun tersebut penghuni harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1-Rp2 juta. "Saya
saja sewa Rp1,5 juta. Tapi, kamar disini disewakan sekitar Rp1-Rp2 juta perbulan,"
pungkasnya.8

8
Pasha, Yogi. 2017. Langgar IMB Wakil Walikota Kota Bandung Segel Rusun Alpina. Available:
https://daerah.sindonews.com/read/1246066/21/langgar-imb-wakil-wali-kota-bandung-segel-rusun-
alpina-1507290980/13 [ 5 September 2018]

10
BAB IV
KESIMPULAN, KRITIK, DAN SARAN

Dari kasus diatas, telah terbukti bahwa banyak terjadi pelanggaran akan peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Salah satu pelanggarannya adalah seperti yang terjadi
pada kasus penyegelan Rusun Alpina diatas, yaitu pelanggaran terhadap fungsi bangunan
dan penyempitan sungai akibat dari pembangunan yang melebihi garis sepadan. Pada
dasarnya, mendirikan sebuah bangunan adalah kegiatan yang meliputi proses
perencanaan teknis dan konstruksi. Bangunan akan berfungsi dengan baik dan sesuai
dengan pemanfaatan lingkungan dimana bangunan itu berdiri jika proses perencanaan
teknis dan pelaksanaan kontruksi dilakukan secara teliti dan sesuai dengan standarisasi
yang berlaku. Perencanaan yang baik dalam merancang suatu bangunan akan
menghasilkan bangunan yang berfungsi dengan baik. Akan tetapi, tidak terjadi demikian
dengan kasus diatas. Kenyataan bangunan yang didirikan di lapangan tidak lagi sesuai
dengan Izin Mendirikan Bangunan. Tentu banyak faktor yang menyebabkan hal ini sering
terjadi. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus-kasus yang telah terjadi, dan tidak hanya
pada kasus Rumah Susun Alpina saja.
Setelah ditelaah lebih lanjut, banyak pihak yang dapat dinyatakan bersalah pada
kasus-kasus ini. Kegiatan proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi biasanya
dilakukan oleh seorang arsitek dan timnya. Oleh sebab itu, arsitek juga merupakan
kompenen utama dari lingkungan binaan tersebut, sehingga peran serta dan tanggung
jawab arsitek sebagai perancang dari komponen utama ini sangat besar. Hasil karya yang
dihasilkan oleh seorang arsitek akan sangat berpengaruh pada kualitas dari lingkungan
yang terbentuk. Arsitek memiliki tanggungjawab yang besar apabila diakitkan dengan
berbagai dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan dari pengguna bangunan tersebut.
Contohnya seperti kasus penyempitan sungai akibat pembuatan bangunan pada garis
sepadan bangunan yang berlebih tentu akan merugikan lingkungan di masa mendatang.
Tentu dalam hal ini diperlukan kesadaran dari setiap arsitek yang membangun akan
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Seharusnya para arsitek dapat memberi
contoh bagi masyarakat dengan tidak melanggar aturan pembangunan yang telah
ditetapkan yang memperburuk keadaan lingkungan di masa mendatang.

11
Arsitek memang memegang satu tanggung jawab yang penting. Akan tetapi,
dapat dikatakan bahwa kasus seperti pelanggaran terhadap Izin Mendirikan Bangunan
bukan hanya merupakan kesalahan dari arsitek atau perencana bangunan sepihak,
melainkan ada pula kesalahan dari pihak aparat. Kurang tegasnya penerapan hukum dan
banyaknya praktek korupsi di lapangan membuat semakin maraknya para pendiri
bangunan yang memiliki banyak uang makin berbuat semena-mena demi mendapatkan
keuntungan yang lebih banyak. Selain itu, sikap Pemerintah Kota Bandung masih lemah
dalam pengawasan dan pengendalian izin pembangunan. Hal itu terbukti dengan
berlanjutnya aktivitas pembangunan di beberapa titik yang belum memiliki IMB dan
melanggar perizinan jumlah lantai dan basement.
Dalam hal pelanggaran IMB, aparat terkait seharusnya melakukan tindakan tegas.
Ketika menemukan suatu pelanggaran dan merujuk pada peraturan daerah, maka
penegakan sanksi harus ditegakan. Akan tetapi, yang banyak terjadi saat ini adalah
masalah-masalah tersebut selalu dikembalikan kepada Wali Kota sehingga permasalahan
tak kunjung dibenahi.
Permasalahan yang terjadi selanjutnya adalah keterbatasan jumlah petugas
pengawas. Pada kenyataannya saat ini, di lapangan seorang pengawas harus mengawasi
lebih dari satu kecamatan, padahal idealnya satu kecamatan diawasi oleh empat orang
pengawas. Dengan demikian, proses pengawasan kepemilikan IMB di Bandung dinilai
tidak maksimal. Kurangnya petugas pengawas yang mengontrol ketertiban juga menjadi
salah satu permasalahan yang harus cepat dibenahi. Seharusnya pihak Wali Kota
Bandung juga berbartisipasi aktif dan senantiasa mengontrol hingga mengevaluasi kinerja
para aparat.
Yang selanjutnya adalah kurangnya sosialisasi dari pemerintah terhadap peraturan
perundangan pembangunan pada masyarakat. Berdasarkan data diatas, banyak warga
kota Bandung yang belum sadar memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
Ketidaksadaran ini tidak hanya terdeteksi pada pemilik bangunan kumuh yang berukuran
kecil, tetapi juga bangunan besar, seperti apartemen dan hotel. Sosialisasi akan peraturan
perundangan dan dampaknya terhadap lingkungan hidup hingga sanksi-sanksi yang
berlanjut menjadi penting untuk dilakukan untuk mencegah makin maraknya terjadinya
pelanggaran yang sama di kemudian hari.

12
Dengan demikian, diharapkan selain pentingnya usaha sosialisasi kepada
masyarakat akan sanksi pelanggaran terhadap Izin Mendirikan Bangunan, aparat-aparat
pemerintah juga diharapkan dapat bersikap netral, bersih, dan jujur dalam menjalankan
tugasnya saat melakukan pengawasan terhadap pelanggaran pranata pembangunan di
Indonesia. Sanksi yang ditindaklanjuti dengan tegas dan cepat tanpa memandang status
seharusnya dapat memberi efek jera bagi masyarakat di kemudian hari. Perubahan sikap
dan mental inilah yang sesungguhnya dapat membuat Kota Bandung menjadi lebih tertib
dan bermartabat.
Maraknya pelanggaran terhadap IMB, terutama pada bangunan hotel dan
bangunan-bangunan lain yang bersifat komersial membuktikan bahwa masih banyak
masyarakat Indonesia dan investor-investor asing yang tidak bertanggung jawab ingin
meraup sebanyak mungkin keuntungan dari bangunan yang akan dibangun. Penerapan
sanksi yang tegas dengan menyegel dan menindaklanjuti kasus pelanggaran dengan sigap
akan membuat masyarakat menghormati hukum yang berlaku di Indonesia, sehingga
investor asing pun tidak semena-mena dapat melanggar peraturan perundangan
pembangunan dengan memberikan sejumlah uang pada aparat yang bertugas di lapangan.
Kesejahteraan dan kesadaran pihak aparat juga harus diperhatikan oleh pemerintah pusat
untuk mengurangi praktek-praktek korupsi di lapangan.

13
Daftar Pustaka

1. Wikipedia. 2004. Izin Mendirikan Bangunan. Available:


https://id.wikipedia.org/wiki/Izin_Mendirikan_Bangunan [5 September 2018]
2. NN. 2012. Sanksi Hukum jika Tidak Memiliki Izin Bangunan. Available:
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50a86f56c173c/sanksi-hukum-jika-tidak-
memiliki-izin-mendirikan-bangunan [5 September 2018]
3. NN. 2014. Bangunan Tanpa IMB di Bandung Terhitung Tinggi. Available:
http://kabar24.bisnis.com/read/20140324/78/213344/bangunan-tanpa-imb-di-bandung-
terhitung-tinggi [5 September 2018]
Supriyadi, Yedi. 2015. Di Bandung, Ada 13 Bangunan Bertingkat Tidak Memiliki Izin.
Available: http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2015/11/29/351787/di-bandung-ada-
13-bangunan-bertingkat-tak-miliki-ijin [5 September 2018]
4. Arsitektur, Hijau. 2008. Pranata Pembangunan Bidang Arsitektur. Available:
http://budisud.blogspot.com/2008/04/pranata-pembangunan-bidang-arsitektur.html [5
September 2018]
5. Pasha, Yogi. 2017. Langgar IMB Wakil Walikota Kota Bandung Segel Rusun Alpina. Available:
https://daerah.sindonews.com/read/1246066/21/langgar-imb-wakil-wali-kota-bandung-segel-
rusun-alpina-1507290980/13 [ 5 September 2018]

14

Anda mungkin juga menyukai